Anda di halaman 1dari 3

Nama : Stephanie Halim

NIM: 200200315

Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini. Upaya hukum ada upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
1. Hukum Biasa
Upaya hukum biasa terdiri dari banding (Pasal 233-243 KUHAP) dan kasasi (Pasal
244-258 KUHAP).
1) Banding
Banding adalah 1. memeriksa kembali putusan pengadilan di tingkat pertama, 2.
mengoreksi putusan pengadilan tingkat pertama jika ditemukan kesalahan atau
kelalaian dalam memberikan putusan, 3. mencegah kesewenang-wenangan atau
penyalahgunaan jabatan oleh pengadilan tingkat pertama. Putusan banding (putusan
Pengadilan Tinggi) dapat berupa menguatkan putusan Pengadilan Negeri, mengubah
putusan Pengadilan Negeri dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri. Prosedur
Mengajukan Permohonan Banding :
1. Dinyatakan dihadapan Panitera Pengadilan Negeri dimana putusan
tersebut dijatuhkan, dengan terlebih dahulu membayar lunas biaya permohonan
banding
2. Permohonan banding dapat diajukan tertulis atau lisan oleh yang
berkepentingan maupun kuasanya
3. Panitera Pengadilan Negeri akan membuat akte banding yang memuat
hari dan tanggal diterimanya permohonan banding dan ditandatangani oleh
panitera dan pembanding. Permohonan banding tersebut dicatat dalam Register
Induk Perkara Perdata dan Register Banding Perkara Perdata
4. Permohonan banding tersebut oleh panitera diberitahukan kepada pihak
lawan paling lambat 14 hari setelah permohonan banding diterima.
5. Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta berkas perkara
di Pengadilan Negeri dalam waktu 14 hari
6. Walau tidak harus tetapi pemohon banding berhak mengajukan memori
banding sedangkan pihak Terbanding berhak mengajukan kontra memori
banding. Untuk kedua jenis surat ini tidak ada jangka waktu pengajuannya
sepanjang perkara tersebut belum diputus oleh Pengadilan Tinggi.
7. Pencabutan permohonan banding tidak diatur dalam undang-undang
sepanjang belum diputuskan oleh Pengadilan Tinggi pencabutan permohonan
banding masih diperbolehkan
2) Kasasi
Kasasi adalah salah satu upaya hukum biasa di tingkat terakhir yang diperiksa
oleh Mahkamah Agung. Tujuan kasasi adalah agar putusan terakhir yang
bertentangan dengan hukum dapat dibatalkan. Alasan pengajuan kasasi
ditentukan dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP yaitu untuk menentukan: 1.
apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak
sebagaimana mestinya; 2. apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan
menurut ketentuan Undang-Undang; 3. apakah benar pengadilan telah
melampaui batas kewenangannya. Prosedur mengajukan Permohonan Kasasi :
1. Permohonan kasasi disampaikan oleh pihak yang berhak baik secara
tertulis atau Lisan kepada Panitera Pengadilan Negeri yang memutus
perkara tersebut dengan melunasi biaya kasasi
2. Negeri akan mencatat permohonan kasasi dalam buku daftar, dan hari
itu juga membuat akta permohonan kasasi yang dilampirkan pada berkas
3. Paling lambat 7 hari setelah permohonan kasasi didaftarkan panitera
Pengadilan Negeri memberitahukan secara tertulis kepada pihak lawan
4. Dalam tenggang waktu 14 hari setelah permohonan kasasi dicatat dalam
buku daftar pemohon kasasi wajib membuat memori kasasi yang berisi
alasan-alasan permohonan kasasi
5. Panitera Pengadilan Negeri menyampaikan salinan memori kasasi pada
lawan paling lambat 30 hari
6. Pihak lawan berhak mengajukan kontra memori kasais dalam tenggang
waktu 14 hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi
7. Setelah menerima memori dan kontra memori kasasi dalam jangka
waktu 30 hari Panitera Pengadilan Negeri harus mengirimkan semua
berkas kepada Mahkamah Agung
2. Hukum Luar Biasa
Upaya ini diatur dalam Pasal 259-269 KUHAP, yang terdiri dari Kasasi Demi
Kepentingan Hukum dan Peninjauan Kembali.
A. Kasasi Demi Kepentingan Hukum
Dasar hukumnya Pasal 259-262 KUHAP. Kasasi demi kepentingan hukum
ialah upaya hukum luar biasa yang diajukan terhadap semua putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan putusan pengadilan (Putusan
Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi) selain Putusan Mahkamah Agung.
Upaya hukum ini bertujuan untuk mencari keadilan dan meluruskan putusan
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap yang dianggap bahwa penerapan
hukumnya mengandung kesalahan atau menimbulkan pertanyaan hukum yang
penting bagi perkembangan hukum. Pasal 259 KUHAP mengatur tentang upaya
ini menyatakan : (1). Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari Pengadilan lain selain daripada
Mahkamah Agung dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa
Agung (2) Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan
pihak yang berkepentingan. Cara pengajuan kasasi ini yaitu :
1) Jaksa Agung mengetahui adanya putusan yang perlu di Kasasi
Demi Kepentingan Hukum berdasarkan laporan dan bahan yang
diberikan oleh Pimpinan Kejaksaan Daerah (Kajati/Kajari)
2) Berdasarkan pada laporan dan pemberitahuan inilah Jaksa
Agung menentukan perlu/tidaknya diajukan Kasasi Demi Kepentingan
Hukum
3) Bila pendapat Kajari/Kajati disetujui Jaksa Agung, maka Jaksa
Agung memberikan surat kuasa khusus kepada Kajari untuk
mengajukan Kasasi Demi Kepentingan Hukum atas nama Jaksa Agung
4) Jaksa Agung mengajukan permohonan secara tertulis, tidak
boleh secara lisan (Pasal 260 ayat 1 KUHAP).
5) Permohonan disampaikan kepada Mahkamah Agung melalui
Panitera Pengadilan Negeri yang memutus perkara itu dalam tingkat
Pertama, bukan langsung kepada Mahkamah Agung.
6) Permohonan disertai risalah yang memuat alasan permintaan
pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum
7) Risalah merupakan syarat mutlak yang bersifat memaksa; tanpa
risalah permintaan pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum
dianggap tidak memenuhi “Syarat Formil” (Syarat ini dapat kita tarik
secara analogi dari ketentuan pasal 248 ayat 1 KUHAP)
8) Alasan Keberatan yang harus diajukan dalam risalah harus
berpedoman dan bertitik tolak pada ketentuan pasal 253 ayat 1 KUHAP
9) Tenggang waktu permohonan Kasasi Demi Kepentingan Hukum
tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu tertentu
B. Peninjauan Kembali
Dasar hukumnya Pasal 263-269 KUHAP, Pasal 23 UU No. 48/2009, Pasal 60-
76 UU 14/1985 jo UU 5/2004, Putusan MA No. 109PK/PID/2007 tentang
Polycarpus, dan Putusan MK No. 34/PUU-XI/2013 tentang Peninjauan
Kembali Lebih dari Satu Kali. Adanya Putusan MK No. 34/PUU-XI/2013
menjadikan upaya hukum ini dapat dilakukan lebih dari satu kali apabila
ditemukan novum baru berdasarkan pemanfaatan iptek dan teknologi. PK
adalah suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana dalam suatu
kasus hukum terhadap suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap dalam sistem peradilan di Indonesia. PK dilakukan untuk mengoreksi
putusan-putusan MA yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Permohonan PK dilakukan apabila : 1. terdapat keadaan baru yang
menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu
sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan
lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringan, 2. Apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan
yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang
lain, 3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai