Oleh:
KELOMPOK 2 KELAS F2018-2S
GAGAS SEPTIAN N. (1806278762)
JENNY KANPRILLA (1806250146)
TRIAS RACHMATIKA (1806279033)
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
I. Penjelasan Materi Terkait dengan Prinsip Perlindungan Hak dan
Perlakuan yang Adil untuk Pemegang Saham dan Fungsi Kunci
Kepemilikan
1
b. Para pemegang saham harus menerima informasi secara cukup, dan ikut
berpartisipasi terkait perubahan mendasar yang ada di perusahaan,
seperti:
1) Amandemen Undang-undang, Artikel pendirian atau dokumen yang
mengatur perusahaan;
2) Otorisasi dalam hal terdapat tambahan saham; dan
3) Transaksi yang tidak biasa, termasuk pemindahan aset-aset substansial yang
berdampak pada penjual perusahaan.
2
5) Pemegang Saham harus dapat memberikan suara secara langsung atau in
absentia, dan efek yang sama harus diberikan kepada hasil keputusan baik
diberikan secara langsung atau tanpa kehadiran.
6) Pelanggaran untuk melangkahi “voting” harus dihilangkan.
f. Transaksi dengan pihak terkait harus disetujui dan dilakukan dengan cara
yang memperhatikan pengelolaan terkait benturan kepentingan secara
tepat dan mampu memberikan perlindungan atas kepentingan
perusahaan dan pemegang sahamnya.
1) Konflik kepentingan yang melekat dalam transaksi dengan pihak terkait
harus diatasi.
2) Anggota dewan dan eksekutif kunci harus diminta untuk mengungkapkan
kepada dewan apakah mereka, secara langsung, tidak langsung atau atas
nama pihak ketiga, memiliki kepentingan material dalam setiap transaksi
atau masalah yang secara langsung mempengaruhi
3
g. Pemegang saham minoritas harus dilindungi dari perlakuan tidak adil
yang dilakukan oleh pemegang kendali perusahaan secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga harus adanya sanksi yang efektif terkait
pelanggaran yang mungkin tejadi.
Selain itu, jual beli kepemilikan yang sewenang-wenang harus dilarang, serta
pasar atas kendali perusahaan harus difungsikan secara efektif dan transparan.
1) Peraturan dan prosedur terkait dengan perolehan kendali perusahaan di
pasar modal dan transaksi luar biasa seperti merger dan penjualan sebagian
besar aset perusahaan harus diungkapkan secara transparan kepada
pemegan saham sehingga investor memahami apa yang menjadi hak
mereka. Transaksi harus dilakukan dengan harga yang transparan dan
kondisi yang adil untuk melindungi hak seluruh investor sesuai dengan
kelasnya masing-masing.
2) Anti-take-over devices tidak boleh digunakan oleh manajemen sebagai
perlindungan tekait akuntabilitas
1.2 Prinsip Dasar, Pokok Pelaksaaan Hak dan Tanggung Jawab Pemegang
Saham (KNKG, 2006)
Selain hak-hak mendasar bagi pemegang saham sesuai dengan prinsip kedua
corporate governance menurut OECD (2015), Komite Nasional Kebijakan
Governance/ “KNKG” (2006) juga mengatur tentang prinsip dasar, pokok
pelaksanaan hak, dan tanggung jawab pemegang saham yang dijelaskan
sebagai berikut:
4
2) Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung
jawab pemegang saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan
(fairness) sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan.
5
Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik
modal dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan. Tanggung jawab pemegang saham tersebut
pada dasarnya meliputi:
1) Pemegang saham pengendali harus dapat: (i) memperhatikan
kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan
lainnya sesuai peraturan perundang-undangan; dan (ii)
mengungkapkan kepada instansi penegak hukum tentang pemegang
saham pengendali yang sebenarnya (ultimate shareholders) dalam
hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait;
2) Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk menggunakan
haknya dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan anggaran dasar;
3) Pemegang saham harus dapat: (i) memisahkan kepemilikan harta
perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan (ii) memisahkan
fungsinya sebagai pemegang saham dengan fungsinya sebagai
anggota Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham
menjabat pada salah satu dari kedua organ tersebut;
4) Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali
pada beberapa perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan
hubungan antar-perusahaan dapat dilakukan secara jelas.
6
c. Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan
secara tepat waktu, benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali
hal-hal yang bersifat rahasia.
d. Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu
dengan memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada
pemegang saham lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua
pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham
yang dimilikinya.
e. Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan
informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan RUPS.
7
Terkait dengan transaksi material, Bapepam-LK (sekarang OJK)
mengeluarkan aturan nomor KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material
dan Perubahan Usaha. Dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa perusahaan
yang melakukan transaksi material dengan nilai transaksi 20% (dua puluh
perseratus) sampai dengan 50% (lima puluh perseratus) dari ekuitas
Perusahaan tidak diwajibkan untuk memperoleh persetujuan RUPS, namun
wajib mengumumkannya kepada publik. Sedangkan transaksi material dengan
nilai transaksi lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari ekuitas Perusahaan
diwajibkan untuk memperoleh persetujuan RUPS.
8
1.5 Pengungkapan Struktur Kepemilikan, termasuk Kepemilikan Piramid,
Cash-flow Right, Control Right dan Hubungannya dengan Insentif untuk
Eksproriasi
Control right (voting right) atau hak pengendali adalah kemampuan untuk
menggunakan hak suara dalam RUPS. Sedangkan cash flow rights adalah hak
atas pembayaran kas atau dividen. Jika pemegang saham pengendali memiliki
perusahaan melalui struktur piramida atau cross-shareholding, maka
dimungkinkan control rights dari pemegang saham tersebut lebih besar
dibandingkan cash flow rights-nya. Hal tersebut menimbulkan insentif untuk
melakukan ekspropriasi atas pemegang saham minoritas.
9
perusahaan. Namun, belum diwajibkan adanya pengungkapan mengenai
kepemilikan saham tidak langsung dari Komisaris dan Direktur tersebut. Selain
itu, belum ada juga aturan yang mengatur mengenai kewajiban pengungkapan
terkait perjanjian pemegang saham.
10
beberapa peran/ tanggung jawab investor institusi dalam mendorong
terciptanya penerapan GCG:
1. Mengungkapkan kebijakan tata kelola perusahaan dan voting policies
terkait investasi yang dilakukannya;
2. Mengungkapkan informasi mengenai bagaimana investor institusi
melaksanakan hak-hak kepemilikannya;
3. Mengungkapkan informasi mengenai bagaimana investor institusi
mengelola konflik kepentingan yang timbul dari pelaksanaan hak-hak
kepemilikan terkait investasinya. Konflik tersebut dapat timbul dari
hubungan bisnis yang material, seperti perjanjian untuk mengelola dana
portofolio perusahaan. Adanya konflik kepentingan tersebut harus
diungkapkan.
Adapun hal-hal yang mendasari perlunya peran dari investor institusi adalah
sebagaimana termuat dalam prinsip-prinsip CG menurut OECD (2015), yaitu
Principle II.C.4, Principle III.A.2, Principle II.A.3, dan Principle III.A.4.
Principle II.C.4
Shareholders should be able to vote in person or in absentia, and equal effect
should be given to votes whether cast in person of absentia
Principle III.A.2
Minority shareholders should be protected from abusive actions by, or in the
interest of, controlling shareholders acting either directly or indirectly and
should have effective means of redress
Principle II.A.3
Votes should be cast by custodians or nominees in a manner agreed upon with
the beneficial owner of the shares
Principle III.A.4
Impediments to cross border voting should be eliminated
11
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemegang
saham minoritas memerlukan perlindungan dari berbagai tindakan yang
bersifat kejam/ ‘abusive’. Salah satu cara investor institusi untuk berperan serta
dalam mendorong penerapan GCG, yaitu dengan menerapkan investasi yang
bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan investasi yang bertanggung jawab
adalah dengan membuat kebijakan yang hanya akan melakukan penempatan
investasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG dan tentu secara
konsisten menerapkan kebijakan tersebut dalam melakukan investasi. Dengan
cara ini, institusi tersebut bertanggung jawab terhadap masyarakat karena
penempatan yang salah menjadi lebih kecil dan di lain pihak perusahaan yang
sahamnya menjadi lirikan investor dan masuk dalam daftar saham yang ingin
dimiliki oleh investor menjadi naik nilai sahamnya yang secara tidak langsung
juga menaikan nilai perusahaan.
12
juga dilaksanakan oleh seorang auditor yang independen, kompeten, dan
memenuhi kualifikasi agar dapat menyajikan hasil audit yang berkualitas tinggi
dengan tujuan untuk menyediakan informasi eksternal yang objektif kepada
Dewan Komisaris dan pemegang saham yang dicerminkan melalui laporan
posisi keuangan secara adil, serta kinerja perusahaan terkait dengan seluruh hal
yang bersifat material. Peran akuntan profesional yang sesuai dengan prinsip
hak-hak pemegang saham berdasarkan OECD (2015) adalah sebagai berikut:
1. Akuntan manajemen berperan dalam menyiapkan laporan keuangan
perusahaan. Dalam laporan keuangan tersebut terdapat berbagai informasi
yang berguna bagi penggunanya, seperti informasi mengenai kinerja
keuangan perusahaan, kebijakan akuntansi, transaksi pihak berelasi,
struktur kepemilikan. Informasi tersebut perlu disampaikan secara
transparan, akurat dan tepat waktu ke pemegang saham;
2. Akuntan publik berperan melakukan verifikasi atas informasi dalam laporan
keuangan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran dari laporan
keuangan;
3. Akuntan profesional yang merupakan anggota komite audit mempunyai
peranan melakukan pengawasan atas hal tersebut; dan
4. Akuntan manajemen dan internal audit berperan dalam merancang dan
mengimplementasikan sistem informasi dan pengendalian yang mendorong
keterbukaan terhadap pemegang saham, terkait dengan pelaksanaan prinsip-
prinsip perlindungan terhadap pemegang saham. Akuntan professional yang
merupakan anggota komite audit melakukan pengawasan atas hal tersebut.
13
II. Penerapan Prinsip-Prinsip Corporate Governance Berdasarkan OECD
Assessment 2 Pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. berdiri dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1957 dengan nama NV Semen Gresik. Perusahaan ini
adalah BUMN pertama yang go public di tahun 1991, tercatat di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan menjual 40 juta lembar sahamnya
kepada masyarakat. Kepemilikan saham terbesar adalah Pemerintah RI dengan
komposisi 73% dan masyarakat 27%. Pada tahun 1995, PT. Semen Gresik
melakukan konsolidasi dengan PT. Semen Padang dan PT. Semen Tonasa,
yang kemudian dikenal sebagai Semen Gresik Group.
1
http://www.bumn.go.id/semenindonesia/berita/965
14
2.2 Tata Kelola Perusahaan 2
PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. yang selanjutnya disebut sebagai “PTSI”
memiliki komitmen untuk menjadikan Good Corporate Governance (GCG)
sebagai budaya perusahaan. Penerapan 5 prinsip Good Governance
(Transparansi, Akuntanbilitas, Responsibilitas, Independensi, Kewajaran dan
Kesetaraan) pada tata kelola perusahaan sekarang ini menjadi salah satu kunci
pencapaian tujuan perusahaan mendapatkan kepercayaan pemangku
kepentingan yang ujungnya akan berimbas pada pertumbuhan perusahaan,
peningkatan nilai perusahaan, dan perolehan laba yang berkelanjutan.
Sebagai BUMN, PTSI juga harus tunduk pada aturan negara bahwa wajib
untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten seperti yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
pada Badan usaha Milik Negara.
Pada tahun 2016 hasil yang didapatkan dari penilaian dengan menggunakan
kriteria BUMN Scorecard perolehan nilai sebesar 93,02 sedangkan dengan
kriteria CGPI Index PTSI memperoleh predikat “terpercaya” dengan nilai
83,59. Berbeda dengan kedua kriteria tersebut, Asean CG Scorecard
2
https://semenindonesia.com/evaluasi-penerapan/
15
memberikan nilai 77,57 dengan predikat “Fair”. Pada kriteria ini, penilaian
menggunakan prinsip-prinsip governance berstandar internasional yang
dikeluarkan oleh The Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), dengan rincian dan hasil penilaian sebagai berikut:
Berdasarkan penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai terkecil
yang diperoleh PTSI adalah pada komponen prinsip hak pemegang
saham yang diberikan nilai 4,4 dari bobot penilaian 10, bahkan dari 100
emiten, nilai rata-ratanya hanya 2,4. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan prinsip hak pemegang saham belum dinilai baik.
16
Tabel 2.2 Perbaikan dan Rekomendasi yang Ditindaklanjuti oleh PTSI
Berdasarkan Penilaian CG Tahun 2016
Melakukan pemutakhiran terhadap Board Manual Telah disusun draft pemutakhiran Board
dan Pedoman GCG yang disesuaikan dengan Manual dan Pedoman GCG sesuai kondisi
kondisi Perseroan sebagai holding company. Perseroan sebagai holding company.
Terdapat sistem penilaian kinerja Dewan Komisaris Telah disusun draft sistem penilaian kinerja
dan Direksi, namun belum ditetapkan dan untuk dijadikan ketetapan guna melengkapi
dilaksanakan secara konsisten. KPI Dewan Komisaris.
17
Tabel 2.3 Rekomendasi atas Penilaian CG Pada PTSI Tahun 2017
Berdasarkan BUMN Scorecard
Hasil penilaian yang dilakukan oleh assessor independen di tahun 2018 dengan
hanya menggunakan kriteria BUMN Scorecard juga meningkat menjadi 93,40
yang nilai pada tahun sebelumnya sebesar 92.45. Perbaikan-perbaikan dan
tindak lanjut atas rekomendasi yang disarankan kepada PTSI
menunjukkan komitmen perseroan terhadap penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance.
18
REFERENSI
Claessens, Djankov, & Lang. (2000). The Separation of Ownership & Control in
East Asian Corporations. Washington DC.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat. Jakarta:
IAI.
19