Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Administrasi peradilan agama


Tentang
Sop berperkara di pa

Disusun Oleh :

Ihsan Jaya Ritonga 2013020022

Ermawita 2013020013

Dosen Pengampu :

Dr.Zulfan SH,i,MH

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG 2023/1444
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian sop berperkara......................... ............................................................


B. Prosedur perkara di pa ............................................................................................
C. Lamanya Penyelesain perkara ................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Daftar pustaka..........................................................................................................
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdudillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Tugas ,makalah dengan judul SOP BERPERKARA DI PA
Penulis menyadari bahwa banyak halangan yang datang dalam proses
penyelesaian makalah ini Namun syukur Alhamdulillah, dengan bantuan, bimbingan,
dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga hambatan-hambatan tersebut akhirnya dapat
dilalui.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa hasil


penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis
mengharapkan kritikan dan saran sebagai masukan dalam penyempurnaan penulisan
selanjutnya, sehingga akan bermanfaat bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

SOP adalah singkatan dari Standard Operating Procedure. Jika


dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu prosedur
operasional standar.SOP dapat didefinisikan sebagai rangkaian
prosedur yang dimiliki oleh instansi atau pengadilan.

Dimana hal tersebut digunakan sebagai panduan untuk mencapai


hasil yang diinginkan.Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli
sehubungan dengan definisi atau pengertian SOP ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu pengertian sop berperkara


2. Apa itu tahap tahap prosedur sop berpekara
3. Bagaimana penyelesain perkara

C. TUJUAN

1. Untuk mengatahui pengertian sop berperkara


2. Untuk mengatahui tahap tahap prosedur berperkara di pa
3. Untuk mengatahui berapa lamanya penyelesain perkara
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sop berperkara

Standar Operasional Prosedur merupakan sebuah panduan yang bertujuan


memastikan pekerjaan dan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan
dengan lancar.

Melindungi Organisasi Secara tidak langsung, SOP dibuat dengan tujuan untuk
melindungi organisasi atau unit kerja, serta petugas atau pegawai dari tindakan mal-
praktik, atau kesalahan yang bersumber dari administrasi atau faktor lainnya yang
dapat berdampak buruk bagi keberlangsungan hidup organisasi.

B. Prosedur perkara di pa

Pertama :

Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat gugatan atau
permohonan.

Kedua :

Pihak berperkara menghadap petugas Meja I dan menyerahkan surat gugatan atau
permohonan, minimal 2 (dua) rangkap. Untuk surat gugatan ditambah sejumlah
Tergugat.

Ketiga :

Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu


berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang
kemudian ditulis dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar). Besarnya panjar
biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut,.

(Pasal 182 ayat (1) HIR. Jo.Psl. 90 Undang Undang RI No. 3 Thn. 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang Undang No. 7 Thn 1989 Tentang Peradilan Agama.

Keempat :

Petugas Meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan kepada pihak
berperkara disertai dengan SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) dalam rangkap 3
(tiga).
Kelima:

Pihak berperkara datang ke loket layanan bank yang ditunjuk dan mengisi slip
penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai
dengan SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar), seperti nomor urut, dan besarnya
biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara menyerahkan slip bank yang telah
diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut.

Keenam:

Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi dari petugas
layanan bank, pihak berperkara menyerahkan slip bank tersebut dan menyerahkan
(SKUM) Surat Kuasa Untuk Membayar kepada pemegang kas (Kasir).

Ketujuh:

Pemegang Kas (Kasir) mencatat Panjar Biaya tersebut ke dalam Jurnal Keuangan
Perkara serta menandatangani SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar),
membubuhkan nomor perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam SKUM (Surat
Kuasa Untuk Membayar) dan dalam surat gugatan/permohonan sesuai dengan
Nomor dan tanggal saat pencatatan dalam Jurnal Keuangan Perkara.

Kedelapan:

Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk
Membayar), dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli SKUM
(Surat Kuasa Untuk Membayar) serta satu salinan surat gugatan atau permohonan
yang telah diberi nomor perkara dan tanggal pendaftaran.

PENDAFTARAN SELESAI

Pihak/pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita pengganti untuk


menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan
hari sidang pemeriksaan perkaranya (PHS).Hari sidang pertama, paling lambat 30
hari sejak pendaftaran

Pemanggilan pihak-pihak dilakukan paling lambat tiga hari sebelum persidangan


(hari waktu memanggil tidak dihitung)

Kesembilan:

Pihak-pihak hadir di Persidangan sesuai dengan panggilan sidang


Kesepuluh:

Setelah Majelis Hakim membacakan putusan dalam sidang yang terbuka untuk
umum, Ketua Majelis memberitahukan pada Penggugat/Pemohon untuk menghadap
Kasir guna mengecek panjar biaya perkara yang bersangkutan.

(Dengan menggunakan instrumen)

Para pihak menyampaikan bukti-bukti yang diperlukan dalam meneguhkan dalil


gugatannya atau bantahannya Perkara harus sudah diputus, paling lambat enam
bulan sejak pendaftaran (termasuk minutasi berkas perkara

Kesebelas:

Pemohon/Penggugat selanjutnya menghadap kepada Pemegang Kas untuk


menanyakan perincian penggunaan panjar biaya perkara yang telah ia bayarkan,
dengan memberikan informasi nomor perkaranya.

Kedua belas:

Pemegang Kas berdasarkan Buku Jurnal Keuangan Perkara memberi penjelasan


mengenai rincian penggunaan biaya perkara kepada Pemohon/Penggugat.

C. Lama penyelesain perkara

Batas waktu penyelesaian perkara di pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding
di seluruh lingkungan peradilan kini dipersingkat.

Di pengadilan tingkat pertama, satu perkara paling lambat diselesaikan lima bulan.
Sedangkan di pengadilan tingkat banding, satu perkara paling lambat diselesaikan
tiga bulan. Batas waktu tersebut termasuk penyelesaian minutasi Ketentuan tersebut
tidak berlaku hanya untuk perkara-perkara khusus yang sudah ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan.

Demikian inti SEMA Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di


Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada Empat Lingkungan
Peradilan. SEMA tersebut dikeluarkan Ketua MA Dr. H. M. Hatta Ali, S.H., M.H.
pada 13 Maret 2014.

Sebelumnya, berdasarkan SEMA Nomor 3 Tahun 1998 tentang Penyelesaian


Perkara, satu perkara paling lambat diselesaikan selama enam bulan. Ketentuan itu
berlaku di pengadilan tingkat pertama maupun tingkat banding.

SEMA Nomor 2 Tahun 2014 dikeluarkan Ketua MA dengan pertimbangan saat ini
pengadilan-pengadilan telah menggunakan sistem manajemen perkara berbasis
elektronik yang memungkinkan penanganan perkara dapat diselesaikan lebih cepat.
“Namun kenyataaannya penyelesaian perkara-perkara, baik yang diperiksa di
pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat banding pada empat
lingkungan peradilan masih diselesaikan dalam waktu yang cukup lama,”
BAB III

PENUTUP

A. Daftar fustaka

badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-ditjen-badilag/seputar-ditjen-badilag/ti-
berkembang-pesat-batas-waktu-penyelesaian-perkara-di-pengadilan-kini-
dipersingkat-203

Anda mungkin juga menyukai