Anda di halaman 1dari 13

PAPER PRAKTEK PERADILAN

BERLAKUNYA HUKUM ACARA PIDANA PADA PENGADILAN


TINGKAT PERTAMA, BANDING DAN KASASI

NADYA APRILIANI TAUFAN


NIM : 202074201074/ VB

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
2022
PENDAHULUAN

Hukum acara pidana berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana,

oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian peraturan yang

memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa yaitu kepolisian,

kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan

mengadakan hukum pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP)

telah mengakomodasikan perlindungan hak asasi manusia yang dituangkan dalam

banyak pasal sebagai hak-hak tersangka atau hak-hak terdakwa secara memadai, akan

tetapi dalam perjalanannya apa yang tersurat dalam pasal-pasal di dalam KUHAP

tersebut kurang ditaati dan dilaksanakan dengan baik oleh aparat penegak hukum,

khususnya pada tingkat penyidikan dan penuntutan. Hal ini terbukti bahwa sekalipun

KUHAP telah memberikan batasan dengan asas-asas yang harus dipegang teguh oleh

aparat penegak hukum antara lain seperti : a) asas legalitas, b) asas praduga tidak

bersalah, c) asas yang menekankan tentang hak-hak tersangka dalam memberikan

keterangan secara bebas tanpa rasa takut, d) asas tentang hak untuk mendapat

pembelaan dan bantuan hukum dan lain-lain. akan tetapi di dalam praktiknya banyak

tindakan aparat penegak hukum dalam proses peradilan pidana yang menyimpang

akibat penggunaan kewenangan secara tidak bertanggung jawab dan tidak terkontrol.

Kewenangan yang sedianya dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan terhadap


hak-hak asasi manusia telah berubah menjadi alat penindas dan penyiksa warga

negara yang disangka melakukan tindak pidana.

Hukum acara pidana di Indonesia saat ini telah diatur dalam satu undang-

undang yang dikenal dengan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

(selanjutnya disebut KUHAP), yakni undang- undang No 8 tahun 1981, yang mulai

berlaku sejak tanggal 31 desember 1981, KUHAP, merupakan hukum acara pidana

bagi tindak pidana umum, terkodifikasi dan unifikasi.

Salah satu point penting dalam KUHAP sebagai pengganti Hierziene inlands

reglement (selanjutnya disebut HIR) yang sebelumnya berlaku adalah diakuinya hak

hak asasi manusia dalam proses peradilan pidana disemua tingkatan yang ditandai

dengan bergantinya sistem inquisatoir menjadi accusatoir. Beberapa lembaga

dibentuk didalam sistem peradilan pidana versi KUHAP semakin menunjukan

komitmen pemerintah menjamin tercapainya tujuan hukum acara pidana yaitu

mencari kebenaran materiil dengan kesetaraan kedudukan antar keseluruan subyek

hukum didalamnya.

Hukum acara atau hukum formal adalah peraturan hukum yang mengatur

tentang tata cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum

materil. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

hukum materil melalui suatu proses dengan berpedoman kepada peraturan yang di

cantumkan dalam hukum acara. Artinya bahwa hukum acara itu berpungsi apabila

ada masalah yang di hadapi individu-individu dan terhadap masalah itu perlu di

selesaikan secara adil untuk memperoleh kebenaran.


Hukum Acara Pidana yang di sebut juga hukum pidana formal mengatur cara

bagaimana pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum materil.

Penyelenggaraan di lakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana. Ketentuan-ketentuan Hukum Acara Pidana itu di tulis

secara sistematik dan teratur dalam sebuah Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP). Mencari kebenaran dalam perkara pidana di perlukan proses-

proses mulai dari penyidikan yang di lakukan oleh Penyidik, tuntutan oleh jaksa

Penuntut Umum dan pemeriksaan serta putusan oleh hakim.


ISI DAN PEMBAHASAN

A. PENGADILAN TINGKAT PERTAMA

Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi

rakyat pencari keadilan pada umumnya.

a. Prosedur Meja Pertama

1. Perkara pidana, lengkap dengan surat dakwaannya dan surat-surat yang

berhubungan dengan perkara tersebut.

2. Pendaftaran perkara pidana biasa dalam buku register induk, dilaksanakan

dengan mencatat nomor perkara sesuai dengan urutan dalam buku register

tersebut.

3. Pendaftaran perkara pidana singkat, dilaksanakan setelah Hakim menetapkan

dalam persidangan, bahwa perkara tersebut akan diperiksa menurut acara

pemeriksaan singkat.

4. Pendaftaran perkara tindak pidana ringan dan lalu lintas dilaksanakan setelah

perkara itu diputus oleh Pengadilan.

5. Pengisian kolom-kolom buku register, harus dilaksanakan dengan tertib dan

cermat, berdasarkan jalannya penyelesaian perkara.


6. Berkas perkara yang diterima, harus dilengkapi dengan formulir Penetapan

Majelis Hakim disampaikan kepada Wakil Panitera, selanjutnya segera

diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri melalui Panitera.

7. Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya, segera diserahkan kepada

Majelis Hakim yang ditunjuk setelah dilengkapi dengan formulir Penetapan

Hari Sidang, dan pembagian perkara dicatat dengan tertib.

8. Penetapan hari sidang pertama dan penundaan sidang beserta alasan

penundaannya yang dilaporkan oleh Panitera Pengganti setelah persidangan,

harus dicatat didalam buku register dengan tertib.

9. Pemegang buku register, harus mencatat dengan cermat dalam register yang

terkait, semua kegiatan perkara yang berkenaan dengan perkara banding,

kasasi, peninjauan kembali, grasi dan pelaksanaan putusan ke dalam buku

register induk yang bersangkutan.

b. Prosedur Meja Kedua

1. Menerima pernyataan banding, kasasi, peninjauan kembali, dan grasi/remisi.

2. Menerima/memberikan tanda terima atas:

(a) Memori banding.

(b) Kontra memori banding.

(c) Memori kasasi.

(d) Kontra memori kasasi.

(e) Alasan peninjauan kembali.


(f) Jawaban/tanggapan peninjauan kembali.

(g) Permohonan grasi/remisi.

(h) Penangguhan pelaksanaan putusan.

3. Membuat akta permohonan berpikir bagi terdakwa.

4. Membuat akta tidak mengajukan permohonan banding.

5. Menyiapkan dan menyerahkan salinan-salinan putusan Pengadilan, apabila

ada permintaan dari pihak yang bersangkutan.

6. Pelaksanaan tugas-tugas pada Meja Pertama dan Meja Kedua, dilakukan oleh

Panitera Muda Pidana dan berada langsung dibawah pengamatan Wakil

Panitera.

B. TINGKAT BANDING

Dalam hukum, banding adalah salah satu jenis upaya hukum bagi

terpidana atau jaksa penuntut umum untuk meminta pada pengadilan yang

lebih tinggi agar melakukan pemeriksaan ulang atas

putusan pengadilan negeri karena dianggap putusan tersebut jauh dari

keadilan atau karena adanya kesalahan-kesalahan di dalam pengambilan

putusan.

Jangka waktu banding Bagi yang hadir yakni selambat-lambatnya 7

(tujuh) hari setelah putusan dibacakan. Bagi yang tidak hadir selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari setelah putusan diberitahukan secara resmi. Jangka


waktu tidak perlu ada alasan banding, artinya tidak diwajibkan membuat

memori banding dan kontra memori banding (hak).

Diajukan ke Pengadilan Tinggi dengan menyampaikan kepada

Kepaniteraan Pengadilan Negeri, dikarenakan PT terdapat di wilayah

propinsi, PN ada di kabupaten/kotamadya. Para pihak berperkara di PN dan

diharuskan PT akan memberatkan pencari keadilan. Jangka waktu

menyatakan banding selambat-lambatnya 7 hari ketika vonis dibacakan,

dimana terdakwa harus hadir, apabila ada beberapa orang terdakwa maka bagi

putusan tersebut dapat dibacakan kepada 1 orang saja.

a. Prosedur Banding

1. Permohonan banding diajukan dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah putusan

dijatuhkan, atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak

hadir dalam pengucapan putusan.

2. Permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut

harus ditolak dengan. membuat surat keterangan.

3. Permohonan banding yang telah memenuhi prosedur dan waktu yang

ditetapkan, harus dibuatkan akta pemyataan banding yang ditandatangani oleh

Panitera dan pemohon banding, serta tembusannya diberikan kepada pemohon

banding.
4. Dalam hal pemohon tidak dapat menghadap, hal ini harus dicatat oleh

Panitera dengan disertai alasannya dan catatan tersebut harus dilampirkan

dalam berkas perkara serta juga ditulis dalam daftar perkara pidana.

5. Permohonan banding yang diajukan harus dicatat dalam buku register induk

perkara pidana dan register banding.

6. Panitera wajib memberitahukan permohonan banding dari pihak yang satu

kepada pihak yang lain.

7. Tanggal penerimaan memori dankontra memori banding, harus dicatat dan

salinannya disampaikan kepada pihak yang lain, dengan membuat relas

pemberitahuan/penyerahannya.

8. Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi, selama 7 hari pemohon

banding wajib diberi kesempatan untuk mempelajari berkas perkara.

9. Dalam waktu 14 (empat betas) hari sejak permohonan banding diajukan,

berkas perkara banding berupa berkas A dan B harus sudah dikirim ke

Pengadilan Tinggi.

10. Selama perkara banding belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, permohonan

banding dapat dicabut sewaktu-waktu, dan dalam hal sudah dicabut tidak

boleh diajukan permohonan banding lagi.

C. TINGKAT KASASI

Kasasi adalah salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh

salah satu atau kedua belah pihak (terdakwa atau penuntut) terhadap suatu
putusan pengadilan tinggi. Terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan

kasasi bila masih merasa belum puas dengan isi putusan pengadilan tinggi

kepada mahkamah agung.

Jangka Waktu bagi yang hadir yakni, selambat-lambatnya 14 (empat

belas) hari setelah putusan dibacakan dan bagi yang tidak hadir selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari setelah putusan diberitahukan secara resmi.

Kasasi diajukan yakni harus ada alasan yuridis, sehingga wajib membuat

memori kasasi dan pihak lawan berhak atau tidak wajib membuat kontra

memori kasasi, imperatif, limitatif, fakultatif.

a. Prosedur Kasasi

1. Permohonan kasasi diajukan dalam waktu 14 (empat belas) hari sesudah

putusan pengadilan yang dimintakan kasasi diberitahukan.

2. Permohonan kasasi yang telah memenuhi prosedur, dan tenggang waktu yang

te1ah ditetapkan harus dibuatkan akta pernyataan kasasi yang ditandatangani

oleh Panitera.

3. Permohonan kasasi wajib diberitahukan kepada pihakl awan dan dibuatkan

akta/relaas pemberitahuan permohonan kasasi.

4. Terhadap permohonan kasasi yang melewati tenggang waktu tersebut, tetap

diterima dengan membuat surat keterangan oleh Panitera yang diketahui oleh

Ketua Pengadilan Negeri, dan berkas perkara tersebut dikirim ke Mahkamah

Agung.
5. Memori kasasi selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat betas) hari

sesudah pernyataan kasasi, harus sudah diterima pada Kepaniteraan

Pengadilan Negeri.

6. Dalam hal terdakwa selaku pemohon kasasi kurang memahami hukum,

Panitera wajib menanyakan dan mencatat alasan-alasan kasasi dengan

membuat memori kasasi baginya.

7. Dalam hal pemohon kasasi tidak menyerahkan memori kasasi, panitera harus

membuat pernyataan bahwa pemohon tidak mengajukan memori kasasi.

8. Sebelum berkas perkara dikirim kepada Mahkamah Agung, pihak yang

bersangkutan hendaknya diberi kesempatan mempelajari berkas perkara

tersebut.

9. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah tenggang

waktu mengajukan memori kasasi berakhir, berkas perkara berupa berkas A

dan B harus sudah dikirim ke Mahkamah Agung.

10. Foto copy relas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung, supaya dikirim ke

Mahkamah Agung.
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil adalah untuk penerapan hukum acara pidana

pada pengadilan tingkat pertama, banding dan kasasi adalah jika tidak terima dengan

putusan pada pengadilan tingkat pertama dapat mengajukan banding dan kasasi

dengan prosedur yang memuat jangka waktu, pengurusan administrasi, serta alasan-

alasan diajukannya banding dan kasasi.

Untuk banding Jangka waktu banding Bagi yang hadir yakni selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari setelah putusan dibacakan. Bagi yang tidak hadir selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari setelah putusan diberitahukan secara resmi. Jangka waktu

tidak perlu ada alasan banding, artinya tidak diwajibkan membuat memori banding
dan kontra memori banding (hak) yang diajukan ke Pengadilan Tinggi dengan

menyampaikan kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri.

Sementara untuk kasasi Jangka waktu bagi yang hadir yakni, selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari setelah putusan dibacakan dan bagi yang tidak hadir

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah putusan diberitahukan secara resmi.

Kasasi diajukan yakni harus ada alasan yuridis, sehingga wajib membuat memori

kasasi dan pihak lawan berhak atau tidak wajib membuat kontra memori kasasi,

imperatif, limitatif, fakultatif.

REFERENSI

Mahkamah Agung, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan (Buku

II), Cet. II, 1997.

https://www.pn-jakartatimur.go.id/baru/prosedur-upaya-hukum.html

https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/layanan-hukum/prosedur-pengajuan-

dan-biaya-perkara/41-prosedur-perkara-pidana

Anda mungkin juga menyukai