Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Eksekusi

Diajukan Sebagai Syarat Pembelajaran Hukum Acara Peradilan Agama II

yang diampu oleh:

Dra. Yusliati, MA

Disusun oleh :

Al-Haqqi

Istiqomah (11920120571)

M. Al-Hafiz (11920110218)

Muhammad Shafwan Ikmal (11920110350)

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN STARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena hanya dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan barokah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Eksekusi”. Shalawat serta
salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan, Rasullullah Muhammad
SAW yang syafaatnya senantiasa kita harapkan di akhirat kelak.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ekonomi islam.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat, Amin.

Pekanbaru, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Eksekusi................................................................................................2
2.2 Macam-macam perkara yang bisa dieksekusi.........................................................3
2.3 Tata cara Eksekusi..................................................................................................3
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................5
3.2 Saran.......................................................................................................................5
Daftar Pustaka...............................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kewenangan Pengadilan Agama adalah menerima, memeriksa, memutus
dan menyelesaikan suatu perkara yang diajukan kepadanya, sesuaikan dengan
kewenangannya menurut peraturan perundang-undangan. Kewenangan
menyelesaikan perkara maknanya adalah termasuk melakukan eksekusi apabila
ada permohonan eksekusi karena pihak yang kalah tidak melaksanakan isi putusan
dengan sukarela.

Keempat kewenangan itu termasuk pelaksanaan eksekusi harus


dilakukannya sesuai dengan azas berperkara sederhana, cepat dan biaya ringan.
Kesempurnaan dalam pelaksanaan eksekusi ikut menentukan kesempurnaan
keadilan yang dirasakan bagi pencari keadilan. Seadil apapun putusan Hakim, bila
dilaksanakan eksekusinya dengan cara yang salah, akan membuat keadilan itu
menjadi tidak adil.

Dari uraian di atas, tampaklah suatu kesimpulan, bahwa urusan eksekusi


adalah bahagian yang sangat urgen di dalam tugas Pengadilan Agama

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Eksekusi?
2. Apa saja perkara yang bisa dieksekusi?
3. Bagaimana tatacara eksekusi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian Eksekusi
2. Mengetahui perkara yang bisa dieksekusi
3. Mengetahui tatacara eksekusi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eksekusi
Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara
paksa putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang
kalah (terseksekusi atau pihak tergugat) tidak mau menjalankan secara sukarela. 1
R. Subekti mengatakan, eksekusi adalah upaya dari pihak yang
dimenangkan dalam putusan guna mendapatkan yang menjadi haknya dengan
bantuan kekuatan hukum, memaksa pihak yang dikalahkan untuk melaksanakan
bunyi putusan.2
Selanjutnya menurut Subekti pengertian eksekusi atau pelaksanaan putusan,
mengandung arti bahwa pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan
tersebut secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan padanya dengan
bantuan kekuatan hukum. Dengan kekuatan hukum ini dimaksudkan pada Polisi,
kalau perlu Polisi Militer (angkatan bersenjata).3
Menurut Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata : eksekusi
adalah upaya paksa yang dilakukan terhadap pihak yang kalah yang tidak mau
secara sukarela menjalankan putusan pengadilan, dan bila perlu dengan bantuan
kekuatan hukum.4
Sudikno Mertokusumo mengatakan, pelaksanaan putusan hakim atau
eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi dari pada kewajiban pihak yang
bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan tersebut.
Dari pendapat para ahli tersebut pada prinsipnya, hanya putusan yang
berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yaitu putusan yang sudah tidak
mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum seperti verzet, banding dan kasasi
yang dapat dilaksanakan putusannya.

1 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta :


PT. Gramedia, 1989), h. 20
2 Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung : Bina Cipta, 1989), h. 128
3 Ibid, h. 13
4 Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Penelitian Tentang Perlindungan
Hukum Eksekusi Jaminan Kredit, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman, 1995), h. 20

2
2.2 Perkara yang dapat diajukan Eksekusi

Putusan yang dapat dieksekusi ialah yang memenuhi syarat-syarat perkara


eksekusi, yaitu:

a. Putusan telah berkekuatan hukum tetap, kecuali dalam hal


1) Pelaksanaan putusan serta merta, putusan yang dapat dilaksanakan
lebih dahulu
2) Pelaksanaan putusan provisi
3) Pelaksanaan akta perdamaian
4) Pelaksanaan grose akta
b. Putusan tidak dilaksanakan oleh pihak terhukum secara sukarela meskipun ia
telah diberi peringatan oleh ketua pengadilan agama
c. Putusan hakim bersifat condemnatoir
d. Eksekusi dilakukan atas perintah dan di bawah pimpinan ketua pengadilan
agama5

2.3 Tata cara eksekusi


A. Tata cara eksekusi riil
a) Surat permohonan eksekusi, dari pihak yang dimenangkan ditujukan
kepada ketua pengadilan agama yang memutus perkara dimaksud.
b) Aanmaning (peringatan) Teguran dari ketua pengadilan agama kepada
pihak yang kalah untuk segera melaksanakan isi putusan maksimal
delapan hari sejak aanmaning dilakukan (pasal 196 HIR/ 207 (2) R.Bg).
c) Ketua pengadilan membuat surat penetapan yang isinya memerintahkan
kepada panitera/juru sita untuk melaksanakan eksekusi sesuai dengan amar
putusan.
d) Surat pemberitahuan akan dilaksanakan eksekusi kepada pemohon
eksekusi, termohon eksekusi, kepala desa, camat dan kepolisian.
e) Eksekusi dilaksanakan ditempat objek eksekusi.

5 Hj. Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta :
Prenadamedia Group, 2018), h. 165

3
f) Membuat berita acara eksekusi.
g) Memberitahukan isi berita acara eksekusi (pasal 197 (5) HIR/ 209 (4)
R.Bg).

B. Tata cara eksekusi untuk melakukan suatu perbuatan


a) Surat permohonan eksekusi, agar isi putusan tersebut diganti dengan
membayar sejumlah uang.
b) Ketua pengadilan memanggil termohon eksekusi untuk pemeriksaan
persidangan guna menilai besarnya penggantian uang.
c) Mengubah amar putusan lama dengan baru berupa penghukuman
membayar sejumlah uang.
d) Aanmaning (peringatan)
e) Proses lelang didahului dengan sita eksekusi.
f) Pelaksanaan lelang oleh kantor lelang.

C. Tata cara eksekusi pembayaran sejumlah uang


a) Surat permohonan eksekusi dari pihak yang dimenangkan ditujukan
kepada ketua pengadilan agama yang memutus perkara dimaksud.
b) Aanmaning (peringatan) Teguran dari ketua pengadilan kepada pihak yang
kalah untuk segera melaksanakan isi putusan maksimal delapan hari sejak
aanmaning dilakukan (pasal 196 HIR/ 207 (2) R.Bg).
c) Penetapan sita eksekusi, jika sebelumnya belum pernah dilaksanakan sita
jaminan.
d) Pelaksanaan sita eksekusi oleh panitera/ juru sita.
e) Pelaksanaan lelang oleh kantor lelang.

4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna
mendapatkan yang menjadi haknya dengan bantuan kekuatan hukum, memaksa
pihak yang dikalahkan untuk melaksanakan bunyi putusan.
Putusan yang dapat dieksekusi ialah yang memenuhi syarat-syarat perkara
eksekusi, yaitu:

Putusan yang bisa dieksukusi adalah Putusan telah berkekuatan hukum


tetap, kecuali dalam hal

 Pelaksanaan putusan serta merta, putusan yang dapat dilaksanakan


lebih dahulu
 Pelaksanaan putusan provisi
 Pelaksanaan akta perdamaian
 Pelaksanaan grose akta
.
3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Makalah ini merupakan hasil
maksimal dari kami, dan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari yang
diharapkan dan sempurna. Karena itu, saran dan masukan,dari pembaca sangat
kami harapkan dalam penyempuranaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah


pengetahuan untuk kita semua.

5
DAFTAR PUSTAKA

M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang


Perdata, (Jakarta : PT. Gramedia, 1989)

Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung : Bina Cipta, 1989),

Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkarta Winata, Penelitian Tentang


Perlindungan Hukum Eksekusi Jaminan Kredit, (Jakarta : Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1995),

Hj. Sulaikin Lubis dkk, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di


Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2018)

Anda mungkin juga menyukai