Anda di halaman 1dari 7

HUKUM ACARA PERDATA

Anak Agung Ayu Intan Puspadewi


S.H., M.Kn.

NAMA: LUH MADE MIRAH RAHMA DEWI


NIM : 22220252
KELAS : C
FAKULTAS/ PRODI : HUKUM/ ILMU HUKUM

UNDIKNAS UNIVERSITY
2023/2024
SOAL

1. Carilah perihal permohonan gugatan dan syarat permohonan pengajuan


gugatan.
JAWAB

GUGATAN
Gugatan dapat disimpulkan sebagai suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak
(kelompok) atau badan hukum yang merasa hak dan kepentingannya dirugikan dan
menimbulkan perselisihan, yang ditujukan kepada orang lain atau pihak lain yang
menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan, yang dalam objek pembahasan ini
adalah pengadilan negeri. Oleh karena itu, syarat mutlak untuk dapat menggugat ke
pengadilan haruslah atas dasar adanya perselisihan atau sengketa.

Dasar hukum mengenai gugatan diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herziene Inlandsch
Reglement (HIR) juncto Pasal 142 Rectsreglement voor de Buitengewesten (RBg)
untuk gugatan tertulis dan Pasal 120 HIR untuk gugatan lisan. Akan tetapi, yang
paling diutamakan tetaplah gugatan tertulis.

PERBEDAAN
Permohonan merupakan mengenai suatu perkara di pengadilan tanpa adanya pihak-
pihak lain yang saling bersengketa. Sedangkan Gugatan adalah kebalikan dari
permohonan, yaitu suatu perkara yang terdapat pihak yang bersengketa.

SYARAT-SYARAT PERMOHONAN
a. Surat Permohonan. Minimal 4 (Empat ) Rangkap
b. Foto Copy KTP
c. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
d. Foto Copy Bukti Pendukung (Akte Kelahiran, Ijazah, Paspor, Sertifikat, dsb)

e. Syarat Formal:
a. Tempat dan tanggal pembuatan surat gugatan.
Suatu surat gugatan biasanya secara tegas disebutkan tempat dimana gugatan itu
diperbuat, misalnya apakah gugatan dibuat ditempat domisili penggugat atau di
tempat domisili kuasanya.
b. Materai.
Dalam Prakteknya suatu surat gugatan sebelum
didaftarkan di PN harus diberikan materai secukupnya (dewasa ini biaya materai
untuk surat gugatan sebesar Rp. 6000. Dalam praktek jika gugatan itu tidak
bermaterai bukanlah mengakibatkan gugatan itu menjadi batal akan tetapi oleh
pengadilan akan mengembalikan untuk dibubuhi materai).
c. Tanda Tangan,
Suatu gugatan haruslah ditanda tangani oleh si Penggugat atau oleh kuasanya yang
khusus untuk itu (Seorang kuasa tidak dibenarkan mengajukan gugatan secara lisan).
Suatu gugatan yang ditanda-tangani dengan cap jempol maka harus dilegalisir.
(Putusan MA tgl 4 Juli 1978, Reg No. 480 K/Sip/1975})

f. Syarat Substansi
Menurut pasal 8 no. 3 RV suatu gugatan pada pokoknya mengharuskan memuat hal-
hal sbb: a.Identitas para pihak.
Dalam suatu surat gugatan harus jelas diuraikan mengenai identitas dari para
penggugat atau tergugat, Identitas itu umumnya menyangkut :
- Nama Lengkap
- Umur / tempat dan tanggal lahir.
- Pekerjaan
- Alamat atau Domisili
Dalam hal penggugat atau tergugatnya adalah suatu badan hukum, maka harus secara
tegas disebutkan dan siapa yang berhak mewakilinya menurut anggaran Dasar dan
peraturan yang berlaku, dan juga harus secara jelas disebutkan mengenai identitas
dari badan hukum itu sendiri. Untuk mengajukan suatu gugatan maka terlebih dahulu
diperiksa apakah para pihak dalam gugatan itu telah lengkap atau belum karena suatu
gugatan yang tidak lengkap para pihaknya maka gugatan itu akan dinyatakan tidak
dapat di terima (NO = Niet Onvankelijke Verklaard, begitu juga jika suatu gugatan
diajukan oleh orang yang tidak berhak juga tidak dapat di terima.

3 (tiga) jenis-jenis gugatan, yaitu


(1) gugatan voluntair atau biasa disebut permohoan, (2) gugatan contentiosa atau biasa
disebut gugatan yang mengandung sengketa, serta (3) gugatan class action atau biasa
disebut dengan gugatan kelompok.

PELAKSANAAN GUGATAN PADA TINGKAT PERTAMA (Pengadilan


Negeri)
• Penggugat atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan yang ditujukan
kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat pada Pengadilan Negeri (bagian
Perdata) dengan beberapa kelengkapan/syarat yang harus dipenuhi, antara lain
: Surat Permohonan / Surat Gugatan dan Surat Kuasa yang sudah dilegalisir
(apabila menggunakan Advokat/Lawyer).
• Surat Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari Ketua
Pengadilan Negeri setempat.
• Setelah mendapat persetujuan, maka Penggugat / Kuasanya membayar biaya
gugatan / SKUM di Kasir. Khusus bagi yang tidak mampu dapat diijinkan
berperkara secara prodeo (cuma-cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan
dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah atau Kepala Desa setempat
yang dilegalisasi oleh Camat. Bagi yang tidak mampu, maka panjar biaya
perkara ditaksir Rp. 0,- dan ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM), didasarkan pasal 237 – 245 HIR. Dalam tingkat pertama, para pihak
yang tidak mampu akan berperkara secara prodeo. Perkara secara prodeo ini
ditulis dalam surat gugatan atau permohonan bersama-sama (menjadi satu)
dengan gugatan perkara. Dalam posita surat gugatan atau permohonan
disebutkan alasan penggugat atau pemohon untuk berperkara secara prodeo dan
dalam petitumnya.
• Memberikan SKUM yang telah dibayar dan menyimpan bukti asli untuk arsip.
• Menerima tanda bukti penerimaan Surat Gugatan.
• Menunggu Surat Panggilan sidang dari Pengadilan Negeri setempat yang
disampaikan oleh Juru Sita Pengganti.
• Menghadiri Sidang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

PELAKSANAAN GUGATAN PADA TINGKAT BANDING (Pengadilan Tinggi)


• Pemohon atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Negeri setempat (Pada Tingkat Pertama), dengan beberapa
kelengkapan/syarat yang harus dipenuhi :
1. Surat Permohonan Banding.
2. Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Advokat).
3. Memori Banding.
• Pemohon / Kuasanya membayar biaya gugatan / SKUM di Kasir.
• Memberikan SKUM yang telah dibayar dan menyimpan bukti asli untuk
arsip.
• Menerima tanda bukti penerimaan Surat Permohonan Banding.
• Menunggu Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Berkas (Inzage). Setelah
menerima Surat Pemberitahuan, Pemohon diberikan jangka waktu 14 hari
untuk datang ke Pengadilan Negeri setempat untuk mempelajari berkas.
• Menunggu Surat Pemberitahuan Kontra Memori Banding dan salinan Kontra
Memori Banding.
• Menunggu kutipan putusan dari Pengadilan Tinggi yang akan disampikan
oleh Juru Sita Pengganti.

PELAKSANAAN GUGATAN PADA TINGKAT KASASI (Mahkamah Agung)


• Pemohon atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan Permohonan Kasasi
kepada Pengadilan Negeri setempat, dengan beberapa kelengkapan/syarat
yang harus dipenuhi :
1. Surat Permohonan Kasasi.
2. Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Advokat).
3. Memori Kasasi.
• Pemohon / Kuasanya membayar biaya gugatan / SKUM di Kasir.
• Memberikan SKUM yang telah dibayar dan menyimpan bukti asli untuk
arsip.
• Menerima tanda bukti penerimaan Surat Permohonan Kasasi.
• Menunggu Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Berkas (Inzage). Sama seperti
pada tingkat Banding, Pemohon diberikan jangka waktu 14 hari untuk datang
ke Pengadilan Negeri setempat untuk mempelajari berkas.
• Menunggu Surat Pemberitahuan Kontra Memori Kasasi dan salinan Kontra
Memori Kasasi.
• Menunggu kutipan putusan dari Mahkamah Agung yang akan disampaikan
oleh Juru Sita Pengganti.

PENINJAUAN KEMBALI
1) Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali dan Tenggang Waktu
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu. (180 hari terhitung sejak diketahui
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara)
b. Apabila setelah perkara diputus diketemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan. (180 hari
terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta tanggal ditemukannya
harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang)
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut.
(180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
d. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tampa
dipertimbangkan
sebab-sebabnya. (180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap
dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai soal yang sama atas dasar yang
sama
oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yang
bertentngan satu dengan yang lain. (180 hari sejak putusan yang terakhir dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada
pihak yang berperkara).
f. Apabila dalam suatu putusan terdapat kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang
nyata. (180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
2) Permohonan Peninjauan Kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak
berperkara atau
ahli warisnya atau wakilnya secara khusus dikuasakan untuk itu.
3)Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pemohon secara tertulis dengan
menyebutkan sejelas-jelasnya alasan yang dijadikan dasar permohonan itu dan
dimasukkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat
pertama.
4) Apabila pemohon tidak dapat menulis, maka a menguraikan permohonannya
secara lisan
di hadapan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat pertama
atau
hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan tentang
permohonan tersebut.
5) Permohonan Peninjauan Kembali harus disertai alasan/ Memori Peninjauan
Kembali.
6) Membayar Panjar Biaya Melalui Bank Yang ditunjuk.
7) Foto Copy Relaas Pemberitahuan Putusan Kasasi/ Putusan yang berkekuatan
hukum tetap.
8) Foto Copy Putusan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung
dan
bukti pendukung lainnya.
9) Memberikan Softcopy/ Data Elektronik Baik Memori Maupun Kontra Memori
dimasukan
dalam 1 (satu) keping CD.

Anda mungkin juga menyukai