Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSAAN PERSEROAN TERBATAS

Dosen : Gunawa Widjaja, S.H., M.H., M.M.


Mata Kuliah : Hukum Perusahaan
Kelas : B

Disusun Oleh :
Matthew Gladden / 205160091
Jevon Pangestu / 205160126
Giovanno A.J / 205160171
Sebastian Marhein / 205160114
Michelle Viandy / 205160116

Fakultas Hukum
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pemeriksaan Perseroan Terbatas” dengan
cukup baik meskipun masih ada kekurangan didalamnya. Kami berterima
kasih pada Bapak Gunawan Widjaja, S.H., M.H, M.M. selaku Dosen mata
kuliah Hukum Perusahaan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pemeriksaan Perseroan
Terbatas di Indonesia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 20 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................


i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB 1 : PENDAHULUAN ...................................................................................


1

1.1 Latar Belakang....................................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................
1

BAB 2 : PEMBAHASAN ......................................................................................


2

2.1 Pemeriksaan Perseoran Terbatas dalam Undang-Undang Nomor


40 Tahun 2007 (UUPT).......................................................................
3

2.2 Alasan dan Tujuan Pemeriksaan Perseoran


Terbatas............................................................................................... 5

2.3 Pasal 138-141 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang


Perseroan Terbatas ……………………...…………………...……..
7

BAB 3 : PENUTUP
3.1. Kesimpulan .......................................................................................
11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan perekonomian nasional yang tidak terlepas dari


kuatnya pengaruh globalisasi, para pelaku bisnis dalam menjalankan
kehgiatan usaha dan bisnisnya seringkali menggunakan instrument atau
wadah perseroan terbatas (PT). Salah satu daya tarik bagi pengusaha
menggunakan PT dalam menjalankan kegiatan bisnisnya adalah karena PT
memiliki ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan
usaha lainnya. Ciri khas tersebut adalah dengan adanya pertanggungjawaban
terbatas yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemegang saham dalam PT
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan hukum yang dilakukan
untuk dan atas nama PT serta tidak juga bertanggung jawab atas kerugian
yang dialami PT melebihi saham yang dimilikinya dalam PT tersebut.
Namun dalam menggunakan instrumen atau wadah perseroan terbatas
dalam menajalankan kegiatan perekonomian, banyak sekali terjadi
pelanggaran hukum yang dapat merugikan kepentingan Bersama, seperti :
kepentingan perseroan sendiri, kepentingan pemegang saham, maupun
kepentingan pihak ketiga. Maka dari itu dibuatlah suatu aturan mengenai
pemeriksaan PT. ketentuan mengenai pemeriksaan PT merupakan hal baru
yang diatur dalam UUPT. ketentuan ini tidak dikenal dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD). Pemeriksaan ini merupaka upaya control
untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum yang dapat
merugikan kepentingan Bersama.
Pengaturan mengenai PT telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Dalam pengelolaan suatu
PT telah diatur dalam UUPT mengenai pengelolaan perusahaan yang baik,
yang lebih dikenal dengan istilah good corporate governance (GCG). Namun
secara praktis, terbuka kesempatan untuk terjadinya praktik penyimpangan
yang dapat menyebabkan pengelolaan PT tidak baik/ corporate governance
yang buruk (dalam makna tidak transparan, tidak akuntabel, tidak adil, dan
tidak responsible), sehingga UUPT telah mengatur pemeriksaan terhadapt PT,
khususnya dalamn Pasal 138 sampai dengan Pasal 141, sebagai bentuk dan
mekanisme pengawasan represif-eksternal terhadap pengelolaan PT.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik pada latar belakang diatas, terdapat beberapa hal penting yang perlu
dikaji, antara lain :
1. Bagaimana pengaturan pemeriksaan PT dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam upaya mewujudkan
good corporate governance ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan PT berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ?

1.3 Tujuan Penelitian

 Memahami mengenai pengaturan pemeriksaan PT berdasarkan Undang-


Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
 Memahami maksud dan tujuan dari pengaturan mengenai Pemeriksaan
PT.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Perseoran Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 40


Tahun 2007 (UUPT)

UUPT memberikan hak kepada pengadilan Negeri yang daerah hukumnya


meliputi tempat kedudukan perseroan untuk memeriksa dan memberikan izin melakukan
pemeriksaan perseroan. Ketua Pengadilan Negeri tersebut berhak menolak maupun
mengabulkan permohonan yang disampaikan, berdasarkan pada wajar tidaknya alasan
yang diajukan.

Prosedur Pemeriksaan Perseroan Terbatas

1. Pengajuan Permohonan
Pemeriksaan Perseroan Terbatas dilakukan dengan cara mengajukan permohonan
secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Perseroan. atas permohonan dari :

1. Pemegang saham atas nama sendiri atau atas nama perseroan yang mewakili
sekurang-kurangnya 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara yang sah.
2. Pihak lain / ketiga yang diberikan wewenang berdasarkan Anggaran Dasar perseroan
atau berdasarkan perjanjian dengan perseroan diberikan hak untuk mengajukan
permohonan pemeriksaan perseroan.
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum.

Permohonan sebagaimana yang dimaksud diatas, diajukan setelah pemohon


terlebih dahulu meminta secara langsung mengenai data atau keterangan yang
dibutuhkannya kepada Perseroan dalam RUPS namun Perseroan menolak atau tidak
memberikan data atau keterangan tersebut (Pasal 138 ayat (4) UUPT). Permohonan untuk
mendapatkan keterangan atau permohonan pemeriksaan tersebut harus didasarkan atas
alasan yang wajar dan itikad baik (Pasal 138 ayat (5) UUPT).

2. Pemeriksaaan
Pemeriksaan yang dimaksudkan disini adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
ahli dalam bidangnya, misalnya oleh Akuntan Publik dalam soal pembukuan. Jadi bukan
pemeriksaan yustisial oleh Hakim
Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak maupun mengabulkan permohonan yang
disampailan, apabila permohonan tersebut tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan
itikad baik.

Jika permohonan pemeriksaan dikabulkan, maka Ketua Pengadilan Negeri


mengeluarkan penetapan pemeriksaan; melakukan pengangkatan paling banyak 3 (tiga)
orang ahli untuk melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau
keterangan yang diperlukan (Pasal 139 ayat (3) UUPT), dengan ketentuan bahwa anggota
Direksi, Komisaris, karyawan perseroan maupun akuntan publik yang diangkat oleh
perseroan tidak dapat diangkat sebagai ahli; dan menentukan jumlah maksimum biaya
pemeriksaan. Biaya pemeriksaan tersebut akan menjadi tanggungan perseroan
seluruhnya, kecuali ditentukan lain oleh Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan
perseroan. Ketua Pengadilan berhak membebankan baik sebagian maupun seluruh biaya
pemeriksaan kepada pemohon, anggota Direksi maupun Komisaris perseroan.

Seorang ahli/ Pemeriksan yang dimaksud pada Pasal 139 ayat (3) UUPT berhak
untuk memeriksa semua dokumen dan kekayaan Perseroan yang dianggap perlu oleh
dirinya untuk diketahui. Direksi, Komisaris, maupun semua karyawan perseroan wajib
memberikan segala keterangan yang diminta dan diperlukan untuk jalannya pemeriksaan.
Dan seorang Pemeriksa berkewajiban merahasiakan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.

3. Laporan Hasil Pemeriksaan


Laporan hasil pemeriksaan bersifat rahasia dan tidak boleh diumumkan kepada
pihak lain, melainkan hanya disampaikan secara langsung kepada Ketua Pengadilan
Negeri, dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam penetapan pengadilan untuk
pemeriksaan yaitu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
pengangkatan ahli tersebut. Lalu, Ketua Pengadilan Negeri memberikan salinan laporan
hasil pemeriksaan kepada pemohon dan Perseroan yang bersangkutan dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal laporan hasil
pemeriksaan diterima (Pasal 140 ayat (1) dan (2) UUPT).

4. Penetapan Biaya Pemeriksaan


Setelah permohonan untuk melakukan pemeriksaan dikabulkan, Ketua
Pengadilan Negeri menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan. Dalam
menetapkan biaya pemeriksaan bagi pemeriksa, Ketua Pengadilan Negeri
mendasarkannya atas tingkat keahlian pemeriksa, batas kemampuan Perseroan serta
ruang lingkup Perseroan karena biaya pemeriksaan tersebut nantinya akan ditanggung
oleh Perseroan (Pasal 141 ayat (1) dan (2) UUPT).

  Namun, Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan Perseroan dapat


membebankan penggantian seluruh atau sebagian biaya pemeriksaan yang ditanggung
Perseroan tersebut kepada pemohon, anggota Direksi, dan/atau anggota Dewan Komisaris
sesuai dengan pertimbangan hasil pemeriksaan nantinya

2.2 Alasan dan Tujuan Pemeriksaan Perseoran Terbatas

Menurut Pasal 138 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”), Permohonan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
perseroan oleh pihak-pihak sebagaimana disebutkan hanya dapat dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa :

a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham


atau pihak ketiga.
b. Anggota direksi atau komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, anggota direksi atau
komisaris dapat berupa :

a. pelanggaran undang-undang;
b. Anggaran Dasar; ataupun
c. kesusilaan :
 misalnya korupsi;
 penggunaan usaha perseroan untuk keuntungan pribadi;
 mengalihkan atau menjaminkan kekayaan perseroan tanpa persetujuan RUPS;
 manipulasi pajak;
 pemebelian kembali saham oleh perseroan tidak dari laba bersih;
 dan lain-lain.

Tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan memiliki maksud bahwa


pemeriksaan PT bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan kebenaran yang
didukung oleh data atau keterangan sebagai bukti yang bersifat langsung (direct
evidence) yang mampu membuktikan terjadinya perbuatan melawan hukum sebagai
bentuk penyimpangan dalam pengelolaan PT.

"Perbuatan melawan hukum" yang dilakukan oleh organ-organ PT, dalam hal ini
RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris, baik secara organisasional (organ PT) maupun
individual (personel dari direksi atau dewan komisaris sebagai organ PT), sebagai bentuk
penyimpangan dalam pengelolaan PT sebagaimana dimaksud Pasal 138 ayat (1) UU no.
40 tahun 2007, adalah perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) menurut Pasal
1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan
UU No. 40 tahun 2007 dan peraturan hukum positif lainnya, serta perbuatan yang
melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Selain itu juga mencakup perbuatan yang
bertentangan dengan anggaran dasar PT, yang merupakan bagian dari isi akta pendirian
PT (vide pasal 8 ayat 1), yang memuat norma-norma hukum positif yang waib dipatuhi
oleh RUPS, direksi, dan dewan komisaris. Jika dugaan terjadinya perbuatan melawan
hukum terbukti, maka berdasarkan RUPS, direksi dan/atau dewan komisaris, baik secara
organisasional maupun individual wajib mengganti kerugian pada pemegang saham atau
pihak ketiga atau bahkan kejaksaan yang hak atau kepentingannya dirugikan. Alasan
pengajuan permohonan pemeriksaan PT kepada pengadilan menurut Pasal 138 ayat 1 UU
no. 40 Tahun 2007 pada dasarnya adalah suatu "kepentingan hukum" atau posita yang
berisi "alasan hukum" yang mendasari "permohonan" pemeriksaan PT oleh pemegang
saham dan pihak ketiga.

Dengan demikian, terdapatnya dugaan terjadinya perbuatan melawan hukum


sebagai bentuk penyimpangan dalam pengelolaan PT yang dilakukan oleh "karyawan
yang tidak termasuk organ PT atau personel (individual) dari organ-organ PT", misalnya
orang yang bekerja di bagian administrasi dan keuangan, tidak dapat dijadikan alasan
pengajuan permohonan pemeriksaan PT, karena UU no. 40 tahun 2007 tidak mengatur
penyelesaian hukum individual dan konkritnya.

Tujuan pemeriksaan PT yang dinyatakan dalam Pasal 138 tersebut adalah tujuan
khusus, yang secara sistemik dapat mendukung tujuan umum dari pemeriksaan PT, yaitu
mewujudkan asas-asas hukm GCG dalam UU no. 40 Tahun 2007. Asas-asas itu meliputi :

1. Asas transparansi : mengharuskan informasi perusahaan jelas, konsisten, dan dapat


diperbandingkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat memerhitungkan
dampak risiko bertransaksi dengan perusahaan
2. Asas akuntabilitas : mengaruskan agency problem antara direksi dan pemegang
saham didasarkan pada sistem internal checks and balances yang mencakup praktik
audit yang sehat dan pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan antara
pemegang saham, komisaris, dan sireksi (Pasal 120 - Pasal 121)
3. Asas Keadilan : mengharuskan perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas
dari keputusan direksi atau pemegang saham mayoritas yang merugikan
kepentingannya atau kepentingan secara keseluruhan (Pasal 61)
4. Asas Responsibilitas : mengharuskan perusahaan mempunyai tanggung jawab
mematuhi hukum yang berlaku (Pasal 2)

Untuk mencapai manfaat yang optimal, pengelola perusahaan perlu menjabarkan


secara lebih konkrit asas-asas hukum GCG dalam peraturan internal perusahaan dan
menerapkannya dalam praktik terbaik sesuai dengan keadaan dan budaya perusahaannya.
UNDANG - UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
TERBATAS

BAB IX

PEMERIKSAAN TERHADAP PERSEROAN

Pasal 138

(1) Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
data atau keterangan dalam ha1 terdapat dugaan bahwa:
a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yarig merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga; atau
b. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum
yang merugikan Perseroar atau pemegang saharn atau pihak ketiga.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan
permohonan secara tertulis beserta dasannya ke pengadilan negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan oleh :
a. 1 (satu) pemegang saharn atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara;
b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang- undangan, anggaran dasar
Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk
mengdjukan permohonan pemeriksaan; atau
c. kejaksaan untuk kepentingan umum
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diajukan setelah pemahon
terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada Persesoan dalam RUPS dan
Perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut
(5) Permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentang Perseroan atau
permohonan pemeriksaan untuk mendapatkan data atau keterangan tersebut hams
didasarkan atas alasan yang wajar dan itikad baik.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) huruf a, dan ayat (4) tidak
menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
menentukan lain.

Pasal 139

(1) Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak atau mengabulkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 138.
(2) Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menolak permohonan
apabila permohonan tersebut tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan/atau tidak
dilakukan dengan itikad baik.
(3) Dalam hal permohonan dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan
penetapan pemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 (tiga) orang ahli untuk
melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan yang
diperlukan.
(4) Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, konsultan,
dan akuntan publik yang telah ditunjuk oleh Perseroan tidak dapat diangkat sebagai
ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak memeriksa semua dokumen dan
kekayaan Perseroan yang dianggap perlu oleh ahli tersebut untuk diketahui.
(6) Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan semua karyawan Perseroan
wajib memberikan segala keterangan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pemeriksaan.
(7) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib merahasiakan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.

Pasal 140

(1) Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
139 kepada Ketua Pengadilan Negeri dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan
dalam penetapan pengadilan untuk pemeriksaan paling lambat 90 (sembilan puluh)
hari terhitung sejak tanggal pengangkatan ahli tersebut.
(2) Ketua Pengadilan Negeri memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan kepada
pemohon dan Perseroan yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari terhitung sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan diterima.
Pasal 141

(1) Dalam hal permohonan untuk melakukan pemeriksaan dikabulkan, Ketua Pengadilan
Negeri menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan.
(2) Biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar oleh Perseroan.
(3) Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan Perseroan dapat membebankan
penggantian seluruh atau sebagian biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) kepada pemohon, anggota Direksi, dan/atau anggota Dewan Komisaris.
STRUKTUR PEMERIKSAAN PT

Pemohon meminta data ke PT Diterima Tidak mengajukan permohonan pemeriksaan

Alasan : Ditolak mengajukan permohonan pemeriksaan PT


Ditolak ke Pengadilan Negeri
- tidak wajar Diterima
(Kepala Pengadilan Negeri)

Penetapan Pemeriksaan
Penetapan Biaya Pemeriksaan :
- Ditanggung PT oleh Ketua Pengadilan Negeri
- Ditanggung Pemohon

Ditetapkan tiga ahli untuk melakukan pemeriksaan


dengan tujuan untuk mendapatkan data dan keterangan
yang diperlukan berupa laporan hasil Pemeriksaan

Laporan Hasil Pemeriksaan

Bersifat rahasia

Disampaikan langsung pada ketua PN

Paling lambat 90 Hari setelah pengangkatan ahli

Ketua PN memberi salinan kepada


pemohon dan PT paling lambat 14
hari sejak laporan diterima
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. UUPT memberikan hak kepada pengadilan Negeri yang daerah hukumnya


meliputi tempat kedudukan perseroan untuk memeriksa dan memberikan izin
melakukan pemeriksaan perseroan. Ketua Pengadilan Negeri tersebut berhak
menolak maupun mengabulkan permohonan yang disampaikan, berdasarkan
pada wajar tidaknya alasan yang diajukan.
Prosedur Pemeriksaan PT terdiri dari :
1. Pengajuan permohonan yang dapat dilakukan oleh :
1) Pemegang saham atas nama sendiri atau atas nama perseroan yang
mewakili sekurang-kurangnya 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.
2) Pihak lain / ketiga yang diberikan wewenang berdasarkan Anggaran
Dasar perseroan atau berdasarkan perjanjian dengan perseroan
diberikan hak untuk mengajukan permohonan pemeriksaan perseroan.
3) Kejaksaan untuk kepentingan umum.
2. Pemeriksaan, hal ini dilakukan apabila Ketua Pengadilan Negeri
mengabulkan permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan PT, maka Ketua
Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan pemeriksaan; melakukan
pengangkatan paling banyak 3 (tiga) orang ahli untuk melakukan
pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan yang
diperlukan; dan menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan.
3. Laporan Hasil Pemeriksaan bersifat rahasia dan tidak boleh diumumkan
kepada pihak lain, melainkan hanya disampaikan secara langsung kepada
Ketua Pengadilan Negeri, lalu Ketua Pengadilan Negeri memberikan salinan
laporan hasil pemeriksaan kepada pemohon dan Perseroan yang
bersangkutan.
4. Penetapan Biaya Pemeriksaan dilakukan setelah permohonan untuk
melakukan pemeriksaan dikabulkan, maka Ketua Pengadilan Negeri
menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan. Biaya pemeriksaan bagi
pemeriksandidasarkan pada keahlian pemeriksa dan batas kemampuan
Perseroan. Biaya ini ditanggung oleh Perseroan. Namun, Ketua Pengadilan
Negeri atas permohonan Perseroan dapat menetapkan penggantian seluruh
atau sebagian biaya pemeriksaan kepada pemohon, anggota Direksi,
dan/atau anggota Dewan Komisaris.
2. Menurut pasal 138 ayat (1) UUPT, pemeriksaan terhadap Perseroan
Terbatas dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau
keterangan mengenai terdapatnya dugaan bahwa suatu perseroan telah
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham
atau pihak ketiga; atau jika anggota Direksi maupun Dewan Komisaris
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau
pemegang saham atau pihak ketiga.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Buku

Widjaja Gunawan dan Ahmad Yani. 2000. Seri Hukum Bisnis Perseroan
Terbatas. Jakarta: Rajawali Pers.

Paper/Artikel

Syaifuddin, Muhammad. 2011. Gagasan Pengaturan Hukum Pemeriksaan


Pewrseroan Terbatas (Suatu Evaluasi Normatif terhadap Pasal 138-Pasal 141
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
Palembang, 2 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai