Anda di halaman 1dari 8

Alifia Diani Putri

1406536234
Hukum Acara Pidana dan
Pembuktian
Kelas D Reguler
Pemeriksaan Perkara Pidana di Pengadilan

Sebelum melakukan pemeriksaan di pengadilan, terlebih dahulu dilakukan


penyelidikan, penyidikan, kemudian penuntutan. Apabila terhadap suatu perkara pidana telah
dilakukan penuntutan, maka perkara tersebut diajukan ke pengadilan. Tindak Pidana tersebut
untuk selanjutnya diperiksa, diadili dan diputus oleh majelis hakim dan Pengadilan Negeri
yang berjumlah 3 (tiga) Orang.1
Di pengadilan kemudian akan ditentukan acara pemeriksaan perkara di pengadilan,
sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan. Terdapat 3 (tiga) macam acara pemeriksaan
perkara pidana di pengadilan, yaitu:
1. Pemeriksaan Acara Biasa
Tahap-tahap pemeriksaan acara biasa adalah:2
a. Penunjukan hakim atau majelis hakim dilakukan oleh KPN setelah Panitera
mencatatnya di dalam buku register perkara seterus¬nya diserahkan kepada Ketua
Pengadilan Negeri untuk menetapkan Hakim/ Majelis yang menyidangkan perkara
tersebut.
b. Ketua Pengadilan Negeri dapat mendelegasikan pembagian perkara kepada Wakil
Ketua terutama pada Pengadilan Negeri yang jumlah perkaranya banyak.
c. Pembagian perkara kepada Majelis/ Hakim secara merata dan terhadap perkara yang
menarik pehatian masyarakat, Ketua Majelisnya KPN sendiri atau majelis khusus.
d. Sebelum berkas diajukan ke muka persidangan, Ketua Majelis dan anggotanya
mempelajari terlebih dahulu berkas perkara.
e. Sebelum perkara disidangkan, Majelis terlebih dahulu mempelajari berkas perkara,
untuk mengetahui apakah surat dakwaan telah memenuhi-syarat formil dan materil.
f. Dalam hal Pengadilan berpendapat bahwa perkara menjadi kewenangan pengadilan
lain maka berkas perkara dikembalikan dengan penetapan dan dalam tempo 2 X 24
jam, dikirim kepada Jaksa Penuntut Umum dengan perintah agar diajukan ke
Pengadilan yang berwenang (pasal 148 KUHAP).

1
NiaMaryam Doraq, “Proses Pemeriksaan Perkara Pidana di Indonesia,”
https://www.kompasiana.com/sitim4ryam/proses-pemeriksaan-perkara-pidana-di-
indonesia_550e2d24813311c42cbc631f, diakses pada 26 Maret 2018.
2
“Pemeriksaan Perkara Pidana dengan Acara Biasa,” http://www.pn-cibinong.go.id/index.php/2015-06-06-01-
33-01/pemeriksaan-perkara-pidana-acara-biasa, diakses pada 26 Maret 2018.

1
g. Jaksa Penuntut Umum selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari dapat
mengajukan perlawanan terhadap penetapan tersebut dan dalam waktu 7 (tujuh) hari
Pengadilan Negeri wajib mengirimkan perlawanan tersebut ke Pengadilan Tinggi
(pasal 149 ayat 1 butir d KUHAP).
h. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip persidangan diantaranya
pemeriksaan terbuka untuk umum, hadirnya terdakwa dalam persidangan dan
pemeriksaan secara langsung dengan lisan.
i. Terdakwa yang tidak hadir pada sidang karena surat panggilan belum siap,
persidangan ditunda pada hari dan tanggal berikutnya.
j. Ketidakhadiran terdakwa pada sidang tanpa alasan yang sah, sikap yang diambil:
1) sidang ditunda pada hari dan tanggal berikutnya;
2) memerintahkan Penuntut Umum untuk memanggil terdakwa;
3) jika panggilan kedua, terdakwa tidak hadir lagi tanpa alasan yang sah,
memerintahkan Penuntut Umum memanggil terdakwa sekali lagi;
4) jika terdakwa tidak hadir lagi, maka memerintahkan Penuntut Umum untuk
menghadirkan terdakwa pada sidang berikutnya secara paksa.
k. Keberatan diperiksa dan diputus sesuai dengan ketentuan KUHAP.
l. Perkara yang terdakwanya ditahan dan diajukan permohonan penangguhan/
pengalihan penahanan, maka dalam hal dikabulkan atau tidaknya permohonan
tersebut harus atas musyawarah Majelis Hakim.
m. Dalam hal permohonan penangguhan/ pengalihan penahanan dikabulkan, penetapan
ditandatangani oleh Ketua Majelis dan Hakim Anggota.
n. Penahanan terhadap terdakwa dilakukan berdasar alasan sesuai Pasal 21 ayat (1) dan
ayat (4) KUHAP, dalam waktu sesuai Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29
KUHAP.
o. Penahanan dilakukan dengan mengeluarkan surat perintah penahanan yang berbentuk
penetapan.
p. Penangguhan penahanan dilakukan sesuai Pasal 31 KUHAP.
q. Dikeluarkannya terdakwa dari tahanan dilakukan sesuai Pasal 26 ayat (3) dan Pasal
190 huruf b.
r. Hakim yang berhalangan mengikuti sidang, maka Ketua PN menunjuk Hakim lain
sebagai penggantinya.
s. Kewajiban Panitera Pengganti yang mendampingi Majelis Hakim untuk mencatat
seluruh kejadian dalam persidangan.

2
t. Berita Acara Persidangan mencatat segala kejadian disidang yang berhubungan
dengan pemeriksaan perkara, memuat hal penting tentang keterangan saksi dan
keterangan terdakwa, dan catatan khusus yang dianggap sangat penting.
u. Berita Acara Persidangan ditandatangani Ketua Majelis dan Panitera Pengganti,
sebelum sidang berikutnya dilaksanakan.
v. Berita Acara Persidangan dibuat dengan rapih, tidak kotor, dan tidak menggunakan
tip-ex jika terdapat kesalahan tulisan.
w. Ketua Majelis Hakim/ Hakim yang ditunjuk bertanggung jawab atas ketepatan batas
waktu minutasi.
x. Segera setelah putusan diucapkan Majelis Hakim dan Panitera Pengganti
menandatangani putusan.
y. Segera setelah putusan diucapkan pengadilan memberi¬kan petikan putusan kepada
terdakwa atau Penasihat Hukumnya dan Penuntut Umum.
2. Pemeriksaan Acara Singkat3
Pemeriksaan terhadap perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan
paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah
dan penghinaan ringan, kecuali perkara pelanggaran lalu lintas. Berdasarkan Pasal 203
KUHAP maka yang diartikan dengan perkara acara singkat adalah perkara pidana yang
menurut Penuntut Umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya
sederhana.
Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh Penuntut Umum dapat dilakukan
pada hari¬hari persidangan tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang
bersangkutan. Pada hari yang telah ditetapkan tersebut penuntut umum langsung
membawa dan melimpahkan perkara singkat ke muka Pengadilan. Ketua Pengadilan
Negeri sebelum menentukan hari persidangan dengan acara singkat, sebaiknya
mengadakan koordinasi dengan Kepala Kejaksaan Negeri setempat dan supaya berkas
perkara dengan acara singkat diajukan tiga hari sebelum hari persidangan. Penunjukan
Majelis / Hakim dan hari persidangan disesuaikan dengan keadaan di daerah masing-
masing. Pengembalian berkas perkara kepada kejaksaan atas alasan formal atau berkas
perkara tidak lengkap. Pengembalian berkas perkara dilakukan sebelum perkara diregister.
Cara pengembalian kepada kejaksaan dilakukan secara langsung pada saat sidang di
pengadilan tanpa prosedur administrasi.

3
“Hukum Acara Pidana,” http://www.jflegalnetwork.com/hukum-acara-pidana/, diakses pada 26 Maret 2018.

3
Dalam acara singkat, setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis serta menanyakan
identitas terdakwa kemudian Penuntut Umum diperintahkan untuk menguraikan tindak
pidana yang didakwakan secara lisan, dan hal tersebut dicatat dalam Berita Acara Sidang
sebagai pengganti surat dakwaan (Pasal 203 ayat 3 KUHAP). Tentang pendaftaran perkara
pidana dengan acara singkat, didaftar di Panitera Muda Pidana setelah Hakim memulai
pemeriksaan perkara. Apabila pada hari persidangan yang ditentukan terdakwa dan atau
saksi-saksi tidak hadir, maka berkas dikembalikan kepada Penuntut Umum secara
langsung tanpa penetapan, sebaiknya dengan buku pengantar (ekspedisi).
Hakim dalam sidang dapat memerintahkan kepada penuntut umum mengadakan
pemeriksaan tambahan untuk menyempurnakan pemeriksaan penyidikan jika hakim
berpendapat pemeriksaan penyidikan masih kurang lengkap. Perintah pemeriksaan
tambahan dituangkan dalam surat penetapan. Pemeriksaan tambahan dilakukan dalam
waktu paling lama 14 hari, sejak penyidik menerima surat penetapan pemeriksaan
tambahan. Jika hakim belum menerima hasil pemeriksaan tambahan dalam waktu tersebut,
maka hakim segera mengeluarkan penetapan yang memerintahkan supaya perkara
diajukan dengan acara biasa. Pemeriksaan dialihkan ke pemeriksaan acara cepat dengan
tata cara sesuai Pasal 203 ayat (3) huruf b KUHAP.
Untuk kepentingan persidangan Hakim menunda persidangan paling lama 7 hari.
Putusan perkara pidana singkat tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam Berita
Acara Sidang. BAP dibuat dengan rapi, tidak kotor, dan tidak menggunakan tip ex jika
terdapat kesalahan tulisan diperbaiki dengan renvoi. Ketua Majelis Hakim / Hakim yang
ditunjuk bertanggung-jawab atas ketepatan batas waktu minutasi.Paling lambat sebulan
setelah pembacaan putusan, berkas perkara sudah diminutasi. Hakim memberikan surat
yang memuat amar putusan kepada terdakwa atau penasihat hukumnya, dan penuntut
umum.
Tahap-tahap pemeriksaan acara singkat adalah sebagai berikut:4
a. Berdasarkan pasal 203 KUHAP maka yang diartikan dengan perkara acara singkat
adalah perkara pidana yang menurut Penuntut Umum pembuktian serta penerapan
hukumnya mudah dan sifatnya sederhana.

4
“Pemeriksaan Perkara Pidana Acara Singkat,” http://www.pn-sumber.go.id/hal-pemeriksaan-perkara-pidana-
acara-singkat.pnsumber, diakses pada 26 Maret 2018.

4
b. Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh Penuntut Umum dapat dilakukan
pada hari¬-hari persidangan tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri
yang bersangkutan.
c. Pada hari yang telah ditetapkan tersebut penuntut umum langsung membawa dan
melimpahkan perkara singkat kemuka Pengadilan.
d. Ketua Pengadilan Negeri sebelum menentukan hari persidangan dengan acara singkat,
sebaiknya mengadakan koordinasi dengan Kepala Kejaksaan Negeri setempat dan
supaya berkas perkara dengan acara singkat diajukan tiga hari sebelum hari
persidangan.
e. Penunjukan Majelis/ Hakim dan hari persidangan disesuaikan dengan keadaan di
daerah masing-masing.
f. Pengembalian berkas perkara kepada kejaksaan atas alasan formal atau berkas perkara
tidak lengkap.
g. Pengembalian berkas perkara dilakukan sebelum perkara diregister.
h. Cara pengembalian kepada kejaksaan dilakukan secara langsung pada saat sidang di
pengadilan tanpa prosedur adminstrasi.
i. Dalam acara singkat, setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis serta menanyakan
identitas terdakwa kemudian Penuntut Umum diperintahkan untuk menguraikan
tindak pidana yang didakwakan secara lisan, dan hal tersebut dicatat dalam Berita
Acara Sidang sebagai pengganti surat dakwaan (pasal 203 ayat 3 KUHAP).
j. Tentang pendaftaran perkara pidana dengan acara singkat, didaftar di Panitera Muda
Pidana setelah Hakim memulai pemeriksaan perkara.
k. Apabila pada hari persidangan yang ditentukan terdakwa dan atau saksi-saksi tidak
hadir, maka berkas dikembalikan kepada Penuntut Umum secara langsung tanpa
penetapan, sebaiknya dengan buku pengantar (ekspedisi).
l. Hakim dalam sidang dapat memerintahkan kepada penuntut umum mengadakan
pemeriksaan tambahan untuk menyempurnakan pemeriksaan penyidikan jika hakim
berpendapat pemeriksaan penyidikan masih kurang lengkap.
m. Perintah pemeriksaan tambahan dituangkan dalam surat penetapan.
n. Pemeriksaan tambahan dilakukan dalam waktu paling lama 14 hari, sejak penyidik
menerima surat penetapan pemeriksaan tambahan.
o. Jika hakim belum menerima hasil pemeriksaan tambahan dalam waktu tersebut, maka
hakim segera mengeluarkan penetapan yang memerintahkan supaya perkara diajukan
dengan acara biasa.

5
p. Pemeriksaan dialihkan ke pemeriksaan acara cepat dengan tata cara sesuai Pasal 203
ayat (3) huruf b KUHAP.
q. Untuk kepentingan persidangan Hakim menunda persidangan paling lama 7 hari.
r. Putusan perkara pidana singkat tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam Berita
Acara Sidang.
s. BAP dibuat dengan rapi, tidak kotor, dan tidak menggunakan tip ex jika terdapat
kesalahan tulisan diperbaiki dengan renvoi.
t. Ketua Majelis Hakim/ Hakim yang ditunjuk bertanggung- jawab atas ketepatan batas
waktu minutasi.
u. Paling lambat sebulan setelah pembacaan putusan, berkas perkara sudah diminutasi.
v. Hakim memberikan surat yang memuat amar putusan kepada terdakwa atau penasihat
hukumnya, dan penuntut umum.
3. Pemeriksaan Acara Cepat5
Tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga
bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah, dan penghinaan
ringan. Yang diartikan dan termasuk perkara-perkara dengan acara cepat adalah perkara-
perkara pidana yang diancam dengan hukuman tidak lebih dari 3 (tiga) bulan penjara atau
denda Rp. 7.500,- -(Pasal 205 ayat (1) KUHAP), yang mencakup tindak pidana ringan,
pelanggaran lalu lintas (Pasal 211 KUHAP beserta penjelasannya) juga kejahatan
“penghinaan ringan” yang dimaksudkan dalam Pasal 315 KUHP dan diadili oleh Hakim
Pengadilan Negeri dengan tanpa ada kewajiban dari Penuntut Umum untuk menghadirinya
kecuali bilamana sebelumnya Penuntut Umum menyatakan keinginannya untuk hadir pada
sidang itu.
Terdakwa tidak hadir di persidangan. Putusan verstek yakni putusan yang dijatuhkan
tanpa hadirnya terdakwa (Pasal 214 ayat (2) KUHAP), apabila putusan berupa pidana
perampasan kemerdekaan, terpidana dapat mengajukan perlawanan yang diajukan kepada
pengadilan yang memutuskan, dan Panitera memberitahukan Penyidik tentang adanya
perlawanan dan Hakim menetapkan hari persidangan untuk memutus perkara perlawanan
tersebut. Perlawanan diajukan dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah putusan diberitahukan
secara sah kepada terdakwa. Terhadap putusan yang berupa pidana perampasan
kemerdekaan, dapat diajukan banding. Dalam hubungan perkara-perkara pidana dengan
acara cepat, Panitera memelihara 2 (dua) register (Pasal 61 Undang-undang No.2 Tahun

5
“Hukum Acara Pidana,” http://www.jflegalnetwork.com/hukum-acara-pidana/, diakses pada 26 Maret 2018.

6
1986 (apakah perlu jo UU 49 tahun 2009 meskipun di UU yang baru tidak merubah pasal
tsb), tentang Peradilan Umum), yakni: a. Register tindak pidana ringan, b. Register
pelanggaran lalu lintas.
Pemeriksaan acara cepat hanya dapat dilakukan terhdap 2 (dua) tindak pidana, yaitu:6
a. Tindak Pidana Ringan:
1) Pengadilan menentukan hari tertentu dalam 7 (tujuh) hari untuk mengadili
perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan.
2) Hari tersebut diberitahukan Pengadilan kepada Penyidik supaya dapat
mengetahui dan mempersiapkan pelimpahan berkas perkara tindak pidana
ringan.
3) Pelimpahan perkara tindak pidana ringan, dilakukan Penyidik tanpa melalui
aparat Penuntut Umum.
4) Penyidik mengambil alih wewenang aparat Penuntut Umum.
5) Dalam tempo 3 (tiga) hari Penyidik menghadapkan segala sesuatu yang
diperlukan ke sidang, terhitung sejak Berita Acara Pemeriksaan selesai dibuat
Penyidik.
6) Jika terdakwa tidak hadir, Hakim dapat menyerahkan putusan tanpa hadirnya
terdakwa;
7) Setelah Pengadilan menerima perkara dengan Acara Pemeriksaan Tindak Pidana
Ringan, Hakim yang bertugas memerintahkan Panitera untuk mencatat dalam
buku register.
8) Pemeriksaan perkara dengan Hakim tunggal.
9) Pemeriksaan perkara tidak dibuat BAP, karena Berita Acara Pemeriksaan yang
dibuat oleh penyidik sekaligus dianggap dan dijadikan BAP Pengadilan.
10) BAP Pengadilan dibuat, jika ternyata hasil pemeriksaan sidang Pengadilan
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat
Penyidik.
11) Putusan dalam pemeriksaan perkara tindak pidana ringan tidak dibuat secara
khusus dan tidak dicatat/ disatukan dalam BAP. Putusannya cutup berupa bentuk
catatan yang berisi amar-putusan yang disiapkan/dikirim oleh Penyidik.
12) Catatan tersebut ditanda tangani oleh Hakim dan dicatat dalam buku register.

6
“Pemeriksaan Perkara Pidana dengan Acara Cepat,” http://www.pn-stabat.go.id/2015-06-06-01-33-
01/pemeriksaan-perkara-pidana-acara-cepat.html, diakses pada 26 Maret 2018.

7
13) Pencatatan dalam buku register ditandatangani oleh Hakim dan Panitera sidang.
b. Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
1) Catatan pemeriksaan yang dibuat Penyidik, memuat dakwaan dan pemberitahuan
diserahkan kepada Pengadilan selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang
pertama.
2) Panitera dalam pemeriksaan sidang tidak perlu membuat berita acara. Putusan
adalah berupa catatan Hakim dalam formulir tilang dan Panitera Pengganti
melapor pada petugas register untuk mencatat dalam buku register.
3) Pada hari dan tanggal yang ditentukan dalam pembe¬ritahuan pemeriksaan
terdakwa atau wakilnya tidak datang di sidang Pengadilan pemeriksaan perkara
tidak ditunda tetapi dilanjutkan.
4) Dalam hal putusan diucapkan diluar hadirnya terdakwa, Panitera segera
menyampaikan surat amar putusan kepada terdakwa melalui Penyidik.
5) Penyidik mengembalikan surat amar putusan yang telah diberitahukan itu kepada
Panitera.
6) Panitera meneliti apakah dalam surat amar putusan terdapat tanggal serta tanda
tangan terpidana.
7) Tenggang waktu mengajukan perlawanan 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
pemberitahuan putusan kepada terpidana.
8) Panitera memberitahukan kepada Penyidik tentang adanya pengajuan perlawanan
dari terpidana.
9) Pemberitahuan disusul dengan Penetapan Hakim tentang hari sidang untuk
memeriksa kembali perkara yang bersangkutan.
10) Pengembalian barang sitaan/ bukti segera setelah putusan dijatuhkan dan setelah
yang bersangkutan memenuhi amar putusan.

Anda mungkin juga menyukai