UPAYA HUKUM
Oleh :
DEWI SAFITRIYANI (2020506501003)
JONI HERLAMBANG (2020506501001)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul upaya hukum ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
Sumarni,S.H.,M.H.I pada mata kuliah Hukum Acara Perdata. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Sumarni,S.H.,M.H.I selaku, Dosen mata
kuliah Hukum Acara Perdata Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
HALAMAN JUDUL………………………………………….…………….. i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah……...…………………………………….………...…... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ………………………………………………………..…..…… 14
B. Saran …………………………………………………….………..……… 14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia pengadilan, sebenarnya hanya ada satu hal pokok yang dicari
para pencari keadilan yaitu Putusan Hakim. Prosedur dan tatacaranya diatur dalam
undang-undang, dimana dalam pembuatan dan penerapan undang-undang tersebut
diupayakan seadil-adilnya. Hal tersebut jelas terlihat apabila terdapat putusan
pengadilan yang dirasa tidak atau kurang memenuhi rasa keadilan maka oleh
undang-undang diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan melalui upaya
hukum banding, kasasi, maupun melalui peninjauan kembali.
Dalam undang-undang diupayakan seadil-adil mungkin dalam pembuatannya
dan juga penerapan undang-undang tersebut. Dan juga tidak dikesampingkan hak
dari pada terpidana. Ini jelas terlihat dari kesempatan yang diberikan
undang-undang dalam berbagai tingkatan. Misalnya saja seseorang yang tidak
puas dengan putusan pengadilan maka dia mempunyai hak untuk mengajukan
kembali ketidaksetujuannya itu kepada pengadilan tinggi.
Jika sebuah keputusan pada tingkat banding juga tidak memuaskan salah satu
pihak, maka pihak yang merasa tidak puas dengan keputusan tersebut dapat
mengajukan peninjauan kembali (PK) pada tingkatan Mahkamah Agung (MA)
dalam bentuk kasasi. Maka dalam makalah ini kami mencoba membahas tentang
prosedur atau tatacara dalam pengajuan banding dan kasasi atau lebih tepatnya
tentang upaya-upaya hukum dalam undang-undang pengadilan di Indonesia,
pengertian dari upaya hukum dan bentuk-bentuk upaya hukum yang telah
digariskan oleh undang-undang (KUHAP) dan juga, tentang hak dari para pihak
yang tidak puas terhadap putusan pengadilan negeri ataupun pengadilan tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan upaya hukum dalam perkara perdata ?
2. Bagaimana macam-macam upaya hukum dalam perkara perdata ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas pribadi dari dosen mata kuliah Hukum Acara Perdata.
2. Untuk dapat mengetahui pengertian upaya hukum dalam perkara perdata.
3. Untuk dapat memahami macam-macam upaya hukum dalam perkara perdata.
BAB II
PEMBAHASAN
Upaya hukum dibedakan antara upaya hukum terhadap upaya hukum biasa
dengan upaya hukum luar biasa.
b. Banding
Banding merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta
oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu
putusan Pengadilan Negeri.Para pihak mengajukan banding bila
merasa tidak puas dengan isi putusan Pengadilan Negeri kepada
Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri dimana putusan tersebut
dijatuhkan.
Dasar Hukum :
Banding diatur dalam pasal 188 s.d. 194 HIR (untuk daerah Jawa dan
Madura) dan dalam pasal 199 s.d. 205 RBg (untuk daerah di luar Jawa
dan Madura). Kemudian berdasarkan pasal 3 Jo pasal 5 UU No. 1/1951
(Undang-undang Darurat No. 1/1951), pasal188 s.d. 194 HIR
dinyatakan tidak berlaku lagi dan diganti dengan UU Bo. 20/1947
tentang Peraturan Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu, dengan kriteria dan pernyataan tertentu pula yang disepakati antara pemesan
( pembeli ) dan penjual ( pembuat ).
Dasar Hukum Qs. Al-Baqarah : 275 dan HR. Muslim.
Rukun istishna terdiri dari :
1. Penjual / penerima pesanan ( shani’)
2. Pembeli / pemesan (mustashni’)
3. Barang (Mashnu’)
4. Harga (tsanan)
5. Ijab qabul (sighat)
syarat istishna yaitu :
1. Barang (mashnu’)
2. Harga
Salam adalah akad jual beli barang pesanan antara pembeli dan penjual dengan
pembayaran dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan saat
akhir kontrak.
Dasar hukum QS. Al-Baqarah : 282 Dan HR. Bukhari Muslim
Rukun akad salam :
1. Pembeli (musalam)
2. Penjual (musala ilaih)
3. Ucapan (sighah)
4. Barang yang dipesan (muslam fiqh)
syarat akad salam yaitu :
1. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad (pembayaran dilakukan lebih
dulu).
2. Barang menjadi utang si penjual
3. Barang diserahkan dikemudian hari (diberikan sesuai waktu yang dijanjikan)
4. Barang harus jelas, baik ukuran, timbangan ataupun bilangannya
5. Harus diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya
6. tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.
B. SARAN
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
saya. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya,
karena kami hanyalah hamba Allah yang tak luput dari salah, khilaf, Alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Anto Gillas, Implementasi Jual Beli Istisna’ dalam Lembaga Keuangan Syariah,
Makalah tahun 2016.
Chandra Utama, Pengenalan Produk dan Akad dalam Perbankan Syariah Majalah
Ilmiah Vol. 13 no 2 Agustus 2009.
Erdi Marduwira, Akad Istishnā’ Dalam Pembiayaan Rumah Pada Bank Syariah
Mandiri, Jakarta : UIN Syrif Hidayatullah, 2010.
Frida Umami “Implementasi Jual Beli Salam Dalam Lembaga Keuangan Syariah,
Makalah tahun 2016.
Imam Mustofa, “Fiqh Mu’amalah Kontemporer”, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2014.
Kasmir, “ Dasar-Dasar Perbankan”, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014.
Rizal Yahya, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Jakarta: Selemba Empat, 2009.
Siti Mujiatun, “Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam dan Istisna’”, Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, Volume 13, No. 2, September 2013.
Wiwik Fitria Ningsih, “Modifikasi Pembiayaan Salam dan Implikasi Perlakuan
Akuntansi Salam”, Jurnal Akuntansi Universitas Jember, Jember: Universitas
Jember, Volume 13, No. 2, Desember 2015.
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke praktik, (Jakarta : Gema
Insani, 2001), hlm 113.
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo 2018
).hlm.67
Novi Puspitasari, Keuangan Islam,(Yogyakarta : UII ( Anggota IKAPI ) 2018
),hlm.134
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf. Akuntnsi Keuangan Syariah. Cet
IV ( Jakarta LPFE Usakti : 2010 ).hlm.57.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Halia Indonesia,
2012) hlm.127
Hery, S.E.,M.Si., CRP., RSA., CFRM,. Akuntansi Syariah ( jakarta : Grasindo 2018
).hlm.59
Diakses pada tanggal 30 November 2022 Pukul 21.48 WIB dari
https://www.academia.edu/37825336/akad_istishna_dan_salam_docx