NIM : 12101193113
Kelas : HES 5C
A. Syarat Gugatan
1. Gugatan dapat dibuat dalam bentuk tertulis (Pasal 118 Ayat 1 HIR/142 Ayat 1 RBG) dan
Gugatan dalam bentuk lisan ( Pasal 120 HIR/144 ayat (1)RBg ). Gugatan dalam bentuk
lisan hanya dapat dilakukan bilamana penggugat buta huruf, maka surat gugatan dapat
dimasukkan dengan lisan kepada ketua pengadilan negeri yang mencatat gugatan itu atau
menyuruh mencatatnya. 1 Namun, di masa sekarang ini gugatan lisan sudah tidak lazim
lagi, bahkan menurut Yurisprudensi MA tanggal 4-12-1975 Nomor 369 K/Sip/1973 orang
yang menerima kuasa tidak diperbolehkan mengajukan gugatan secara lisan. Yurisprudensi
MA tentang syarat dalam menyusun gugatan:2
Orang bebas menyusun dan merumuskan surat gugatan asal cukup memberikan
gambaran tentang kejadian materil yang menjadi dasar tuntutan (MA tgl 15-3-1970
Nomor 547 K/Sip/1972).
Apa yang dituntut harus disebut dengan jelas (MA tgl 21-11-1970 Nomor 492
K/Sip/1970).
Pihak-pihak yang berperkara harus dicantumkan secara lengkap (MA tgl 13-5-1975
Nomor 151 /Sip/1975)
Khusus gugatan mengenai tanah harus menyebut dengan jelas letak, batas-batas dan
ukuran tanah (MA tgl 9-7-1973 Nomor 81 K/Sip/1971).
2. Diajukan oleh seseorang atau pihak yang memiliki kepentingan hukum (Point d’interes
point d’action dan asas Legitima persona standi in judicio)
Dalam hal ini yang dimaksud dengan identitas meliputi ciri dari penggugat dan tergugat
yaitu, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, agama dan tempat tinggal, serta
1
Martha Efri Satria, Hukum Acara Perdata, (Ponorogo: CV Nata Karya, 2017), hlm. 19
2
Yulia, Hukum Acara Perdata, (Lhokseumawe: Unimal Press, 2018), hlm. 19
kewarganegaraan (kalau perlu). Pihak-pihak yang ada sangkut pautnya dengan persoalan
harus disebutkan dengan jelas mengenai kapasitas dan kedudukannya apakah sebagai
penggugat, tergugat, pelawan, terlawan, pemohon dan termohon;
2. Dasar atau dalil gugatan (posita atau fundamentum petendi) yang berisi tentang:
a. Bagian yang menjelaskan tentang kejadian dan duduk perkaranya (feitelijke gronden)
b. Bagian yang menjelaskan tentang tentang adanya hak atau hubungan hukum yang
menjadi dasar yuridis gugatan (recht sgronden)
a. Tuntutan pokok atau tuntutan primer merupakan tuntutan yang sebenarnya atau apa
yang diminta oleh penggugat sebagaimana yang dijelaskan dalam posita;
2) Tuntutan uitvoerbaar bij voorraad yaitu tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan
lebih dulu meskipun ada perlawanan, banding dan kasasi. Di dalam praktik,
permohonan uitvoerbaar bij voorraad sering dikabulkan, namun demikian
Mahkamah Agung menginstruksikan agar hakim jangan secara mudah
mengabulkan (permohonan tersebut, editor);
5) Dalam hal putusan cerai sering disebut juga tuntutan nafkah bagi istri (Pasal 59
ayat [2], Pasal 62, Pasal 65 Huwelijks Ordonantie voor Christen Indonesiers, S.
1933 No. 74, S. 1936 No. 607 [HOCI] atau Ordonansi Perkawinan Kristen, Pasal
213, Pasal 229 KUHPerdata/Burgerlijk Wetboek) atau pembagian harta (Pasal 66
HOCI, Pasal 232 KUHPerdata).
Apabila dalam gugatan tidak memenuhi Syarat Formil maka akan Mengakibatkan
gugatan tidak sah. Syarat Formil yang harus dipenuhi :
2. Gugatan tidak Error in Persona. Contohnya : Penggugat tidak cakap atau tidak punya
kepentingan hukum yang cukup dan gugatan kurang pihak (plurium litis consortium)
3. Gugatan harus jelas dan tegas ( Pasal 8 RV ) serta tidak obscuur Libel , Misalnya : Posita
tidak menjelaskan kejadian serta dasar hukum tuntutan dalam gugatan,
d. Tidak melanggar azas nebis in idem atau terhadap perkara yang sama tidak dapat
diadili untuk kedua kalinya. Dalam ranah hukum perdata, asas ne bis in idem ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 1917 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(”KUHPerdata”),
g. Rei Judicata deductae atau apa yang digugat sekarang masih tergantung
pemeriksaannya dalam proses peradilan banding, Kasasi, maupun Peninjauan Kembali
Sebagai contoh, di Pengadilan Negeri Sleman ada beberapa syarat dan prosedur
pendaftaran perkara perdata gugatan atau permohonan, antara lain:3
3
PN Sleman, Syarat dan Prosedur Pendaftaran Perkara Perdata Gugatan/Permohonan,
http://pn-sleman.go.id/new//link/2020083107125010853666655f4ca2f29316e.html diakses pada 29 Oktober 2021
A. Persyaratan
1. Surat permohonan atau gugatan asli yang sudah ditandatangani, untuk surat gugatan
difotokopi sebanyak 5 (lima) rangkap tambah jumlah Tergugat. Sedangkan untuk
surat permohonan 3 (tiga) rangkap
3. Surat Kuasa Asli yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Hukum Pengadilan Negeri
Sleman beserta fotokopi kartu advokat dan Berita Acara Sumpah Advokat yang
masih berlaku
4. Bukti bukti yang menguatkan untuk mengajukan Gugatan atau Permohonan, seperti
KTP, KK, Surat Kuasa, Akte, dll
B. Prosedur
6. Menunggu Surat Panggilan sidang dari Pengadilan Negeri Sleman yang disampaikan
oleh Juru Sita/Juru Sita Pengganti;
Pada Umumnya Syarat atau Tata Tertib Jalannya Persidangan di berbagai pengadilan itu
hampir sama, yaitu antara lain :
1. Pada saat Majelis Hakim memasuki dan meninggalkan ruang sidang, semua yang hadir
berdiri untuk memberi hormat.
2. Selama sidang berlangsung, pengunjung sidang harus duduk dengan sopan dan tertib di
tempatnya masing-masing dan memelihara ketertiban dalam ruang sidang.
3. Pengunjung sidang dilarang makan, minum, merokok, membaca koran atau melakukan
tindakan yang dapat mengganggu jalannya persidangan.
4. Dalam ruang sidang, siapapun wajib menunjukkan sikap hormat kepada Pengadilan.
5. Siapapun dilarang membawa senjata api, senjata tajam, bahan peledak atau alat maupun
benda yang dapat membahayakan keamanan.
6. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Hakim Ketua sidang untuk memelihara tata-tertib
di persidangan, wajib dilaksanakan dengan segera dan cermat.
7. Tanpa surat perintah, petugas keamanan Pengadilan karena tugas jabatannya dapat
mengadakan penggeledahan badan untuk menjamin bahwa kehadiran seseorang di ruang
sidang tidak membawa senjata, bahan atau alat maupun benda yang dapat membahayakan
keamanan sidang.
8. Pengambilan foto, rekaman suara atau rekaman TV harus meminta izin terlebih dahulu
kepada Hakim Ketua sidang.
9. Siapapun di sidang Pengadilan, bersikap tidak sesuai dengan martabat Pengadilan dan
tidak mentaati tata-tertib persidangan dan setelah Hakim Ketua sidang memberi
peringatan, masih tetap melanggar tata-tertib tersebut, maka atas perintah Hakim Ketua
sidang, yang bersangkutan dikeluarkan dari ruang sidang dan apabila pelanggaran tata-
tertib dimaksud bersifat suatu tindakan pidana, tidak mengurangi kemungkinan dilakukan
penuntutan terhadap pelakunya
Nama : LINGVANGLING SHERAKEN PAWESTI
NIM : 12101193114
Jurusan/Kelas : HES 5C
Setelah penggugat dipanggil kedua kalinya, dan ternyata penggugat tidak hadir pula pada
persidangan yang telah ditetapkan tersebut, hakim akan menjatuhkan putusan menggugurkan
4
Primadya Allelaningrum, JURNAL AKIBAT HUKUM KEADAAN TIDAK HADIR (AFWEZIGHEID)DALAM
PERSIDANGAN MENURUT HUKUM PERDATA DI INDONESIA (2019), Hlm.15-17
gugatan penggugat dan menghukum tergugat membayar biaya perkara. Dalam putusan yang
menggugurkan gugatan penggugat, pokok perkaranya tidak dipertimbangkan oleh majelis
hakim, karena memang pemeriksaan perkara sesungguhnya belum dilakukan. Sebagai
catatan perlu diperhatikan, bahwa apabila penggugat hadir dalam persidangan pertama
namun tidak hadir dalam persidangan-persidangan berikutnya, maka perkaranya akan
diperiksa dan diputus secara contradictoir.
Apabila tergugat tidak hadir dalam sidang pertama, Ps. 149 RBg / Ps. 125 HIR
menentukan:
1) Bila pada hari yang telah ditentukan tergugat tidak datang meskipun sudah dipanggil
dengan sepatutnya, dan juga tidak mengirimkan wakilnya, maka gugatan dikabulkan
tanpa kehadirannya (verstek) kecuali bila ternyata menurut pengadilan negeri itu,
gugatannya tidak mempunyai dasar hukum atau tidak beralasan.
2) Bila tergugat dalam surat jawabannya seperti dimaksud dalam Ps. 145 RBg / Ps.121
HIR mengajukan sanggahan tentang kewenanangan pengadilan negeri itu, maka
pengadilan negeri, meskipun tergugat tidak hadir dan setelah mendengar penggugat,
harus mengambil keputusan tentang sanggahan itu dan hanya jika sanggahan itu tidak
dibenarkan, mengambil keputusan tentang pokok perkaranya.
3) Dalam hal gugatan dikabulkan, maka keputusan pengadilan negeri itu atas perintah
ketua pengadilan negeri diberitahukan kepada pihak tergugat yang tidak hadir dengan
sekaligus diingatkan tentang haknya untuk mengajukan perlawanan dalam waktu
serta dengan cara seperti ditentukan dalam Ps. 153 RBg / PS. 129 HIR kepada
pengadilan negeri yang sama.
4) Oleh panitera, di bagian bawah surat keputusan pengadilan negeri tersebut
dibubuhkan catatan tentang siapa yang ditugaskan untuk memberitahukan keputusan
tersebut dan apa yang telah dilaporkannya baik secara tertulis maupun secara lisan.
Sebagaimana disebut pada angka (1) diatas, putusan verstek tidak selalu berarti gugatan
penggugat dikabulkan. Pada dasarnya gugatan penggugat dikabulkan kecuali dalam dua hal
yaitu;
a. Gugatan tidak mempunyai dasar hukum. Dalam hal demikian, putusan pengadilan
menyatakan gugatan tidak diterima (nietonvankelijke verklaard).
b. Gugatan tidak beralasan. Dalam hal demikian, putusan pengadilan berupa menolak
gugatan penggugat. 17 Perlu diperhatikan pula bahwa, apabila tergugat pada sidang
pertama hadir dan pada persidangan-persidangan berikutnya tidak hadir, maka
pemeriksaan dan putusannya dilakukan dalam persidangan secara contradictoir.5
5
Nyoman A. Martana, Buku Ajar HUKUM ACARA DAN PRAKTEK PERADILAN PERDATA (2016). Hlm. 15
Menurut Tan Thong Kie, keadaan tidak hadir dapat dibagi ke dalam 3 masa, yaitu: masa
pengambilan tindakan sementara, masa ada dugaan hukum mungkin telah meninggal, dan
masa pewarisan definitif.
Berdasarkan Putusan Makamah Agung tahun 1958 jika penggugat yang masih
dalam proses beracara meninggal dunia secara otomatis surat kuasa dari penggugat
tersebut gugur dan proses persidangan tidak dapat dilanjutkan. Namun perkara
tersebut dapat dilanjut kembali jika ahli waris penggugat atau almarhum mengajukan
permohonan untuk melanjutkan proses persidangan dengan menunjukkan bukti
bahwa ia adalah ahli waris yang sah. Mahkamah Agung mengatakan untuk
mengajukan gugatan cukup diajukan oleh salah seorang waris saja, selanjutnya ahli
waris dapat menunjuk pengacara yang lama atau baru guna melanjutkan perkara
tersebut. Sebelum itu ahli waris terlebih dahulu harus mengurus surat keterangan
ahli waris kemudian secara tertulis menyampaikan permohonan kepada pengadilan
tentang kehendaknya melanjutkan perkara tersebut.6
Apabila orang yang tidak hadir tersebut kembali atau memberikan tanda-tanda
tentang masih hidupnya setelah masa pewarisan definitif, maka ia berhak untuk
meminta kembali harta kekayaannya dalam keadaan sebagaimana adanya beserta
harta yang telah dipindahtangankan, semuanya tanpa hasil dan pendapatan dari
hartanya, serta tanpa bunga. Apabila terdapat hibah wasiat atau warisan yang jatuh
kepada seorang yang tidak hadir yang apabila ia sudah meninggal dunia, harta
tersebut jatuh kepada orang lain, maka harta tersebut dapat dikuasai oleh orang yang
disebut terakhir ini seolah-olah orang yang tidak hadir telah meninggal dunia. Namun
penerima harta tersebut hanya berhak menguasai harta setelah ia memperoleh izin
dari pengadilan negara.
6
FJP Law Offices, https://fjp-law.com/id/dalam-hal-penggugat-yang-sedang-berperkara-meninggal-dunia/ , diakses pada 30
Maret 2020
Nama : Najmia An Azura
Nim : 12101193115
Didalam hukum acara perdata tentanglampau waktu akan berakibat bahwa kedudukan
yang sebenar-benarnya mengenai suatu hal sudah tidak dapat diketahui lagi dengan pasti oleh
karena terjadi dahulu. Selain itu saksi-saksi sudah tidak ada lagi yang dapat memberi keterangan
yang berguna, kalau masih ada mereka sekedar merupakan saksi-saksi deauditu.
Kesalahan penggugat bahwa ia telah sekian lama tanpa suatu alasan yang sah telah
berdiam diri, telah mengajukan gugatan sehingga ia sekarang sudah tidak dapat membuktikan
dalil yang menjadi dasar gugatan. Dalam soal warisan pada umumnya para ahli waris
membiarkan waktu berlalu tanpa meminta pembagian, setelah sekian lama timbullah suatu
sengketa. Dalam persoalan ini hakim harus berhati-hati untuk memberikan bagian yang
seharusnya diterima oleh masing-masing ahli waris
Menurut Prof. Mr. B. Ter Mar Bzn, pengaruh lampau waktu dapat berakibat:
1. Bahwa suatu hutang oleh karena dibiarkan terlalu lama tidak di tagih atau hak
seseorang ahli waris untuk menuntut menjadi hapus oleh karena dia sekian lama telah
diam meskipun ia tidak diikutsertakan dalam perjanjian jual beli sawah yang
merupakan bagian dari warisan tersebut.
2. Karena lampau waktu hal ini dianggap sebagai persangkaan untuk menganggap ada
atau menganggap telah hilang suatu hak atau fakta hukum. Bukti perlawanan dapat
diajukan hal tersebut dianggap telah terbukti.
3. Bahwa gugatan yang dinyatakan tidak dapat diterima oleh karena didasarkan hal-hal
terjadi dahulu. Perkara telah kadaluarsa merupakan perkara lama.
Dalam hal pihak tergugat hendak mengemukakan pengaruh lampau waktu sebagai alat
hukum untuk dapat memenangkan perkaranya. Dalam hukum adat hal itu tidak harus
dikemukakan, tidaklah dapat dibenarkan apabila hakim mengemukakan hal tersebut untuk
menyatakan gugatan tidak dapat diterima, karena putusan hakim yang demikian itu melanggar
tata tertib hukum acara.
Apabila hakim menentukan, bahwa sebagai akibat dari lampau waktu adalah lahir atau
telah hapus suatu hubungan hukum, maka lampau waktu itu mempunyai akibat atau fungsi
materil. Dalam hal ini perlawanan tidak diperkenankan. Apabila hakim, berhubung dengan
lampau waktu menganggap telah terbukti lahirnya atau hapusnya sesuatu hubungan hukum maka
lampau waktu itu mempunyai akibat atau fungsi pembuktian. Dalam hal ini pembukian lawannya
dapat diajukan. Apabila hakim berhubung dengan lampau waktu menganggap bahwa duduknya
perkara tidak dapat di selidiki lagi sehingga hakim tidak bersedia lagi mengadili perkara itu,
maka lampau waktu tidak berfungsi lagi.
Pasal 34 ayat (2) Ordonnansi Pengadilan Adat berbunyi bahwa apabila diajukan gugat
tentang pelanggaran hukum diundur-undurkan dengan tidak beralasan yang layak dengan waktu
yang lama, sehingga penyelidikan duduknya perkara atau pemulihan hukum menjadi sangat sulit
maka hakim dapat menolak gugatan tersebut. Bagi pengadilan Negeri tidak ada peraturan seperti
pasal tersebut dari Ordonansi Pengadilan Adat, akan tetapi hakim Pengadilan Negeri adalah
berkuasa menetapkan segala peraturan acara perdata yang sekedar memenuhi kebutuhan
praktek.7
7
Nurun Ainuddin, “Pengaruh Lampau Waktu Terhadap Gugatan”. Jurnal Hukum JATISWARA. Universitas Mataram,
hal. 373-374.