Anda di halaman 1dari 13

PELAKSANAAN PUTUSAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama
Dosen Pengampu:
Dr. H. Acep Saefuddin, S.H., M.Ag

Disusun Oleh:

Muhammad Fadlurrahman Azis 1203010092

Muhammad Frayoga Mustafasyam 1203010095

Nandi Nursamsi 1203010100

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga penyusun dapat merampungkan penyusunan makalah Hukum Acara
Peradilan Agama dengan judul "Pelaksanaan Putusan" yang dibimbing oleh Dr. H. Acep
Saefuddin, S.H., M.Ag tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin penyusun upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalahini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Pelaksanaan Putusan.....................................................................................3
B. Pelaksanaan Putusan Secara Sukarela.............................................................................3
C. Pelaksanaan Eksekusi......................................................................................................4
D. Asas-Asas Eksekusi........................................................................................................5
E. Jenis-Jenis Eksekusi........................................................................................................6
F. Tata Cara Eksekusi..........................................................................................................7
G. Lelang..............................................................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan
hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat diubah
lagi. Dengan putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan
untuk selamalamanya, bahwa apabila putusan tidak ditaati secara sukarela, maka putusan
tersebut dapat dipaksakan dengan bantuan alat-alat negara. Ketentuan pada Pasal 195 Ayat
(1) HIR/ Pasal 206 Ayat (1) RBg yang menyatakan bahwa:

Dalam perkara perdata oleh karena pihak yang menang telah memperoleh putusan
hakim yang menghukum pihak lawannya maka ia berhak dengan alat-alat yang
diperbolehkan oleh undang-undang untuk memaksa pihak lawan guna mematuhi
putusan hakim itu. Hak ini memang sudah selayaknya, sebab kalau tidak ada
kemungkinan untuk memaksa orang yang dihukum maka peradilan akan tidak ada
gunanya.

Cara pelaksanaan putusan hakim diatur dalam Pasal 195 sampai dengan Pasal 208
HIR. Putusan dilaksanakan di bawah pimpinan ketua Pengadilan Agama yang mula-mula
memutus perkara tersebut. Pelaksanaan dimulai dengan menegur pihak yang kalah dalam
delapan hari memenuhi putusan tersebut dengan suka rela. Jika pihak yang kalah tidak mau
melaksanakan putusan itu dengan sukarela, maka baru pelaksanaan yang sesungguhnya di
mulai. Setelah waktu tersebut terlampaui dan pihak yang kalah belum memenuhi eksekusi
sesuai dengan amar putusan hakim, maka dengan ketetapan Ketua Pengadilan Agama,
selanjutnya memerintahkan Jurusita dengan disertai dua orang saksi yang dipandang mampu
dan cakap untuk melaksanakan sita eksekusi terhadap barang-barang termohon eksekusi yang
setelah itu dibuat berita acaranya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pelaksanaan putusan ?
2. Bagaimana pelaksanaan putusan secara sukarela ?
3. Bagaimana pelaksanaan putusan secara paksa/Eksekusi ?
4. Apa saja asas-asas eksekusi ?
5. Apa saja jenis eksekusi ?
6. Bagaimana tata cara eksekusi ?
7. Apa pengertian lelang ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pelaksanaan putusan
2. Mengetahui pelaksanaan putusan secara sukarela
3. Mengetahui pelaksanaan putusan secara paksa/Eksekusi
4. Mengetahui asas-asas eksekusi
5. Mengetahui jenis eksekusi
6. Mengetahui tata cara eksekusi
7. Mengetahui pengertian lelang

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelaksanaan Putusan
Pengertian Pelaksanaan Putusan menurut Subekti mengandung arti bahwa pihak yang
dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan tersebut secara sukarela, sehingga putusan itu
harus dipaksakan padanya dengan bantuan kekuatan hukum. Dengan kekuatan hukum ini
dimaksudkan pada Polisi, kalau perlu Polisi Militer (angkatan bersenjata).

Menurut Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata : pelaksanaan putusan


adalah upaya paksa yang dilakukan terhadap pihak yang kalah yang tidak mau secara
sukarela menjalankan putusan pengadilan, dan bila perlu dengan bantuan kekuatan hukum.

Sudikno Mertokusumo mengatakan, pelaksanaan putusan hakim atau eksekusi pada


hakekatnya tidak lain ialah realisasi dari pada kewajiban pihak yang bersangkutan untuk
memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan tersebut.

Dari pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan putusan /eksekusi
adalah putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan. Dan putusan pengadilan yang dapat
dilaksanakan adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde). Putusan yang sudah berkekuatan tetap adalah putusan yang sudah tidak mungkin
lagi dilawan dengan upaya hukum verzet, banding, dan kasasi. Pengadilan Agama sebagai
salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dapat melaksanakan segala putusan yang
dijatuhkannya secara mandiri tanpa harus melalui bantuan Pengadilan Negeri. Hal ini berlaku
setelah ditetapkannya UU No. 7/1989.

B. Pelaksanaan Putusan Secara Sukarela


Pada prinsipnya, dalam perkara perdata pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan
oleh pihak yang dikalahkan. Akan tetapi, terkadang pihak yang kalah tidak mau menjalankan
putusan secara sukarela. Di dalam peraturan perundang-undangan tidak diatur jangka waktu
apabila putusan akan dilaksanakan secara sukarela oleh pihak yang kalah. Pihak yang
menang dapat meminta bantuan pihak pengadilan untuk memaksakan eksekusi putusan.1 Jika
1
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt50c7fbf57efb8/kapan-jangka-waktu-putusan-perdata-
bisa-dieksekusi-dan-apa-dasar-hk-nya-/ (Di akses pada 20 September 2021, Pukul 18.59 WIB).

3
setelah jangka waktu yang telah ditetapkan dan putusan masih juga tidak dilaksanakan, maka
Ketua Pengadilan akan memerintahkan penyitaan atas barang-barang milik pihak yang kalah
sampai dirasa cukup akan pengganti jumlah uang yang tersebut di dalam keputusan itu dan
ditambah pula dengan semua biaya untuk menjalankan keputusan itu (Pasal 197 HIR).

Eksekusi, sebagai tindakan paksa menjalankan putusan pengadilan yang telah


berkekuatan hukum tetap baru merupakan pilihan hukum apabila pihak yang kalah tidak mau
menjalankan atau memnuhi isi putusan secara sukarela, tindakan eksekusi harus disingkirkan.
Oleh karena itu, harus dibedakan antara menjalankan putusan secara sukarela dan
menjalankan putusan secara eksekusi.2 Akibat dari keadaan tidak ada kepastian jika putusan
dilaksanakan secara sukarela, sering dijumpai berbagai praktik pemenuhan putusan secara
seukarela berbeda antara satu pengadilan dengan pengadilan yang lain.3

Ada Pengadilan yang tidak mau campur tangan atas pemenuhan secara sukarela, ada
pula pengadilan yang aktif ambil bagian dalam menyelesaikan pemenuhan putusan secara
sukarela. Walaupun dilakukan secara sukarela, Ketua Pengadilan melalui Juru Sita
seharusnya:

1. Membuat berita acara pemenuhan putusan secara sukarela


2. Disaksikan oleh dua orang saksi
3. Pembuatan berita acara dan kesaksian dilakukan di tempat pemenuhan putusan
dilakukan
4. Berita acara ditandatangani oleh Juru Sita, Para Saksi, dan Para Pihak yang
bersangkutan (Penggugat dan Tergugat).

Jadi, jangka waktu pelaksanaan putusan secara sukarela oleh pihak yang dikalahkan
tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan. Jika putusan tidak dilaksanakan, pihak
yang menang dapat memaksakan pelaksanaan eksekusi dengan mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan.

C. Pelaksanaan Eksekusi
Setiap akad menuntut pelakunya untuk memenuhi segala kewajiban yang telah
disepakati. Agar pelaku terhindar dari kesalahan berganda maka diperlukan jaminan. Terkait
kasus jaminan dalam sengketa ekonomi syari’ah, hakim jangan menjatuhkan putusan yang
amarnya tidak bisa di-eksekusi. Hakim harus mengambil kebijakan Ex officio (walaupun

2
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006) hlm. 11
3
Ibid, hlm. 12

4
dalam petitum tidak ada), yaitu semua jaminan kebendaan dalam perkara ekonomi syari’ah
harus bisa di eksekusi. Jaminan tanpa eksekusi merupakan benda mati yang tidak berfungsi.
Bagi pencari keadilan, eksekusi merupakan puncak keberhasilan dalam mencari keadilan.
Keberhasilan eksekusi merpakan tugas mulia utama bagi pengadilan dengan mempertaruhkan
nama pengadilan.

Menurut pendapat Bapak Drs. Wahyudi, SH, Msi selaku hakim Pengadilan Agama Sleman,
sebelum memeriksa dan memutuskan perkara ekonomi syari’ah yang diajukan oleh pihak
yang bersengketa, terkait mengenai masalah jaminan, hal-hal yang harus diperhatikan dan
diperiksa adalah :

1. Harus dilihat terlebih dahulu akad pembiayaannya

2. Harus diteliti dahulu apakah perkara tersebut gugatannya sudah masuk dalam ranah
melawan hukum atau belum

3. Selanjutnya diperiksa apakah bank sudah melakukan perbuatan hukum terhadap jaminan
tersebut.

D. Asas-Asas Eksekusi
Menurut Yahya Harahap ada empat asas eksekusi yang merupakan aturan dasar yang
harus dipenuhi dalam setiap putusan yang akan dieksekusi4, yakni sebagai berikut :

a. Putusan Pengadilan harus sudah berkekuatan hukum tetap.

Sifat putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah tidak ada lagi upaya
hukum, dalam bentuk putusan tingkat pertama, bisa juga dalam bentuk putusan tingkat
banding dan kasasi. Sifat dari putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah litis finiri
opperte, maksudnya tidak bisa lagi disengketakan oleh pihak-pihak yang berperkara. Putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap mempunyai kekuatan mengikat para pihak-pihak yang
berperkara dan ahli waris serta pihak-pihak yang mengambil manfaat atau mendapat hak dari
mereka. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat dipaksa pemenuhannya melalui
Pengadilan jika pihak yang kalah tidak mau melaksanakannya secara sukarela. Pengecualian
terhadap asas ini adalah : (1) pelaksanaan putusan uit voerbaar bij voorraad sesuai dengan
Pasal 191 ayat (1) R.Bg, dan Pasal 180 ayat (2) pelaksanaan putusan provisi sesuai dengan
Pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal 191 ayat (1) R.Bg. dan Pasal 54 Rv. (3) pelaksanaan putusan
4
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 28

5
perdamaian sesuai dengan Pasal 130 ayat (2) HIR dan Pasal 154 ayat (2) R.Bg. (4) eksekusi
berdasarkan Grose akte sesuai dengan Pasal 224 HIR. dan Pasal 258 R.Bg.

b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela

Maksudnya bahwa tergugat sebagai pihak yang kalah dalam perkara secara nyata tidak
bersedia melaksanakan amar putusan dengan sukarela. Sebaliknya apabila tergugat bersedia
melaksanakan amar putusan secara sukarela, maka dengan sendirinya tindakan eksekusi
sudah tidak diperlukan lagi.

c. Putusan mengandung amar Condemnatoir

Maksudnya pada putusan yang bersifat menghukum adalah terwujud dari adanya perkara
yang berbentuk yurisdictio contentiosa (bukan yurisdictio voluntaria), dengan bercirikan,
bahwa perkara bersifat sengketa (bersifat partai) dimana ada pengugat dan ada tergugat,
proses pemeriksaannya secara berlawanan antara penggugat dan tergugat. Misalnya amar
putusan yang berbunyi menghukum atau memerintahkan menyerahkan sesuatu barang.

d. Eksekusi di bawah pimpinan Ketua Pengadilan

Menurut Pasal 195 ayat (1) HIR dan Pasal 206 ayat (1) R.Bg yang berwenang melakukan
eksekusi adalah Pengadilan yang memutus perkara yang di minta eksekusi tersebut sesuai
dengan kompetentsi relatif. Pengadilan tingkat banding tidak diperkenankan melaksanakan
eksekusi.Sebelum melaksanakan eksekusi. Ketua Pengadilan terlebih dahulu mengeluarkan
penetapan yang ditujukan kepada Pantiera/Jurusita untuk melaksanakan eksekusi dan
pelaksanaan eksekusi tersebut dilaksanakan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan.6

E. Jenis-Jenis Eksekusi

Jika mengkaji tentang macam-macam eksekusi, maka umumnya ditemukan ada dua
macam eksekusi, terlepas dari pendapat yang mengatakan ada tiga macam; pertama, eksekusi
riil dan; kedua eksekusi pembayaran uang. Klasifikasi ini didasarkan kepada sasaran yang
dicapai oleh putusan pengadilan, adakalanya sasaran berupa untuk melakukan tindakan nyata,
yang kemudian karenanya disebut eksekusi rill, adapula yang sasarannya berupa pembayaran
sejumlah uang, yang karenanya disebut dengan eksekusi pembayaran uang. Selanjutnya
kapan eksekusi tersebut dapat dilaksanakan? Eksekusi tersebut dapat dilaksanakan jika
memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Ekseskusi riil dilaksanakan berdasarkan putusan yang:

6
a. Telah memperoleh kekuatan hukum tetap (res judicata);
b. Bersifat dijalankan lebih dulu (uitvoerbaar bij voorraad, provisionally enforceable);
c. Berbentuk provisi (interlocutory injunction); dan
d. Berbentuk akta perdamaian di sidang pengadilan.

2. Sedangkan eksekusi pembayaran sejumlah uang memiliki perbedaan, yaitu tidak hanya
berdasarkan putusan pengadilan, melainkan juga dapat berdasarkan akta-akta tertentu yang
disamakan dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap oleh undang-undang, di antaranya:

1) Grosse akta pengakuan hutang;

2) Grosse akta hipotek;

3) Crediet verband;

4) Hak Tanggungan (HT);

5) Jaminan Fidusia (JF).

F. Tata Cara Eksekusi

Dalam pelaksanaan eksekusi, terdapat tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut:

a. Adanya permohonan eksekusi

Setelah adanya putuan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap maka
pada dasarnya pemenuhan amar putusan tersebut harus dilaksanakan oleh pihak yang
kalah secara sukarela. Eksekusi akan dapat dijalankan apabila pihak yang kalah tidak
menjalankan putuan dengan sukarela, dengan mengajukan permohonan eksekusi oleh
pihak yang menang kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang.

b. Aanmaning

Permohonan eksekusi merupakan dasar bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk


melakukan peringatan atau aanmaning. Aanmaning merupakan tindakan dan upaya
yang dilakukan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara berupa “teguran”
kepada Tergugat (yang kalah) agar ia menjalankan isi putusan secara sukarela dalam
waktu yang ditentukan setelah Ketua Pengadilan menerima permohonan eksekusi dari

7
Penggugat. Pihak yang kalah diberikan jangka waktu 8 (delapan) hari untuk
melaksanakan isi putusan terhitung sejak debitur dipanggil untuk menghadap guna
diberikan peringatan.

c. Permohonan sita eksekusi

Setelah aanmaning dilakukan, ternyata pihak yang kalah tidak juga melakukan
amar dari putusan maka pengadilan melakukan sita eksekusi terhadap harta pihak
yang kalah berdasarkan permohonan dari pihak yang menang. Permohonan tersebut
menjadi dasar bagi Pengadilan untuk mengeluarkan Surat Penetapan yang berisi
perintah kepada Panitera atau Juru Sita untuk melakukan sita eksekusi terhadap harta
kekayaan tergugat, sesuai dengan syarat dan tata cara yang diatur dalam Pasal 197
HIR. Penetapan sita eksekusi merupakan lanjutan dari penetapan aanmaning. Secara
garis besar terdapat 2 (dua) macam cara peletakan sita yaitu sita jaminan dan sita
eksekusi. Sita jaminan mengandung arti bahwa, untuk menjamin pelaksanaan suatu
putusan di kemudian hari, barang-barang yang disita tidak dapat dialihkan,
diperjualbelikan atau dengan jalan lain dipindah tangankan kepada orang lain.
Sedangkan sita eksekusi adalah sita yang ditetapkan dan dilaksanakan setelah suatu
perkara mempunyai putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

d. Penetapan eksekusi

Setelah adanya permohonan sita eksekusi maka tahap selanjutnya adalah


dikeluarkannya Penetapan Eksekusi yang berisi perintah Ketua Pengadilan Negeri
kepada Panitera dan juru sita untuk menjalankan eksekusi.

G. Lelang

Setelah Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut Berita Acara Eksekusi


maka tahap selanjutnya adalah lelang. Lelang merupakan penjualan di muka umum harta
kekayaan termohon yang telah disita eksekusi atau menjual di muka umum barang sitaan
milik termohon yang dilakukan di depan juru lelang atau penjualan lelang dilakukan dengan

8
perantaraan atau bantuan kantor lelang dan cara penjualannnya dengan jalan harga penawaran
semakin meningkat atau semakin menurun melalui penawaran secara tertulis (penawaran
dengan pendaftaran).Tujuan lelang ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si tergugat.
Penggunaan kantor lelang dimaksudkan agar harga yang didapat tidak merugikan si tergugat
dan sesuai dengan harga yang sewajarnya di pasaran. Hasil lelang digunakan untuk
membayar kewajiban yang telah ditetapkan dalam putusan hakim.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan putusan atau eksekusi adalah putusan pengadilan yang dapat


dilaksanakan. Dan putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Pada prinsipnya, dalam perkara perdata pelaksanaan
9
putusan pengadilan dilakukan oleh pihak yang dikalahkan. Akan tetapi, terkadang pihak yang
kalah tidak mau menjalankan putusan secara sukarela. Di dalam peraturan perundang-
undangan tidak diatur jangka waktu jika putusan akan dilaksanakan secara sukarela oleh
pihak yang kalah. Pihak yang menang dapat meminta bantuan pihak pengadilan untuk
memaksakan eksekusi putusan Jenis eksekusi; pertama, eksekusi riil dan; kedua eksekusi
pembayaran uang.

Adapun prosedur eksekusi Putusan Pengadilan Agama secara berurutan sebagai berikut:

1) Pemohon mengajukan permohonan eksekusi jika termohon tidak melaksanakan isi


putusan;
2) Ketua PA atau MS menerbitkan penetapan aanmaning (teguran), yang memuat
perintah kepada jurusita agar memanggil termohon eksekusi untuk hadir pada sidang
aanmaning;
3) Panggilan jurusita atau jurusita pengganti terhadap termohon eksekusi;
4) Pelaksanaan sidang aanmaning melalui sidang insidentil yang dihadiri ketua, panitera
dan termohon eksekusi;

Penetapan perintah eksekusi oleh KPA atau KMS, jika ada laporan bahwa dalam tempo 8
(delapan) hari putusan tersebut tidak dilaksanakan oleh termohon eksekusi.

DAFTAR PUSTAKA

https://pta-bengkulu.go.id/images/artikel/sekitar%20eksekusi.pdf
https://www.slideshare.net/daniel_alfaruqi/pelaksanaan-putusan

http://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/993-eksekusi

10

Anda mungkin juga menyukai