Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDAFTARAN PERKARA DAN PERSIAPAN SIDANG

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Hukum
Acara Peradilan Agama

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Romli, M.H.

Disusun Oleh :

Nafa Laystia

Sugiarto Paputungan

Muhammad Yunus

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS KH. ABDUL CHALIM

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembaca dalam proses pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih begitu banyak
kekurangan baik dalam segi isi maupun bentuknnya. Maka dari itu, saya segenap
penulis akan merasa senang jika ada diantara pembaca yang berkenan
memberikan kritik maupun saran sehingga kedepannya kami dapat menghasilkan
tulisan yang lebih baik lagi.
Akhir kata, saya berharap semoga Allah memberikan balasan yang
setimpal kepada semua orang yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
“pendaftaran perkara dan persiapa sidang” ini, dan juga kepada para pencari ilmu
yang sempat membaca tulisan ini. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Mojokerto, 13 april 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... I


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................1
C. TUJUAN PERMASALAHAN .............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 1
A. ADMINISTRASI DALAM PENGADILAN AGAMA .......................................................1
1. Meja 1 ....................................................................................................................................1
2. Meja 2 ....................................................................................................................................2
3. Meja 3 ....................................................................................................................................2
B. PROSES PENDAFTARAN ................................................................................................. 2
C. PERSIAPAN PERSIDANGAN ........................................................................................... 4
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... 1
A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 1
B. SARAN .................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 2

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengadilan Agama merupakan salah satu penyelenggara kekuasaan
kehakiman yang memberikan layanan hukum bagi rakyat pencari keadilan
yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009. Susunan organisasi Kepaniteraan Pengadilan Agama
terdiri dari empat unsur, yaitu Sub atau urusan kepaniteraan permohonan, sub
atau urusan kepaniteraan gugatan, sub atau urusan kepaniteraan hukum, dan
kelompok tenaga fungsional kepaniteraan.
Untuk melaksanakan tertib administrasi perkara di Pengadilan Agama dan
dalam rangka penyelenggaraan administrasi peradilan yang seragam, baik,
dan tertib. Ketua Mahkamah Agung RI dengan suratnya tertanggal 24 Januari
1991 No. KMA/001/SK/1991 telah menetapkan pola-pola pembinaan dan
pengendalian administrasi perkara

B. RUMUSAN MASALAH
dari latar belakang di atas kita harus mempelajari terkait bidang administrasi
perkara diantaranya :
1. Apa saja Administrasi dalam pengadilan Agama?
2. Bagaimana saja Proses dan alur pendaftaran perkara dalam pengadilan
agama?
3. Apa saja Persiapan Persidangan yang harus dilakukan?

C. TUJUAN PERMASALAHAN
Dari pembahasan Rumusan masalah di atas, kita dapat menentukan
tujuan permasalahan yaitu mengetahui segala aspek pembahasan dari
rumusan masalah tersebut

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ADMINISTRASI DALAM PENGADILAN AGAMA


Pada prinsipnya, prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama
ditentukan dengan model unit, yang disebut meja satu, meja dua, meja tiga
yang masing-masing unit mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-
sendiri tetapi berkaitan satu dengan yang lain. Pelaksanaan tugas unit-unit ini
dilakukan oleh Sub Kepaniteraan Perkara di bawah pengamatan langsung
Wakil Panitera.
1. Meja 1
a. Menerima gugatan dan permohonan, termasuk permohonan banding,
kasasi, PK, maupun eksekusi, dengan catatan bahwa permohonan
verzet tegen verstek tidak didaftar sebagai perkara baru, tetapi denden
verzet didaftar sebagai perkara baru.
b. Menaksir biaya yang dituangkan dalam SKUM
c. Menyerahkan surat gugat/permohonan, permohonan banding, kasasi,
PK, maupun eksekusi, yang telah dilengkapi dengan SKUM kepada
yang bersangkutan agar membayar biaya panjar perkara kepada
pemegang kas.
d. Pemegang kas (Kasir) adalah bagian dari meja pertamayang bertugas
antara lain :
a) Menerima dan membukukan uang panjar biaya perkara yang
tercantum pada SKUM ke dalam jurnal keuangan yang
bersangkutan (nomor jurnal dengan nomor perkara)
b) Mengeluarkan dan membukukan/mencatat uang biaya administrasi
dan biaya proses perkara
c) Seminggu sekali pemegang kas harus menyerahkan uang hak-hak
kepaniteraan kepada bendahara penerima untuk disetorkan ke Kas
Negara, yang dicatat pada kolom 13 KI-PA8

1
d) Pencatatan masuk keluarnya uang perkara dalam buku induk
keuangan dilakukan oleh panitera atau staf yang ditunjuk.
2. Meja 2
a. Mendaftar perkara yang masuk ke dalam buku register induk perkara
perdata sesuai dengan nomor perkara yang tercantum pada
SKUM/surat gugatan/permohonan. Pendaftaran perkara baru dapat
dilaksanakan setelah panjar biaya perkara lunas dibayar pada
Pemegang Kas
b. Mengisi kolom-kolom buku register dengan tertib, rapi, teliti, dan
cermat, seperti misalnya tentang PHS, penundaan sidang, sebab
penundaan sidang, amar putusan, PBT, dsb
c. Menyerahkan berkas perkara yang diterima yang telah dilengkapi
formulir Penetapan Majelis Hakim (PMH) kepada Wakil Panitera
untuk diteruskan kepada Ketua Pengadilan Agama (KPA)
d. Menyerahkan berkas perkara yang telah ditentukan majelis hakimnya
kepada Ketua Majelis Hakim yang ditunjuk disertai formulir
Penetapan Hari Sidang (PHS)
3. Meja 3
a. Menyiapkan dan menyerahkan salinan putusan apabila ada permintaan
dari para pihak.
b. Menerima dan memberikan tanda terima atas: memori/kontra memori
banding, memori/kontra memori kasasi, jawaban/tanggapan atas
alasan PK.
c. Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas (tugas pembundelan
berkas)
d. Mengatur giliran tugas jurusita/jurusita pengganti yang ditunjuk oleh
panitera

B. PROSES PENDAFTARAN
1. Alur Pendaftaran Perkara Peradilan Agama

2
Setelah mengetahui dari fungsi dan tugas-tugas dari
pengadministrasian, kita dapat membuat alur pendaftaran perkara tersebut
yaitu sebagai berikut :
a. Pihak yang berperkara datang ke pengadilan agama dengan
membawa gugatan atau permohonan
b. Pihak yang berperkara menghadap ke petugas meja 1 dan
menyerahkan berkas gugatan atau permohonan
c. Petugas meja 1 menjelaskan dengan perkara yang berkenaan dan
mentaksir panjar biaya perkara yang kemudian di tulis dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) besaran biaya ini tergantung pada
jenis perkaranya dan golongan tingkat status kemasyarakatannya
d. Petugas meja 1 menyerahkan kembali berkas perkara disertai SKUM
ke pihak yang berperkara dan mengintruksikan untuk lanjut ke
karyawan lain yaitu pemegang kas (kasir)
e. Kasir memberikan Menyerahkan SKUM pada pihak yang berperkara
untuk penyetoran panjar biaya perkara kepada pihak bank
f. Pihak berperkara datang ke loket layanan bank untuk pembayaran
dengan membawa SKUM ke teller bank dan pihak bank wajib
memberikan slip atau bukti pembayaran sekaligus SKUM yang di
bawah pihak perkara
g. Setelah dari bank. Pihak berperkara kembali lagi menyetorkan
SKUM dan slip yang di berikan bank kepada Kasir Meja 1 di
pengadilan Agama untuk di periksa lagi, setelahnya kasir akan
memberikan tanda lunas pad SKUM tersebut.
h. Pihak berperkara di arahkan ke meja 2 untuk pencatatan registrasi
perkara serta memberi nomor registrasi pada berkas gugatan atau
permohonan tersebut
Pada tahap ini pendaftaran Perkara selesai, dan pihak yang berperkara
akan di panggil oleh jurusita untuk menghadap ke persidangan setelah di
tetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang pemeriksaan (PHS)

3
C. PERSIAPAN PERSIDANGAN

1. Penetapan Majelis Hakim (PMH)


Penetapan majelis hakim Yaitu penunjukan Majelis Hakim melalui
suatu penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) oleh Ketua Pengadilan.
Penetapan Majelis Hakim, (1) Dalam waktu 3 (tiga) hari kerja
setelah proses registrasi perkara diselesaikan, Petugas Meja dua
menyampaikan berkas gugatan/permohonan kepada Wakil Panitera untuk
disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera, (2) Selambat-
lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja ketua pengadilan menetapkan
Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut.
Alur penetapannya ialah sebagai berikut :
a. Penyerahan berkas gugatan dari panitera setelah didaftar dalam
register induk perkara kepada ketua pengadilan dalam waktu 3 (tiga)
hari kerja.
b. Ketua pengadilan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja, sudah menunjuk
majelis hakim/hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan.
c. Apabila ketua pengadilan berhalangan sementara maka wewenang
tersebut dilaksanakan oleh wakil ketua atau didelegasikan kepada
hakim senior
d. Penunjukan majelis hakim/hakim dilaksanakan secara adil, dan tidak
membeda-bedakan majelis hakim/hakim yang satu dengan majelis
hakim/hakim yang lain.
e. Ketua/wakil ketua pengadilan selalu menjadi ketua majelis, sedangkan
untuk majelis lain ditetapkan hakim yang senior.
f. Susunan majelis hakim ditetapkan secara tetap untuk jangka waktu
tertentu.
g. Ketua dan wakil ketua pengadilan selalu menjadi ketua majelis,
sedang untuk majelis yang lain, ketua majelisnya adalah hakim senior
yang ada.
h. Terhadap perkara tertentu, ketua pengadilan dapat membentuk majelis
khusus.

4
i. Berkas perkara paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak didaftar di buku
register sudah diserahkan kepada majelis hakim/hakim yang akan
memeriksa perkara tersebut.
2. Penentuan Hari Sidang (PHS)
Penentuan Hari Sidang Yaitu penetapan hari akan dilaksanakan
sidang yang dituangkan dalam suatu Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh
Ketua Majelis Hakim. Kemudian Juru sita pengganti memanggil para pihak
untukhadir ke persidangan pada hari yang telah ditetapkan Ketua Majelis
Hakim dengan menggunakan relas panggilan.
a. Dalam waktu satu minggu setelah menerima berkas perkara majelis
hakim/hakim menentukan hari sidang.
b. Setiap majelis hakim/hakim mempunyai jadwal persidangan yang
tetap.
c. Penetapan hari sidang, dimusyawarahkan dengan sesama anggota
majelis hakim dan dicatat dalam buku agenda masing-masing.
d. Dalam menetapkan hari sidang yang disertai pemanggilan kepada para
yang berperkara, oleh majelis hakim/hakim memperhatikan jauh
dekatnya tempat tinggal para pihak dengan letaknya tempat
persidangan.
e. Lama tenggang waktu antara pemanggilan para pihak dengan sidang
paling sedikit 3 (tiga) hari kerja, kecuali dalam hal-hal yang mendesak
(Pasal 122 HIR/Pasal 146 RBg).
f. Apabila suatu perkara gugatan disertai dengan permohonan sita
jaminan, majelis hakim/hakim setelah bermusyawarah dapat membuat
penetapan pelaksanaan sita bersamaan dengan panggilan pertama
kepada para pihak untuk menghadiri sidang, apabila cukup alasan
untuk itu. Pemeriksaan perkara cerai dilakukan selambatlambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat guguatan/permohonan didaftarkan
di Pengadilan Agama. (Pasal 68 (1) dan 80 (1) UU No. 7/1989).
3. Pemanggilan Para Pihak
Pihak-pihak yang beperkara akan dipanggil oleh juru sita/juru sita
pengganti untuk menghadap ke persidangan setelah adanya Penetapan

5
Majelis Hakim (PMH) dan Penetapan Hari Sidang (PHS). Pemanggilan
pihak-pihak harus memenuhi ketentuan hukum acara yang berlaku agar sah
(panggilan sah harus bersifat resmi dan patut).
a. Panggilan para pihak untuk menghadiri persidangan disampaikan oleh
jurusita/jurusita pengganti.
b. Jurusita/Jurusita pengganti melaksanakan panggilan berdasarkan
perintah dari majelis yang diwujudkan 133 dalam instrumen panggilan
yang ditandatangani oleh ketua majelis.
c. Instrumen panggilan disampaikan kepada kasir, supaya
Jurusita/jurusita pengganti untuk mendapatkan ongkos pemanggilan
berdasarkan radius yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan.
d. Ongkos panggilan dikeluarkan kasir pada hari pelaksanaan panggilan
oleh jurusita/jurusita pengganti.
e. Panggilan disampaikan kepada pihak yang dipanggil ditempat
tinggalnya relaas panggilan ditanda tangani oleh pihak yang dipanggil.
f. Apabila jurusita/jurusita pengganti tidak bertemu dengan pihak yang
dipanggil, panggilan disampaikan melalui kepala desa/kepala
kelurahan yang bersangkutan. Kepala desa menandatangani relas
panggilan dan dibubuhi cap desa.
g. Relas panggilan yang disampaikan melalui kepala desa redaksi
kalimatnya disesuaikan dengan kenyataan yang ada.
h. Satu relaas panggilan untuk satu orang pihak yang dipanggil.
i. Surat panggilan kepada tergugat untuk sidang pertama menyebutkan
adanya penyerahan sehelai salinan surat gugatan dan pemberitahuan
kepada pihak tergugat, bahwa ia boleh mengajukan jawaban tertulis
dalam sidang.
j. Jika yang dipanggil tidak diketahui tempat tinggalnya atau dimana ia
berada, panggilan dilakukan kepada Bupati/ Walikota tempat tinggal
penggugat dengan cara menempelkan pada papan pengumuman.
Pengumuman serupa dilakukan dipapan pengumuman pengadilan.
k. Khusus panggilan gaib untuk perkara Cerai Gugat/Talak disampaikan
melalui mas media surat kabar/elektronik sebanyak dua kali panggilan.

6
Tenggang waktu panggilan pertama dengan panggilan kedua selama
satu bulan, 134 sedang tenggang waktu panggilan kedua dengan hari
persidangan selama tiga bulan.
l. Jika yang dipanggil telah meninggal dunia, maka panggilan dilakukan
kepada ahli warisnya. Dan bila ahli warisnya tidak dikenal, maka
panggilan dilakukan kepada Bupati/Walikota tempat tinggal
penggugat.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses Pendaftaran Perkara di lakukan terlebih dahulu di meja 1 yang di
mana untuk pemeriksaan jenis perkara apa dan taksiran anggaran dari jenis
perkaranya yang selanjutnya pihak yang berperkara akan menyetorkan sejumlah
dana kepada bank agar bisa melanjutkan proses pendaftaran, yang selanjutnya
dari bank pihak berperkara kembali ke pengadilan agama untuk langsung ke
meja dua untuk registrasi dan penandaan nomor perkara. Pada tahap ini
pendaftaran selesai.
Setelah pendaftaran maka pengadilan agama segera menetapkan Majelis
hakim yang akan mengadili perkara tersebut. Setelahnya penentuan Hari
Persidangan yaitu waktu-waktu yang telah di atur untuk menetapkan perkara
tersebut. Dalam waktu yang di tentukan, panitera akan terus mengupayakan
pemanggilan para pihak yang bersangkutan untuk menuntaskan urusan
perkarara tersebut.

B. SARAN
Menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan

1
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sudirman, Hukum acara peradilan agama, IAIN Parepare Nusantara Press
(Pare-pare ; 2021)

Anda mungkin juga menyukai