Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
ANDRI SETIAWAN
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Sedangkan pihak – pihak yang terlibat dalam proses/beracara dalam kasus pidana di pengadilan
yaitu tersangka, terdakwa, terpidana, penyelidik, penyidik dan penyidik pembantu, Jaksa dan
penuntut umum, majelis hakim, panitera, penasehat hukum/advokat, saksi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
B. Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan Hukum Acara Pidana
yakni “Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil,
ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan Hukum Acara Pidana secara cepat dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta
pemeriksaan dan keputusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu
tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan”. Jika
menilik dari rumusan di atas maka dapat dirinci tujuan hukum acara pidana sebagai berikut :
• Suatu kebenaran materiil yaitu kebenaran hakiki dan lengkap dari suatu perkara pidana
melalui penerapan ketentuan Hukum Acara Pidana secara tepat dan jujur.
• Menentukan subjek hukum berdasarkan alat bukti yang sah, hingga dapat didakwa
melakukan suatu tindak pidana.
• Menggariskan suatu pemeriksaan dan putusan pengadilan, agar dapat ditentukan apakah
suatu tindak pidana telah terbukti dilakukan orang yang didakwa itu.
Dengan pengertian di atas maka tujuan dan fungsi hukum acara pidana dalam beracara yaitu
mencari dan menemukan kebenaran, pemberian keputusan yang adil dan sesuai dengan tindak
pidana yang dilakukan seseorang oleh hakim, pelaksanaan keputusan akan tindak pidana yang
dilakukan seseorang (terdakwa), memberikakan perlindungan atas harkat dan martabat manusia
(tersangka atau terdakwa), perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintahan, mencapai
kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum, serta mewujudkan Hukum Acara Pidana
yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
2. Jawaban Soal No. 2 Sebagai Berikut :
A. Pemeriksaan secara biasa umumnya dilakukan pada tindak pidana dengan ancaman hukuman
lima tahun ke atas dan masalah yang pembuktiannya memerlukan ketelitian. Dalam tata cara
pemeriksaan sidang acara biasa di atur dalam Pasal 152 – Pasal 182 KUHAP. Penuntut umum
setelah mempelajari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan maka penuntut umum
membuat surat dakwaan (Pasal 140 ayat (1) KUHAP) dengan bentuk tertentu dengan tujuan
jangan terjadi sesuatu yang merupakan tindak pidana dan sifatnya mengganggu keamanan,
ketertiban hukum dalam masyarakat lepas dari tuntutan. Pelimpahan berkas acara pemeriksaan
dari penuntut ke pengadilan diatur dalam pasal 152 ayat (1) dan (2) KUHAP, yang berbunyi :
(a) Dalam hal pengadilan negeri menerima surat pelimpahan perkara dan berpendapat bahwa perkara
ita termasuk wewenangnya, ketua pengadilan menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara
tersebut dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan hari sidang.
(b) Hakim dalam menetapkan hari sidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memerintahkan
kepada penuntut umum supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk datang di sidang pengadilan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Pertama-tama, hakim ketua membuka sidang, dan sidang dinyatakan terbuka untuk umum (Pasal
153-154 KUHAP), selanjutnya menanyakan identitas terdakwa dan sesudah itu penuntut umum
membacakan surat dakwaan dan sesudah itu penuntut umum membacakan identitas terdakwa
dan sesudah itu penuntut umum membacakan surat dakwaan baru sampai tahap pemeriksaan
perkara (Pasal 155 KUHAP). Pada permulaan sidang, pertama-tama yang didengar keterangan
saksi korban (Pasal 160 KUHAP), keterangan terdakwa baru didengar setelah saksi-saksi yang
lain didengar keterangannya. Sidang dilanjutkan sampai pengambilan keputusan oleh majelis
hakim di akhir sidang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan singkat tata cara persidangan acara pemeriksaan biasa,
yaitu :
• Pemanggilan terdakwa :
a. Surat panggilan harus berisi : identitas, waktu siding serta untuk perkara apa dia
dipanggil;
b. Surat panggilan disampaikan ke alamat yang bersangkutan dalam waktu 3 hari
sebelum hari siding;
c. Terdakwa yang ditahan di sampaikan ke alamat tempat dilaksanakan penahanan;
d. Apabila alamat tidak diketahui disampaikan ke alamat tempat tinggal terakhir;
e. Apabila alamat maupun tempat tinggal terakhir tidak diketahui disampaikan melalui
kepala desa;
f. Apabila alamat maupun tempat tinggal terakhir tidak diketahui, maka panggilan
ditempelkan di papan pengumuman pengadilan negeri;
g. Terdakwa (yang tidak ditahan dan alamatnya diketahui dengan jelas) yang telah
dipanggil secara layak tidak bersedia memenuhi panggilan, dapat dilakukan upaya
paksa.
11. Apabila majelis hakim berpendapat bahwa pertimbangan untuk memutuskan permohonan
eksepsi tersebut mudah/sederhana maka siding dapat diskors selama beberapa menit untuk
menentukan putusan sela.
12. Tata cara skorsing siding ada 2 macam : a) Cara I : majelis hakim meninggalkan ruang siding
untuk membahas/mempertimbangkan putusan di ruang hakim, sedangkan JPU, terdakwa/PH
serta seluruh hadirin tetap tinggal di tempat. b) Cara II : hakim ketua mempersilahkan semua
yang hadir supaya keluar dari ruang sidang selanjutnya petugas menutup ruang sidang dan
majelis hakim merundingkan putusan sela dalam ruang sidang.
13. Apabila majelis hakim berpendapat bahwa memerlukan waktu yang agak lama dalam
mempertimbangkan putusan sela tersebut maka sidang dapat ditunda dan dibacakan pada
hari sidang berikutnya.
Putusan Sela
Berdasarkan pasal 156 ayat (1) KUHAP, putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim
terhadap hal-hal yang belum menyangkut materi pokok perkara yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan masalah kewenangan mengadili, dapat atau tidak dapat diterimanya surat dakwaan atau
masalah batalnya surat dakwaan.
ayat (1) KUHAP yang menyatakan, “Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung
, dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung”. Dari hal tersebut diketahu bahwa
Penuntut Umum di Kejari Tangerang mengusulkan Jaksa Agung untuk mengajukan upaya hukum
Kasasi Demi Kepentingan Hukum pada kasus Rasminah. Dalam kasasi demi kepentingan hukum
pihak yang berhak mengajukan menurut KUHAP Pasal 259 ayat (1), yaitu pihak yang berhak
mengajukan upaya hukum kasasi demi kepentingan hukum adalah Jaksa Agung. Sedangkan
Kasasi Peninjauan Kembali sesuai ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP, yaitu terpidana atau ahli
warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Alasan
Penuntut Umum mengajukan kasasi demi kepentingan hukum adalah menyangkut kepentingan
hukum dalam arti luas, tidak hanya terbatas pada kepentingan hukum yang termuat dalam Pasal
253 KUHAP, yaitu : bahwa ada suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak
sebagaimana mestinya, bahwa cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-
undang dan bahwa pengadilan telah melampaui batas kewenangannya. Sehingga dapat
disimpulkan dari segi alasan serta yang mengajukan kasasi dalam kasus diatas yaitu Penuntut
Umum Kejari Tangerang bukan terpidana atau ahli warisnya maka sesuai ketentuan KUHAP
kasus Rasminah di atas termasuk dalam Kasasi Demi Kepentingan Hukum.
B. Dari hasil Analisa saya dalam kasus Rasminah di atas bahwa subjek dan objek dalam Kasasi Demi
Kepentingan Hukum telah tepat diterapkan. Hal ini dapat dilihat sesuai ketentuan Pasal 259 ayat
(1) yaitu pihak yang berhak mengajukan upaya hukum kasasi demi kepentingan hukum adalah
Jaksa Agung. Dalam kasus ini subjek dalam Kasasi Demi Kepentingan Hukum dilakukan Jaksa
Penuntut Umum dengan mengusulkan kepada Jaksa Agung untuk mengajukan kasasi atas kasus
Rasminah. Objek dalam kasus Rasminah yaitu Putusan kasus Rasminah di tingkat pertama
diputus bebas oleh Pengadilan Negeri Tangerang. Oleh karena itu, penerapan objek kasus
Rasminah sudah tepat dalam kasus Kasasi Demi Kepentingan Hukum, yaitu Jenis putusan yang
bisa dilakukan upaya hukum Kasasi Demi Kepentingan Hukum yaitu Dapat dilakukan terhadap
semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada
Mahkamah Agung (dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung). (Pasal 259
ayat (1) KUHAP).
Sedangkan dalam Kasasi Peninjauan Kembali subjek yang berhak mengajukan peninjauan
Kembali yaitu terpidana atau ahli waris (Pasal 263 ayat (1) KUHAP). Dan objek (jenis putusan yang
bisa dilakukan upaya hukum peninjauan Kembali) yaitu dapat dilakukan terhadap putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Tidak dapat dilakukan terhadap
putusan bebas atau putusan lepas. (Pasal 263 KUHAP)
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
2. Apabila ada alasan pemaaf atau ada keadaan yang mengakibatkan terdakwa tidak
dapat dijatuhi hukuman menurut pasal-pasal KUHP (Pasal 44, 45, 48, 49, 50, 51
KUHP).
• Putusan pemidanaan :
a) Dasar hukum : Pasal 193 ayat (1) KUHAP berbunyi “Jika pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan
menjatuhkan pidana.”
b) Alasan dijatuhkannya putusan pemidanaan :
Terbuktinya unsur kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa secara sah dan
meyakinkan sebagaimana dimuat dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yaitu berbunyi :
“Alat bukti yang sah ialah : a. keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk; e.
keterangan terdakwa.”
B. Syarat sah putusan pengadilan harus memenuhi syarat-syarat:
1) Diucapkan terbuka untuk umum (Pasal 195 KUHAP)
Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di
sidang terbuka untuk umum.
2) Hadirnya terdakwa (Pasal 196 ayat (1) dan (2) KUHAP)
Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa, kecuali dalam hal undang-undang
ini menentukan lain. Dalam hal terdapat lebih dari seorang terdakwa dalam satu perkara,
putusan dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa yang ada.
3) Wajib diberitahukan hak-hak terdakwa (Pasal 196 ayat (3) KUHAP)
Segera sesudah putusan pemidanaan diucapkan, bahwa hakim ketua sidang wajib
memberitahukan kepada terdakwa tentang segala apa yang menjadi haknya, yaitu :
C. secara konsep, dissenting opinion adalah pendapat berbeda dari mayoritas. Dissenting opinion itu
semenjak awal pertimbangannya sudah berbeda. Mulai dari fakta hukum, pertimbangan hukum,
sampai amar putusannya berbeda.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Apabila dalam suatu perkara pidana yang dipegang lima majelis, dua hakim menyatakan terbukti
dakwaan subsidair, satu primair, dan dua lainnya bebas, pendapat hakim yang menyatakan
terbukti dakwaan primair termasuk dissenting opinion. Sebab, satu hakim menggunakan dakwaan
berbeda. Sama halnya dalam perkara yang menggunakan dakwaan kesatu primair dan/atau
kedua primair. Apabila dua hakim menyatakan terbukti dakwaan kesatu primair, satu hakim
terbukti dakwaan kedua primair, dan dua hakim lainnya menyatakan bebas, maka satu hakim itu
masuk kategori dissenting opinion. Sekalipun ada dissenting opinion, majelis tetap dapat
mengambil keputusan. Jangan sampai dissenting opinion menghalangi pengambilan keputusan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dissenting opinion itu adalah pendapat berbeda dari
mayoritas atau pendapat hakim yang berbeda dalam suatu putusan. Mulai dari fakta hukum,
pertimbangan hukum, sampai amar putusannya berbeda. Jika musyawarah sidang pleno setelah
diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai mufakat bulat maka putusan diambil
dengan suara terbanyak. Dalam hal putusan tidak tercapai mufakat bulat, pendapat anggota
Majelis Hakim yang berbeda dimuat dalam putusan.
Karena perbedaan pendapat dalam putusan akan dapat mendorong masyarakat kritis atas
putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan (hakim). Dengan dilampirkannya perbedaan pendapat
hakim yang berbeda tersebut dapat dijadikan cara bagi masyarakat dapat mengetahui dasar
hukum suatu putusan termasuk kemungkinan adanya sesuatu di balik putusan.
hakim dalam memeriksa dan memutus suatu perkara. Oleh karena itu, kemandirian dan
kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara akan menempatkan Lembaga
perbedaan pendapat dalam putusan sebagai bagian dari sikap dan Tindakan korektif hakim
terhadap kekurangan-kekurangan selama proses penegakan hukum.