Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN

Dosen Pengampu :
Muhammad Fahd Akbar, S.HI.M.H

Disusun oleh:

1. Puji Lestari NIM: (1791024013)


2. Siti Nur Kholifah NIM: (1791024012)
3. Ufil Khaila Syah NIM: (1791024011)

HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI (UNHASY)
TEBUIRENG JOMBANG
2019

Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,kami
panjatkan puji syukur kami atas kehadiratnya yang mana telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua,dan tak luput pula nikmat sehat wal’afiat sehingga kami
kelompok 4 mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah hukum acara perdata yang
berjudul “pemeriksaan perkara di persidangan”.
Makalah ini sudah kami buat dengan semaksimal mungkin, akan tetapi kami sadar
sepenuhnya bahwa makalah ini tidaklah sempurna dan masih banyak kekurangannya baik itu
dari segi penyusunan atau tata bahasa yang kami pakai.oleh karena itu,kami dengan terbuka
menerima semua saran maupun kritik dari pembaca agar kami bisa memperbaiki makalah ini
dengan lebik baik lagi atau sebaik mungkin.

Akhir kata,semoga makalah dengan judul “pemeriksaan perkara dipengadilan”ini bisa


bermanfaat bagi kita semua Amin Yarabbal Alamin.

Jombang, 20 Novembert 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan penelitian……………………………………………. 1
D. Manfaat penelitian
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… .. 2
A. Persiapan Pemeriksaan Perkara………………………………….. 2
1) Penunjukkan Majelis Hakim……………………………… 2
2) Cara Melakukan Pemanggilan……………………………
B. Pemeriksaan perkara……………………………………………..
1) Pemeriksaan oleh majelis hukum………………………..
2) Sidang terbuka untuk umum……………………………
3) Sidang tertutup untuk umum……………………………
4) Pencabutan dan perubahan gugatan……………………
5) Putusan gugur………………………………………….
6) Acara verstek……………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................... 6
B. Saran.......................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam hukum acara perdata setelah penggugat mendaftarkan gugatannya di
kepaniteraan pengadilan dan sudah melunasi biaya perkara. Dalam (pasal 121 ayat 4 HIR,145
ayat 4 Rbg) gugatan itu tidak akan didaftar apabila biaya perkara belum dibayar.kemudian
penggugat tinggal menunggu pemberitahuan tentang kapan hari sidang akan
dilaksanakan.dan setelah gugatan didaftarkan dan telah ditetapkan penunjukan,maka akan
dilaksanakanlah pemeriksaan perkara dipengadilan.dalam makalah ini kami akan
menjelaskan proses pemeriksaan perkara dan pemeriksaan perkara,perubahan dan pencabutan
gugatan,putusan gugur,dan acara verstek.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Pemeriksaan Perkara ?


2. Apa Saja Pemeriksaan Perkara Dipengadilan ?
3. Bagaimana Pencabutan Dan Perubahan Gugatan ?
4. Bagaimana Putusan Gugur ?
5. Apa Itu Acara Verstek ?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Apa Saja Proses Pemeriksaan Perkara


2. Untuk Menjelaskan Apa Itu Pemeriksaan Perkara Dipengadilan
3. Untuk Mengetahui Pencabutan Dan Perubahan Gugatan
4. Untuk Menjelaskan Putusan Gugur
5. Untuk Menjelaskan Acara Verstek

D.Manfaat Penelitian

Dengan harapan agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua yang membaca.Bisa
menjadi sumber pengetahuan tentang apa saja proses awal hingga akhir dari pemeriksaan
perkara dipengadilan,dan juga lebih memahami lagi tahap demi tahap.

BAB II
PEMBAHASAN KAJIAN TEORI
Menurut Bambang Sugeng menjelaskan, bahwa perkara dalam persidangan setelah
penggugat memasukkan gugatannya ke dalam daftar kepaniteraan pengadilan negeri dan
sudah melunasi biaya perkara, kemudian ia baru menunggu pemberitahuan hari sidang
pertama. Gugatan tersebut tidak akan terdaftar apabila belum membayar baiaya perkara.
Selanjutnya, setelah gugatan didaftar kemudian dibagikan surat penetapan penunjukkan oleh
ketua pengadilan negeri kepada hakim yang memeriksanya, kemudian hakim yang
bersangkutan dengan surat penetapan penunjukkan baru menentukan hari sidang perkara
sekaligus menyuruh untuk memanggil kedua belah pihak yang bersangkutan untuk
menghadap di pengadilan negeri pada hari sidang yang telah ditentukan serta membawa
saksi-saksi dan bukti-bukti yang diperlukan dalam persidangan tersebut.

Menurut Shopar Maru Hutagalung menjelaskan, proses jalannya persidangan sebagai


berikut :

1. . Gugatan diajukan kepada ketua pengadilan negeri di wilayah tempat kediaman


tergugat. Dan yang paling penting yang harus diperhatikan adalah efektifitas,baik
menyangkut proses,biaya,maupun tenaga (Pasal 118 ayat HIR/RIB).
2. Apabila tergugat lebih dari satu orang, sedangkan alamat dan tempat tinggalnya
berbeda, maka penggugat dapat memilih pengadilan negeri yang efektif.dalam hal
demikian ini,gugatan harus diajukan kepada ketua pengadilan negeri diwilyah hukum
alamat atau tempat tinggal pengutang (Pasal 118 ayat (2) HIR/RBg).
3. Jika alamat dan tempat tinggalnya tergugat tidak dapat dikenal, maka gugatan
diajukan di wilayah pengadilan negeri terakhir ia tinggali/tempati.
4. Apabila alamat /tempat tinggal terakhir ia tempati juga tidak diketahui maka, gugatan
dapat diajukan kepada ketua pengadilan negeri diwilayah hukum tempat tinggal
penggugat.(Pasal 118 ayat (3) HIR/RBg).
5. Berbeda halnya apabila objek gugatan adalah benda tidak bergerak/benda
tetap,contohnya:tanah,maka penggugat bisa mengajukan gugatan pda ketua
pengadilan negeri ditempat tinggal tergugat atau ditempat benda tidak bergerak itu
berada.(Pasal 118 ayat (3) HIR/RBg).
6. Penggugat dapat memilih mengajukan gugatannya dipengadilan negeri alamat
kediaman tergugat .yang terpenting harus dipertimbangkan efektifitasnya (Pasal 118
ayat (4) HIR/RBg).1

BAB III

PEMBAHASAN ANALISIS
A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN PERKARA

1. Penunjukkan Majelis Hakim


1
Hasan Burhanuddin,Sugiono Harinanto.2015.Hukum Acara Dan Praktik Peradilan Perdata.hal 64-67
Langkah pertama dalam menjalankan pemeriksaan dalam persidangan adalah :terlebih
dahulu penggugat mendaftarkan gugatannya kepada kepanitteraan pengadilan dan membayar
biaya perkara,setelah semua itu selesai maka penggugat tinggal menunggu pemberitahuan
hari siding yang akan dilaksanakan.Dalam (pasal 121 ayat 4 HIR,145 ayat 4 Rbg) gugatan itu
tidak akan didaftar apabila biaya perkara belum dibayar.

Kemudian setelah gugatan didaftar dan dibagikan dengan surat penetapan penunjukan
oleh ketua pengadilan negeri kepada hakim yang akan memeriksanya,maka hakim yang
bersangkutan dengan surat penetapan menentukan hari siding perkara tersebut sekaligus
menyuruh memanggil kedua belah pihak agar menghadap dipengadilan negeri pada hari
siding yang telah ditetapkan dengan membawa saksi-saksi serta bukti-bukti yang diperlukan
(pasal 121 ayat 1 HIR,145 ayat 1 Rbg).2 3

2. Cara Melakukan Pemanggilan

Ketua majelis hakim memerintahkan kepada panitera untuk memanggil kedua belah pihak
untuk hadir dipersidangan serta membawa saksi-saksi yang mereka minta dan membawa
surat-surat bukti yang diperlukan. 4

Pemanggilan dilakukan oleh jurusita yang menyerahkan surat panggilan (exploit)


beserta salinan surat gugat itu kepada tergugat pribadi ditempat tinggalnya,maka surat
panggilan diserahkan kepada kepala desa yang bersangkutan untuk diteruskan (pasal 390 ayat
1 HIR,718 ayat 1 Rbg).jikakalau tergugat telah meninggal,maka surat panggilan itu
diserahkan kepada ahli warisnya,kalaupun ahli warisnya tidak ada/ tidak diketahui,maka
diberikan kepada kepala desa ditempat tinggal terakhir dari tergugat yang meninggal
tersebut.apabila tidak diketauhi juga tempat tinggal tergugat,surat panggilan akan diserahkan
kepada bupati dan selanjutnya surat panggilan tersebut ditempatkan pada papan pengumuman
dipengadilan negeri.Pasal 126 HIR (ps.150 Rbg) memberi kemugkinan untuk memanggil
sekali lagi tergugat sebelum perkaranya diputus oleh hakim. ketentuan ini adil dan bijaksana,
karena dalam perkara hukum perdata kepentingan kedua belah pihak yang bersangkutan (baik
itu penggugat ataupun tergugat)sama pentingnya dan harus diperhatikan.oleh karena
itu,tergugat harus dipanggil secara layak/patut.setelah jurusita melakukan penyerahan surat
2
Baca Juga S.E.M.A. 01/1974 Tanggal 2 Mei 1974
3
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal 143

4
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 85
panggilan kepada tergugat,jurusita harus mnyerahkan risalah panggilan kepada hakim sebagai
bukti bahwa tergugat telah dipanggil. 5

B. PEMERIKSAAN PERKARA

1. Pemeriksaan oleh Majelis Hakim

Pemeriksaan perkara di muka pengadilan dilakukan oleh satu tim hakim yang berbentuk
majelis hakim. Majelis hakim yang memeriksa perkara dibantu oleh panitera. Panitera
tersebut bertugas mengikuti seluruh sidang dan musyawaroh majelis hakim serta mencatat
semua hal yang dibicarakan dalam sidang tersebut.6

Dalam pemeriksaan perkara dipengadilan tidak hanya mencangkup tentang perdata


namun undang-undang pokok kekusasaan kehakiman (no.19 tahun 1964)memuat pasal yang
berbunyi :

1) Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum,kecuali apabila dalam


undang-undang ditetapkan lain atau apabila menurut pendapat pengadilan yang
disetujui oleh pengadilan setingkat lebih tinggi,terdapat alasan yang penting.
2) Tidak dipenuhinya ketentuan syarat ayat (1) mengakibatkan batalnya putusan menurut
hukum.

Untuk dapat mengambil putusan yang tepat hakim harus harus mendengar penjelasan
kedua belah pihak.akan tetapi tidak jarang mendengarkan penjelasan dari kedua belah pihak
itu selalu dilakukan sebab dalam sifat hukum perdata pelaksanaan pengambil keputusaan
diserahkan kepada kemauan yang berkepentingan sendiri.7

2. Sidang Terbuka untuk Umum

Setelah ketua majelis hakim menatakan sidang terbuka untuk umum, majelis hakim mulai
memeriksa pihak-pihak yang berperkara. Terlebih dahulu majelis hakim menanyakan
identitas pihak. Kemudian menanyakan kepada tergugat apakah sudah mengerti mengapa ia
dipanggil di persidangan dan apakah sudah menerima turunan surat gugatan yang

5
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal 144
6
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 88

7
Projodikoro,Wirjono.1988.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 74
ditunjukkan kepadanya. Ketua membacakan isi surat gugatan penggugat kepada tergugat dan
seterusnya. Kemudian ketua menjelaskan kepada pihak-pihak tentang peroalan perkara
mereka guna menawarkan perdamaian. Setelah itu ketua majelis hakim mulai menanyakan
pokok perkara.8

3. Sidang Tertutup untuk Umum

Dalam pemeriksaan mungkin timbul hal-hal yang perlu dikemukakan akan tetapai tidak
pantas untuk didengar dan diketahui oleh umum. Dengan demikian ketua majelis hakim dapat
menyatakan sidang pemeriksaan perkara dilakukan dengan pintu tertutup. Akan tetapi perlu
diingat, yang tertutup itu hanya pemeriksaannya saja. Sedangkan putusannya harus diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum. Dikatakan tertutup artinya tidak boleh orang mendengar/
mengetahui kecuali pihak-pihak yang berperkara. Apabila pemeriksaan dengan pintu tertutup
sudah selesai maka, sidang berikutnya dinyatakan terbuka untuk umum kecuali jika terus
dilakukan secara tertutup.

Apabila pemeriksaan perkara belum selesai, majelis hakim menunda sidang dan akan
diteruskan pada sidang berikutnya. 9

4.Pencabutan,Perubahan,Penambahan,Pengurangan Dan Mempertahankan Gugatan

Seorang penggugat mengajukan gugatannya untuk menuntut haknya.dan apabila


tergugat sudah memenuhi panggilan atau tuntutan yang diberikan penggugat sebelum
perkara telah diputuskan oleh hakim,maka penggugat wajib menghentikan atau mencabut
tuntutannya karena tidak ada alasan lagi pagi penggugat untuk menuntut tergugat.adapun
alasan lain bagi penggugat mencabut tuntutannya karena adanya kekeliruan dalam
mengajukan gugatan.

Tentang pencabutan dan perubahan tuntutan ini tidak diatur dalam HIR akan tetapi
dalam Rv.Kalau pencabutan dilakukan sebelum perkara diperiksa dipersidangan atau sebelum
tergugat memberi jawabannya,maka tergugat secara resmi belum tahu akan adanya gugatan
itu,yang berarti bahwa secara resmi belum terserang kepentingannya.dalam hal ni tidak perlu
ada persetujuan dari pihak tergugat (Pasal 271Rv ).10

8
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 89-90
9
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 91-92
10
P.N.PEKALONGAN 11 DESEMBER 1971 NO.8/1971 NO.8/1971 NO.8/1971/BTG.LAW REPORT I 1973,HAL 95.
Sebaliknya,jika pencabutan itu terjadi setelah tergugat memberi jawabannya atas
gugatan penggugat,kecuali bahwa secara resmi tergugat diserang
kepentingannya,kemungkinan besar sekali bahwa tergugat telah mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit untuk menanggapi gugatan penggugatan.tergugat sudah terlanjur mengeluarkan
biaya banyak dan nama baiknya tersinggung:baginya lebih baik perkaranya dilanjutkan.Oleh
karena kemugkinan timbul tertentanganya kepentingan antara penggugat dan tergugat,maka
untuk pencabutan gugatan sesudah tergugat memberijawabannya perlu dimintakan
persetujuan dari tergugat.11

Karena sering terjadinya pencabutan gugatan oleh penggugat,dengan alasan bahwa


tuntutan itu telah dupenuhi oleh tergugat maupun adanya kekeliruan dalam gugatan yang
telah diperiksa oleh hakim.maka dari itu.Perlu diluruskan bahwa pencabutan gugatan tidak
dapat menghentikan atau menunda tuntutan pidana (pasal 30 AB).Sebaliknya selama tuntutan
pidana berjalan,maka tuntutan ganti kerugian dalam perkara perdata yang timbul dari
perbuatan pidana tersebut terhenti atau ditunda (pasal 29 AB).

Selain pencabutan gugatan,perubahan gugatan juga kerap sering terjadi dalam


menyusun gugatan karena tidak mustahil jikalau penggugat membuat kesalahan dalam
menyusun gugatannya.Perubahan dilaksanakan karena penggugat tidak ingin sampai
gugatannya tidak berhasil.

Perubahan gugatan sangat mempengaruhi dalam kepentingan tergugat,karena dengan


adanya perubahan dalam tuntutan gugatan maka akan mempersulit tergugat untuk membela
diri dan juga menghambat proses jalannya peradilan,sehingga merugikan tergugat.maka dari
itu akan lebih mudah apabila tidak ada perubahan gugatan.

Menurut pasal 127 Rv perubahan dari gugatan diperbolehkan sepanjang pemeriksaan


perkara ,asal saja tidak mengubah atau menambah “onderwerp van den sis” (petitum,pokok
tuntutan).yang dimaksud dengan “onderwerp van den sis” adalah dasar dari tuntutan,dan
juga peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar tuntutan.Menurut mahkamah agung berpendapat
bahwa apabila tidak melampaui batas-batas materi pokok pertama yang dapat menimbulkan
kerugian pada hak pembelaan para tergugat dapat dikabulkan.12

HIR tidak mengatur tentang perubahan gugatan ini.meskipun demikian,mengingat


akan peranan hakim itu aktif menurut sistem HIR,maka hakim dapat mengijinkan perubahan
11
P.N.Brebes 11 Maret 1972 No.38/1972/Pdt.Law Report I 1973,Hal 94.
12
M.A. 11 Maret No.454 K/Sip/1970.Yurisprudensi Jawa Barat 1969-1972 I,Hal 101.
tuntutan,asal perubahan itu tidak jauh menyimpang dari kejadian materiil,yaitu posita yang
menjadi dasar tuntutan.13 asal tergugat tidak dirugikan dalam haknya untuk membela
diri,maka penggugat boleh mengadakan perubahan gugatan.14Perubahan gugatan tidak
dibenarkan pada tingkat dimana pemeriksaan perkara sudah hampir selesai pada saat mana
dalil-dalil tangkisan dan pembelaan sudah habis dikemukakan dan kedua belah pihak
sebelum itu sudah mohon putusan.15-16

Penambahan gugatan menurut (R.Subekti,1982:67;Retnowulan Sutantion Dan


Iskandar Oeripkartawinata,1989;43) menjelaskan penambahan gugatan adalah sebuah
gugatan yang awalnya tidak mengikutsertakan semua ahli waris tergugat menjadi
tergugat,karena penggugat lupa lalu mengajukan untuk dimohonkan/dicantumkan dalam
gugatan.Menjadi sah dan berharga suatu sita jaminan setelah dimohonkan gugatan
ditambah,diperbolehkan. Alasan lain ditambahnya gugatan guna untuk bisa putusan
dilaksanakan terlebih dahulunya sebuah gugatan

Pengurangan gugatan menurut (R.Subekti,1982:67) adalah adanya kesalahan dalam


mengajukan gugatan,dan hal ini akan dengan mudah diizinkan oleh hakim.17

Dan yang terakhir adalah mempertahankan gugatan, jika penggugat mempertahankan


gugatannya maka sidang akan tetap berlanjut sampai tahap berikutnya,yaitu replik-duplik
(Tahap jawab-berjawab) baik antara penggugat dengan tergugat atau salah satu dari mereka
dengan hakim.Adapun tahap replik-duplik sebagai berikut:

1. Tergugat/termohon selalu mempunyai hak bicara terakhir.


2. Pertanyaan hakim kepada para pihak hendaklah terarah,sesuai dengan hukum,begitu
juga dengan replik dan duplik dari pihak
3. Semua jawaban dan pertanyaan dari hakim harus melalui dan izin dari ketua majelis.
4. Pertanyaan dari hakim kepada pihak,yang bersifat umum atau policy arah sidangnya,s
elalu oleh hakim ketua majelis.

Kemungkinan ada beberapa tahap yang dilakukan tergugat,yaitu :

13
Rvj Jakarta,20 Januari 1939,T 140.Hal.228,M.A. 6 Maret 1971 No.209 K/Sip/1970,J.I.Pen Iii/72.Hal.4.
14
Landr.Purwekerto 21 Juni 1973,T 146,Hal.182.
15
M.A. 28 Oktober 1970 No.546 K/Sip/1970,J.I.Pen.I/70,Hal.69.
16
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal 144-147

17
Taufik Makarao,Moh.2009.Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata.hal 54
a. Eksepsi (tangkisan) adalah sebuah pembelaan tergugat untuk menghindari gugatan de
ngan cara apapun supaya hakim menolak atau tidak menerima gugatan.adapun ekseps
i dibagi menjadi dua bagian :
 Eksepsi prosesual yaitu yang berdasarkan hukum acara (hukum proses).
 Eksepsi tidak berwenang secara absolute
 Eksepsi tidak berwenang secara relative
 Eksepsi nebis in idem
 Eksepsi diskualifkator
 Eksepsi abcuurlibel
 Eksepsi materil yaitu yang berdasarkan hukum materil,meliputi
 Eksepsi dilatoir
 Eksepsi peremtoir
b. Mengaku bulat-bulat
c. Membantah
d. Membantah dengan clausa (syarat)
e. Referte (jawaban berbelit-belit).
f. Rekonvensi (mengajukan gugatan balik penggugat).18

5.Putusan Gugur

Tidak hadirnya satu pihak yang berpekara dalam perkara perdata dapat terjadi diputus
secara conservatior.suatu perkara diputus secara conservatior disebabkan karena apabila
kedua belah pihak yang hadir dalam persidangan dihari yang telah ditentukan,namun salah
satu pihak tidak hadir maka akan diputus diluar hadirnya salah satu pihak.adapun tujuan dari
putusan diluar hadir dilaksanakan karena untuk melealisir asas audi et alteram
partem(kepentinga kedua belah pihak yang harus diperhatikan).

Namun ada saatnya pada hari siding dilaksanakan,seorang penggugat yang


mengajukan gugatannya tidak hadir atau tidak mengirim wakil yang bisa mewakilkannya
walaupun jurusita sudah memanggilnya dengan patut.Pasal 126 HIR (pasal 150 Rv) masih
memberi kesempatan untuk dipanggil sekali lagi.

18
Mardani.2017.Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syari’ah.
Kehadiran penggugat dalam hari siding yang telah ditetapkan adalah sebuah
kepentingan.kalau seorang penggugat tidak hadir walau sudah dipanggil dengan
patut,sedangkan tergugat hadir,maka tetap harus adanya dijatuhkan putusan bagi
tergugat,karena tergugat sudah rela meluangkan waktunya untuk menjalani proses
persidangan.Dalam hal ini gugatan penggugat dinyatakan gugur serta dihukum untuk
membayar biaya perkara (Pasal 124 HIR,148 Rbg).

Untuk memutus gugurnya gugatan penggugat,tidak perlu memeriksa isi


gugatan,karena akan lebih mudah dan tidak merubah isi gugatan.Dengan diputusnya gugatan
dari penggugat maka dianggap telah selesai perkaranya demi menghargai waktu tergugat
yang sudah hadir pada hari sidang.Akan tetapi,jika penggugat tudak bisa menerima utusan
tersebut maka penggugat boleh mengajukan kembali gugatannya dengan syarat penggugat
harus membayar biaya perkara lagi.

Digugurkannya gugatan penggugat tidak hanya apabila penggugat tidak datang


saja,tetapi juga jika penggugat tidak mengajukan perkaranya dimuka hakim perdamaian
desa,meskipun telah diperintahkan oleh hakim (Pasal 135a HIR).

Kalau penggugat pada hari pertama siding datang,dan pada hari siding berikutnya
tidak datang,maka penggugat akan diperiksa secara conservator.19

6. Acara Verstek

Ada kemungkinan bahwa pada hari sidang tergugat tidak hadir ataupun mengirim wakil
untuk mewakilkannya walaupu sudah dipanggila dengan patut,dalam HIR tidak mewajibkan
tergugat datang pada hari persidangan: suatu Einlassungspflicht memang tidak dikenal
didalam HIR.

Jika tergugat tidak datang setelah dipanggil oleh jurusita secara patut,maka tetap akan
dikabulkan gugatan tersebut dengan putusan diluar hadir atu verstek,kecuali jika gugatan
melawan hak atau tidak beralasan.

Tentang kapan dijatuhkannya sebuah putusan diluar hadir atau verstek,ada yang
berpendapat bahwa putusan verstek dijatuhkan pada hari sidang pertama yang berdasarkan
pada kata “ten dage dienende” dalam pasal 123 HIR (pasal 149 Rbg) yang diartikan sebagai

19
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Yogyakarta.hal 108-109
hari sidang pertama.adapun yang berpendapat bahwa kata “ten dage dienende” bisa juga
diartikan dengan “ten dage dat de zaak dient” yang berarti tidak hanya hari sidang pertama
saja.20 Pasal 126 HIR (pasal 150 Rbg) memberi kelonggaran untuk dipanggil sekali lagi.

Arti dari kata verstek adalah pernyataan bahwa tergugat tidak dapat hadir pada hari
sidang pertama.Ada kalanya tergugatn tidak datang akan tetapi mengirim surat jawaban yang
berupa tangkisan (eksepsi),bahwa pengadilan negeri tidak berwenang memeriksa
perkaranya.dalam hal ini hakim wajib memutuskan tentang eksepsi setelah mendengar
penggugat,sekalipun tergugat maupun wakilnya tidak hadir.Akan tetapi jika hakim merasa
dirinya berkuasa untuk memeriksa gugatan maka eksepsi akan ditolak dan akan dijatuhkan
putusan tentang pokok perkara.Eksepsi tidak berwenang seperti yang tercantum dalam Pasal
133 HIR (Pasal 159 Rbg) itu mengenai kompetesi relatif dan harus diajukan pada memulaan
sidang sebelum diajukan jawaban.

Apabila gugatan tidak berdasarkan hukum,maka gugatan akan dinyatakan tidak


diterima (niet ontvankelijk verklaard):n.o.jika gugatan tidak beralasan atau tidak diajukan
peristiwa-peristiwa yang membenarkan tuntutan,maka gugatan tidak diterima.Yang dimaksud
dari putusan tidak diterima adalah untuk menolak gugatan diluar pokok perkara,sedngkan
maksud penolakan sendiri adalah putusan yang dipertimbangkan setelah mengenai pokok
perkara.dalam putusan tidak diteirma,penggugat masih bisa mengajukan gugatan
kembali,sedangkan dalam penolakan penggugat tidak bisa lagi mengajukan gugatannya
kepada hakim yang sama (ne bis in idem).akan tetapi pada praktik sekarang jarang terjadi
putusan tidak diterima atau dimintakan banding.

Putusan tidak diterima (n.o.) itu bermaksud menolak gugatan diluar pokok
perkara,yang artinya bahwasannya hakim belum memeriksa pokok perkara,sedangkan dalam
putusan menolak kebalikan dari putusan tidak diterima yaitu hakim sudah memeriksa pokok
perkara.jadi,putusan verspek tidak berarti gugatan penggugat selalu dikabulkan.

Dalam putusan verspek dimana penggugat dikalahkan,penggugat dapat mengajukan


banding (Pasal 8 ayat 11 UU.20/1947,200 Rbg).putusan verspek dilakukan apabila dalam hari
sidang pertama tergugat tidak hadir,namun apabila pada hari pertama sidang tergugat hadir
dan pada sidang berikutnya tidak hadir maka perkaranya diperiksa secara conservator.

20
S.E.M.A. 9/1964 Tanggal 13 April 1964
Apabila gugatan dikabulkan diluar hadir,maka putusannya diberitahukan kepada
tergugat (defaillant) serta dijelaskan bahwa tergugat berhak mengajukan perlawanan (verzet)
terhadap putusan verstek itu kepada hakim yang memeriksa perkara itu juga (pasal 125 ayat 3
jo.129 HIR,149 ayat 3 jo.153 Rbg).

Tergugat dapat mengajukan perlawanan dalam 14 hari sesudah tergugat pribadi


diberitahu tentang putusan verstek.apabila pemberitahuan itu tidak disampaikan kepada
tergugat pribadi,maka perlawanan dapat diajukan sampai hari ke 8 setelah teguran untuk
melaksanakan putusan verstek itu atau apabila tergugat tidak datang menghadap untuk
ditegur,perlawanan tergugat dapat diajukan sampai hari ke 8 sesudah putusan verstek itu
dujalankan (pasal 129 ayat 2 HIR.153 ayat 2 Rbg).21

BAB IV

PENUTUP
A.Kesimpulan

Pemeriksaan perkara dipersidangan pengadilan dilaksanakan setelah penggugat


mendaftarkan gugatanya kepada kepanitteraan pengadilan dan membayar lunas biaya
perkara.Kemudian ketua pengadilan menetapkan hakim yang akan memeriksan perkara dan
penggugat tinggal menunggu hasil pemberitahuan penetapan hari persidangan dilaksanakan.

Untuk dapat mengambil putusan yang tepat hakim harus harus mendengar penjelasan
kedua belah pihak.akan tetapi tidak jarang mendengarkan penelasan dari kedua belah pihak

21
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal109-112
itu selalu dilakukan sebab dalam sifat hukum perdata pelaksanaan pengambil keputusaan
diserahkan kepada kemauan yang berkepentingan sendiri.

Pemberian kesempatan bertujuan untuk memanggil kedua belah pihak untuk datang
menghadap hakim pada waktu yang telah ditentukan,panggilan ini menurut pasal 390
H.I.R.dan pasal 178 R.Bg.pemanggilan ini harus dilakukan oleh jurusita yang mana harus
berbicara langsung dengan yang berkaitan ditempat tinggalnya atau tempat yang biasa ia
berada,jika tidak berada juga maka jurusita bisa menyerahkan kepada kepala desa didaerah
tempat tinggal yang bersanggukatan.

Apabila tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya,maka menrutut ayat 3 dari pasal 390
H.I.R.panggilan harus dilakukan dengan perantara bupati,dalam daerah yang bersangkutan
berada.pasal 718 ayat 3 R.Bg.menyebutkan “hoofd van plaatselijk bestuur,”atau biasa disebut
dengan bupati.

Jika kedua belah pihak telah dipanggil dengan patut,apabila pada hari sidang yang telah
ditentukan penggugat tidak hadir atau tidak mengirim wakilnya untuk hadir menurut pasal
124 H.I.R.dan pasal 148 R.Bg.gugatannya dianggap gugur dan penggugat harus membayar
biaya perkara.namun apabila tergugat yang tidak hadir atau tidak pula mengirim wakilnya
untuk hadir maka permohonan gugat dikabulkan diluar hadir tergugat,kecuali apabila
menurut hakim gugatan itu harus ditolak dengan alasan menurut hukum atau menurut
keadaan yang diajukan oleh penggugat dalam permohonan gugat,(pasal 125 ayat 1 H.I.R.dan
pasal 149 ayat 1 R.Bg.).

Putusan hakim diluar hadir tergugat atau verstek harus diberitahukan kepada tergugat,dan
jika akan diadakannya perlawanan maka tergugat akan mendapat tempo selama 14 hari jika
pemberitahuannya disampaikan pribadi kepada tergugat,namun jika pemberitahuan putusan
disampaikan melalui kepala desa atau bupati maka tergugat hanya mempunyai tempo selama
8 hari sesudah putusan hakim mulai dijalankan (pasal 129 H.I.R.dan pasal 153
R.Bg.).perlawana ini akan berakibat untuk memanggil kedua belah pihak kembali.

Dan apabila sesudah tergugat mengajukan perlawanan pada panggilan kedua kalinya tidk
hadir lagi,maka perkara akan diputus lagi diluar hadir tergugat dan tidak boleh lagi
mengajukan perlawanan kembali.tapi tergugat masih bisa mendapat permohonan banding
dimuka pengadilan tinggi yang bersangkutan.

Adapun saat pembacaan gugatan penggugat mengajukan beberapa kemungkinan seperti:


pencabutan gugatan,perubahan gugatan.penambahan gugatan,pengurangan gugatan,dan
pertahanan gugatan.

B.Saran

Dalam pemeriksaan perkara dipengadilan penggugat harus lebih teliti lagi dalam
mengajukan gugatannya agar tidak ada hal semacam pencabutan gugatan,perubahan
gugatan.penambahan gugatan,pengurangan gugatan,dan pertahanan gugatan. Kerna apabila
dalam pemeriksaan dalam persidangan tidak ada hal yang demikian maka akan
mempermudah bagi hakim untuk memutuskan suatu putusan.
Daftar Pustaka
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.PT CITRA
ADITYA BAKTI.

Taufik Makarao,Moh.2009.Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata.Jakarta.RINEKA CIPTA.

Projodikoro,Wirjono.1988.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.PT BALE


BANDUNG.

Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Yogyakarta.Universitas


Atma Jaya Yogyakarta

Mardani.2017.Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Dan Mahkamah


Syari’ah.Jakarta.Sinar Grafika.
Hasan Burhanuddin,Sugiono Harinanto.2015.Hukum Acara Dan Praktik Peradilan
Perdata.Bogor.Penerbit Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai