Disusun Oleh :
Ariyanto (2021506501006)
Ariyanto
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
iii
Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan sendiri adalah untuk
memperoleh putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap
putusan yang dijatuhkan oleh Hakim belum tentu dapat menjamin kebenaran
secara yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan kekhilafan,
bahkan tidak mustahil bersifat memihak. Agar kekeliruan dan kekilafan itu dapat
diperbaiki, maka demi tegaknya kebenaran dan keadilan, terhadap putusan Hakim
itu dimungkinkan untuk diperiksa ulang. Cara yang tepat untuk dapat
mewujudkan kebenaran dan keadilan itu adalah dengan melaksanakan upaya
hukum. Upaya hukum biasa terdiri dari dua bagian, bagian kesatu tentang
pemeriksaan tingkat banding, dan bagian kedua adalah pemeriksaan kasasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum tingkat banding.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum tingkat kasasi.
.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Banding
Banding atau dalam Bahasa Belanda disebut appel adalah upaya hukum
biasa yang pertama terhadap penetapan atau putusan pengadilan tingkat pertama
untuk di ajukan atau dimohonkan pemeriksaan ulangan dipengadilan tingkat
banding.Pemeriksaan banding adalah pemeriksaan perkara pada tingkat II atau
pengadilan tinggi. Menurut J.C.T. Simorangkir sebagaimana yang dikutip Andi
Sofyan mengungkapkan bahwa banding adalah suatu alat hukum (rechtseniddel)
yang merupakan hak terdakwa dan hak penuntut umum untuk memohon, supaya
putusan pengadilan negeri diperiksa kembali oleh pengadilan tinggi (Harahap,
2000)
Tujuan dari hak ini adalah untuk memperbaiki kemungkinan adanya
kekhilafan pada putusan oleh hakim kepada terdakwa sesudah putusannya
diucapkan. Pengadilan Tinggi dapat membenarkan, mengubah, atau membatalkan
putusan pengadilan negeri. Selain itu pemeriksaan banding sebenarnya juga
merupakan suatu penilaian baru. Sehingga, dapat diajukan saksi-saksi baru,
ahliahli, dan surat-surat baru (Hamzah, 2012)
5
tinggi di luar Jawa dan Madura adalah Rechtsterglement Voor Debuitengewesten
(RBG).
Syarat untuk dapat dimintakan banding bagi perkara yang telah diputus oleh
pengadilan dapat dilihat dalam pasal 6 UU No.20/1947 yang menerangkan,
apabila besarnya nilai gugat dari perkaara yang telah diputus itu lebih dari
Rp.100,- atau kurang. Oleh salah satu pihak dari pihak-pihak yang berkepentingan
dapat diminta supaya pemeriksaan itu diulangi oleh pengadilan tinggi yang
berkuasa dalam daerah hukum masing-masing.
6
b) Permohonan banding dapat diajukan dengan cara lisan maupun tertulis.
c) Permohonan banding dapat diajukan oleh yang bersangkutan atau
diwakilkan dengan kuasa khusus untuk mengajukan banding.
d) Banding diajukan kepada Panitera pengadilan yang menjatuhkan putusan.
e) Permohonan banding harus disertai dengan membayar ongkos biaya
perkara, permohonan banding yang tidak disertai membayar ongkos
perkara tidak dapat diterima. f) Terhadap putusan verstek tidak dapat
diajukan upaya hukum banding.
f) Terhadap putusan dimintakan banding bersama-sama putusan akhir.
7
2). dalam praktik pengiriman berkas ke Pengadilan Tinggi Agama lebih
dari 30 (tiga puluh) hari;
h) Permohonan banding dapat dicabut sewaktu-waktu sebelum putusan
banding dijatuhkan.
8
c. Kewenangan Tingkat Banding
Bertitik tolak dari kedua landasan diatas, wewenang pengadilan tingkat
banding memeriksa putusan pengadilan tingkat pertama sebagi berikut:
a) Menjadi Seluruh Pemeriksaan dan Putusan Pengadilan Tingkat Pertama
Pengadilan tingkat tinggi sebagai pengadilan tingkat banding dalam melaksanakan
fungsi sebagai pengadilan tingkat banding.
b) Berwenang Meninjau Segala Segi Pemeriksaan dan Putusan Oleh karena
wewenang pemeriksaan tingkat banding memeriksa ulang perkara secara
keseluruhan dan dia berwenang meninjau dan menilai segala sesuatu yang
berhubungan dengan pemeriksaan dan putusan.
c) Memeriksa Ulang Perkara Secara Keseluruhan Seandainya pengajuan banding
terhadap hal tertentu saja misalnya permintaan banding hanya ditujukan terhadap
hukuman atau barang bukti saja, sama sekali tidak dapat menyampingkan
wewenang pengadilan tingkat banding untuk memeriksa tingkat perkara secara
keseluruhan.
9
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, maka arti kasasi adalah pembatalan putusan atau penetapan
pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir karena tidak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku dapat terjadi berupa:
1) Melampaui batas kewenangan yang ditentukan perundangundangan.
2) Penerapan yang tidak tepat atau keliru.
3) Melanggar hukum yang berlaku.
4) Tidak memenuhi syarat yang ditentukan perundang-undangan.
Ketiga alasan tersebut dibenarkan oleh undang-undang. Diluar ketiga hal tadi,
undang-undang tidak membenarkan dan oleh karena itu, pihak pemohon kasasi
ketika menyusun memori kasasinya sedapat mungkin memperlihatkan ketiga
alasan tersebut.
hal tersebut.Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan kasasi adalah
sebagai berikut:
1. Permintaan kasasi sudah harus disampaikan dalm tenggang waktu 14 hari
terhitung sejak putusan disampaikan kepadanya (Pasal 247 ayat
2. Permohonan kasasi hanya dapat dilakukan satu kali (Pasal 247 ayat(4)).
10
3. Permohonan kasasi harus menyerahkan memori kasasi yang memuatalasan-
alasan sebagaimana tersebut dalam Pasal 253 ayat (1).
4. Perkara yang diajukan kasasi bukan perkara yang dikecualikan, yakni:
a. Putusan tentang praperadilan.
b. Perkara pidana yang diancam dengan penjara paling lama satu tahun dan
atau diancam pidana denda.
c. Perkara tata usaha Negara yang obyek gugatannya berupa keputusan
pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah
yang bersangkutan.
11
f. Selama perkara permohonan kasasi belum diputus oleh Mahkamah Agung,
permohonan kasasi itu dapat dicabut sewaktu-waktu dan apabila sudah
dicabut, permohonan kasasi dalam perkara itu tidak dapat diajukan lagi
(Pasal 247 ayat (1) KUHAP).
g. Jika pencabutan dilakukan sebelum berkas perkara dikirim ke Mahkamah
Agung, berkas tersebut tidak jadi dikirimkan (Pasal 247 ayat (2) KUHAP).
h. Apabila perkara telah mulai diperiksa, akan tetapi belum diputus,
sedangkan sementara itu pemohon mencabut permohonan kasasinya, maka
pemohon dibebani membayar biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh
Mahkamah Agung hingga saat pencabutannya (Pasal 247 ayat (3)
1. KUHAP).
i. Permohonan kasasi hanya dapat dilakukan satu kali (Pasal 247 ayat (4)
(KUHAP).
12
Putusan kasasi yang amarnya menolak permohonan kasasi ialah:
• Permohonan kasasi memenuhi syarat formal;
• Pemeriksaan perkara telah sampai menguji hukumnya;
• Putusan yang dikasasi ternyata tidak mengandung kesalahan dalam penerapan
hukum sebagaimana mestinya;
• Tidak terdapat cara mengadili yang bertentangan dengan ketentuan undang-
undang;
• Dalam mengadili perkara, pengadilan yang dikasasi tidak melampaui batas
wewenangnya.Putusan kasasi yang menolak kasasi, dijatuhkan setelah menguji
perkara yang dikasasi dengan ketentuan Pasal 253 ayat (1) KUHAP. Secara
ringkasnya prinsip penolakan atas permohonan kasasi yaitu:
• Putusan pengadilan yang dikasasi sudah tepat hukumnya sesuai dengan yang
semestinya;
• Tata cara mengadilinya pun telah dilaksanakan sesuai dengan cara mengadili
perkara menurut ketentuan undang–undang;
• Pengadilan yang memeriksa dan memutus perkara tidak melampaui batas
wewenang;
• Mahkamah Agung menilai dan berpendapat putusan pengadilan yang dikasasi
sudah tepat dan tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan Pasal 253 ayat (1)
KUHAP.
Pemeriksaan kasasi tidak selamanya dilakukan Mahkamah Agung semata-mata
bertitik tolak dari keberatan kasasi yang diajukan pemohon. Mahkamah Agung
dapat menilai putusan pengadilan yang dikasasi terlepas dari keberatan kasasi
yang diajukan pemohon. Alasan sendiri Mahkamah Agung dapat menilai tepat
atau tidaknya putusan pengadilan yang dikasasi. Jadi, jika syarat formal telah
terpenuhi oleh pemohon,berarti permohonan kasasi “dapat diterima”. Apabila
permohonan kasasi sudah dapat diterima, untuk memeriksadan menguji tepat
tidaknya putusan pengadilan yang dikasasi, Mahkamah Agung dapat menempuh
dua cara
yaitu:
• Pertama, melakukan pemeriksaan dan bertitik tolak dari keberatan kasasi yang
diajukan pemohon. Inilah landasan pertama dan utama dari keberatan kasasi yang
13
diajukan. Mahkamah Agung mulai melangkah menelusuri dan menilai benar atau
tidaknya penerapan hukum dalam putusan yang dikasasi sesuai dengan apa yang
digariskan dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP.
• Kedua, atas alasan sendiri Mahkamah Agung dapat menilai putusan pengadilan
yang dikasasi. Mengenai kewenangan Mahkamah Agung menerima atau
mengabulkan kasasi atas alasan sendiri telah menjadi asas positif, sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Banding merupakan upaya hukum biasa yang pertama terhadap penetapan atau
putusan pengadilan tingkat pertama untuk di ajukan atau dimohonkan pemeriksaan
ulangan dipengadilan tingkat banding. Pemeriksaan perkara dalam pengadilan tingkat
banding adalah pemeriksaan ulang secara keseluruhan. Adapun dasar hukum tentang
banding adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Pokok
Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan. Permohonan banding
harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan (pasal 7
UU No 20/1947).
2. Kasasi merupakan hak, oleh karena itu tergantung kepada mereka untuk
mempergunakan hak tersebut. Sekiranya terdakwa atau penuntut umum
menerima putusan yang dijatuhkan, mereka dapat mengesampingkan hak itu,
akan tetapi apabila mereka merasa keberatan akan putusan yang dijatuhkan
pengadilan tinggi, mereka dapat mempergunakan hak untuk mengajukan
pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung. Adapun landasan hukum
kewenangan kasasi diatur dalam ketentuan pasal 24 a ayat (1) perubahan ke-3
UUD 1945, pasal 20 ayat (2) UU no 48 tahun 2009, penjelasan umum angka 2 ,
pasal 28 dan 30 UU no. 48 tahun 2009.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fence M. Wantu. 2011. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Reviva
Cendekia , Yogyakarta, 2011, hlm. 92
https://id.scribd.com/doc/154871632/Makalah-Upaya-Hukum
diakses 12/10/2023 pukul 20.00
16