Tentang
UPAYA HUKUM
Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
FAKULTAS SYARI’AH
1444H/2023M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi mahha penyayang yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada setiap hambanya. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita jalan
yang benar serta di ridhoi Allah SWT. Atas berkat rahmat pertolongan dan hidayahnya-lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dengan judul “UPAYA HUKUM”.
Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga sangat mengharapakan kritk dan saran pembaca yang bersifat membangun agar
dalam pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan mamfaat bagi pembaca terutama penulis khususnya. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Penulis
(kelompok 10)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerikasaan suatu perkara pidana didalam suatu proses pengadilan pada hakekatnya
adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materille warhead) terhadap perkar
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
dalam memperoleh bukti-buki yang dibutuhkan untuk mrngungkap suatu perkara baik pada
tahap pemeriksaan pendahuluan seperti penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap
persidangan perkara tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan upaya hukum biasa?
2. Apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya hukum biasa
2. Untuk mengetahuui apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa
BAB II
PEMBAHASAN
UPAYA HUKUM
Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan adalah untuk memperoleh putusan
Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap putusan yang dijatuhkan oleh Hakim
belum tentu dapat menjamin kebenaran secara yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari
kekeliruan dan kekhilafan, bahkan tidak mustahil bersifat memihak. Agar kekeliruan dan
kekilafan itu dapat diperbaiki, maka demi tegaknya kebenaran dan keadilan, terhadap putusan
Hakim itu dimungkinkan untuk diperiksa ulang. Cara yang tepat untuk dapat mewujudkan
kebenaran dan keadilan itu adalah dengan melaksanakan upaya hukum. Jadi, Upaya hukum
merupakan Upaya atau alat untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu putusan
(Krisna Harahap, 2003 : 114-115).
Upaya hukum merupakan hak terdakwa yang dapat dipergunakan apabila si terdakwa
merasa tidak puas atas putusan yang diberikan oleh pengadilan. Karena upaya hukum ini
merupakan hak, jadi hak tersebut bisa saja dipergunakan dan bisa juga si terdakwa tidak
menggunakan hak tersebut. Akan tetapi, bila hak untuk mengajukan upaya hukum tersebut
dipergunakan oleh si terdakwa, maka pengadilan wajib menerimanya. Hal ini dapat dilihat
dalam KUHAP pada rumusan pasal 67 yang menyatakan: “terdakwa atau penuntut umum berhak
untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama, kecuali terhadap putusan
bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan
hukum dan putusan pengadilan acara cepat.
Upaya hukum biasa terdiri dari dua bagian, bagian pertama tentang pemeriksaan
tingkat banding dan bagian kedua adalah pemeriksaan kasasi.
1. Banding
a. Pengertian
Banding merupakan lembaga yang tersedia bagi para pihak yang tidak
menerima atau menolak putusan pengadilan pada tingkat pertama, ketentuan
dimaksud diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peraturan
Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura yang mencabut ketentuan banding
yangterdapat pada Herziene Inlandsche Reglement (HIR).
Namun demikian, untuk ketentuan banding bagi yurisdiksi pengadilan
tingkat banding di luar Jawa danMadura ketentua3n tersebut masih diatur dalam
Pasal 199 sampai dengan Pasa 205 Rechtsglement Buitengewesten (RBg).
acara banding dalam perkara pidana pada awalnya diatur dalam pasal 350-356
HIR yang kemudian dicabut oleh Stb. 1932 No. 460 jo 580, sehingga hanya
tinggal ketentuan yang diatur dalam Reglement op de strafvordering voor de
raden van justitie op java en het hooggerechtshof van Indonesia (pasal 282 dst.)
serta Rbg pasal 660. Sekarang hal banding dalam perkara pidana diaur dalam
KUHAP pasal 67, 87, 233-243 KUHAP.
a. Pengertian
Kasasi adalah salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah satu
atau kedua belah pihak (terdakwa atau penuntut) terhadap suatu putusan pengadilan
tinggi. Terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan kasasi bila masih merasa belum
puas dengan isi putusan pengadilan tinggi kepada mahkamah agung. Kasasi berasal dari
bahasa Prancis yaitu cassation yang berarti memecah atau membatalkan.
asasnya, landasan hukum kewenangan kasasi diatur dalam ketentuan pasal 24 A
ayat (1) perubahan ke-3 UUD 1945, pasal 20 ayat (2) UU no. 48 tahun2009, penjelasan
umum angka 2, pasal 28 dan 30 UU no. 48 tahun 2009.
Kasasi bertujuan memeriksa sejauh mana penerapan hukum yang dilaksanakan
pengadilan yang memutuskan sebelumnya (judex factie) apakah telah terjadi kesalahan
penerapan hukum atau hakim pengadilan sebelumnya telah memutus perkara dengan
melampaui kekuasaan kehakiman yang dimilikinya, atau hakim yang memutuskan
sebelumnya itu nyata keliru atau khilaf dalam menerapkan aturan hukum mengenai
perkara bersangkutan, maka dalam pengertian seperti itulah yang dimaksudkan mengapa
kasasi bisa langsung diajukan atas putusan bebas (vrijspraak) oleh hakim pengadilan
negeri.
Pihak lawan berhak mengajukan surat jawaban terhadap .memori kasasi kepada
Panitera sebagaimana dimaksudkan ayat (1), dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi.
Setelah menerima memori kasasi dan jawaban terhadap memori kasasi
sebagaimana dimaksudkan Pasal 47, Panitera Pengadilan yang memutus perkara
dalam tingkat pertama, mengirimkan permohonan kasasi, memori kasasi, jawaban
atas memori kasasi, beserta berkas perkaranya kepada Mahkamah Agung dalam
waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
Panitera Mahkamah Agung mencatat permohonan kasasi tersebut dalam buku
daftar dengan membubuhkan nomor urut menurut tanggal penerimaannya, membuat
catatan singkat tentang isinya, dan melaporkan semua itu kepada Mahkamah
Agung.
Menyatakan sebagai upaya hukum luar biasa, kasasi demi kepentingan hukum
ialah untuk mencapai kesatuan penafsiran hukum oleh pengadilan. Kasasi demi
kepentingan hukum diajukan jika sudah tidak ada upaya hukum biasa yang dapat
dipakai.
a. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung,
hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan
hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap
perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;
b. apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah
terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan
yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan
yang lain;
c. apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim
atau suatu kekeliruan yang nyata.
Dari kedua jenis upaya hukum yang telah dipaparkan diatas dengan berbagai persamaan
dan perbedaannya maka perlulah kita mengetahui tujuan dari upaya hukuk itu sendiri dan untuk
menjamin adanya kepastiam hukum dengan mengadakan peradilan ditingkat berbeda.
Tranfaransi hukum juga akan terlihat, karena pada hakikatnya orang yang melakukan upaya
hukum adalah orang yang mempertahankan haknya untuk mendapatkkan rasa keadilan yang
tentunya relative dan subjektif.
DAFTAR PUSTAKA
Krisna Harahap, 2003, pengadilan negeri, pengadilan Tinggi, Mahmakah Agung Dan
pengadilan tata uasaha Negara. Rineka Cipta
Jur Andi Hamzah, 2008, Hukum Pidan Indonesia , Jakarta: sinar Grafika
Soepomo , 1993, Hukum Acara Perdata pengadilan negeri, Jakarta :pradnya paramita
Retnowulan Sutantuo, 2022, hukum acara perdata dalam teoi praktik. Mandar, bandung