Disusun Oleh :
Matthew Gladden / 205160091
Jevon Pangestu / 205160126
Giovanno A.J / 205160171
Sebastian Marhein / 205160114
Michelle Viandy / 205160116
Fakultas Hukum
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pemeriksaan Perseroan Terbatas” dengan
cukup baik meskipun masih ada kekurangan didalamnya. Kami berterima
kasih pada Bapak Gunawan Widjaja, S.H., M.H, M.M. selaku Dosen mata
kuliah Hukum Perusahaan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 3 : PENUTUP
3.1. Kesimpulan .......................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
Bertitik pada latar belakang diatas, terdapat beberapa hal penting yang perlu
dikaji, antara lain :
1. Bagaimana pengaturan pemeriksaan PT dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam upaya mewujudkan
good corporate governance ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan PT berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ?
1. Pengajuan Permohonan
Pemeriksaan Perseroan Terbatas dilakukan dengan cara mengajukan permohonan
secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Perseroan. atas permohonan dari :
1. Pemegang saham atas nama sendiri atau atas nama perseroan yang mewakili
sekurang-kurangnya 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara yang sah.
2. Pihak lain / ketiga yang diberikan wewenang berdasarkan Anggaran Dasar perseroan
atau berdasarkan perjanjian dengan perseroan diberikan hak untuk mengajukan
permohonan pemeriksaan perseroan.
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum.
2. Pemeriksaaan
Pemeriksaan yang dimaksudkan disini adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
ahli dalam bidangnya, misalnya oleh Akuntan Publik dalam soal pembukuan. Jadi bukan
pemeriksaan yustisial oleh Hakim
Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak maupun mengabulkan permohonan yang
disampailan, apabila permohonan tersebut tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan
itikad baik.
Seorang ahli/ Pemeriksan yang dimaksud pada Pasal 139 ayat (3) UUPT berhak
untuk memeriksa semua dokumen dan kekayaan Perseroan yang dianggap perlu oleh
dirinya untuk diketahui. Direksi, Komisaris, maupun semua karyawan perseroan wajib
memberikan segala keterangan yang diminta dan diperlukan untuk jalannya pemeriksaan.
Dan seorang Pemeriksa berkewajiban merahasiakan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
Menurut Pasal 138 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”), Permohonan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
perseroan oleh pihak-pihak sebagaimana disebutkan hanya dapat dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa :
Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, anggota direksi atau
komisaris dapat berupa :
a. pelanggaran undang-undang;
b. Anggaran Dasar; ataupun
c. kesusilaan :
misalnya korupsi;
penggunaan usaha perseroan untuk keuntungan pribadi;
mengalihkan atau menjaminkan kekayaan perseroan tanpa persetujuan RUPS;
manipulasi pajak;
pemebelian kembali saham oleh perseroan tidak dari laba bersih;
dan lain-lain.
"Perbuatan melawan hukum" yang dilakukan oleh organ-organ PT, dalam hal ini
RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris, baik secara organisasional (organ PT) maupun
individual (personel dari direksi atau dewan komisaris sebagai organ PT), sebagai bentuk
penyimpangan dalam pengelolaan PT sebagaimana dimaksud Pasal 138 ayat (1) UU no.
40 tahun 2007, adalah perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) menurut Pasal
1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan
UU No. 40 tahun 2007 dan peraturan hukum positif lainnya, serta perbuatan yang
melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Selain itu juga mencakup perbuatan yang
bertentangan dengan anggaran dasar PT, yang merupakan bagian dari isi akta pendirian
PT (vide pasal 8 ayat 1), yang memuat norma-norma hukum positif yang waib dipatuhi
oleh RUPS, direksi, dan dewan komisaris. Jika dugaan terjadinya perbuatan melawan
hukum terbukti, maka berdasarkan RUPS, direksi dan/atau dewan komisaris, baik secara
organisasional maupun individual wajib mengganti kerugian pada pemegang saham atau
pihak ketiga atau bahkan kejaksaan yang hak atau kepentingannya dirugikan. Alasan
pengajuan permohonan pemeriksaan PT kepada pengadilan menurut Pasal 138 ayat 1 UU
no. 40 Tahun 2007 pada dasarnya adalah suatu "kepentingan hukum" atau posita yang
berisi "alasan hukum" yang mendasari "permohonan" pemeriksaan PT oleh pemegang
saham dan pihak ketiga.
Tujuan pemeriksaan PT yang dinyatakan dalam Pasal 138 tersebut adalah tujuan
khusus, yang secara sistemik dapat mendukung tujuan umum dari pemeriksaan PT, yaitu
mewujudkan asas-asas hukm GCG dalam UU no. 40 Tahun 2007. Asas-asas itu meliputi :
BAB IX
Pasal 138
(1) Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
data atau keterangan dalam ha1 terdapat dugaan bahwa:
a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yarig merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga; atau
b. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum
yang merugikan Perseroar atau pemegang saharn atau pihak ketiga.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan
permohonan secara tertulis beserta dasannya ke pengadilan negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan oleh :
a. 1 (satu) pemegang saharn atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara;
b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang- undangan, anggaran dasar
Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk
mengdjukan permohonan pemeriksaan; atau
c. kejaksaan untuk kepentingan umum
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diajukan setelah pemahon
terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada Persesoan dalam RUPS dan
Perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut
(5) Permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentang Perseroan atau
permohonan pemeriksaan untuk mendapatkan data atau keterangan tersebut hams
didasarkan atas alasan yang wajar dan itikad baik.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) huruf a, dan ayat (4) tidak
menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
menentukan lain.
Pasal 139
(1) Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak atau mengabulkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 138.
(2) Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menolak permohonan
apabila permohonan tersebut tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan/atau tidak
dilakukan dengan itikad baik.
(3) Dalam hal permohonan dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan
penetapan pemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 (tiga) orang ahli untuk
melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan yang
diperlukan.
(4) Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, konsultan,
dan akuntan publik yang telah ditunjuk oleh Perseroan tidak dapat diangkat sebagai
ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak memeriksa semua dokumen dan
kekayaan Perseroan yang dianggap perlu oleh ahli tersebut untuk diketahui.
(6) Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan semua karyawan Perseroan
wajib memberikan segala keterangan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pemeriksaan.
(7) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib merahasiakan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.
Pasal 140
(1) Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
139 kepada Ketua Pengadilan Negeri dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan
dalam penetapan pengadilan untuk pemeriksaan paling lambat 90 (sembilan puluh)
hari terhitung sejak tanggal pengangkatan ahli tersebut.
(2) Ketua Pengadilan Negeri memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan kepada
pemohon dan Perseroan yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari terhitung sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan diterima.
Pasal 141
(1) Dalam hal permohonan untuk melakukan pemeriksaan dikabulkan, Ketua Pengadilan
Negeri menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan.
(2) Biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar oleh Perseroan.
(3) Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan Perseroan dapat membebankan
penggantian seluruh atau sebagian biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) kepada pemohon, anggota Direksi, dan/atau anggota Dewan Komisaris.
STRUKTUR PEMERIKSAAN PT
Penetapan Pemeriksaan
Penetapan Biaya Pemeriksaan :
- Ditanggung PT oleh Ketua Pengadilan Negeri
- Ditanggung Pemohon
Bersifat rahasia
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Undang-Undang
Buku
Widjaja Gunawan dan Ahmad Yani. 2000. Seri Hukum Bisnis Perseroan
Terbatas. Jakarta: Rajawali Pers.
Paper/Artikel