Anda di halaman 1dari 100

UNIVERSITAS INDONESIA

<ANALISIS KESENJANGAN AKUNTANSI ATAS PENERAPAN


PSAK 66 TENTANG PENGATURAN BERSAMA
PADA INDUSTRI HULU MIGAS
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA)>

TESIS

PALTI FERDRICO T.H. SIAHAAN


1306421065

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
JUNI 2015

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


UNIVERSITAS INDONESIA
HALAMAN JUDUL

<ANALISIS KESENJANGAN AKUNTANSI ATAS PENERAPAN


PSAK 66 TENTANG PENGATURAN BERSAMA
PADA INDUSTRI HULU MIGAS
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA)>

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Akuntansi

PALTI FERDRICO T.H. SIAHAAN


1306421065

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
JUNI 2015

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.
Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Akuntansi pada
Program Studi Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Dr. Gede Harja Wasistha, CMA selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;
(2) Dr. Ludovicus Sensi W, CPA selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
(3) Dewan Penguji tesis yang telah memberikan masukan dan koreksi agar
penulisan tesis ini menjadi lebih baik;
(4) pihak PT Pertamina (Persero) yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
(5) orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral; dan
(6) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 10 Juni 2015

Palti Ferdrico T.H. Siahaan

iv

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.
ABSTRAK

Nama : Palti Ferdrico T.H. Siahaan


Program Studi : Magister Akuntansi
Judul : Analisis Kesenjangan Akuntansi atas Penerapan PSAK 66 Tentang
Pengaturan Bersama pada Industri Hulu Migas
(Studi Kasus pada PT PERTAMINA)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesenjangan akuntansi atas penerapan


PSAK 66 yang dibentuk melalui separate vehicle, memahami ketentuan transisi pada
periode tahun buku penerapan pertama kali PSAK 66, serta penyajian kembali
laporan keuangan konsolidasian PT Pertamina (Persero) per 31 Desember 2014.
Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus,
yang menitikberatkan pada studi literatur terhadap PSAK 66, dan manual akuntansi.
Selanjutnya akan dilakukan analisis secara sistematis perihal analisis kesenjangan
akuntansi beserta ketentuan transisi pada periode tahun buku penerapan pertama kali
PSAK 66 dan penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian PT Pertamina
(Persero) per 31 Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesenjangan
akuntansi atas penerapan PSAK 66 yang dibentuk melalui separate vehicle, yaitu
PBE PT Nusantara Regas, PT Patra SK, PT Perta-Samtan Gas, dan PT Perta Daya
Gas, dan tidak terdapat kesenjangan akuntansi perpajakan atas perubahan kebijakan
akuntansi dari Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas (metode one-line
consolidation). Ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode
ekuitas (metode one-line consolidation) mensyaratkan Perusahaan untuk
mengagregasikan (menggabungkan) sajian dalam laporan keuangan sebelumnya ke
periode sajian per 01 Januari 2014, yang merupakan tanggal pertama periode tahun
buku terdekat dari periode buku penerapan pertama kali PSAK 66. Penyajian
kembali laporan keuangan konsolidasian Perusahaan sesuai PSAK 66 pada tanggal
31 Desember 2014, menyebabkan perubahan rasio keuangan yaitu terjadinya
kenaikan kemampuan Perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah
dipotong pajak, penurunan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan, dan penurunan kebutuhan dana
perusahaan yang dibelanjai dari utang (financing).

Kata Kunci:
Metode ekuitas; PSAK 12; PSAK 66; pengaturan bersama; ventura bersama;
konsolidasi proporsional.

vi Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


ABSTRACT

Nama : Palti Ferdrico T.H. Siahaan


Program : Magister of Accounting
Title : Accounting Gap Analysis in Implementation PSAK 66 Joint
Arrangement in the Upstream Oil and Gas Industry (a Study Case
at PT Pertamina)

The objective of this study is to understand the accounting gap analysis on the
application of PSAK 66 when the joint arrangement is structured through a separate
vehicle, understand the transition provisions at the beginning of the earliest period of
the application of PSAK 66, and restated Consolidated Financial Statements as at
December 31, 2014. The method uses in this study is a case study, which focuses on
PSAK 66’s study of literature and Company's accounting manual. Further, this study
will involve a more detailed, systematic gap analysis of accounting, and the
transition provisions at the beginning of the earliest period of the application of
PSAK 66, and restated Pertamina’s Consolidated Financial Statements as at
December 31, 2014. The results show there were gaps in accounting for the
application of PSAK 66 when the joint arrangement is structured through a separate
vehicle, namely PT Nusantara Regas, PT Patra SK, PT Perta-Samtan Gas, dan PT
Perta Daya Gas but there is no tax accounting gap when changing from proportionate
consolidation to the equity method (one-line consolidation method). Restated
consolidated financial statements in accordance with PSAK 66 as of December 31,
2014, has lead to changes in financial ratios, i.e. the increase of the Company's
ability to generate earning after taxes, the decrease of the efficiency with which a
company is deploying its assets to generate sales, and the decrease of financing needs
from debt.

Keywords:
PSAK 12; PSAK 66; joint arrangement; joint venture; equity method; proportionate
consolidation.

vii Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 5
1.5 Metode Penelitian ................................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 6

BAB 2 LANDASAN TEORI ..................................................................................... 8


2.1 Teori Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian ................... 8
2.1.1 Teori Induk Perusahaan (Parent Company Theory) ................................. 8
2.1.2 Teori Entitas (Entity Theory)..................................................................... 8
2.1.3 Contemporary Theory ............................................................................... 9
2.1.4 Metode Proportional Consolidation ......................................................... 9
2.1.5 Metode One-line Consolidation .............................................................. 10
2.1.6 Pro dan Kontra Penerapan Metode Proportional Consolidation dan
Metode One-line Consolidation .............................................................. 10
2.2 Perkembangan IAS 31 Interests In Joint Ventures dan IFRS 11 Joint
Arrangements ...................................................................................................... 12
2.3 PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama ........................... 13
2.3.1 Pendahuluan ............................................................................................ 13
2.3.2 Pengendalian Bersama Operasi (PBO) ................................................... 17
2.3.3 Pengendalian Bersama Aset (PBA)......................................................... 18
2.3.4 Pengendalian Bersama Entitas (PBE) ..................................................... 18
2.4 PSAK 66 tentang Pengaturan Bersama ............................................................... 19
2.4.1 Pendahuluan ............................................................................................ 19
2.4.2 Pengaturan Kontraktual ........................................................................... 30
2.4.3 Pengendalian Bersama ............................................................................ 30
2.4.4 Operasi Bersama ..................................................................................... 33
2.4.5 Ventura Bersama ..................................................................................... 34
2.4.6 Ketentuan Transisi................................................................................... 34
2.4.7 Akuntansi Pajak Tangguhan.................................................................... 36

viii Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................... 39
3.1 Pendahuluan ........................................................................................................ 39
3.2 Sejarah Pertamina ............................................................................................... 39
3.3 Tujuan Perusahaan .............................................................................................. 41
3.4 Struktur Usaha..................................................................................................... 44
3.5 Entitas Anak dan Perusahaan Asosiasi ............................................................... 46
3.6 Kebijakan Akuntansi Perusahaan atas Partisipasi dalam Ventura Bersama ....... 47
3.7 Ikhtisar Penerapan PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama di Perusahaan ....................................................................................... 48
3.7.1 PT Patra SK ............................................................................................. 48
3.7.2 PT Perta Samtan Gas ............................................................................... 51
3.7.3 PT Perta Daya Gas .................................................................................. 54
3.7.4 Natuna 2 B.V. .......................................................................................... 57
3.7.5 PT Nusantara Regas ................................................................................ 61

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 66


4.1 Penerapan PSAK 66 Pengaturan Bersama Revisi Tahun 2013 .......................... 66
4.1.1 PT Patra SK ............................................................................................. 66
4.1.2 PT Perta Samtan Gas (PSG) .................................................................... 68
4.1.3 PT Perta Daya Gas (PDG)....................................................................... 70
4.1.4 Natuna 2 B.V. .......................................................................................... 72
4.1.5 PT Nusantara Regas ................................................................................ 75
4.2 Penerapan Ketentuan Transisi ............................................................................. 78
4.2.1 Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas ............................ 78
4.2.2 Metode Ekuitas ke Pencatatan untuk Aset dan Liabilitas ....................... 79
4.3 Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan .............................................................. 80
4.4 Penyajian Kembali Laporan Keuangan Konsolidasian ....................................... 81

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 86


5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 86
5.2 Saran.................................................................................................................... 86

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................... 88

ix Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Investasi di WK Eksplorasi Periode 2009-2013 ......................................... 2


Tabel 2.1. Kriteria Ventura Bersama ......................................................................... 15
Tabel 2.2. Checklist Karakteristik Ventura Bersama ................................................. 16
Tabel 2.3. Checklist Keberadaan Pengendalian Bersama .......................................... 17
Tabel 2.4. Perbedaan IFRS 11 dan IAS 31 ................................................................ 21
Tabel 2.5. Kriteria Pengaturan Bersama .................................................................... 27
Tabel 2.6. Checklist Karakteristik Ventura Bersama ................................................. 29
Tabel 3.1. Daftar Entitas Anak PT Pertamina (Persero) ............................................ 46
Tabel 3.2. Daftar Entitas Asosiasi PT Pertamina (Persero) ....................................... 47
Tabel 3.3. Daftar Entitas Ventura Bersama PT Pertamina (Persero) ......................... 47
Tabel 3.1. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PT Patra SK ........................................... 49
Tabel 3.2. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PSG ........................................................ 53
Tabel 3.3. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PDG ....................................................... 56
Tabel 3.4. Kajian Pengendalian Bersama PHE OG ................................................... 60
Tabel 3.5. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PT Nusantara Regas ............................... 64
Tabel 4.1. Kesenjangan Akuntansi atas Penerapan PSAK 66 ................................... 77
Tabel 4.2. Posisi Keuangan PT DEF per 01 Januari 2014 ......................................... 79
Tabel 5.1. Kesenjangan Akuntansi atas Penerapan PSAK 66 ................................... 89

x Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Tahapan Kegiatan Hulu Migas ................................................................ 1


Gambar 2.1. Bagan Penentuan Jenis Ventura Bersama ............................................. 14
Gambar 2.2. Bagan Penentuan Jenis Pengaturan Bersama ........................................ 29
Gambar 2.3. Bagan Penentuan Jenis Pengendalian Bersama .................................... 31
Gambar 2.4. Bagan Transisi Penerapan PSAK 66 ..................................................... 36
Gambar 3.1. Struktur Usaha Pertamina...................................................................... 45
Gambar 3.2. Struktur Participating Interest di Natuna PSC ..................................... 58

xi Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan usaha hulu migas terdiri atas kegiatan usaha eksplorasi dan
eksploitasi. Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan
cadangan migas di Wilayah Kerja yang ditentukan, sedangkan kegiatan eksploitasi
merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memproduksi migas yang
terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas
Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. Cakupan kegiatan di
industri migas nasional lebih jelas disajikan sebagaimana Gambar 1.1. di bawah
(Kementerian ESDM, 2011).

Gambar 1.1. Tahapan Kegiatan Hulu Migas


Sumber: Kementerian ESDM (2011).

Studi keekonomian proyek wajib dilaksanakan sebelum melakukan kegiatan


eksplorasi dan eksploitasi migas. Studi tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko
investasi serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keekonomian proyek
tersebut. Studi keekonomian menekankan pada analisis faktor biaya (cost), faktor

1 Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


2

pendapatan, dan faktor perpajakan minyak dan gas bumi, serta faktor non keuangan
lain, seperti teknologi, sosial dan lingkungan, dan peraturan perundangan yang
berlaku. Pelaksanaan studi keekonomian proyek berdasarkan Production Sharing
Contract (PSC) yang disepakati antara Kontraktor dengan Pemerintah, pengaturan
kontraktual atau Joint Operating Agreement (JOA) antara para Kontraktor, Technical
Assistance Contract (TAC) atau kontrak bantuan teknik, Kontrak Enhanced Oil
Recovery, dan Badan Operasi Bersama (Joint Operating Body/JOB).
Pada periode tahun 2013, nilai investasi kegiatan eksplorasi di WK eksplorasi
sekitar US$1.38 miliar.

Tabel 1.1. Investasi di WK Eksplorasi Periode 2009-2013

Sumber: Kementerian ESDM (2011).

Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat nilai investasi Kontraktor KKS eksplorasi
sebesar US$7.20 miliar yang berpotensi tidak dapat dikembalikan kepada Kontraktor
KKS apabila tidak ditemukan cadangan yang dapat dikembangkan secara komersial.
Selain itu, terdapat investasi sebesar US$1,82 miliar untuk kegiatan eksplorasi pada
WK yang telah terminasi, sehingga terhadap nilai investasi tersebut tidak
dikembalikan kepada Kontraktor KKS. Kegagalan eksplorasi merupakan bagian dari
risiko investasi yang harus ditanggung oleh Kontraktor KKS dalam melakukan
kegiatan atau aktivitas di industri hulu migas (SKK Migas, 2013).
Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan eksplorasi di
industri hulu migas membutuhkan biaya investasi awal yang besar dan mengandung
risiko dan ketidakpastian yang tinggi. Perusahaan akan memilih perusahaan lain
secara selektif yang memiliki keunggulan di bidang permodalan dan teknologi
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


3

(sumber daya), dalam menjalankan kerjasama operasi kegiatan eksplorasi, ekspoitasi,


pengembangan, dan produksi sumur migas.
Perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif baik internal maupun
eksternal dalam mengembangkan sumber dayanya, agar dapat bersaing dalam
industri hulu migas. Salah satu strategi perusahaan dalam rangka memanfaatkan
keunggulan kompetitif adalah melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi baru,
termasuk melalui cara anorganik, yaitu akuisisi participating interest (PI) Blok
Migas.
Sampai dengan tahun 2014, Standar Akuntansi di Indonesia yang mengatur
pencatatan akuntansi antara para pihak dalam menjalankan operasi bersama adalah
PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama (“PSAK 12”), yang
mengadopsi seluruh IAS 31 Interests in Joint Venture per 1 Januari 2009.
Para pihak yang memiliki kepentingan dalam Pengendalian Bersama Entitas
diberikan pilihan dalam pencatatan akuntansinya, yaitu konsolidasi proporsional atau
metode ekuitas. Adanya opsi metode konsolidasi proporsional dan metode ekuitas
akan menyebabkan transaksi serupa dicatat dengan metode yang berbeda sehingga
dapat menurunkan komparabilitas laporan keuangan.
Pada tanggal 19 Desember 2013, Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(“DSAK”) menerbitkan PSAK 66 tentang Pengaturan Bersama (“PSAK 66”) yang
mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS 11 Joint Arrangements per 1 Januari
2013, yang berlaku efektif 1 Januari 2015. PSAK 66 memperkenalkan terminologi
“joint arrangements” yang diterjemahkan menjadi “pengaturan bersama”. PSAK 66
mengklasifikasikan pengaturan bersama menjadi dua yaitu operasi bersama (joint
operation) dan ventura bersama (joint venture). Operasi bersama adalah pengaturan
bersama yang mengatur bahwa para pihak yang memiliki pengendalian bersama atas
pengaturan memiliki hak atas aset dan kewajiban terhadap liabilitas terkait dengan
pengaturan tersebut. Para pihak tersebut disebut operator bersama. Ventura bersama
adalah pengaturan bersama yang mengatur bahwa para pihak yang memiliki
pengendalian bersama atas pengaturan yang memiliki hak atas aset neto pengaturan
tersebut. Para pihak tersebut disebut venturer bersama. Klasifikasi tersebut
didasarkan pada hak dan kewajiban yang dimiliki para pihak dalam pengaturan.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


4

Metode akuntansi konsolidasi proporsional dihapuskan untuk pengaturan bersama


yang diklasifikasikan sebagai ventura bersama (joint venture) dalam mencatat
bagiannya atas aset neto ventura bersama (IAI, 2013). Meskipun demikian,
penghapusan konsolidasi proporsional tidak melarang entitas dalam pengaturan
bersama dari pengakuan aset dan liabilitas individu dan pendapatan serta biaya
terkait pada saat entitas memiliki hak dan kewajiban berdasarkan pengaturan
bersama.
International Accounting Standards Board (IASB) meyakini bahwa substansi
ekonomi pengaturan bersama ditentukan berdasarkan hak atas aset dan kewajiban
terhadap liabilitas dalam menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada
pengaturan tersebut. Prinsip PSAK 66 adalah akuntansi pengaturan bersama yang
mengatur bahwa operator bersama yang memiliki pengendalian bersama atas
pengaturan, memiliki hak atas aset dan kewajiban terhadap liabilitas terkait dengan
pengaturan tersebut. Berdasarkan pengamatan IASB, banyak responden yang
menghubungkan substansi ekonomi dengan ketentuan aktivitas relevan yang
dilaksanakan melalui pengaturan bersama, sangat berhubungan dengan aktivitas yang
dilaksanakan oleh entitas sendiri atau para pihak yang terlibat dalam mengoperasikan
pengaturan bersama. Para responden tersebut menjelaskan bahwa metode yang lebih
mencerminkan partisipasi dalam aktivitas relevan yang merupakan subjek
pengaturan bersama adalah konsolidasi proporsional. IASB menjelaskan bahwa
pemahaman atas kata substansi ekonomi tidak akan terpenuhi untuk beberapa kasus
atas aktivitas relevan yang dilaksanakan oleh entitas dalam pengaturan bersama yang
memiliki kesamaan dalam operasionalisasi. Pengaturan bersama yang disepakati oleh
para pihak dapat memberikan hak dan kewajiban yang berbeda atas aset dan liabilitas
terkait dengan pengaturan tersebut. IASB menyatakan bahwa dengan mewajibkan
para pihak untuk mengakui kepentingannya dalam operasi bersama, prinsip utama
PSAK 66 telah mencerminkan substansi ekonomi dari pengaturan tersebut.
Sehubungan Perusahaan saat ini mencatat kepentingannya dalam ventura
bersama berdasarkan PSAK 12, maka terdapat kesenjangan akuntansi atas penerapan
PSAK 66 yang berlaku efektif Per 1 Januari 2015.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


5

1.2 Perumusan Masalah


Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana analisis kesenjangan akuntansi atas penerapan PSAK 66 tentang
Pengaturan Bersama yang dibentuk melalui separate vehicle?
b. Apakah ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode
ekuitas (metode one-line consolidation) atau sebaliknya untuk periode tahun
buku penerapan pertama kali PSAK 66?
c. Bagaimana penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian Perusahaan per
31 Desember 2014?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Menganalisis kesenjangan akuntansi atas penerapan PSAK 66 tentang
Pengaturan Bersama yang dibentuk melalui separate vehicle,
b. Mengetahui ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode
ekuitas (metode one-line consolidation) atau sebaliknya untuk periode tahun
buku penerapan pertama kali PSAK 66, dan
c. Memahami penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian Perusahaan per
31 Desember 2014.

1.4 Manfaat Penelitian


Manafaat penelitian ini dapat digunakan oleh Perusahaan untuk memahami
analisis kesenjangan akuntansi serta ketentuan transisi dari metode konsolidasi
proporsional ke metode ekuitas (metode one-line consolidation) atau sebaliknya
untuk periode tahun buku penerapan pertama kali PSAK 66 tentang Pengaturan
Bersama dan penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian Perusahaan per 31
Desember 2014.
Sehubungan dengan kompleksitas pengaturan bersama dalam bisnis hulu
(upstream) yang belum diatur dalam PSAK 66, misalnya pencatatan akuntansi atas
kepentingan dalam Participating Interest dengan pengendalian atas pengaturan yang

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


6

dilaksanakan secara kolektif (collective control) oleh sekelompok pihak dalam


pengaturan bersama, DSAK dapat memberikan panduan lebih lanjut dalam bentuk
Buletin Teknis sehingga dapat mencegah ketidakjelasan dan potensi yang
menimbulkan beragam penafsiran dalam praktik.

1.5 Metode Penelitian


Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian studi
kasus. Metode ini menitikberatkan pada studi literatur terhadap PSAK 66 tentang
Pengaturan Bersama, dan manual akuntansi yang digunakan untuk memperoleh
landasan teori yang kuat sebagai dasar pembahasan penelitian ini. Selanjutnya akan
dilakukan analisis secara sistematis perihal analisis kesenjangan akuntansi beserta
ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas (metode
one-line consolidation) atau sebaliknya untuk periode tahun buku penerapan pertama
kali PSAK 66 tentang Pengaturan Bersama di Perusahaan, dan penyajian kembali
laporan keuangan konsolidasian Perusahaan per 31 Desember 2014.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan karya akhir ini akan dibagi ke dalam lima bab. Setiap
bab akan dibagi lagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan kebutuhan penulisan
karya akhir ini. Setiap bab akan menguraikan hal-hal sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, permasalahan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang terdiri dari
tipe penelitian dan metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisi studi pustaka mengenai teori yang berkaitan dengan teori
penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian, konsep dasar ventura
bersama sesuai PSAK 12, dan pengaturan bersama sesuai PSAK 66. Selanjutnya
dibahas perihal ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode
ekuitas (metode one-line consolidation) atau sebaliknya untuk periode tahun buku

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


7

penerapan pertama kali PSAK 66 di Perusahaan, dan penyajian kembali laporan


keuangan konsolidasian Perusahaan per 31 Desember 2014.
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini akan memaparkan mengenai sejarah, gambaran usaha,
informasi keuangan perusahaan serta perusahaan ventura bersama dan informasi
lainnya mengenai Perusahaan yang terkait dengan transaksi akuisisi participating
interest (PI) Blok Migas, serta ikhtisar penerapan PSAK 12 di Perusahaan.
BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini akan membahas analisis kesenjangan akuntansi serta ketentuan
transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas (metode one-line
consolidation) atau sebaliknya untuk periode tahun buku penerapan pertama kali
PSAK 66 di Perusahaan, penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian
Perusahaan per 31 Desember 2014, serta memberikan masukan dalam upaya
penyempurnaan kebijakan akuntansi Perusahaan yang berlaku saat ini.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan kesimpulan atas penelitian yang telah
dilakukan dan saran – saran berkaitan dengan kesimpulan yang telah diambil
tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian


2.1.1 Teori Induk Perusahaan (Parent Company Theory)
Teori induk perusahaan (parent company theory) menjelaskan bahwa laporan
keuangan konsolidasian merupakan perluasan dari laporan keuangan induk
perusahaan, dibuat untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham induk
perusahaan, sedangkan para pemegang saham anak perusahaan tidak begitu penting
secara signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. Teori ini menjelaskan
bahwa laporan keuangan konsolidasian tidak memberikan nilai atau manfaat secara
signifikan kepada pemegang saham non-pengendali anak perusahaan. Konsolidasi
laba bersih merupakan ukuran laba kepada pemegang saham induk perusahaan
(Beams et al., 2012).

2.1.2 Teori Entitas (Entity Theory)


Teori entitas merupakan pandangan alternatif dalam laporan keuangan
konsolidasian. Teori ini dikembangkan oleh Professor Maurice Moonitz dan
dipublikasikan oleh American Accounting Association pada tahun 1994 dengan judul
the entity theory of consolidated statements. Teori ini menjelaskan bahwa laporan
keuangan konsolidasi mencerminkan total bisnis entitas, seluruh sumber daya
dikendalikan oleh entitas dan diukur secara konsisten. Berdasarkan teori ini,
penghasilan dari kepentingan nonpengendali merupakan distribusi dari seluruh
penghasilan entitas konsolidasian dan kepentingan pemegang saham nonpengendali
merupakan bagian dari ekuitas konsolidasian (Beams et al., 2012). Teori entitas
mensyaratkan penghasilan dan ekuitas anak perusahaan, ditentukan untuk seluruh
pemegang saham, sehingga keseluruhan jumlah akan dialokasikan antara pemegang
saham kepentingan pengendali dan kepentingan nonpengendali secara konsisten.
Teori entitas mencapai hal ini dengan memasukkan total nilai wajar untuk anak
perusahaan atas dasar harga yang dibayar oleh induk perusahaan untuk kepentingan
pengendali.
8 Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


9

2.1.3 Contemporary Theory


Teori ini merupakan refleksi pendekatan parent company theory dan entity
theory. Sesuai dengan parent company theory, contemporary theory mengidentifikasi
pengguna utama adalah pemegang saham induk perusahaan (parent company).
Tujuan penyusunan laporan keuangan konsolidasian dari sudut pandang
contemporary theory adalah menyajikan laporan posisi keuangan dan hasil usaha
dari single entity, namun laporan tersebut tetap disiapkan untuk kepentingan
pengguna utama yaitu pemegang saham dan kreditur induk perusahaan. Kepentingan
nonpengendali merupakan bagian dari ekuitas konsolidasian sehingga disajikan
dalam laporan posisi keuangan pada kelompok ekuitas. Jumlah ekuitas untuk
kepentingan nonpengendali disajikan secara total, tidak dipisah-pisahkan karena
laporan keuangan konsolidasian tidak ditujukan bagi kepentingan pemegang saham
nonpengendali (Beams et al., 2012). Pendapatan nonpengendali dalam contemporary
theory tidak dilaporkan sebagai beban seperti pada parent company theory, tetapi
diperlakukan sebagai alokasi pendapatan entitas yang merupakan gabungan antara
pemegang saham induk dan kepentingan nonpengendali. Laba setelah dikurangkan
dengan bagian kepentingan nonpengendali merupakan pendapatan untuk pemegang
saham induk perusahaan.

2.1.4 Metode Proportional Consolidation


Sehubungan belum tercapainya kesepakatan atas pengakuan dan penyajian
kepentingan nonpengendali dalam laporan konsolidasi, maka pendekatan
proportional consolidation tidak mengakui dan menyajikan kepentingan
nonpengendali tersebut dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Dalam
laporan keuangan konsolidasian yang disusun berdasarkan proportional
consolidation, induk perusahaan hanya melaporkan sebesar kepentingannya atas aset
dan liabilitas pada anak perusahaan (Schroeder et al., 2011). Pendapatan dan biaya
anak perusahaan dicatat sebesar kepentingan induk perusahaan, dan kepentingan
nonpengendali tidak dicantumkan dalam laporan keuangan konsolidasian. Laporan
keuangan dapat dilihat secara utuh sebagai laporan dari entitas tunggal.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


10

2.1.5 Metode One-line Consolidation


One-line consolidation sering disebut dengan akuntansi metode ekuitas.
Pendekatan ini disebut one-line consolidation karena investasi dilaporkan sebagai
jumlah tunggal dalam laporan posisi keuangan perusahaan investor dan pendapatan
investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain (kecuali perusahaan investee mempunyai pos-pos luar
biasa/extraordinary atau pos-pos lain sesudah operasi normal atau ”below the line”
yang memerlukan pengungkapan terpisah). One-line consolidation juga berarti
bahwa pendapatan perusahaan induk/investor dan ekuitas pemegang saham adalah
sama, apabila perusahaan anak/investee dipertanggungjawabkan melalui penerapan
yang lengkap dan benar dari metode ekuitas seperti saat laporan keuangan
perusahaan induk dan perusahaan anak dikonsolidasikan. Laporan keuangan
konsolidasian menunjukkan pendapatan yang sama dan aset bersih yang sama
meliputi rincian pendapatan dan beban, serta aset dan liabilitas. Prosedur akuntansi
dasar untuk menerapkan metode ekuitas adalah sama, baik pada investor yang
mempunyai kemampuan menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap
perusahaan investee (kepemilikan 20%-50%) atapun pada investor yang mempunyai
kemampuan pengendalian terhadap perusahaan investee (kepemilikan > 50%)
(Beams et al., 2012).

2.1.6 Pro dan Kontra Penerapan Metode Proportional Consolidation dan


Metode One-line Consolidation
Kazbi Kothavala (2003) menjelaskan bahwa metode proportional
consolidation memberi informasi keuangan yang lebih bermanfaat di masa depan
dalam memprediksi probabilitas suatu perusahaan di Kanada. Pendukung metode
one-line consolidation berargumentasi bahwa tidak terdapat landasan teoretis untuk
mencatat kepentingannya secara proporsional atas aset dan liabilitas pengendalian
bersama, seperti para investor melakukan pengendalian penuh atas aset dan liabilitas.
Pendukung metode one-line consolidation, berpendapat bahwa investor tidak
menjamin atas utang dan liabilitas keuangan dalam perusahaan, sehingga investor

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


11

harus mencatat kepentingan aset bersih dalam perusahaan tersebut sebagai satu baris
dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif. Utang dan
liabilitas keuangan tidak dicatat dalam liabilitas investor. Metode one-line
consolidation atau metode ekuitas lebih berorientasi kreditur jika dibandingkan
dengan metode proportional consolidation (Kothovala, 2003).
Selanjutnya, Kothavala menemukan bahwa metode proportional
consolidation memiliki relevansi risiko yang lebih tinggi terhadap volatilitas harga,
yang mencerminkan spektrum yang lebih luas dari pengguna laporan keuangan.
Sedangkan metode ekuitas memiliki relevansi tinggi risiko terhadap peringkat
obligasi perusahaan (Kothovala, 2003).
Pertimbangan dalam menggunakan metode proportional consolidation
terletak pada asumsi yang tersedia dalam komponen laporan keuangan sehingga
memberikan tingkat prediksi profitabilitas yang lebih baik di masa depan, jika
dibandingkan dengan metode ekuitas (Graham et al., 2003).
Metode ekuitas atau one-line consolidation dapat melaporkan perusahaan
tanpa pinjaman (unlevered) dan perusahaan dengan pinjaman (levered) dalam
kelompok investasi yang sama. Selanjutnya, aset dan liabilitas serta pendapatan dan
biaya, dicatat dan disajikan lebih besar berdasarkan metode proportional
consolidation. Hal ini menjelaskan secara tidak langsung bahwa metode one-line
consolidation mencatat dan menyajikan aset dan liabilitas lebih kecil, sementara
saldo ekuitas dan laba rugi bersih adalah sama, baik menggunakan metode
proportional consolidation atau metode one-line consolidation (Graham et al.,
2003).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat nilai prediksi atas metode
proportional consolidation jika dibandingkan dengan metode one-line consolidation,
terhadap perusahaan patungan di Kanada. Analisis menunjukkan hubungan kuat
antara return on equity pemegang saham biasa dan rasio keuangan profit margin,
asset turnover, dan leverage ratio. Selain itu, terdapat hubungan kuat antara
komponen tahun berjalan dan tahun sebelumnya dari return on equity dan return
saham tahun berjalan. Korelasi terutama berkaitan dengan rasio profit margin,
sebagai akibat tidak dicatat dan disajikannya pendapatan perusahaan patungan ketika

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


12

menggunakan metode ekuitas, khususnya perusahaan patungan yang memiliki


tingkat penjualan yang tinggi (Graham et al., 2001).

2.2 Perkembangan IAS 31 Interests In Joint Ventures dan IFRS 11 Joint


Arrangements
IAS 31 Financial Reporting of Interests in Joint Ventures dikeluarkan oleh
International Accounting Standards Committee (IASC) pada bulan Desember 1990,
dan diformat kembali pada tahun 1994. Revisi terbatas untuk IAS 31 dibuat pada
tahun 1998, 1999 dan 2000.
Pada bulan April 2001, IASB memutuskan bahwa semua standar dan
interpretasi yang dikeluarkan di bawah IASC terus berlaku kecuali diubah atau
ditarik.
Pada bulan Desember 2003, IASB menerbitkan revisi IAS 31 - Interests in
Joint Ventures, dan harus diterapkan untuk periode tahunan yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2005. Penerapan lebih dini dianjurkan. Selanjutnya IAS 31 direvisi
sehubungan dengan revisi IFRS berikut:
a. IFRS 3 Business Combinations (diterbitkan pada Maret 2004).
b. IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
(diterbitkan pada Maret 2004).
c. IAS 27 Consolidated and Separate Financial Statements (direvisi pada Januari
2008).
d. IAS 1 Presentation of Financial Statements (direvisi pada September 2007).
Berikut ini interpretasi yang berhubungan dengan IAS 31:
a. SIC-13 Jointly Controlled Entities - Non-Monetary Contributions by Venturers
(diterbitkan pada Desember 1998 dan selanjutnya direvisi).
b. IFRIC 5 Rights to Interests arising from Decommissioning, Restoration and
Environmental Rehabilitation Funds (diterbitkan pada Desember 2004).
Selanjutnya Deloitte menjelaskan sejarah perkembangan IAS 31 Interests In Joint
Ventures dan IFRS 11 Joint Arrangements, sebagai berikut:
a. Desember 1989 Exposure Draft E35 Financial Reporting of Interests in
Joint Ventures.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


13

b. Desember 1990 IAS 31 Financial Reporting of Interests in Joint Ventures.


c. 1 Januari 1992 Tanggal efektif IAS 31 (1990).
d. 1 Desember 1998 IAS 31 direvisi oleh IAS 39, tanggal efektif 1 Januari 2001.
e. 18 Desember 2003 Revisi IAS 31 diterbitkan oleh IASB.
f. 1 Januari 2005 Tanggal efektif IAS 31 (Revisi 2003).
g. 13 September 2007 Exposure Draft ED 9 Joint Arrangements diterbitkan untuk
menggantikan IAS 31.
h. 10 Januari 2008 Beberapa revisi signifikan IAS 31 diterapkan sebagai akibat
Kombinasi Bisnis Phase II Project perihal hilangnya
pengendalian bersama.
i. 22 Mei 2008 IAS 31 direvisi untuk pengembangan tahunan IFRS 2007
perihal pengungkapan dan pengembalian penurunan nilai
(metode ekuitas).
j. 1 Januari 2009 Tanggal efektif IAS 31 Revisi Mei 2008.
k. 1 Juli 2009 Tanggal efektif IAS 31 Revisi Januari 2008.
l. 12 Mei 2011 IAS 31 digantikan oleh IFRS 11 Joint Arrangements dan
IFRS 12 Disclosure of Interests in Other Entities Tanggal
efektif 1 Januari 2013.
m. 28 Juni 2012 Panduan transisi atas revisi Laporan Keuangan
Konsolidasian, Joint Arrangements dan Disclosure of
Interests in Other Entities.
n. 6 Mei 2014 Revisi Accounting for Acquisitions of Interests in Joint
Operations (Amendments to IFRS 11).

2.3 PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama


2.3.1 Pendahuluan
Ventura bersama menggunakan banyak bentuk dan struktur yang berbeda.
Pernyataan ini mengidentifikasi tiga jenis umum ventura bersama, yaitu
pengendalian bersama operasi (PBO), pengendalian bersama aset (PBA), dan
pengendalian bersama entitas (PBE). Karakteristik umum seluruh ventura bersama
adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


14

a. dua atau lebih venturer terikat oleh suatu perjanjian kontraktual; dan
b. perjanjian kontraktual tersebut membentuk pengendalian bersama.
Berikut adalah bagan yang membedakan apakah suatu ventura bersama merupakan
kategori PBO, PBA, atau PBE:

Gambar 2.1. Bagan Penentuan Jenis Ventura Bersama


Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


15

Lebih lanjut, kriteria PBO, PBA, atau PBE dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Kriteria Ventura Bersama


Kriteria Operasi Aset Entitas
Perjanjian
Ya Ya Ya
kontraktual
Pengendalian
Ya Ya Ya
bersama
Aset & sumber daya Aset yang Kas atau sumber daya
lain untuk menunjang dikontribusikan pada lainnya dan diakui
operasi. ventura bersama. dalam laporan
Partisipasi berupa keuangan sebagai
investasi pada
pengendalian bersama
entitas.
Pencatatan dalam Aset yang Bagian atas Menggunakan metode
laporan keuangan dikendalikan dan pengendalian bersama ekuitas atau metode
venturer liabilitas yang aset dan bagian atas konsolidasi
ditanggung, beban liabilitas terkait proporsional.
yang ditanggung dan dengan ventura
pendapatan yang bersama. Setiap
diperoleh dari liabilitas yang telah
penjualan ventura terjadi, setiap
bersama. penghasilan dari
ventura bersama dan
setiap beban dalam
ventura bersama.
Pembentukan
Tidak Tidak Ya
entitas baru

Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Agar suatu perjanjian kerja sama dapat dikategorikan sebagai perjanjian


ventura bersama, maka seluruh karakteristik umum atas ventura bersama tersebut
harus terpenuhi seperti terdapat dalam tabel checklist di bawah:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


16

Tabel 2.2. Checklist Karakteristik Ventura Bersama


No Kriteria Keterangan Pemenuhan Kriteria
1 Perjanjian Kontraktual <Diisi> Ya atau Tidak
2 Pengendalian Bersama <Diisi> Ya atau Tidak
Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Keberadaan perjanjian kontraktual membedakan bagian partisipasi yang


melibatkan pengendalian bersama, terhadap investasi pada entitas asosiasi sesuai
PSAK 15 revisi 2009: Investasi pada Entitas Asosiasi. Aktivitas yang tidak memiliki
perjanjian kontraktual untuk membentuk pengendalian bersama bukan merupakan
ventura bersama.
Perjanjian kontraktual dapat dibuktikan dalam beberapa cara, misalnya
melalui suatu kontrak antara para venturer atau notulen rapat antara para venturer.
Dalam beberapa kasus, perjanjian tersebut dimasukkan dalam akte atau anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga dari ventura bersama. Perjanjian kontraktual
tersebut membentuk pengendalian bersama atas ventura bersama. Persyaratan
tersebut memastikan bahwa tidak ada venturer tunggal dalam posisi mengendalikan
aktivitas secara sepihak.
Keberadaan pengendalian bersama ditentukan dengan keterlibatan masing-
masing venturer dalam menjalankan aktivitas operasi dan keuangan ventura bersama
tanpa memandang besaran persentase partisipasi. Venturer dengan porsi
kepemilikan/bagian partisipasi lebih besar dibandingkan dengan venturer lainnya
tidak secara otomatis mempunyai kekuasaan lebih dalam kebijakan strategis, operasi,
dan keuangan. Manajemen dapat menggunakan checklist berikut dalam
mempertimbangkan apakah Perusahaan memiliki pengendalian bersama dengan
venturer lain dalam suatu perjanjian kerja sama:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


17

Tabel 2.3. Checklist Keberadaan Pengendalian Bersama


Klausul Pemenuhan
No Kriteria
Kontraktual Kriteria
1 Hak dari masing-masing pihak <Diisi> Ya atau Tidak
Ketentuan dalam perjanjian pemegang
2 <Diisi> Ya atau Tidak
saham
3 Penyelesaian perselisihan antar pihak <Diisi> Ya atau Tidak
4 Kebijakan terminasi/ penghentian perjanjian <Diisi> Ya atau Tidak
5 Transaksi setelah perjanjian <Diisi> Ya atau Tidak
6 Struktur organisasi <Diisi> Ya atau Tidak
7 Ketentuan dalam pembagian hasil <Diisi> Ya atau Tidak
Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Pengendalian bersama dapat terhalang jika investee mengalami reorganisasi


legal atau kebangkrutan, atau beroperasi dalam pembatasan ketat jangka panjang
dalam kemampuannya untuk mengalihkan dana kepada Perusahaan. Jika
pengendalian bersama masih berlanjut, maka kejadian di atas (reorganisasi legal atau
kebangkrutan) tidak dapat menjadi justifikasi untuk menghentikan penerapan
akuntansi untuk ventura bersama.

2.3.2 Pengendalian Bersama Operasi (PBO)


Operasi dari beberapa ventura bersama melibatkan penggunaan aset dan
sumber daya lainnya dari venturer bukan pendirian suatu perseroan terbatas,
persekutuan, atau entitas lainnya, atau suatu struktur keuangan yang terpisah dari
venturer. Setiap venturer menggunakan aset tetap dan persediaannya. Venturer
menanggung beban dan liabilitas dan memperoleh pembiayaan, yang mewakili
kewajibannya. Aktivitas ventura bersama dapat dilaksanakan oleh karyawan venturer
bersamaan dengan aktivitas venturer yang serupa. Perjanjian ventura bersama
biasanya mengatur sedemikian sehingga pendapatan dari penjualan produk bersama
dan beban yang terjadi dibagi antar para venturer.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


18

Sehubungan dengan bagian partisipasi dalam PBO, Perusahaan mengakui


dalam laporan keuangannya:
a. aset yang dikendalikan dan liabilitas yang ditanggung; dan
b. beban yang ditanggung dan bagian pendapatan yang diperoleh dari penjualan
barang dan jasa ventura bersama.

2.3.3 Pengendalian Bersama Aset (PBA)


Beberapa ventura bersama melibatkan pengendalian bersama dan
kepemilikan bersama, oleh venturer atas satu atau lebih aset yang dikontribusikan
kepada ventura bersama atau diperoleh untuk tujuan dari ventura bersama. Aset
tersebut digunakan untuk memperoleh manfaat bagi venturer. Setiap venturer dapat
mengambil suatu bagian output dari aset dan menanggung suatu bagian yang
disetujui dari beban yang terjadi.
Ventura bersama tersebut tidak melibatkan pendirian suatu perseroan
terbatas, persekutuan, atau entitas lainnya, atau suatu struktur keuangan yang terpisah
dari venturer. Setiap venturer memiliki pengendalian atas bagiannya dari manfaat
ekonomi masa depan melalui bagiannya dalam PBA.

2.3.4 Pengendalian Bersama Entitas (PBE)


PBE adalah ventura yang yang melibatkan pendirian suatu perseroan terbatas,
persekutuan atau entitas lainnya. Setiap venturer mempunyai bagian partisipasi
dalam PBE. Entitas tersebut beroperasi dalam cara yang sama seperti entitas lainnya,
kecuali adanya perjanjian kontraktual antar venturer yang menciptakan pengendalian
bersama atas aktivitas ekonomi entitas.
PBE mengendalikan aset ventura bersama, menanggung liabilitas dan beban,
dan memperoleh penghasilan. Entitas tersebut dapat mengadakan kontrak atas nama
sendiri dan memperoleh pembiayaan untuk tujuan aktivitas ventura bersama. Setiap
venturer berhak atas bagian laba dari pengendalian bersama entitas, meskipun
beberapa PBE juga meliputi pembagian output ventura bersama. PBE melakukan
catatan akuntansi sendiri serta menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan
cara yang sama seperti entitas lainnya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


19

Setiap venturer dalam ventura bersama biasanya mengkontribusikan kas atau


sumber daya lainnya kepada perusahaan PBE yang dibentuk bersama. Kontribusi
tersebut dimasukkan dalam catatan akuntansi Perusahaan dan diakui dalam laporan
keuangan sebagai investasi pada PBE.
Bagian partisipasi dalam PBE dapat diakui dengan menggunakan metode
ekuitas atau konsolidasi proporsional. Perusahaan mengakui bagian partisipasinya
dalam PBE dengan memilih metode pelaporan konsolidasi proporsional. Dasar
pencatatan untuk penerapan akuntansi atas PBE dalam menggunakan metode
konsolidasi proporsional maupun metode ekuitas adalah laporan keuangan PBE.
Aset, liabilitas, beban, dan pendapatan diakui sesuai dengan bagian partisipasi
Perusahaan dalam PBE berdasarkan laporan keuangan PBE dalam kertas kerja
konsolidasi proporsional apabila Perusahaan menggunakan metode konsolidasi
proporsional. Akun investasi pada PBE diakui dan dipengaruhi sesuai dengan
transaksi-transaksi yang dijelaskan untuk metode ekuitas sesuai dengan pedoman
akuntansi untuk metode ekuitas.

2.4 PSAK 66 tentang Pengaturan Bersama


2.4.1 Pendahuluan
PSAK 66: Pengaturan Bersama mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS
11 Joint Arrangements per 1 Januari 2013, kecuali:
a. IFRS 11 paragraf 26 dan 27 tentang penyajian laporan keuangan tersendiri oleh
investor. Pengaturan tersebut tidak diadopsi, disesuaikan dengan pengaturan
dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri.
b. IFRS 11 paragraf B26 tentang Penilaian Persyaratan Pengaturan Kontraktual
(Contoh 4) yang menjadi PSAK 66 paragraf PP26 dengan menambahkan
kalimat "di Indonesia dikenal sebagai Perseroan Terbatas" untuk entitas yang
berbadan hukum karena disesuaikan dengan konteks di Indonesia.
c. IFRS 11 paragraf C1 yang menjadi PSAK 66 paragraf C01 tentang tanggal
efektif dengan meniadakan penerapan dini. Opsi penerapan dini tidak ditawarkan
dengan pertimbangan keselarasan penerapan (pemberlakuan efektif) antara
PSAK 66 dengan PSAK/ISAK lain yang terkena dampaknya.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


20

d. IFRS 11 paragraf CIA tentang amandemen Consolidated Financial Statements,


Joint Arrangements and Disclosure of Interests in Other Entities: Transition
Guidance (Amendments to IFRS 10, IFRS 11 and IFRS 12) tidak diadopsi
karena tidak relevan. Adopsi IFRS 11 menjadi PSAK 66 menggunakan IFRS 11
per 1 Januari 2013 yang telah mengakomodir amandemen tersebut.
e. IFRS 1 1paragraf C14 tentang referensi terhadap IFRS 9 Financial Instruments
tidak diadopsi karena tidak relevan. Hal ini karena Indonesia belum mengadopsi
IFRS 9, sehingga referensi yang digunakan adalah PSAK 55: Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang diadopsi dari IAS 39: Financial
Instruments: Recognition and Measurements.
f. IFRS 11 Appendix D tentang amandemen terhadap IFRS lainnya tidak diadopsi
karena tidak relevan.
Penerapan IFRS 11 Tahun 2011 dilaksanakan oleh IASB sebagai tindak
lanjut nota kesepahaman dengan FASB dengan tujuan meminimalkan perbedaan
antara IFRS dan US Standards. IFRS 11 Tahun 2011 merupakan perubahan pertama
atas IAS 31 Interest in Joint Ventures yang diterbitkan pada Tahun 1990.
Secara khusus, IASB ingin memperbaiki dua aspek dari IAS 31 yang
menurunkan kualitas pelaporan keuangan atas pengaturan bersama, yaitu:
a. Struktur pengaturan bersama merupakan satu-satunya faktor dalam penetapan
kebijakan akuntansi, dan
b. Entitas mempunyai pilihan dalam kebijakan akuntansi atas bagian partisipasi
dalam Pengendalian Bersama Entitas.
Selain mempertimbangkan dua hal di atas, IASB juga mempertimbangkan
untuk memperbaiki persyaratan dalam pengungkapan informasi, ruang lingkup, dan
dampak keuangan atas bagian partisipasi dalam Pengendalian Bersama Entitas.
Secara umum perbedaan IFRS 11 Joint Arrangement dan IAS 31 Interest in Joint
Ventures, adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


21

Tabel 2.4. Perbedaan IFRS 11 dan IAS 31


Perihal IFRS 11 IAS 31
Ruang Lingkup Diterapkan oleh semua entitas Diterapkan untuk akuntansi
yang merupakan pihak dalam bagian partisipasi dalam
pengaturan bersama. ventura bersama dan pelapor
an aset, liabilitas, penghasilan
dan beban ventura bersama
dalam laporan keuangan
venturer dan investor, terlepas
dari struktur atau bentuk yang
mendasari dilakukannya
aktivitas ventura bersama.
Tidak ada pengecualian dalam Pengecualian dari ruang
ruang lingkup Pengecualian lingkup. Tidak berlaku untuk
untuk ventura bersama yang bagian partisipasi venturer
dimiliki oleh atau dimiliki dalam pengendalian bersama
secara tidak langsung melalui yang dimiliki oleh organisasi
entitas yang merupakan modal ventura atau reksa dana,
ventura bersama, atau reksa unit perwalian, dan entitas
dana, unit perwalian, dan sejenis termasuk dana asuransi
entitas sejenis termasuk dana terhubung investasi yang pada
asuransi terhubung investasi, saat pengakuan awal ditetapkan
entitas dapat memilih untuk pada nilai wajar melalui laba
mengukur investasi tersebut rugi atau diklasifikasikan
pada nilai wajar melalui laba sebagai dimiliki untuk dijual
rugi sesuai PSAK 55: sesuai PSAK 55: Instrumen
Instrumen Keuang an: Keuangan: Pengakuan dan
Pengakuan dan Peng ukuran. Pengukuran.
Pengecualian ini tidak lagi
merupakan pengecualian dari
ruang lingkup tetapi
merupakan pengecualian dari
penerapan metode ekuitas,
sehingga pengaturan ini diatur
dalam PSAK 15 (2013):
Investasi pada Entitas Investasi
dan Ventura Bersama.
Jenis • Operasi Bersama. Jenis pengendalian bersama:
Pengaturan • Ventura Bersama. • Pengendalian Bersama Aset
Bersama (PBA).
• Pengendalian Bersama
Operasi (PBO).
• Pengendalian Bersama
Entitas (PBE).

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


22

Tabel 2.4. Perbedaan IFRS 11 dan IAS 31 (Lanjutan)


Perihal IFRS 11 IAS 31
Definisi • Pengaturan bersama adalah Ventura bersama adalah
pengaturan yang dua atau perjanjian kontraktual antara
lebih pihaknya. dua atau lebih pihak
• memiliki pengendalian menjalankan aktivitas ekonomi
bersama. yang tunduk pada pengendalian
bersama.
• Ventura bersama adalah
pengaturan yang para
pihaknya memiliki
pengendalian bersama atas
pengaturan yang memiliki
hak atas aset neto dari
pengaturan tersebut.
• Operasi bersama adalah
pengaturan bersama yang
mengatur bahwa para pihak
yang memiliki pengendalian
bersama atas pengaturan
memiliki hak atas aset dan
kewajiban terhadap liabilitas
terkait dengan pengaturan
tersebut.
Metode • Operator bersama mencatat • Venturer dalam PBA dan
Akuntansi bagiannya dalam operasi PBO mencatat aset dan
bersama atas aset dan liabilitas terkait
liabilitas berkenaan dengan kepentingannya di PBA dan
kepentingannya dalam PBO tersebut.
operasi bersama. • PBE diberikan dua pilihan
• Venturer bersama mencatat pencatatan yaitu konsolidasi
bagiannya atas aset neto proporsional atau metode
ventura bersama dengan ekuitas.
menggunakan metode
ekuitas.
• Metode konsolidasi
proporsional dihapuskan.

Akuntansi pengaturan bersama yang diatur dalam IFRS 11 didasari pada


prinsip bahwa entitas dalam pengaturan bersama harus mengakui bagiannya atas
setiap aset dan liabilitas berkenaan dengan kepentingannya dalam pengaturan
bersama, termasuk goodwill apapun yang mungkin telah menjadi bagian dari jumlah
tercatat investasi. Dalam beberapa kasus, penerapan prinsip ini akan mengakibatkan
entitas mengakui bagiannya atas setiap aset, liabilitas, pendapatan dan beban
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


23

berkenaan dengan kepentingannya dalam pengaturan bersama, dan dalam kasus lain,
akan mengakibatkan entitas mengakui investasi.
IAS 31 menetapkan persyaratan akuntansi yang berbeda, bergantung pada
ada atau tidaknya entitas baru yang dibentuk. PBO dan PBA adalah perjanjian
bersama yang tidak mensyaratkan adanya pembentukan entitas baru atau struktur
keuangan baru yang terpisah dari para pihak. IAS 31 mensyaratkan para pihak dalam
pengaturan tersebut untuk mengakui aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang
timbul dari pengaturan. Ketika pengaturan dibentuk melalui entitas, IAS 31
mengklasifikasikannya sebagai PBE. Para pihak yang memiliki kepentingan dalam
PBE diberikan pilihan dalam pencatatan akuntansinya, yaitu konsolidasi
proporsional atau metode ekuitas. Adanya opsi metode konsolidasi proporsional dan
metode ekuitas akan menyebabkan transaksi serupa dicatat dengan metode yang
berbeda sehingga dapat menurunkan komparabilitas laporan keuangan. Oleh karena
itu pilihan metode konsolidasi proporsional dihapus. Meskipun demikian,
penghapusan konsolidasi proporsional tidak melarang entitas dalam pengaturan
bersama dari pengakuan aset dan liabilitas individu dan pendapatan serta biaya
terkait pada saat entitas memiliki hak dan kewajiban berdasarkan pengaturan
bersama.
IASB meyakini bahwa substansi ekonomi pengaturan bersama ditentukan
berdasarkan hak atas aset dan kewajiban terhadap liabilitas dalam menjalankan
aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengaturan tersebut. Prinsip IFRS 11 adalah
akuntansi pengaturan bersama yang mengatur bahwa operator bersama yang
memiliki pengendalian bersama atas pengaturan, memiliki hak atas aset dan
kewajiban terhadap liabilitas terkait dengan pengaturan tersebut.
Berdasarkan pengamatan IASB, banyak responden yang menghubungkan
substansi ekonomi dengan ketentuan aktivitas relevan yang dilaksanakan melalui
pengaturan bersama, sangat berhubungan dengan aktivitas yang dilaksanakan oleh
entitas sendiri atau para pihak yang terlibat dalam mengoperasikan pengaturan
bersama. Para responden tersebut menjelaskan bahwa metode yang lebih
mencerminkan partisipasi dalam aktivitas relevan yang merupakan subjek
pengaturan bersama adalah konsolidasi proporsional.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


24

IASB menjelaskan bahwa pemahaman atas kata substansi ekonomi tidak


akan terpenuhi untuk beberapa kasus atas aktivitas relevan yang dilaksanakan oleh
entitas dalam pengaturan bersama yang memiliki kesamaan dalam operasionalisasi.
Pengaturan bersama yang disepakati oleh para pihak dapat memberikan hak dan
kewajiban yang berbeda atas aset dan liabilitas terkait dengan pengaturan tersebut.
IASB menyatakan bahwa dengan mewajibkan para pihak untuk mengakui
kepentingannya dalam operasi bersama, prinsip utama IFRS 11 telah mencerminkan
substansi ekonomi dari pengaturan tersebut.
Akuntansi atas setiap aset, liabilitas, penghasilan dan beban dari
pengendalian bersama operasi, akan menyediakan informasi yang sama dengan
konsolidasi proporsional menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan. Hanya terdapat dua perbedaan utama antara akuntansi
atas setiap aset, liabilitas, penghasilan dan beban dari pengendalian bersama operasi
dan konsolidasi proporsional, yaitu:
a. IFRS 11 mensyaratkan entitas yang memiliki bagian partisipasi dalam
pengendalian bersama operasi untuk mengakui dalam laporan keuangannya aset
yang dikendalikan dan liabilitas yang ditanggung dan beban yang ditanggung
dan bagian pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang dan jasa
pengendalian bersama operasi sebagaimana ditentukan dalam perjanjian
kontraktual, daripada mengakui aset, kewajiban, pendapatan dan beban
berdasarkan bagian partisipasi entitas dalam pengendalian bersama operasi, dan
b. Kepentingan para pihak dalam sebuah pengendalian bersama operasi diakui
dalam laporan keuangan yang terpisah. Pendekatan ini tidak akan memberikan
perbedaan dalam pengakuan jumlah antara laporan keuangan yang terpisah para
pihak dan laporan keuangan konsolidasi para pihak. Sesuai IAS 31, para pihak
mengakui bagian kepentingan dalam laporan keuangan sebagai investasi yang
diukur pada biaya perolehan atau sesuai dengan IFRS 9 Financial Instrument.
Salah satu perbedaan utama antara IFRS 11 dan IAS 31 adalah klasifikasi
IFRS 11 tentang pengaturan bersama. Sesuai IFRS 11, entitas menentukan jenis
pengaturan bersama dengan mempertimbangkan hak dan kewajibannya yang timbul
dari pengaturan tersebut, sedangkan klasifikasi IAS 31 tentang ventura bersama

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


25

berdasarkan struktur atau bentuk yang mendasari dilakukannya aktivitas ventura


bersama, dan kedua, ketika Venturer mengakui bagian partisipasinya dalam
pengendalian bersama entitas dengan menggunakan metode ekuitas atau konsolidasi
proporsional.
IFRS 11 membantu entitas dalam menilai hak dan kewajibannya dengan
mempertimbangkan struktur dan bentuk hukum pengaturan, persyaratan yang
disetujui oleh para pihak dalam pengaturan kontraktual dan, jika relevan, fakta dan
keadaan lain. Pengaturan bersama dapat dibentuk melalui separate vehicle yang
bentuk hukumnya memberikan pemisahan antara para pihak dengan separate
vehicle. Persyaratan kontraktual yang disetujui oleh para pihak tidak menentukan hak
para pihak atas aset dan kewajiban terhadap liabilitas, namun demikian,
pertimbangan atas fakta dan keadaan lain dapat mengarahkan pengaturan sejenis
untuk diklasifikasikan sebagai operasi bersama. Ini akan menjadi masalah apabila
fakta dan keadaan lain memberikan kepada para pihak hak atas aset dan kewajiban
terhadap liabilitas yang terkait dengan pengaturan bersama.
Pengaturan bersama merupakan kerjasama ekonomi antara dua atau lebih
pihak yang terikat oleh pengaturan kontraktual yang memberikan pengendalian
bersama kepada dua atau lebih pihak dalam pengaturan tersebut. Suatu entitas dapat
masuk ke dalam pengaturan bersama dengan pihak lain karena berbagai alasan.
Sebagai contoh, para investor mungkin memiliki keterampilan atau kecakapan yang
saling melengkapi sehingga mungkin perlu untuk berbagi risiko dalam melaksanakan
sebuah proyek. Proyek tersebut memiliki manfaat dari skala ekonomi jika dua atau
lebih investor terlibat dalam kerjasama tersebut. Tujuan dari pengaturan bersama
adalah untuk berbagi biaya atau mengoptimalkan keuntungan.
PSAK 66 bertujuan untuk meningkatkan akuntansi pengaturan bersama dan
meningkatkan kualitas informasi yang dilaporkan. PSAK 66 memberikan prinsip
dasar bagi entitas dalam menentukan jenis pengaturan bersama yang entitas terlibat
di dalamnya dengan mempertimbangkan hak dan kewajibannya yang timbul dari
pengaturan tersebut. Entitas menaksir hak dan kewajibannya dengan
mempertimbangkan struktur dan bentuk hukum pengaturan, persyaratan yang

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


26

disetujui oleh para pihak dalam pengaturan kontraktual dan, jika relevan, fakta dan
keadaan lain.
PSAK 66 menjelaskan prinsip dasar perubahan penting dalam akuntansi
pengaturan bersama. Pertama, struktur dan bentuk hukum pengaturan bukan faktor
utama dalam mengklasifikasikan pengaturan bersama. Manajemen menentukan
klasifikasi pengaturan bersama dengan mempertimbangkan hak dan kewajibannya
yang timbul dari pengaturan tersebut. Kedua, PSAK 66 menghilangkan pilihan
akuntansi konsolidasi proporsional untuk Ventura Bersama.
Pengaturan bersama adalah pengaturan yang dua atau lebih pihak memiliki
pengendalian bersama. Pengendalian bersama merupakan persetujuan kontraktual
untuk berbagi pengendalian atas suatu pengaturan, yang ada hanya ketika keputusan
mengenai aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan suara bulat dari seluruh
pihak yang berbagi pengendalian.
Karakteristik umum pengaturan bersama sebagai berikut:
a. Para pihak terikat oleh suatu pengaturan kontraktual.
b. Pengaturan kontraktual memberikan pengendalian bersama kepada dua atau lebih
pihak dalam pengaturan tersebut.
PSAK 66 mengatur mengenai dua jenis pengaturan bersama, yaitu:
a. Operasi Bersama (Joint Operation), dan
b. Ventura Bersama (Joint Venture).
Tabel berikut ini membandingkan persyaratan umum dalam pengaturan
kontraktual antara para pihak dalam operasi bersama dan persyaratan umum dalam
pengaturan kontraktual antara para pihak dalam ventura bersama. Contoh persyaratan
kontraktual yang disediakan dalam tabel berikut ini tidak mendalam.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


27

Tabel 2.5. Kriteria Pengaturan Bersama


Kriteria Operasi Bersama Ventura Bersama
Persyaratan Pengaturan kontraktual Pengaturan kontraktual
pengaturan kontraktual memberikan ke pada para memberikan hak atas aset neto
pihak dalam pengaturan pengaturan kepada para pihak
bersama hak atas aset dan dalam pengaturan bersama
kewajiban terhadap liabilitas dengan hak atas asset neto
yang terkait dengan pengaturan (yaitu separate
pengaturan. vehicle, bukan para pihak,
yang memiliki hak atas aset
dan kewajiban terhadap
liabilitas, yang terkait dengan
pengaturan).
Hak atas aset Pengaturan kontraktual Pengaturan kontraktual
menetapkan bahwa para pihak menetapkan bahwa aset yang
dalam pengaturan bersama diikutsertakan dalam
membagi semua kepentingan pengaturan atau yang
(yaitu hak, hak kepemilikan diperoleh selanjutnya dalam
atau kepemilikan) atas aset pengaturan bersama
yang terkait dengan merupakan aset pengaturan.
pengaturan dalam bagian yang Para pihak tidak memiliki
ditentukan. kepentingan (yaitu tidak
memiliki hak, tidak memiliki
hak kepemilikan, atau tidak
memiliki kepemilikan) atas
aset pengaturan.
Kewajiban terhadap Pengaturan kontraktual Pengaturan kontraktual
liabilitas menetapkan bahwa: menetapkan bah wa:
• para pihak dalam pengaturan • pengaturan bersama
bersama berbagi atas semua bertanggung jawab atas
liabilitas, kewajiban, biaya, utang dan kewajiban
dan beban dalam proporsi pengaturan.
yang ditentukan (yaitu • para pihak dalam pengaturan
proporsi bagian kepemilikan bersama bertanggung jawab
para pihak dalam pengaturan pada pengaturan hanya
atau proporsi aktivitas yang sebesar investasinya masing-
dijalankan melalui masing dalam pengaturan
pengaturan yang secara atau kewajiban masing-
langsung diatribusikan masing untuk
dengan aset tersebut), dan mengkontribusikan setiap
• para pihak dalam pengaturan modal yang belum dibayar
bersama bertanggung jawab atau modal tambahan
atas klaim yang diajukan pengaturan, atau keduanya,
oleh pihak ketiga. • kreditor pengaturan bersama
tidak memiliki hak untuk
menuntut pihak manapun
terkait dengan utang atau
kewajiban pengaturan.
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


28

Tabel 2.5. Kriteria Pengaturan Bersama (Lanjutan)

Kriteria Operasi Bersama Ventura Bersama


Pendapatan, beban, Pengaturan kontraktual Pengaturan kontraktual
laba atau rugi menetapkan alokasi menetapkan bagian setiap
pendapatan dan beban pihak dalam laba atau rugi
berdasarkan kinerja relatif dari yang terkait dengan aktivitas
setiap pihak dalam pengaturan pengaturan.
bersama.
Hak atas Aset Pengaturan kontraktual Pengaturan kontraktual
menetapkan bahwa para pihak menetapkan bahwa aset yang
dalam pengaturan bersama diikutsertakan dalam
membagi semua kepentingan pengaturan atau yang
(yaitu hak, hak kepemilikan diperoleh selanjutnya dalam
atau kepemilikan) atas aset pengaturan bersama
yang terkait dengan merupakan aset pengaturan.
pengaturan dalam bagian yang Para pihak tidak memiliki
ditentukan (contohnya kepentingan (yaitu tidak
proporsi bagian kepemilikan memiliki hak, tidak memiliki
para pihak dalam pengaturan hak kepemilikan, atau tidak
atau proporsi aktivitas yang memiliki kepemilikan) atas
dijalankan melalui pengaturan aset pengaturan.
yang secara langsung
diatribusikan dengan aset
tersebut).
Jaminan Para pihak dalam pengaturan bersama seringkali disyaratkan
untuk memberikan jaminan kepada pihak ketiga yang, sebagai
contoh, menerima jasa dari pengaturan bersama atau
menyediakan pembiayaan kepada pengaturan bersama.
Ketentuan jaminan semacam ini, atau komitmen oleh para pihak
untuk menyediakan jaminan tersebut, tidak dengan sendirinya
menentukan bahwa pengaturan bersama tersebut adalah operasi
bersama. Fitur yang menentukan apakah pengaturan bersama
merupakan operasi bersama atau ventura bersama adalah
apakah para pihak memiliki kewajiban terhadap liabilitas terkait
dengan pengaturan (untuk beberapa di antaranya para pihak
mungkin telah atau mungkin tidak menyediakan jaminan).

Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Bagan arus berikut ini mencerminkan penaksiran entitas untuk


mengklasifikasikan suatu pengaturan ketika pengaturan bersama dibentuk melalui
separate vehicle:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


29

Gambar 2.2. Bagan Penentuan Jenis Pengaturan Bersama


Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Agar suatu perjanjian kerja sama dapat dikategorikan sebagai perjanjian


ventura bersama, maka seluruh karakteristik umum atas ventura bersama tersebut
harus terpenuhi seperti terdapat dalam tabel checklist di bawah:

Tabel 2.6. Checklist Karakteristik Ventura Bersama


No. Kriteria Keterangan Pemenuhan Kriteria
A.1 Pengaturan Kontraktual <Diisi> Ya / Tidak
A.2 Pengendalian Bersama <Diisi> Ya / Tidak
Sumber: PT Pertamina (Persero) (2012).

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


30

2.4.2 Pengaturan Kontraktual

Perjanjian kontraktual dapat dibuktikan dalam beberapa cara, misalnya


melalui suatu kontrak, diskusi atau notulen rapat antara para pihak. Ketika
pengaturan bersama dibentuk melalui separate vehicle, pengaturan kontraktual atau
beberapa aspek pengaturan kontraktual, dalam beberapa kasus dimasukkan dalam
akte atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari separate vehicle.
Apapun bentuknya, pengaturan kontraktual biasanya tertulis dan berkaitan
dengan masalah-masalah seperti:
a. tujuan, aktivitas, dan durasi dari pengaturan bersama.
b. bagaimana anggota dewan komisaris atau organ pengatur setara dari pengaturan
bersama ditunjuk.
c. proses pengambilan keputusan: permasalahan yang membutuhkan keputusan
dari para pihak, hak suara para pihak, dan tingkat dukungan yang disyaratkan
untuk permasalahan tersebut.
d. modal atau kontribusi lain yang disyaratkan para pihak.
e. bagaimana para pihak membagi aset, liabilitas, pendapatan, beban atau laba rugi
terkait dengan pengaturan bersama.

2.4.3 Pengendalian Bersama


Pengendalian bersama adalah persetujuan kontraktual untuk berbagi
pengendalian atas suatu pengaturan, yang ada hanya ketika keputusan mengenai
aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan suara bulat dari seluruh pihak
yang berbagi pengendalian.
Pengaturan dapat merupakan pengaturan bersama walaupun tidak seluruh
pihak yang terlibat memiliki pengendalian bersama atas pengaturan tersebut.
Pernyataan ini membedakan antara para pihak yang memiliki pengendalian bersama
atas pengaturan bersama (operator bersama atau venturer bersama) dan pihak yang
berpartisipasi dalam pengaturan bersama, tetapi tidak memiliki pengendalian
bersama atas pengaturan bersama tersebut.
Entitas perlu menggunakan pertimbangan ketika menaksir apakah seluruh
pihak, atau sekelompok pihak, memiliki pengendalian bersama atas suatu
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


31

pengaturan. Entitas membuat penaksiran ini dengan mempertimbangkan seluruh


fakta dan keadaan. PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian mendefinisikan
pengendalian dan digunakan untuk menentukan apakah seluruh pihak, atau
sekelompok pihak, yang terekspos, atau memiliki hak, atas imbal hasil variabel dari
keterlibatan mereka dengan pengaturan dan memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi imbal hasil tersebut melalui kekuasaan mereka atas pengaturan.
Ketika seluruh pihak atau sekelompok pihak, yang dipertimbangkan secara kolektif,
dapat mengarahkan aktivitas yang secara signifikan mempengaruhi imbal hasil atas
pengaturan (yaitu aktivitas relevan), para pihak tersebut mengendalikan pengaturan
secara kolektif.

Gambar 2.3. Bagan Penentuan Jenis Pengendalian Bersama


Sumber: IAI (2013).

Untuk mempermudah analisis terhadap keberadaan pengendalian bersama


dalam suatu pengaturan kontraktual, hal-hal berikut ini dapat dijadikan dasar
pertimbangan mengenai keberadaan pengendalian bersama tersebut:
a. Hak dari masing-masing pihak yang terlibat dalam perjanjian. Dalam
pengendalian bersama, setiap pihak memiliki hak dalam setiap keputusan
operasi dan keuangan. Contoh hak untuk menyetujui rencana bisnis tahunan, hak
untuk memilih, menghentikan dan menentukan kompensasi manajemen yang

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


32

akan menerapkan setiap peraturan/prosedur dan lainnya. Bila salah satu pihak
memiliki hak melebihi hak pihak lainnya maka hal ini mengindikasikan tidak
terdapatnya pengendalian bersama.
b. Ketentuan dalam perjanjian pemegang saham. Jika terdapat pasal dalam
perjanjian pemegang saham atau perjanjian lain yang memberikan tambahan hak
kepada salah satu pihak, maka ini hal ini mengindikasikan tidak terdapatnya
pengendalian bersama.
c. Penyelesaian perselisihan antar pihak. Bila terdapat pengendalian bersama, maka
prosedur penyelesaian perselisihan harus netral dan tidak menguntungkan salah
satu pihak. Contohnya: penyelesaian perselisihan dengan menggunakan pihak
arbitrase independen (independent arbitrator).
d. Kebijakan terminasi/penghentian perjanjian. Mempertimbangkan bagaimana
penghentian perjanjian dilaksanakan dan apakah terdapat salah satu pihak yang
mendapat keuntungan. Bila salah satu pihak diuntungkan dalam kebijakan
terminasi maka hal ini mengindikasikan tidak terdapatnya pengendalian
bersama.
e. Transaksi setelah perjanjian, seperti pengalihan bagian partisipasi dalam
perjanjian kepada pihak lain.
f. Struktur organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan perjanjian;
mempertimbangkan tugas dan tanggung jawab dari pemegang saham, executive
board dan steering committees.
g. Ketentuan dalam pembagian hasil untuk setiap pihak yang terlibat dalam
perjanjian. Contoh dalam pengendalian bersama, setiap pihak mungkin akan
mendapatkan pembagian hasil sebesar 50:50 dalam aktiva bersih pengendalian
bersama. Namun, meskipun pembagian hasil atas aktiva bersih tidak merata
antara para pihak, hal ini tidak serta merta menjadi indikasi bahwa tidak ada
pengendalian bersama.
Seluruh dasar pertimbangan tersebut tidak wajib dipenuhi agar suatu perjanjian dapat
dikatakan memiliki indikasi pengendalian bersama.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


33

2.4.4 Operasi Bersama

Operator bersama mengakui hal berikut terkait dengan kepentingannya dalam


operasi bersama:
a. aset, mencakup bagiannya atas setiap aset yang dimiliki bersama;
b. liabilitas, mencakup bagiannya atas liabilitas yang terjadi bersama;
c. pendapatan dari penjualan bagiannya atas output yang dihasilkan dari operasi
bersama;
d. bagiannya atas pendapatan dari penjualan output oleh operasi bersama; dan
e. beban, mencakup bagiannya atas setiap beban yang terjadi secara bersama-sama.
Operator bersama mencatat aset, liabilitas, pendapatan, dan beban terkait
dengan kepentingannya dalam operasi bersama sesuai dengan SAK yang dapat
diterapkan untuk aset, liabilitas, pendapatan, dan beban tertentu. Pencatatan terkait
liabilitas dan beban yang ditanggung serta pendapatan yang diperoleh dari operasi
bersama dilakukan berdasarkan laporan yang dibuat oleh operator dari operasi
bersama. Liabilitas, pendapatan dan beban yang ditanggung bersama dicatat sesuai
dengan bagian partisipasi Perusahaan dalam operasi bersama, sedangkan yang
ditanggung sendiri dicatat berdasarkan perlakuan akuntansi untuk akun yang
bersangkutan. Dikarenakan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban diakui dalam
laporan keuangan Perusahaan, maka tidak ada penyesuaian atau prosedur konsolidasi
lainnya yang disyaratkan sehubungan dengan unsur-unsur tersebut ketika Perusahaan
menyajikan laporan keuangan konsolidasian. Catatan akuntansi terpisah dapat tidak
disyaratkan untuk operasi bersama dan laporan keuangan dapat tidak disusun untuk
operasi bersama tersebut. Namun, Perusahaan dapat menyusun pertanggungjawaban
manajemen sehingga Perusahaan dapat menilai kinerja operasi bersama tersebut.
Pihak yang berpartisipasi dalam operasi bersama, namun tidak memiliki
pengendalian bersama, juga mencatat kepentingannya dalam pengaturan jika pihak
tersebut memiliki hak atas aset, dan kewajiban atas liabilitas terkait operasi bersama.
Jika pihak yang berpartisipasi, namun tidak memiliki pengendalian bersama tidak
memiliki hak atas aset dan kewajiban atas liabilitas terkait operasi bersama tersebut,
maka pihak yang berpartisipasi tersebut mencatat kepentingannya dalam operasi
bersama sesuai dengan SAK terkait.
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


34

2.4.5 Ventura Bersama


Venturer bersama mengakui kepentingannya dalam ventura bersama sebagai
investasi dan mencatat investasi tersebut dengan menggunakan metode ekuitas sesuai
PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama, kecuali jika entitas
tersebut dikecualikan dari penerapan metode ekuitas.
Pihak yang berpartisipasi dalam ventura bersama, namun tidak memiliki
pengendalian bersama mencatat kepentingannya dalam pengaturan bersama sesuai
dengan Pedoman Akuntansi Instrumen Keuangan, kecuali apabila pihak yang
berpartisipasi tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas ventura bersama, maka
dalam hal ini pihak tersebut mencatat kepentingannya dengan metode ekuitas sesuai
Pedoman Akuntansi Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.

2.4.6 Ketentuan Transisi


Meskipun terdapat persyaratan dalam PSAK 25: Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan paragraf 28, ketika PSAK 66 pertama
kali diterapkan, entitas hanya perlu menyajikan informasi kuantitatif sebagaimana
yang disyaratkan oleh PSAK 25 paragraf 28(f) untuk periode tahun buku yang
terdekat sebelum periode tahun buku penerapan pertama kali PSAK 66 (periode
terdekat sebelumnya). Entitas mungkin juga menyajikan informasi tersebut untuk
periode berjalan atau untuk periode sajian lebih awal, tetapi tidak disyaratkan untuk
melakukannya. Ketentuan transasisi penerapan pertama kali PSAK 66 sesuai Gambar
2.4., adalah sebagai berikut:
a. Ketentuan Transisi dari Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas.
Ketika berubah dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas, entitas
mengakui investasinya dalam ventura bersama pada awal periode sajian paling
awal. Investasi awal tersebut diukur sebagai penggabungan jumlah tercatat aset
dan liabilitas yang sebelumnya telah dikonsolidasi proporsional termasuk
goodwill apapun yang timbul dari akuisisi.
Saldo awal investasi dianggap sebagai biaya investasi pada pengakuan awal.
Entitas menerapkan Pedoman Akuntansi Investasi pada Entitas Asosiasi dan
Ventura Bersama untuk menilai apakah saldo awal investasi mengalami

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


35

penurunan nilai dan mengakui setiap rugi penurunan nilai sebagai penyesuaian
terhadap saldo laba pada awal periode sajian paling awal. Setelah pengakuan
awal, entitas mencatat investasinya dalam ventura bersama menggunakan
metode ekuitas.
b. Ketentuan Transisi dari Metode Ekuitas ke Pencatatan untuk Aset dan Liabilitas.
Ketika berubah dari metode ekuitas ke pencatatan untuk aset dan liabilitas
berkenaan dengan kepentingannya dalam operasi bersama, entitas pada awal
periode sajian paling awal, menghentikan pengakuan investasi yang sebelumnya
dicatat menggunakan metode ekuitas dan item lain apapun yang menjadi bagian
investasi neto entitas dalam pengaturan sesuai dengan Pedoman Akuntansi
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama, dan mengakui bagiannya
atas setiap aset dan liabilitas berkenaan dengan kepentingannya dalam operasi
bersama, termasuk goodwill apapun yang mungkin telah menjadi bagian dari
jumlah tercatat investasi.
Entitas menentukan kepentingannya atas aset dan liabilitas yang terkait dengan
operasi bersama berdasarkan hak dan kewajibannya dalam proporsi yang
ditentukan sesuai dengan pengaturan kontraktual. Entitas mengukur jumlah
tercatat awal aset dan liabilitas dengan memisahkan aset dan liabilitas dari
jumlah tercatat investasi pada awal periode sajian paling awal berdasarkan
informasi yang digunakan oleh entitas dalam menerapkan metode ekuitas.
Setiap perbedaan yang timbul dari investasi yang sebelumnya dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas bersama item lainnya yang merupakan bagian dari
investasi neto entitas dalam pengaturan sesuai dengan Pedoman Akuntansi
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama, dan jumlah neto atas aset
dan liabilitas, mencakup goodwill apapun, diakui dengan:
i. Saling hapus goodwill apapun yang terkait investasi dengan perbedaan
apapun yang tersisa disesuaikan terhadap saldo laba pada awal periode sajian
paling awal, jika jumlah neto aset dan liabilitas, mencakup goodwill apapun,
yang diakui lebih tinggi daripada investasi (dan item lainnya yang menjadi
bagian dari investasi neto entitas) dihentikan pengakuannya.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


36

ii. Menyesuaikan saldo laba pada awal sajian paling awal, jika jumlah neto aset
dan liabilitas, termasuk setiap goodwill, yang diakui lebih rendah daripada
investasi (dan item lainnya yang merupakan bagian dari investasi neto entitas)
dihentikan pengakuannya.
Entitas yang berubah dari metode ekuitas menjadi pencatatan untuk aset dan
liabilitas harus membuat rekonsiliasi antara investasi yang dihentikan
pengakuannya dan aset dan liabilitas yang diakui, bersama dengan perbedaan
apapun yang tersisa yang disesuaikan terhadap saldo laba, pada awal periode
sajian paling awal.

Gambar 2.4. Bagan Transisi Penerapan PSAK 66


Sumber: IAI (2015), telah diolah kembali.

2.4.7 Akuntansi Pajak Tangguhan


Perbedaan temporer timbul jika jumlah tercatat investasi pada anak
perusahaan, cabang dan perusahaan asosiasi atau bagian partisipasi dalam ventura
bersama (yaitu bagian perusahaan induk atau investor atas aset neto anak perusahaan,
cabang, perusahaan asosiasi atau investee, termasuk jumlah tercatat goodwill)
berbeda dengan dasar pengenaan pajak (yang kadang sesuai dengan harga perolehan)
atas investasi atau bagian partisipasi tersebut.
Perbedaan tersebut mungkin timbul dalam keadaan berbeda, misalnya:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


37

a. Terdapat laba anak perusahaan, cabang, perusahaan asosisasi dan ventura


bersama yang tidak didistribusikan;
b. Perubahan kurs valuta asing jika perusahaan induk dan anak perusahaan berada
pada Negara yang berbeda; dan
c. Pengurangan jumlah tercatat investasi pada perusahaan asosiasi menjadi jumlah
terpulihkannya.
Dalam laporan keuangan konsolidasian, perbedaan temporer mungkin
berbeda dari perbedaan temporer terkait dengan investasi dalam laporan keuangan
tersendiri induk perusahaan jika induk perusahaan mencatat investasi pada laporan
keuangan tersendiri tersebut pada harga perolehan atau jumlah revaluasian.
Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer
kena pajak terkait dengan investasi pada anak perusahaan, cabang dan asosiasi, serta
bagian partisipasi dalam ventura bersama, kecuali sepanjang kedua kondisi berikut
terpenuhi:
a. Perusahaan induk, investor atau venturer mampu mengendalikan waktu
pembalikan perbedaan temporer; dan
b. Kemungkinan besar perbedaan temporer tidak akan dibalik di masa depan yang
dapat diperkirakan.
Jika entitas induk mengendalikan kebijakan dividen anak perusahaan, maka
perusahaan induk mampu mengendalikan waktu pembalikan perbedaan temporer
terkait dengan investasi tersebut (termasuk perbedaan temporer yang timbul tidak
hanya dari laba yang tidak didistribusikan tetapi juga dari selisih kurs penjabaran).
Lebih lanjut, sering tidak praktis untuk menentukan jumlah pajak penghasilan yang
terutang ketika perbedaan temporer dibalik. Oleh karena itu, jika perusahaan induk
telah menentukan bahwa laba tersebut tidak akan didistribusikan di masa depan yang
dapat diperkirakan, maka perusahaan induk tidak mengakui liabilitas pajak
tangguhan. Pertimbangan yang sama diterapkan untuk investasi pada cabang.
Aset dan liabilitas nonmoneter entitas diukur dalam mata uang fungsional.
Jika laba kena pajak atau rugi pajak entitas (dan, dengan demikian dasar pengenaan
pajak aset dan liabilitas nonmoneter) ditentukan dalam mata uang yang berbeda,
maka perubahan kurs menimbulkan perbedaan temporer yang mengakibatkan aset

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


38

atau liabilitas pajak tangguhan diakui. Pajak tangguhan tersebut dibebankan atau
dikreditkan dalam laba rugi.
Investor pada entitas asosiasi tidak mengendalikan entitas tersebut dan
biasanya tidak dalam posisi menentukan kebijakan dividennya. Oleh karena itu,
dalam kondisi tanpa kesepakatan yang menetapkan bahwa laba entitas asosiasi tidak
akan didistribusikan di masa depan yang dapat diperkirakan, investor mengakui
liabilitas pajak tangguhan yang ditimbulkan dari perbedaan temporer kena pajak
yang terkait dengan investasi pada entitas asosiasi. Dalam beberapa kasus, investor
mungkin tidak mampu menentukan jumlah pajak terutang jika entiutas memulihkan
biaya investasinya pada perusahaan asosiasi, tetapi dapat menentukan bahwa biaya
investasi tersebut setara atau melebihi suatu jumlah minimum. Dalam kasus tersebut,
liabilitas pajak tangguhan diukur pada jumlah ini.
Perjanjian antar para pihak untuk ventura bersama biasanya menyangkut
pembagian laba dan mengatur apakah keputusan atas masalah tersebut meminta
persetujuan dari semua venturer atau mayoritas venturer tertentu. Jika venturer dapat
mengendalikan pembagian laba dan kemungkinan besar bahwa laba tidak akan
didistribusikan di masa depan yang dapat diperkirakan, maka liabilitas pajak
tangguhan tidak diakui.
Entitas mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer
dapat dikurangkan yang timbul dari investasi pada entitas anak, cabang, dan entitas
asosiasi, serta bagian partisipasi dalam ventura bersama sepanjang dan hanya
sepanjang, kemungkinan besar terjadi:
a. Perbedaan temporer akan dibalik di masa depan yang dapat diperkirakan; dan
b. Laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan
temporer dapat dimanfatkan.
Dalam memutuskan apakah aset pajak tangguhan diakui atas perbedaan
temporer dapat dikurangkan terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang dan
entitas asosiasi serta bagian pertisipasi dalam ventura bersama maka entitas
mempertimbangkan panduan yang diatur dalam pedoman akuntansi ini.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Pendahuluan
Bisnis hulu migas memiliki karakter padat modal, padat teknologi dan
berisiko tinggi. Biaya tersebut sebagian besar dikeluarkan sebelum terbukti adanya
sumber daya migas. Selain penghasil penerimaan negara, sektor migas juga
memasok energi dan menggerakkan roda perekonomian dengan menggandeng dan
mengembangkan sektor lain yang menunjang kegiatan hulu migas. Kegiatan ini
membutuhkan proses panjang dan menantang baik dari sisi teknis maupun nonteknis,
misalnya aspek hokum, keamanan dan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu,
perusahaan migas seperti PT Pertamina (Persero) membutuhkan partner atau investor
untuk terikat dalam pengaturan kontraktual sehingga dapat membagi risiko dan
capital investment dalam eksplorasi dan produksi migas.
Industri migas terkena dampak signifikan atas penerapan IAS 31 Interests in
Joint Ventures dan IFRS 11 Joint Arrangement. Operator bersama mencatat
bagiannya dalam operasi bersama atas aset dan liabilitas serta pendapatan dan biaya
berkenaan dengan kepentingannya dalam operasi bersama. Sesuai dengan tingginya
risiko dan kompleksitas operasi migas, entitas yang merupakan pihak dalam
pengaturan bersama dapat membentuk badan hukum sendiri. Jika venturer bersama
atau operator bersama mempunyai tujuan untuk memberikan ruang cukup dalam
penambahan fasilitas pinjaman atau kredit, venturer bersama mencatat bagiannya
atas aset neto ventura bersama dengan menggunakan metode one-line consolidation
atau metode ekuitas (PwC, 2014).

3.2 Sejarah Pertamina


Sesuai Laporan Tahunan Pertamina 2013, pada tahun 1950-an, ketika
penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang mempertahankan
kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai menginventarisasi sumber-
sumber pendapatan negara, diantaranya dari minyak dan gas. Namun saat itu,
pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan
39 Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


40

penuh dengan sengketa, banyak perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai
ladang-ladang tersebut, misalnya di Sumatera Utara.
Untuk meredamnya, Pemerintah menyerahkan penguasaan ladang-ladang itu
kepada Angkatan Darat, yang kemudian mendirikan PT Eksploitasi Tambang
Minyak Sumatera Utara. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT
Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA pada 10 Desember 1957. Pada
tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINA sebagai tindak
lanjut dari kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi
minyak dan gas di Indonesia adalah negara. Melalui satu Peraturan Pemerintah yang
dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang
produksi digabung dengan PN PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran guna
menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas.
Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nasional (Pertamina).
Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah
menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, yang mengatur peran Pertamina
sebagai satusatunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan
pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-
ladang minyak di seluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk
dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak & gas di seluruh
Indonesia. Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri
minyak dan gas nasional maupun global, Pemerintah menerapkan Undang-Undang
No. 22/2001. Paska penerapan tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama
dengan perusahaan minyak lainnya. Penyelenggaraan kegiatan bisnis PSO tersebut
akan diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan
transparan dengan penetapan harga sesuai yang berlaku di pasar.
Pada 17 September 2003, Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina
(Persero) berdasarkan PP No. 31/2003. UndangUndang tersebut antara lain juga
mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu. Pada 10
Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT
Pertamina (Persero) mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


41

dengan tiga warna dasar hijaubiru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur


kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam
aktivitas usaha Perseroan.
Selanjutnya pada 20 Juli 2006, PT Pertamina (Persero) mencanangkan
program transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis.
Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007 PT
Pertamina (Persero) mengubah visi perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak
Nasional Kelas Dunia.” Menyikapi perkembangan global yang berlaku, Pertamina
mengupayakan perluasan bidang usaha dari minyak dan gas menuju ke arah
pengembangan energi baru dan terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011.
Pertamina menetapkan visi baru perusahaannya yaitu, “Menjadi Perusahaan
Energi Nasional Kelas Dunia.”
Pada tanggal 19 Juli 2012 melalui mekanisme RUPS LB, Pertamina
melakukan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan yang terkait dengan
perubahan Modal Ditempatkan/Disetor, Penambahan Kegiatan Usaha serta
Perubahan Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 Ayat (19) dan (20), serta Pasal 21 Ayat (3).

3.3 Tujuan Perusahaan


Sesuai Laporan Tahunan Pertamina 2013, maksud dan tujuan Perusahaan
berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar PT Pertamina (Persero) No. 1 tanggal
1 Agustus 2012 adalah:
a. melakukan usaha energi, yaitu minyak dan gas bumi, energi baru dan
terbarukan, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan lain yang terkait
atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi, yaitu minyak dan gas bumi,
energi baru dan terbarukan.
b. pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.
c. meraih keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan
prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan kelas dunia, maka
Perseroan sebagai Badan Usaha Milik Negara turut melaksanakan dan menunjang

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


42

kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional


pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu minyak dan
gas bumi, energi baru dan terbarukan, baik di dalam maupun di luar negeri serta
kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi, yaitu
minyak dan gas bumi, energi baru dan terbarukan tersebut serta pengembangan
optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan
guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan
terbatas.
Misi Perseroan menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan
terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
Untuk mencapai mewujudkan misi tersebut, Perseroan dapat melaksanakan usaha
utama sebagai berikut:
a. melaksanakan kegiatan eksploitasi minyak dan gas bumi.
b. menyelenggarakan kegiatan di bidang energi listrik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada eksplorasi dan eksploitasi energi panas bumi, Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan energi
listrik yang dihasilkan Perseroan.
c. melaksanakan kegiatan pengolahan yang menghasilkan Bahan Bakar Minyak
(antara lain: Bensin, Kerosine, Automotive Diesel Oil (ADO), Industrial Diesel
Fuel (IDF), Industrial Fuel Oil (IFO), HOMC dan lain-lain. Bahan Bakar
Khusus (antara lain Avtur, Avigas dan lain lain), Non Bahan Bakar Minyak
(antara lain: LPG, Special Boiling Point X, Low Aromatic White Spirit,
Hydrocarbon Refrigerant, Pelumas/Lube Base, Slack Wax dan lain lain),
Petrokimia (PTA, Benzene, Toluen, Propylene dan lain lain), Bahan Bakar Gas,
LNG, GTL, dan hasil/produk lainnya baik produk akhir ataupun produk antara.
d. melaksanakan kegiatan penyediaan bahan baku, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
e. melaksanakan kegiatan pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan
Minyak Bumi, Gas Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau
hasil/produk lainnya baik melalui darat, air dan/atau udara termasuk

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


43

pengangkutan gas bumi melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain untuk
tujuan komersial.
f. melaksanakan kegiatan penyimpanan yang meliputi kegiatan penerimaan,
pengumpulan, penampungan dan pengeluaran Minyak Bumi, Bahan Bakar
Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau di bawah permukaan tanah dan/atau
permukaan air untuk tujuan komersial.
g. melaksanakan kegiatan niaga yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan,
ekspor, impor minyak bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau
hasil/produk lainnya, penyaluran gas bumi melalui pipa termasuk niaga energi
listrik yang dihasilkan Perseroan.
h. melaksanakan kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi dan niaga energi
baru dan terbarukan (new and renewable energy) antara lain Gas Metana
Batubara (GMB), Batubara Tercairkan (Liquefied Coal), Batubara Tergaskan
(Gasified Coal), Shale Gas, Shale Oil, Bio Fuel, Energi Surya (Solar), Energi
Angin, dan Biomass.
Selain kegiatan usaha utama sebagaimana dimaksud, Perseroan dapat melakukan
kegiatan usaha penunjang dalam rangka:
a. optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan, antara lain:
i. Sumber Daya Manusia
ii. Aset bergerak dan tidak bergerak
iii. Pendayagunaan fasilitas
b. melaksanakan kegiatan usaha lain yang menunjang dan terkait dengan usaha
utama Perseroan.
Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi
pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan Perusahaan. Keenam tata nilai
perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut:
a. Clean. Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
b. Confident. Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor
dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


44

c. Commercial. Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil


keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
d. Competitive. Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
e. Customer Focused. Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen
untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
f. Capable. Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki
talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.

3.4 Struktur Usaha


Sesuai Laporan Tahunan Pertamina 2013, Pertamina menyelenggarakan
usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir sejak tahun 1957. Bisnis
sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar
negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi
minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut,
Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas
lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan gas metana batubara
(GMB). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina
beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan
mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical
Assistance Contract (TAC), dan Indonesia Participating / Pertamina Participating
Interest (IP/PPI).
Aktivitas eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya
dilakukan di dalam negeri dan ditujukan untuk mendukung program pemerintah
menyediakan 10.000 Mega Watt (MW) listrik tahap kedua. Di samping itu,
Pertamina mengembangkan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung
program diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional
pemerintah. Saat ini Pertamina telah memiliki 14 wilayah kerja GMB di Kalimantan
dan Sumatera.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


45

Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah,


pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan
terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri dari:
Revinery Unit (RU) II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V
(Balikpapan), RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong). Selain itu Pertamina juga
mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang
(Kalimantan Timur).
Produk yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan dan kedua kilang LNG di
atas meliputi bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak
solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied
Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene,
Propylene, Polytam dan produk lainnya.
Proses bisnis Perusahaan di atas dapat disampaikan dalam bentuk gambar
sebagai berikut:

Gambar 3.1. Struktur Usaha Pertamina


Sumber: PT Pertamina (Persero) (2013).

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


46

3.5 Entitas Anak dan Perusahaan Asosiasi


Sesuai Laporan Tahunan Pertamina 2013, pada tanggal 30 September 2014
dan 31 Desember 2013, Grup memiliki kepemilikan lebih dari 50%, secara langsung
maupun tidak langsung, pada entitas anak sebagai berikut:

Tabel 3.1. Daftar Entitas Anak PT Pertamina (Persero)


No Entitas Anak Tahun % Saham
A Eksplorasi dan produksi minyak dan gas
1. PT Pertamina Hulu Energi 1990 100.00%
2. PT Pertamina EP 2005 100.00%
3. PT Pertamina EP Cepu 2005 100.00%
4. Pertamina E&P Libya Limited 2005 100.00%
5. PT Pertamina East Natuna 2012 100.00%
6. PT Pertamina EP Cepu ADK 2013 100.00%
7. PT Pertamina Internasional E & P 2013 100.00%
8. ConocoPhillips Algeria Limited 2013 100.00%
B Eksplorasi dan produksi panas bumi
9. PT Pertamina Geothermal Energy 2006 100.00%
C Niaga minyak dan gas bumi, transportasi gas, pemrosesan,
distribusi dan penyimpanan
10. PT Pertamina Gas 2007 100%
D Jasa pengeboran minyak dan gas
11. PT Pertamina Drilling Services Indonesia 2008 100.00%
E Perdagangan minyak mentah dan hasil olahan minyak
12. Pertamina Energy Trading Limited 1976 100.00%
F Jasa perdagangan dan aktivitas industri
13. PT Pertamina Patra Niaga 1997 100.00%
G Penjualan retail SPBU
14. PT Pertamina Retail 1997 100.00%
H Pengolahan dan pemasaran pelumas
15. PT Pertamina Lubricants 2013 100.00%
I Perkapalan/Shipping
16. PT Pertamina Trans Kontinental 1969 100.00%
J Jasa asuransi
17. PT Tugu Pratama Indonesia 1981 65.00%
K Jasa pengangkutan udara
18. PT Pelita Air Service 1970 100.00%
L Manajemen portofolio investasi
19. PT Pertamina Dana Ventura 2002 100.00%
M Jasa pengembangan sumber daya manusia
PT Pertamina Training & Consulting 1999 100.00%
N Sewa perkantoran, perumahan dan hotel
20. PT Patra Jasa 1975 100.00%
O Jasa kesehatan dan pengoperasian rumah sakit
21. PT Pertamina Bina Medika 1997 100.00%
P Jasa pengolahan dan penjualan hasil olahan minyak dan gas,
konstruksi dan perminyakan, teknologi informasi dan
telekomunikasi
22. PT Elnusa Tbk 1969 41.10%
Sumber: Pertamina (Persero) (2013).

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


47

Tabel 3.2. Daftar Entitas Asosiasi PT Pertamina (Persero)


No Entitas Asosiasi Bidang Usaha % Saham
A Perusahaan-perusahaan asosiasi dengan kepemilikan
langsung
1. Pacific Petroleum & Trading Co. Ltd Jasa Pemasaran 50.00%
2. Korea Indonesia Petroleum Co. Ltd Jasa Pemasaran 45.00%
B Perusahaan-perusahaan asosiasi dengan kepemilikan
langsung
3. PT Donggi Senoro LNG Pengolahan LNG 29.00%
4. PT Tugu Reasuransi Indonesia Reasuransi 25.00%
5. PT Asuransi Samsung Tugu Asuransi 19.50%
Sumber: PT Pertamina (Persero) (2013).

Tabel 3.3. Daftar Entitas Ventura Bersama PT Pertamina (Persero)


No Entitas Ventura Bersama Bidang Usaha % Saham
A Entitas ventura bersama dengan kepemilikan langsung
1. PT Nusantara Regas Regasifikasi LNG 60.00%
B Entitas ventura bersama dengan kepemilikan langsung
1. PT Patra SK Pengolahan LBO 35.00%
2. PT Perta-Samtan Gas Pengolahan LNG 66.00%
3. PT Perta Daya Gas Pengolahan LNG 65.00%
4. Natuna 2 B.V. Eksplorasi 50.00%
Produksi
Sumber: PT Pertamina (Persero) (2013).

3.6 Kebijakan Akuntansi Perusahaan atas Partisipasi dalam Ventura


Bersama
Partisipasi Grup pada pengendalian bersama entitas diakui berdasarkan
konsolidasi proporsional. Grup menggabungkan bagiannya atas setiap penghasilan
dan beban, aset dan liabilitas dan arus kas dari ventura bersama entitas satu per satu
dengan unsur yang sama, dengan laporan keuangan konsolidasian. Grup mengakui
bagian keuntungan atau kerugian dari penjualan aset oleh Grup kepada ventura
bersama yang dapat diatribusikan ke bagian partisipasi venturer lainnya. Grup tidak
mengakui bagiannya atas keuntungan atau kerugian dari ventura bersama yang
dihasilkan dari pembelian aset ventura bersama oleh Grup sampai Grup menjual
kembali aset tersebut kepada pihak independen. Tetapi, kerugian atas transaksi
tersebut diakui segera jika kerugian tersebut mencerminkan suatu pengurangan
dalam nilai realisasi dari aset lancar atau rugi penurunan nilai.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


48

Keuntungan atau kerugian dari kontribusi aset non-moneter ke pengendalian


bersama entitas diakui dalam laporan laba-rugi komprehensif konsolidasian sebatas
bagian partisipasi ekuitas venturer lain. Keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi atas kontribusi aset non-moneter dieliminasi terhadap aset yang
mendasarinya.
Dalam pengoperasian PBO, hak untuk menggunakan dan kepemilikan aset
PBO diatur dalam perjanjian kerjasama antar pihak terkait. Pendapatan, beban, aset
dan kewajiban dari aset PBO, disajikan dalam laporan keuangan konsolidasian
sebesar porsi partisipasi Grup pada PBO. Daftar Perusahaan Ventura Bersama yang
dikonsolidasikan secara proporsional:
1. PT Nusantara Regas
2. PT Patra SK
3. PT Perta-Samtan Gas
4. PT Perta Daya Gas
5. Natuna 2 B.V.

3.7 Ikhtisar Penerapan PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura


Bersama di Perusahaan
Revisi atas PSAK 12 telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada
tahun 2009. Perusahaan menyusun dan menyajikan laporan keuangan konsolidasian
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Berikut disampaikan
ikhtisar penerapan PSAK 12 atas bagian partisipasi Perusahaan dalam ventura
bersama, yaitu:

3.7.1 PT Patra SK
Dalam laporan keuangan periode 31 Desember 2010, Patra Niaga memiliki
penyertaan saham sebesar 35% dan SK Lubricants memiliki penyertaan saham
sebesar 65% di PT Patra SK.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


49

Ikhtisar Penerapan PSAK 12


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengendalian bersama dalam Joint
Venture Agreement antara SK Energy Asia Pte, Ltd dengan PT Patra Niaga, dapat
dilihat dalam beberapa klausul Joint Venture Agreement, dapat dilihat dalam tabel
berikut:

Tabel 3.4. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PT Patra SK

No Topik Penjelasan
1 Article 4 - Board of • The ordinary and usual affairs of NewCo shall be managed
Directors of by a Board of Directors comprised of three (3) members
NewCO consisting of the President Director, the Vice-President
Director, and one (I) Director.
• The President Director shall be appointed from candidates
nominated by Patra Niaga for so long as Patra Niaga holds
at least ten percent (10%) of the Shares.
• Two (2) Directors shall be appointed from candidates
nominated by SKEA, for so long as SKEA holds at least
eighteen percent ( 18%) of the Shares, one of whom shall be
elected to be the Vice President Director and the Chief
Financial Officer of NewCo and one of whom shall be
elected to be the Chief Operation Officer of NewCo.
• One (1) Director shall be appointed from candidates
nominated by SKEA for so long as SKEA holds at least ten
percent (10%) of the Shares but less than eighteen percent
(18%) of the Shares, who shall be elected to be the Vice
President Director and the Chief Financial Officer of
NewCo.
• A resolution of the Board of Directors shall be validly passed
in the case of each of the following if assented to by all
Directors present or represented in the meeting: approving
any long and short term project plan and financial plan;
preparing the Business Plan and Budget and any amendment
thereto; approving the entering into, terminating, or
amending of any of the Project Agreements that NewCo;
approving the adoption or abolishment of or amendment to
the internal rules of NewCo; and approving the appointment
or replacement of outside legal counsel.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


50

Tabel 3.1. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PT Patra SK (Lanjutan)


No Topik Penjelasan
2 Article 5 - Board of • The Board of Commissioners shall supervise the
Commissioners of management of NewCo by the Board of Directors and shall
Newco consist of one (1) President Commissioner and two (2)
Commissioners.
• One (1) Commissioner shall be appointed from candidates
nominated by SKEA for so long as SKEA holds at least ten
percent (10%) of the Shares;
• (ii) One (1) Commissioner shall be appointed from
candidates nominated by Patra Niaga for so long as Patra
Niaga holds at least ten percent (10%) of the Shares; and
• One (1) Commissioner, who shall be the President
Commissioner, shall be appointed from candidates
nominated jointly by SKEA and Patra Niaga for so long as
SKEA and Patra Niaga each hold at least ten percent (10%)
of the Shares, respectively.
• The presence of three (3) Commissioners shall constitute a
quorum for a meeting of the Board of Commissioners. A
resolution of the Board of Commissioners shall be validly
passed if assented to by all Commissioners present or
represented in the meeting.
3 General Meetings The affirmative vote and quorum of more than seventy percent
of Shareholders (70%) of the total issued Shares then outstanding shall be
required in case of each of the following:
• issuing new shares of NewCo within the authorized capital
or increasing the authorized capital of NewCo; borrowing
money in excess of Fifty Thousand US Dollars (USD50,000);
• issuing convertible debentures, options, or warrants or other
rights to purchase NewCo's shares;
• approving the annual report of NewCo; approving the
Development and Construction Masterplan and Budget and
any material amendment thereto;
• approving the Business Plan and Budget (BP&B) and any
amendment thereto; incurring any expenditure for capital
investment not contemplated in the BP&B,
• investing or participating in any form of joint venture or
partnership in any other person or entity including any
affiliate of NewCo; Entering into or conducting a line of
business significantly different from the business ofNewCo
contemplated in the Project Agreements, the Business Plan
and Budget, or the Development and Construction
Masterplan and Budget;
• any amendment of the Articles of Association; approval of
annual accounts of NewCo; approval of dividends and use of
profit; and
• appointing and replacing members of Board of Directors
and Board of Commissioners.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


51

Berdasarkan analisis di atas, maka PT Patra SK merupakan pengendalian


bersama entitas. Dalam pengendalian bersama entitas, Perusahaan memiliki
pengendalian atas bagiannya terhadap manfaat ekonomi masa depan melalui
bagiannya atas aset dan liabilitas venturer. Substansi dan realitas ekonomi ini
dicerminkan dalam laporan keuangan konsolidasian ketika Perusahaan mengakui
bagian partisipasinya dalam aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dari pengendalian
bersama entitas dengan menggunakan format pelaporan konsolidasi proporsional.

3.7.2 PT Perta Samtan Gas


Perusahaan didirikan tanggal 7 Mei 2008 dengan nama PT E1-Pertagas,
dengan tujuan mengolah gas bumi di Sumatera Selatan yang memiliki kandungan
C3++ menjadi produk LPG (NGL) untuk menunjang program pemerintah yaitu
konversi energi dari minyak tanah ke LPG, mengurangi beban pemerintah dalam
subsidi BBM, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), pemberdayaan ekonomi
daerah termasuk program-program CSR.
Pada awalnya PT Perta Samtan Gas (PSG) merupakan perusahaan patungan
antara PT Pertamina Gas (66%) dan E1 Corporation, Korea (34%) yang diawali pada
penandatanganan JLBA antara PT Pertamina (Persero) dan E1 Corporation, Korea
pada bulan Agustus 2006 dan Share Holder Agreement (SHA) di Korea Selatan
bersama E1 Corporation, Korea disaksikan Presiden RI pada bulan Juli 2007.
Pada bulan Agustus 2010, E1 Corporation, Korea mengalihkan kepemilikan
sahamnya kepada Samtan Co., Ltd Korea dan pada bulan 28 Januari 2011 terjadi
perubahan nama PT E1 – Pertagas menjadi PT Perta Samtan Gas (PSG).
Proses konstruksi berjalan sejak bulan Juli 2010 sampai dengan tahun 2012
yang dilaksanakan oleh kontraktor EPCC, PT Tripatra Engineers & Constructors.
Kilang NGL Plant dengan kapasitas desain 250 MMSCFD di Sumatera Selatan milik
perusahaan telah diresmikan Presiden RI pada tanggal 6 Desember 2012.
Periode pre-commissioning dan commissioning mulai dari Desember 2012
hingga April 2013 telah dilaksanakan dengan baik, yang telah menghasilkan
produksi LPG sebesar 13.518 MT dan Kondensat sebesar 54.847 bbl. Sejak Mei

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


52

2013, kilang PSG telah memasuki tanggal operasi komersial. Periode pre-
commissioning dan commissioning, PSG telah melakukan pengiriman LPG sebesar
8.602 MT dan Kondensat ke PT Pertamina EP sebesar 48.074 bbl.
Dengan konten LPG saat ini dalam feed gas sebesar 3,22% mol C3 dan
1,45% mol C4 dibandingkan dengan desain awal (3,39% mol C3 dan 1,48% mol
C4), maka kapasitas maksimum kilang PSG hanya mampu memproduksi 675
MT/hari. Saat ini feed gas yang dapat diserap oleh kilang PSG mencapai 220230
mmscfd yang memproduksi LPG sebesar 607 MT/hari dan kondensat sebesar 1.980
bbl/hari yang berarti masih beroperasi pada 90% dari kapasitas desain.
Sejak dimulainya operasi komersial tanggal 1 Mei 2013 hingga 31 Desember
2013, kilang PSG telah memproduksi LPG sebesar 115.752 MT dan Kondensat
sebesar 395.628 bbl. Pengiriman LPG ke PT Pertamina (Persero) sebesar 115.273
MT dan Kondensat ke PT Pertamina EP sebesar 389.794 bbl.
PSG mengembangkan usaha pengolahan gas dengan membangun kilang
pengolahan gas di Sumatera Selatan. Lokasi kilang pengolahan gas terletak di
Prabumulih untuk Kilang Ekstraksi NGL dan di Sungai Gerong (Area Refinery Unit
III Pertamina) untuk Kilang Fraksinasi yang keduanya dihubungkan dengan pipa
NGL sepanjang 90 kilometer. Kapasitas kilang mampu mengolah gas sebesar 250
MMSCFD yang disuplai selama 15 tahun oleh PT Pertamina EP serta menghasilkan
LPG 710 MTon/hari.

Ikhtisar Penerapan PSAK 12


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengendalian bersama dalam Kontrak
Kerjasama Pertagas dengan Samtan Co., Ltd, kontrak kerjasama tersebut merupakan
suatu ventura bersama entitas karena memiliki indikasi pengendalian bersama.
Indikasi tersebut dapat dilihat dalam beberapa klausul kontrak dan akta pendirian
PSG. Hasil analisis kontrak kerjasama ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


53

Tabel 3.5. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PSG


No Topik Penjelasan
1 Dewan Direksi Direksi terdiri dari sampai dengan 6 anggota, 1 di
antaranya ditunjuk sebagai Presiden Direktur, dan 1 di
antaranya ditunjuk sebagai Wakil Presiden Direktur.
Presiden Direktur dan Wakil Presiden Direktur tidak
bisa dicalonkan oleh pemegang saham yang sama.
Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi
ditetapkan oleh RUPS dan kewenangan tersebut dapat
didelegasikan oleh RUPS kepada Dewan Komisaris.
Keputusan Rapat Direksi harus diambil berdasarkan
pemungutan suara dengan suara setuju lebih dari 50%
dari jumlah suara yang dikeluarkan termasuk persetujuan
sekurang-kurangnya 1 Direktur yang ditunjuk oleh
masing-masing penegang saham yang hadir dalam Rapat
tersebut.
2 Dewan Komisaris Dewan Komisaris terdiri dari 3 Komisaris, salah satunya
akan diangkat sebagai Presiden Komisaris dan salah
satunya akan diangkat sebagai Wakil Presiden Komisaris
dan salah seorang lainnya akan diangkat sebagai
Komisaris Independen.
Dewan Komisaris setiap waktu berhak untuk
memberhentikan untuk sementara seorang atau lebih
anggota Direksi apabila anggota Direksi tersebut
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keputusan Rapat Dewan Komisaris harus diambil
berdasarkan pemungutan suara dengan suara setuju
minimum 50% dari jumlah suara yang dikeluarkan,
tetapi semua keputusan harus mendapat suara setuju dari
Presiden Komisaris dan Wakil Presiden Komisaris.
3 Rapat Umum Pemegang Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar, RUPS
Saham (RUPS) dapat mengambil keputusan yang mengikat hanya
apabila pemegang saham yang mewakili lebih dari 3/4
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang
sah telah dikeluarkan Perseroan, hadir atau diwakili
dalam Rapat.
Kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini atau
hukum yang berlaku, semua keputusan diambil
berdasarkan suara setuju yang mewakili lebih dari 75%
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang
sah yang telah dikeluarkan Perseroan.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


54

Berdasarkan analisis di atas, maka PSG merupakan pengendalian bersama


entitas. Dalam pengendalian bersama entitas, Perusahaan memiliki pengendalian atas
bagiannya terhadap manfaat ekonomi masa depan melalui bagiannya atas aset dan
liabilitas venturer. Substansi dan realitas ekonomi ini dicerminkan dalam laporan
keuangan konsolidasian ketika Perusahaan mengakui bagian partisipasinya dalam
aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dari pengendalian bersama entitas dengan
menggunakan format pelaporan konsolidasi proporsional.

3.7.3 PT Perta Daya Gas


PDG adalah Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) antara PT
Pertamina Gas dan PT Indonesia Power, yang didirikan berdasarkan Akte Notaris
Marianne Vincentia Hamdani, S.H. Nomor 60, tanggal 26 April 2012 dan
dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor
AHU-29626.AH.01.01 tanggal 1 Juni 2012. Adapun bagian masing-masing
pemegang saham atas kepemilikan perusahaan terdiri dari 65% (enam puluh lima
persen) untuk PT Pertamina Gas dan 35% (tiga puluh lima persen) untuk PT
Indonesia Power, dengan besar Modal Dasar Perusahaan adalah sebesar
Rp100.000.000.000 (seratus milyar Rupiah). Modal disetor pertama adalah 25% atau
sebesar Rp25.000.000.000 (dua puluh milyar Rupiah), kemudian berdasarkan Akte
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa dari Notaris Dwie
Penny Sulistiyan, S.H.MKn. No. 27, tanggal 28 Maret 2013 dan dikukuhkan dengan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU-AH.01.10-15954 tanggal
29 April 2013, telah dipenuhi setoran modal dasar sebesar Rp75.000.000.000 (tujuh
puluh lima milyar Rupiah) secara proporsional.
Inisiasi pembentukan Perusahaan berawal dari adanya Perjanjian
Pengembangan Bersama (PPB) N0.38/C00000/2010-SO tanggal 29 November 2010
antara PT PLN (Persero) dengan PT Pertamina (Persero) dalam rangka mengurangi
beban Pemerintah atas biaya subsidi listrik dari penggunaan BBM yang digunakan
pada sebagian besar Pembangkit Listrik PLN di Kawasan Timur Indonesia. Guna
merealisasikan perjanjian dimaksud, maka pada tanggal 24 Maret 2011 telah
ditandatangani Head of Agreement (HoA) No. 135. PJ/040/01 R/2011 perihal

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


55

Pembentukan Joint Venture (JV) untuk Pengembangan Sistem Transportasi dan


Receiving Terminal LNG Kawasan Timur Indonesia.
Mengingat pentingnya program tersebut, pada tanggal 27 September 2011
diterbitkannya Intruksi Presiden RI No. 14 Tahun 2011 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2011 khususnya terkait “Small
Scale LNG Receiving Terminal Development in Estern of Indonesie." Oleh karena
itu, pada tahap awal tujuan Perusahaan dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan
pembangkit listrik berbahan bakar gas milik PT PLN yang berlokasi di Indonesia
Bagian Timur. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan
bakar minyak yang relatif lebih mahal daripada penggunaan gas. Namun apabila
kebutuhan PT PLN telah terpenuhi, PDG dapat memenuhi kebutuhan gas untuk
sektor industri lainnya di masa akan datang.
Sesuai Anggaran Dasar PDG, maksud dan tujuan pendirian ini adalah untuk
menjalankan usaha dalam bidang jasa antara lain:
a. jasa pengangkutan/transportasi LNG di darat dan laut;
b. jasa penyimpanan dan regasifikasi LNG di wilayah Negara Republik Indonesia;
dan
c. jasa-jasa lain selain hukum dan pajak.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas Perusahaan dapat
melaksanakan kegiatan usaha antara lain sebagai berikut:
a. menjalankan kegiatan usaha dalam bidang pengangkutan/transportasi atas LNG
di darat dan laut termasuk tetapi tidak terbatas pada moda transportasi berupa
kapal, kapal tongkang (barges) dan truk serta penyimpanan dan regasifikasi
LNG;
b. menjalankan kegiatan usaha maupun jasa dalam rangka menunjang pelaksanaan
pertambangan minyak dan gas bumi baik di daratan maupun di perairan air laut
dan darat dan transportasi laut, penyediaan perlengkapan alat-alat berat dan suku
cadangnya, alat-alat teknik;
c. menjalankan usaha lain yang terkait dengan industri gas bumi antara lain
perdagangan hasil pertambangan.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


56

Ikhtisar Penerapan PSAK 12


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengendalian bersama dalam Perjanjian
Usaha Patungan antara PT Pertamina Gas dan PT Indonesia Power, perjanjian usaha
tersebut merupakan suatu ventura bersama entitas karena memiliki indikasi
pengendalian bersama.
Indikasi terdapatnya pengendalian bersama dapat dilihat dalam beberapa
klausul Anggaran Dasar PDG dan Perjanjian Usaha Patungan, dengan hasil analisis
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.6. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PDG
No Topik Penjelasan
1 Dewan Direksi i. Direksi Perusahaan dipilih dan diangkat dari calon yang diusulkan
oleh para pemegang saham dengan ketentuan sebagai berikut:
• Direktur Utama dipilih dari calon yang diusulkan oleh
Pertagas.
• Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM) dipilih
dari calon yang diusulkan oleh Pertagas.
• Direktur Teknik dan Operasi dipilih dari calon yang diusulkan
oleh Indonesia Power.
ii. Dalam melaksanakan segala tindakan hukum berkaitan dengan
kegiatan usaha Perusahaan, Direksi diwakili oleh Direktur Utama
dan Direktur yang dipilih dari calon yang diusulkan oleh
Indonesia Power.
iii. Setiap rapat Direksi yang diadakan haruslah mencapai kuorum.
Untuk mencapai kuorum, dibutuhkan kehadiran minimal 2 (dua)
orang anggota Direksi, satu diantaranya haruslah merupakan
seorang Direktur yang ditunjuk dari kandidat yang dmominasikan
oleh Indonesia Power dan satu orang yang lainnya yang
berkedudukan sebagai Direktur Utama yang dinominasikan oleh
Pertagas.
2 Dewan i. Dewan Komisaris diusulkan, dipilih dan disetujui oleh para
Komisaris Pemegang Saham dengan ketentuan:
• 1 (satu) calon Komisaris Utama diusulkan oleh Indonesia
Power.
• 1 (satu) calon Komisaris diusulkan oleh Pertagas.
ii. Setiap rapat Komisaris yang diadakan haruslah mencapai kuorum.
Untuk mencapai kuorum, dibutuhkan kehadiran seluruh anggota
Komisaris.
3 Rapat Umum Kuorum untuk Rapat Umum Pemegang Saham tercapai bila dihadiri
Pemegang oleh pemegang saham secara langsung atau diwakili oleh kuasanya
Saham (RUPS) yang secara bersama-sama memegang tidak kurang dari 3/4 (tiga
perempat) dari total saham Perusahaan yang ditempatkan.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


57

Berdasarkan analisis di atas, maka PDG merupakan pengendalian bersama


entitas. Dalam pengendalian bersama entitas, Perusahaan memiliki pengendalian atas
bagiannya terhadap manfaat ekonomi masa depan melalui bagiannya atas aset dan
liabilitas venturer. Substansi dan realitas ekonomi ini dicerminkan dalam laporan
keuangan konsolidasian ketika Perusahaan mengakui bagian partisipasinya dalam
aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dari pengendalian bersama entitas dengan
menggunakan format pelaporan konsolidasi proporsional.

3.7.4 Natuna 2 B.V.


Pembelian saham Natuna 2 B.V. disepakati dalam perjanjian jual-beli antara
HESS (Luxembourg) Exploration and Production Holding S.A.R.L. (“HESS” -
seller), HESS Corporation (seller guarantor), PT PHE Oil and Gas (first purchaser),
PTTEP Netherlands Holding Cooperatie U.A. (“PTTEP NHC” - second purchaser),
PT Pertamina (Persero) (first purchaser guarantor), and PTT Exploration and
Production Public Company Limited (second purchaser guarantor) yang selanjutnya
akan disebut SPA.
Pada tanggal 30 November 2013, SPA ditandatangani oleh masing-masing
pihak dengan tanggal efektif adalah 30 Juni 2013. Terhitung sejak tanggal efektif
sampai dengan tanggal closing (tercantum dalam SPA tanggal 6 Desember 2014
bahwa semua kewajiban PHE OG dan PTTEP telah terpenuhi) diperhitungkan bunga
atas equity value yang akan dibayarkan. Kewajiban PHE OG dan PTTEP yang
dimaksud adalah:
a. persetujuan kementerian ESDM dan SKK Migas;
b. resolusi dari Dewan Direksi PHE OG;
c. resolusi dari Dewan Direksi PTTEP;
d. Power of Attorney dari second purchaser guarantor yang telah diotorisasi.
Didalam SPA disebutkan bahwa PHE OG dan PTTEP akan membeli 100%
saham Natuna 2 B.V. yang dimiliki HESS (“equity value” yang tercantum dalam
klausul 2 SPA) ditambahkan dengan Purchase Price Adjustment (tercantum dalam
klausul 2 dan schedule 12 SPA) ditambahkan dengan Equity Contribution Amount

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


58

(tercantum dalam klausul 2 dan schedule 12 SPA) serta dikurangkan dengan


Disclosed Leakage (tercantum dalam klausul 2 dan schedule 12 SPA).
Selain nilai di dalam klausul 2 dan schedule 12 SPA, PHE OG dan PTTEP
juga harus membayarkan HOGHI Facility Novation Price (outstanding pokok dan
bunga atas fasilitas pinjaman yang diberikan oleh HESS Oil and Gas Holdings Inc.
(“HOGHI”) kepada Natuna 2 B.V. (tercantum dalam schedule 1 Part B poin 1 (b)
dan schedule 12 SPA).
Pada tanggal 6 Desember 2014, PHE OG dan PTTEP membayar total equity
value, purchase price adjustment, equity contribution amount dan disclosed leakage)
dan HOGHI Facility Novation Price.
Setelah pembayaran dilakukan, PHE OG dan PTTEP menandatangani
Shareholders Agreement Natuna 2 B.V. (“SHA”) yang berlaku efektif sejak 6
Desember 2014. Beberapa poin yang tercakup di dalam SHA:
a. Modal saham Natuna 2 B.V. terdiri dari 90,000 lembar saham biasa. Sejak
tanggal efektif, PHE OG memiliki 45,000 lembar saham dan PTTEP memiliki
45,000 lembar saham.

Gambar 3.2. Struktur Participating Interest di Natuna PSC


Sumber: PT Pertamina (2013).
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


59

b. Natuna 2 B.V. memiliki 23% Participating Interest di Natuna PSC, Indonesia


(Block “A”). Kesepakatan antar partner dalam PSC tersebut tertuang dalam
Joint Operating Agreement (JOA).
c. Natuna 2 B.V. bertindak sebagai salah satu partner dalam PSC dan JOA
(menggunakan haknya dan menjalankan kewajibannya yang tercantum di
dalamnya) dan memiliki 23% Participating Interest pada tanggal perjanjian
SHA (article 2.2).
d. Natuna 2 B.V. memiliki bagian Participating Interest atas semua hak, title,
kepentingan dalam Natuna PSC, termasuk dan tidak terbatas pada, minyak
mentah yang diproduksi dari Blok “A” Natuna Sea atau semua aset, peralatan
atau properti lain yang diperoleh atau digunakan dalam hubungannya dengan
Joint Operations (article 2.2).
e. Masing-masing Shareholder (PHE OG dan PTTEP) bertanggung jawab untuk
pendanaan atas kewajiban dan liabilitas Natuna 2 B.V. sesuai PSC dan JOA
dengan membayar cash calls secara terpisah sesuai dengan porsi pemegang
saham. Cash calls yang dimaksud terdiri dari: 1) biaya operasi; 2) biaya capital;
3) hutang pajak Natuna 2 B.V.; 4) pengeluaran lain Natuna 2 B.V. (biaya
konsultan, agen dan/atau biaya kontraktor); dan 5) pembayaran untuk keperluan
lain terkait dengan cash call atau invoice yang diterbitkan oleh Operator PSC
sesuai JOA kepada Natuna 2 B.V. (article 2.6).
f. Pendapatan usaha (revenue) yang diterima oleh Natuna 2 B.V. (untuk gas,
minyak dan kondensat) didistribusikan kepada pemegang saham sesuai dengan
porsi pemegang saham (article 3).
g. PHE OG menunjuk initial operating committee representative dan PTTEP
menunjuk initial alternate operating committee representative untuk Natuna 2
B.V., dalam partisipasinya di PSC, sejak tanggal efektif SHA sampai dengan 31
Desember 2014. Untuk kedepannya, posisi tersebut dirotasi secara tahunan
(article 4.4).
h. Dewan direksi di Natuna 2 B.V. terdiri dari 4 direktur dengan komposisi: 1) dua
direktur ditunjuk oleh PHE OG dengan salah satunya berkedudukan di Belanda;

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


60

dan 2) dua direktur ditunjuk oleh PTTEP dengan salah satunya berkedudukan di
Belanda (article 5.1).
i. Tunduk kepada Anggaran Dasar, suatu dokumen harus secara valid dieksekusi
oleh Natuna 2 B.V. hanya jika ditandatangani oleh kedua direktur yang ditunjuk
oleh PHE OG dan kedua direktur yang ditunjuk oleh PTTEP (article 5.2).
j. Kuorum (jumlah minimum anggota yang harus hadir dalam rapat untuk
pengesahan keputusan) untuk rapat Dewan Direksi harus terdiri dari dua
direktur, yang terdiri dari satu direktur yang ditunjuk oleh PHE OG dan satu
direktur yang ditunjuk oleh PTTEP (article 5.3.5).

Ikhtisar Penerapan PSAK 12


Ventura Bersama didefinisikan sebagai perjanjian kontraktual antara dua atau
lebih pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian bersama.
Dari definisi tersebut, maka perlu dikaji kriteria berikut berdasarkan referensi:
a. Apakah ada dua atau lebih venturer terikat oleh suatu perjanjian kontraktual?
b. Apakah perjanjian kontraktual tersebut membentuk pengendalian bersama?

Tabel 3.7. Kajian Pengendalian Bersama PHE OG


Kriteria Ya/Tidak Referensi
Apakah ada dua atau lebih Ya. PHE OG dan PTTEP SHA (Ref Latar Belakang
venturer terikat oleh suatu terikat dalam perjanjian “Kronologi Pembelian
perjanjian kontraktual? kontraktual yang tertuang di 50% saham Natuna 2 B.V.
dalam Shareholder oleh PHE OG”, poin 7).
Agreement.
Apakah perjanjian Ya. Beberapa poin dalam SHA (Ref Latar Belakang
kontraktual tersebut Shareholder Agreement “Kronologi Pembelian
membentuk pengendalian menunjukkan adanya 50% saham Natuna 2 B.V.
bersama? pengendalian bersama. oleh PHE OG” poin 7).

Dari tabel analisis di atas, kriteria ventura bersama dan pengendalian bersama
telah terpenuhi, sehingga pembelian 50% saham Natuna 2 B.V. oleh PHE OG
perlakuan akuntansi pengakuan, pengukuran, dan penyajian sesuai dengan PSAK 12.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


61

Pembelian saham Natuna 2 B.V. merupakan pengendalian bersama entitas (venturer


terdiri dari PHE OG dan PTTEP) dengan metode pencatatan yang dipilih adalah
proporsional konsolidasi.
Untuk mencerminkan substansi ekonomi yang terbaik dari pembelian saham
Natuna 2 B.V., perlakuan akuntansi yang digunakan perlu menggambarkan hak
kepemilikan PHE OG sebesar 11.5 % di Blok “A” Natuna Sea.
Dengan demikian PHE OG perlu mencatat bagian aset, kewajiban, dan hasil
usaha dari Blok “A” Natuna Sea sesuai dengan partisipasi kepemilikannya.
Perbedaan antara harga yang dibayarkan (consideration) dan identiafiable assets and
liabilities dicatat sebagai goodwill secara terpisah. Namun demikian, pajak
tangguhan (dan goodwill terkait) yang muncul dari perbedaan nilai wajar aset dan
DPP (dasar pengenaan pajak/consideration) tidak perlu dicatat pada pengakuan awal
sesuai dengan PSAK 46 paragraf 15 – "Semua perbedaan temporer kena pajak diakui
sebagai liabilitas pajak tangguhan kecuali perbedaan yang berasal dari: (b - ii)
Pengakuan awal aset/liabilitas yang bukan kombinasi bisnis" dan paragraf 21 –
“Setiap perbedaan tercatat goodwill dan dasar pengenaan pajak nihil merupakan
perbedaan temporer kena pajak. Namun demikian, pernyataan ini tidak
memperkenankan pengakuan yang menimbulkan liabilitas pajak tangguhan karena
goodwill diukur sebagai suatu sisa dan pengakuan liabilitas tangguhan akan
meningkatkan jumlah tercatat goodwill.

3.7.5 PT Nusantara Regas


Menteri BUMN, melalui Surat Nomor S-269/MBU/2008 tertanggal 21 April
2008, membentuk sebuah konsorsium untuk membangun Terminal Penerimaan
LNG. Konsorsium tersebut terdiri dari PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero)
dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Ketiga BUMN ini diberi tugas untuk
membangun dan mengoperasikan Terminal Penerimaan LNG khususnya untk
mengatasi defisit pasokan gas Pembangkit Listrik PLN di PLTGU Muara Karang dan
Tanjung Priok.
Pada perkembangannya PT PLN (Persero) menarik diri dari konsorsium dan
hanya PT PERTAMINA (Persero) bersama PT PGN (Persero) Tbk membentuk PT

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


62

Nusantara Regas (“NR”) pada tanggal 14 April 2010 di Jakarta dengan komposisi
kepemilikan saham Pertamina sebesar 60% dan PGN sebesar 40%. PLN hanya akan
menjadi konsumen utama Gas dari PT Nusantara Regas. Semula direncanakan
pembangunan Land Based LNG Receiving Terminal, namun setelah melakukan
kajian yang mendalam, khususnya soal target waktu penyelesaian, diambil
kesimpulan bahwa pembangunan Floating Storage & Regasification Unit (FSRU)
lebih menguntungkan dibandingkan dengan Land Based LNG Receiving Terminal.

Kegiatan Usaha
Liquefied Natural Gas (LNG) merupakan salah satu cara penyediaan Gas
sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Gas bumi hasil regasifikasi LNG (“Gas”) ini
merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan, bersih, tidak berbau, dan mudah
dikelola. Pemanfaatan LNG dapat membantu pemerintah untuk mengurangi subsidi
penyediaan listrik bagi masyarakat. Tujuan pendirian Perseroan ini adalah untuk
melaksanakan pengelolaan, pengoperasian, dan pengembangan fasilitas FSRU,
pembelian LNG, dan pemasaran Gas di fasilitas FSRU. Selain itu, Perseroan juga
memiliki potensi-potensi untuk melakukan pengembangan bisnis terkait lainnya
sehingga dapat mengoptimalkan profit dan nilai Perseroan di mata Pemegang Saham.
Selama ini, kebutuhan gas untuk Muara Karang, Priok, dan Muara Tawar
dipenuhi oleh PHE ONWJ dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk.
menggunakan gas dari sumur gas. Namun, pasokan gas bumi tersebut belum dapat
memenuhi kebutuhan PLN. Untuk itu, dibutuhkan pasokan gas bumi tambahan yang
berasal dari hasil regasifikasi LNG. Tugas utama NR adalah untuk memasok
kebutuhan Gas untuk ketiga lokasi pembangkitan tersebut di atas.
Gas dapat digunakan oleh pembangkit PLN untuk memikul beban dasar dan
beban puncak terjadi antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB untuk
sistem kelistrikan PLN Jakarta dan sekitarnya serta PLN Jawa-Madura-Bali.
Kenaikan beban dari off peak ke peak load terjadi dalam waktu sangat pendek,
sehingga dengan menggunakan Gas untuk bahan bakar Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG) dan/ atau Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap pada ketiga pembangkit PLN
tersebut, kenaikan beban yang relatif sangat cepat dapat diatasi.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


63

LNG merupakan gas bumi dalam bentuk cair dan memiliki perbandingan
volume antara cair dan gas sebesar 1:600. Sampai dengan tahun 2022, Perseroan
telah mendapatkan alokasi LNG sebanyak 11,03 juta ton dari Unit Pengolahan LNG
PT Badak NGL, Bontang, Kalimantan Timur. Mengingat jarak antara Bontang
dengan FSRU sepanjang lebih dari 1.000 kilometer, berdasarkan rule of thumb, moda
transportasi gas bumi dalam bentuk LNG, dengan menggunakan kapal pengangkut
LNG lebih kompetitif dibandingkan dengan menggunakan pipa bawah laut.
Pengangkutan LNG dari Bontang menuju FSRU Nusantara Regas Satu
menggunakan kapal LNG ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 hari. Dalam
sebulan, pengiriman kargo LNG dilakukan sebanyak 2-3 kali. Perseroan telah
menyewa kapal pengangkut LNG dengan kapasitas 125.000 m3 bernama Aquarius
milik PT Hanochem Shipping mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2022.
LNG disimpan dalam 6 (enam) tangki LNG berbentuk bulat dengan total
kapasitas tangki sebesar 125.000 m3 dan untuk memproses LNG menjadi gas
dilakukan dengan menggunakan fasilitas regasifikasi pada FSRU. Fasilitas
regasifikasi pada FSRU terdiri dari 3 modul berkapasitas masing-masing 250
MMSCFD, 2 unit operasi, 1 unit standby. FSRU merupakan modifikasi dari kapal
pengangkut LNG, dimiliki dan dioperasikan oleh Gollar LNG Energy Limited.
FSRU tersebut memiliki kemampuan regasifikasi LNG sampai dengan 500
MMSCFD. Fasilitas mooring dolphin dibuat sebagai tempat tambat FSRU untuk
menjaga FSRU berada pada posisi stabil, pada lokasi yang telah direncanakan.
Gas disalurkan melalui jaringan pipa bawah laut berdiameter 24 inch
sepanjang kurang lebih 15 kilometer dari FSRU menuju Onshore Receiving
Facitilies (ORF). Jaringan pipa bawah laut ini menghubungkan FSRU di Teluk
Jakarta dengan Muara Karang, di mana terdapat fasilitas penerima Gas.

Ikhtisar Penerapan PSAK 12


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengendalian bersama dalam Kontrak
Kerjasama Pertamina dengan PGN, kontrak kerjasama tersebut merupakan suatu
ventura bersama entitas karena memiliki indikasi pengendalian bersama. Indikasi
terdapatnya pengendalian bersama dapat dilihat dalam beberapa klausul Anggaran

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


64

Dasar NR dan Perjanjian Pemegang Saham Joint Venture LNG Receiving Terminal,
dengan hasil analisis dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.8. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PT Nusantara Regas


No Topik Penjelasan
1 Dewan Direksi i. Segala urusan sehari-hari dan umum dari Perusahaan
akan dikebla oleh Direksi yang terdiri dari 3 (tiga)
anggota, terdiri dari Direktur Utama dan 2 (dua)
Direktur lainnya, yaitu Direktur Utama dari
Pertamina, Direktur Operasi dari Pertamina, dan
Direktur Keuangan dan Administrasi dari PGN.
ii. Rapat Direksi didakan oleh sedikinya 2 (dua)
anggota Direksi yang mewakili masing-masing
Pemegang Saham yang salah satunya adalah
Direktur Utama.
iii. Keputusan Direksi dapat diambil secara sah dan
memenuhi kuorum dalam ha1 rapat dihadiri dan
apabih disetujui oleh Direktur Utama dan 1 (satu)
anggota Direksi yang hair atau diwakili dalam rapat,
yang mewakili masing-masing Pemegang Saham.
2 Dewan Komisaris i. Anggota Komisaris ditunjuk oleh RUPS dengan cara
sebagai berikut:
• Komisaris Utama diangkat dari calon yang
diajukan oleh Pertamina
• Komisaris akan diangkat dari calon yang ditunjuk
oleh PGN.
• Komisaris akan diangkat dari calon yang diajukan
Pertamina
ii. Keputusan Rapat Dewan Komisaris dapat diambil
secara sah dan memenuhi kuorum dalam hal rapat
dihadiri dan apabila disetujui oleh Komisaris Utama
dan 1 (satu) Komisaris lainnya yang mewakili
masing-masing Pemegang Saham.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


65

Tabel 3.6. Ikhtisar Penerapan PSAK 12 di PT Nusantara Regas (Lanjutan)


No Topik Penjelasan
3 Rapat Umum Pemegang 100% (ononymous) dalam melakukan tindakan-tindakan
Saham (RUPS) sebagai berikut:
• Pembelian LNG dan penjualan gas dengan nilai lebih
dari USD25.000.000,- (dua puluh lima juta dolar
Amerika Serikat);
• Penunjukan penyedia Fasilitas FSRT
• Pengadaan On-Shore Receving Facility (ORF) dan
pipeline;
• Penggabungan, pengambilalihan, pemisahan,
peleburan, dan pembubaran Perusahaan;
• Perubahan Anggaran Dasar, kecuali mengenai
perubahan susunan Pemegang Saham sebagaimana
tersebut dalam Pasa1 6.2 (b) (i) (3);
• Pendirian Anak Perusahaan;
• Menerbitkan saham baru Perusahaan dalam batas
modal dasar, atau meningkatkan modal dasar
Perusahaan;
• Penjualan, pengalihan, pelepasan atau pemberian hak
tanggungan atau pemberian hak jaminan lainnya atas
seluruh atau sebagian besar usaha atau Perusahaan
yang nilainya melebihi 50% (lima puluh persen) dan
dapat secara material merugikan usaha Perusahaan;
• Menerbitkan pijaman konversi, opsi atau hutang
konversi dari hak lain untuk membeli saham
Perusahaan;
• Mengangkat dan membehentikan anggota Direksl
dan/atau Dewan Komisaris;
• Pengesahan RKAP dan RJPP dan perubahan-
perubahannya;
• Menandatangani atau melakukan suatu bidang usaha
yang berbeda dengan Bidang Usaha Perusahaan yang
disebutkan dalam Perjanjian ini dan RKAP yang
telah disetujui;
• Perubahan Perjanjian ini,

Berdasarkan analisis di atas, maka NR merupakan pengendalian bersama


entitas. Dalam pengendalian bersama entitas, Perusahaan memiliki pengendalian atas
bagiannya terhadap manfaat ekonomi masa depan melalui bagiannya atas aset dan
liabilitas venturer. Substansi dan realitas ekonomi ini dicerminkan dalam laporan
keuangan konsolidasian ketika Perusahaan mengakui bagian partisipasinya dalam
aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dari pengendalian bersama entitas dengan
menggunakan format pelaporan konsolidasi proporsional
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penerapan PSAK 66 Pengaturan Bersama Revisi Tahun 2013


4.1.1 PT Patra SK
Dari hasil analisis terhadap kriteria pengaturan bersama dalam Joint Venture
Agreement antara SK Energy Asia Pte, Ltd dengan PT Pertamina Patra Niaga, dapat
dilihat dalam beberapa klausul Joint Venture Agreement, sebagai berikut:
1. Apakah pengaturan bersama berbentuk separate vehicle (badan hukum/PT) atau
bentuk hukum lainnya?
Ya. Pengaturan bersama berbentuk badan hukum PT Patra SK (Perusahaari)
didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun
1967 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan
Akta Notaris No. 92 tanggal 16 Nopember 2006, dari Inggrid Lannywati, SH.
Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusannya No. W7-01575 HT.01-01.TH.2007 tanggal 19 Pebruari
2007 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 9770 tanggal 25 September 2007
Tambahan No. 77.
2. Apakah perjanjian kontraktual memberikan pengendalian atas pengaturan secara
kolektif yang mempengaruhi secara signifikan imbal hasil dari pengaturan
bersama tersebut?
Ya. Pengambilan keputusan terkait aktivitas yang signifikan terhadap imbal hasil
harus mengikuti ketentuan Pasal 22 Kuorum, Hak Suara dan Keputusan
(Pendirian Perseroan Terbatas, 16 November 2006) ayat 1 (b) berbunyi: “Rapat
Umum Pemegang Saham yang termasuk disyaratkan berdasarkan Pasal 11 ayat
4 (3) dapat diadakan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih
dari 70% (tujuhpuluh persen) dari total seluruh saham yangditempatkan tidak
termasuk saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dikeluarkan dengan hak
suara yang sah.”
3. Apakah keputusan mengenai aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan
suara bulat dari para pihak yang mengendalikan secara kolektif?
66 Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


67

Ya. Pengambilan keputusan atas aktivitas relevan, harus mengikuti ketentuan


Pasal 22 Kuorum, Hak Suara dan Keputusan (Pendirian Perseroan Terbatas, 16
November 2006) ayat 1 (b) berbunyi: “Rapat Umum Pemegang Saham yang
termasuk disyaratkan berdasarkan Pasal 11 ayat 4 (3) dapat diadakan apabila
dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari 70% (tujuhpuluh
persen) dari total seluruh saham yang ditempatkan tidak termasuk saham yang
dibeli kembali oleh Perseroan dikeluarkan dengan hak suara yang sah.”
Hal ini juga diatur juga dalam Article 6 General Meeting & Shareholders (Joint
Venture Agreement), ayat 2, butir d
“Each Share shall entitle the holder thereof to cast one vote on matters properly
before a General Meeting of Shareholders. Except where a greater quorum or
affirmative vote is otherwise required by applicable Legal Requirements, all
decisions of the Shareholders shall require the affirmative vote of more than fifty
percent (50%) of the total issued Shares then outstanding, except that the
affirmative vote and quorum of more than seventy percent (70%) of the total
issued Shares then outstanding shall be required in case of each of the
following....”
4. Apakah perjanjian kontraktual menentukan bahwa para pihak memiliki hak atas
1) aset dan kewajiban atas liabilitas dalam aktivitas normal bisnis, atau 2) aset
neto atas pengaturan bersama tersebut?
Ya. Para pihak berhak atas aset neto pengaturan bersama sesuai Pasal 23
Penggunaan Laba, ayat 1 berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam tahun buku
sebagaimana terlihat dalam neraca dan laporan laba rugi yang telah disetujui
oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan digunakan dengan cara yang
ditentukan oleh rapat tersebut.”
5. Apakah para pihak mengakui bagiannya atas output atau kapasitas (hak kepada
seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas aset) yang dimiliki dalam
separate vehicle)?
Tidak. Para pihak mengakui bagiannya atas aset neto, sesuai Pasal 23
Penggunaan Laba, ayat 1 berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam tahun buku
sebagaimana terlihat dalam neraca dan laporan laba rugi yang telah disetujui

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


68

oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan digunakan dengan cara yang
ditentukan oleh rapat tersebut.”
Hal ini juga diatur dalam Article 8 Appropriation of Profits of Newco (Joint
Venture Agreement), Ayat 8.1, berbunyi: “A meeting of the Board of Directors
may issue a proposal to the Annual General Meeting of Shareholders relating to
the appropriation of net earnings of NewCo as shown in its financial statements
as ratified by the Annual General Meeting of Shareholders. Any such proposal
may state the amount of undistributed earnings to be used as a reserve and the
amount of profits to be distributed as dividends to the Shareholders.”
6. Apakah jenis pengaturan bersama? Jenis pengaturan bersamanya adalah Joint
Venture Entity.
Berdasarkan analisis di atas, maka PT Pertamina Patra Niaga sebagai pihak
yang berpartisipasi dalam ventura bersama, tidak memiliki pengendalian bersama
atas output atau kapasitas (hak kepada seluruh manfaat ekonomi yang substansial
atas aset) yang dimiliki oleh Patra SK, maka dalam hal ini PT Pertamina Patra Niaga
mencatat kepentingannya dengan menggunakan metode ekuitas sesuai dengan PSAK
15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.

4.1.2 PT Perta Samtan Gas (PSG)


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengaturan bersama dalam Joint Venture
Agreement antara Pertagas dengan Samtan Co., Ltd, dapat dilihat dalam beberapa
klausul Joint Venture Agreement, sebagai berikut:
a. Apakah pengaturan bersama berbentuk separate vehicle (badan hukum/PT) atau
bentuk hukum lainnya?
Ya. Pengaturan bersama berbentuk badan hukum PT PT Perta-Samtan Gas
didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun
1967, sebagaimana diubah oleh Undang-Undang No. 11 tahun 1970 dan
UndangUndang No. 25 tahun 2007, berdasarkan Akta Notaris No.04 tanggal 7
Mei 2008 dari Mastuti Betta, S.H. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusannya No. AHU-
35091.AH.01.01 tahun 2008 tanggal 23 Juni 2008 serta diumumkan dalam

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


69

Berita Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 26 Desember 2008,


Tambahan No. 29696.
b. Apakah perjanjian kontraktual memberikan pengendalian atas pengaturan secara
kolektif yang mempengaruhi secara signifikan imbal hasil dari pengaturan
bersama tersebut?
Ya. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, Pasal 22 Kuorum, Hak Suara dan
Keputusan, ayat (1) berbunyi: “Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar,
Rapat Umum Pemegang Saham dapat mengambil keputusan yang mengikat
apabila pemegang saham yang mewakili lebih dari ¾ bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan Perseroan hadir dan
atau diwakili dalam rapat. Para pemegang saham akan menggunakan cara
apapun untuk memastikan kuorum telah tercapai dan sepanjang tiap Rapat
Umum Pegang Saham.”
c. Apakah keputusan mengenai aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan
suara bulat dari para pihak yang mengendalikan secara kolektif?
Ya. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, Pasal 22 Kuorum, Hak Suara dan
Keputusan, ayat (1) berbunyi: “Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar,
Rapat Umum Pemegang Saham dapat mengambil keputusan yang mengikat
apabila pemegang saham yang mewakili lebih dari ¾ bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan Perseroan hadir dan
atau diwakili dalam rapat. Para pemegang saham akan menggunakan cara
apapun untuk memastikan kuorum telah tercapai dan sepanjang tiap Rapat
Umum Pegang Saham.”
d. Apakah perjanjian kontraktual menentukan bahwa para pihak memiliki hak atas
1) aset dan kewajiban atas liabilitas dalam aktivitas normal bisnis, atau 2) aset
neto atas pengaturan bersama tersebut?
Para pihak berhak atas aset neto pengaturan bersama sesuai Akta Pendirian
Perseroan, Pasal 23 Penggunaan Laba, ayat (1) berbunyi: “Laba bersih Perseroan
dalam satu tahun buku seperti yang tercantum dalam neraca dan perhitungan
laba rugi yang telah disahkan oleh Rapat Umum Pegang Saham Tahunan,
setelah dikurangi pengurangan untuk dana cadangan yang diwajibkan oleh

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


70

hokum atau Anggaran Dasar ini akan dibagi menurut cara penggunaannya yang
ditentukan oleh Rapat tersebut.
e. Apakah para pihak mengakui bagiannya atas output atau kapasitas (hak kepada
seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas aset) yang dimiliki dalam
separate vehicle)?
Tidak. Para pihak mengakui bagiannya atas aset neto sesuai Pasal 23
Penggunaan Laba, ayat (1) berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam satu tahun
buku seperti yang tercantum dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah
disahkan oleh Rapat Umum Pegang Saham Tahunan, setelah dikurangi
pengurangan untuk dana cadangan yang diwajibkan oleh hokum atau Anggaran
Dasar ini akan dibagi menurut cara penggunaannya yang ditentukan oleh Rapat
tersebut.”
f. Apakah jenis pengaturan bersama? Jenis pengaturan bersamanya adalah Joint
Venture Entity.
Berdasarkan analisis di atas, maka PT Pertamina Gas sebagai pihak yang
berpartisipasi dalam ventura bersama, tidak memiliki pengendalian bersama atas
output atau kapasitas (hak kepada seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas
aset) yang dimiliki oleh PSG, maka dalam hal ini PT Pertamina Gas mencatat
kepentingannya dengan menggunakan metode ekuitas sesuai dengan PSAK 15:
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.

4.1.3 PT Perta Daya Gas (PDG)


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengaturan bersama dalam Perjanjian
Usaha Patungan antara PT Pertamina Gas dan PT Indonesia Power, dapat dilihat
dalam beberapa klausul Perjanjian Usaha Patungan, sebagai berikut:
a. Apakah pengaturan bersama berbentuk separate vehicle (badan hukum/PT) atau
bentuk hukum lainnya?
Ya. PT Perta Daya Gas didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No. 60 tanggal 26
April 2012 oleh Notaris Marianne Vincentia Hamdani, SH.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


71

b. Apakah perjanjian kontraktual memberikan pengendalian atas pengaturan secara


kolektif yang mempengaruhi secara signifikan imbal hasil dari pengaturan
bersama tersebut?
Ya. Sesuai Pasal 10 Kuorum, Hak Suara dan Keputusan RUPS, ayat (1)
berbunyi: “Sepanjang tidak diatur lain dalam Anggaran Dasar ini, kuorum
kehadiran dan keputusan RUPS terhadap hal-hal yang harus diputuskan dalam
RUPS, dilakukan dengan mengikuti ketentuan dihadiri oleh pemegang saham
yang mewakili 100% (seratus persen) (anonymous) bagian dari iumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dan keputusan adalah sah jika disetuiui oleh
100% (seratus persen) (anonymous), untuk mengambil keputusan atas aktivitas
relevan Perusahaan.
c. Apakah keputusan mengenai aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan
suara bulat dari para pihak yang mengendalikan secara kolektif?
Ya. Sesuai Pasal 10 Kuorum, Hak Suara dan Keputusan RUPS, ayat (1)
berbunyi: “Sepanjang tidak diatur lain dalam Anggaran Dasar ini, kuorum
kehadiran dan keputusan RUPS terhadap hal-hal yang harus diputuskan dalam
RUPS, dilakukan dengan mengikuti ketentuan dihadiri oleh pemegang saham
yang mewakili 100% (seratus persen) (anonymous) bagian dari iumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dan keputusan adalah sah jika disetuiui oleh
100% (seratus persen) (anonymous), untuk mengambil keputusan atas aktivitas
relevan Perusahaan, serta Pasal 10 Rapat Umum Pemegang Saham – Perjanjian
Usaha Patungan antara PT Pertamina Gas dengan PT Indonesia Power No.
459/PG0000/2011-S0, ayat (4) berbunyi: “Kuorum untuk Rapat Umum
Pemegang Saham tercapai bila dihadiri oleh pemegang saham secara langsung
atau diwakili oleh kuasanya yang secara bersama-sama memegang tidak kurang
dari ¾ (tiga perempat) dari total saham Perusahaan yang ditempatkan.
d. Apakah perjanjian kontraktual menentukan bahwa para pihak memiliki hak atas
1) aset dan kewajiban atas liabilitas dalam aktivitas normal bisnis, atau 2) aset
neto atas pengaturan bersama tersebut?
Para pihak berhak atas aset neto pengaturan bersama, sesuai Akta Pendirian
Perusahaan, Pasal 18 Penggunaan Laba dan Pembagian Dividen, ayat (1)

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


72

berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum
dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh RUPS tahunan
dan merupakan saldo laba yang positif, dibagi menurut cara penggunaannya
yang ditentukan oleh RUPS tersebut.”
e. Apakah para pihak mengakui bagiannya atas output atau kapasitas (hak kepada
seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas aset) yang dimiliki dalam
separate vehicle)?
Tidak. Para pihak berhak atas aset neto pengaturan bersama, sesuai Akta
Pendirian Perusahaan, Pasal 18 Penggunaan Laba dan Pembagian Dividen, ayat
(1) berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum
dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh RUPS tahunan
dan merupakan saldo laba yang positif, dibagi menurut cara penggunaannya
yang ditentukan oleh RUPS tersebut.”
f. Apakah jenis pengaturan bersama? Jenis pengaturan bersamanya adalah Joint
Venture Entity.
Berdasarkan analisis di atas, maka PT Pertamina Gas sebagai pihak yang
berpartisipasi dalam ventura bersama, tidak memiliki pengendalian bersama atas
output atau kapasitas (hak kepada seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas
aset) yang dimiliki oleh PDG, maka dalam hal ini PT Pertamina Gas mencatat
kepentingannya dengan menggunakan metode ekuitas sesuai dengan PSAK 15:
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.

4.1.4 Natuna 2 B.V.


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengaturan bersama dalam Shareholders
Agreement antara PT PHE Oil and Gas (“PHE O&G”) dan PTTEP Netherlands
Holding Cooperatie U.A. (“PTTEP NHC”), dapat dilihat dalam beberapa klausul
Shareholders Agreement, sesuai tabel berikut:

a. Apakah pengaturan bersama berbentuk separate vehicle (badan hukum/PT) atau


bentuk hukum lainnya?
Ya. Pertamina Hulu Energi Oil and Gas didirikan di Cayman Islands dan
terdaftar berdasarkan Undang-undang Caymand Islands pada tanggal 28
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


73

November 2013, dan memiliki kantor terdaftar di Maples Corporate Services


Limited, PO Box 309, Ugland House, Grand Cayman, KY1-1104, Cayman
Islands.
b. Apakah perjanjian kontraktual memberikan pengendalian atas pengaturan secara
kolektif yang mempengaruhi secara signifikan imbal hasil dari pengaturan
bersama tersebut?
Ya. Pengambilan keputusan dilakukan melalui Joint Operating Committee
(JOC), sesuai Shareholders Agreement Article 4 Shareholders Action, ayat (4)
berbunyi: “PHE OG shall appoint the initial Operating Committee
Representative and PTTEP NHC shall appoint the initial Alternate Operating
Committee Representative of JOC as of the Effective Date to hold those
positions until 31 December 2014. Subsequently, the position of each of the
Operating Committee Representative and the Alternate Operating Committee
Representative shall be rotated annually between authorized representatives of
PHE OG and PTTEP NHC, with an authorized representative from one
Shareholder to be the Operating Committee Representative and an authorized
representative from the other Shareholder to be the Alternate Operating
Committee Representative at all times. PHE OG and PTTEP NHC shall jointly
appoint by mutual agreement the Operating Sub-Committee Representative and
Alternate Operating Sub-Committee Representative from time to time. Subject to
the terms of the JOA, the Alternate Operating Committee Representative and
Alternate Operating Sub-Committee Representative shall have rights to attend
Operating Committee meetings as an observer.”
c. Apakah keputusan mengenai aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan
suara bulat dari para pihak yang mengendalikan secara kolektif?
Ya. Keputusan mengenai aktivitas relevan dilakukan oleh JOC, sesuai
Shareholders Agreement Article 4 Shareholders Action ayat (4) berbunyi: “PHE
OG shall appoint the initial Operating Committee Representative and PTTEP
NHC shall appoint the initial Alternate Operating Committee Representative of
JOC as of the Effective Date to hold those positions until 31 December 2014.
Subsequently, the position of each of the Operating Committee Representative

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


74

and the Alternate Operating Committee Representative shall be rotated annually


between authorized representatives of PHE OG and PTTEP NHC, with an
authorized representative from one Shareholder to be the Operating Committee
Representative and an authorized representative from the other Shareholder to
be the Alternate Operating Committee Representative at all times. PHE OG and
PTTEP NHC shall jointly appoint by mutual agreement the Operating Sub-
Committee Representative and Alternate Operating Sub-Committee
Representative from time to time. Subject to the terms of the JOA, the Alternate
Operating Committee Representative and Alternate Operating Sub-Committee
Representative shall have rights to attend Operating Committee meetings as an
observer.”
d. Apakah PK menentukan bahwa para pihak memiliki hak atas 1) aset dan
kewajiban atas liabilitas dalam aktivitas normal bisnis, atau 2) aset neto atas PB
tersebut?
Aset dan kewajiban atas liabilitas, sesuai Article 3 Entitlement, dalam
Shareholders Agreement, ayat (1) berbunyi: “Each Shareholder shall be
provided by JOC with sufficient access to lift oil and/or condensate entitlement
of the JOC in kind proportionate to their respective Shareholding Interest, on
terms to be agreed between each of the Shareholders and the JOC, provided that
the Parties acknowledge that the Shareholders and JOC may agree from time to
time for the Operator to lift the JOC's entitlement of oil and/or condensate as
may be deemed necessary.”
e. Apakah para pihak mengakui bagiannya atas output atau kapasitas (hak kepada
seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas aset) yang dimiliki dalam
separate vehicle)?
Ya. Para pihak mengakui bagiannya atas lifting sebesar penyertaan (PI), sesuai
Shareholders Agreement Article 3 Entitlement, ayat (2): “In the event that lifting
of oil and/or condensate is to be conducted by the Shareholders:
3.2.1 JOC will enter into separate offtake agreements with each Shareholder for
the sale of the Shareholder's Shareholding Interest portion of oil and/or
condensate entitlement owned by the JOC, with such agreements to be on

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


75

identical terms (including price), and to provide that any cost arising from
export of oil and/or condensate will be borne by the corresponding Shareholder
taking such oil and/or condensate; and
3.2.2 in the event of over/under lifting of oil and/or condensate, this shall be
settled between the Shareholders and JOC in cash within ten (10) Business Days
after the Financial Quarterly Report is approved by SKK Miga”s.
f. Apakah jenis pengaturan bersama?
Jenis pengaturan bersamanya adalah Joint Operation.

Berdasarkan analisis di atas dan untuk mencerminkan substansi ekonomi


yang terbaik, maka PHE O&G sebagai pihak yang berpartisipasi dalam ventura
bersama, perlu mencatat bagian aset, kewajiban, dan hasil usaha dari Blok “A”
Natuna Sea sesuai dengan partisipasi kepemilikannya sebesar 11.5 %.

4.1.5 PT Nusantara Regas


Dari hasil analisis terhadap kriteria pengaturan bersama dalam Kontrak
Kerjasama Pertamina dengan PGN, dapat dilihat dalam beberapa klausul Kontrak
Kerjasama, sesuai tabel berikut:
a. Apakah pengaturan bersama berbentuk separate vehicle (badan hukum/PT) atau
bentuk hukum lainnya?
Ya. PT Nusantara Regas didirikan pada 14 April 2010 berdasarkan Akta Notaris
No. 16 tanggal 14 April 2010 dibuat di hadapan Marianne Vicentia Hamdani,
S.H., notaris di Jakarta. Akta Pendirian Perusahaan telah mendapat pengesahan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. AHU-24233.AH.01.01.Tahun 2010 tanggal 12 Mei 2010.
b. Apakah pengaturan kontraktual memberikan pengendalian atas pengaturan
secara kolektif yang mempengaruhi secara signifikan imbal hasil dari pengaturan
bersama tersebut?
Ya. Sesuai Pasal 10 Kuorum, Hak Suara dan Keputusan RUPS, ayat (1)
berbunyi: “Sepanjang tidak diatur lain dalam Anggaran Dasar ini, kuorum
kehadiran dan keputusan RUPS terhadap hal-hal yang harus diputuskan dalam
RUPS, dilakukan dengan mengikuti ketentuan dihadiri oleh pemegang saham
Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


76

yang mewakili 100% (seratus persen) (anonymous) bagian dari iumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dan keputusan adalah sah jika disetuiui oleh
100% (seratus persen) (anonymous), untuk mengambil keputusan atas aktivitas
relevan Perusahaan”, serta Pasal 6 Rapat Umum Pemegang Saham - Perjanjian
Pemegang Saham Joint Venture LNG Receiving Terminal No. 07/C00000/2010-
S0, 4 Februari 2010.
c. Apakah keputusan mengenai aktivitas relevan mensyaratkan persetujuan dengan
suara bulat dari para pihak yang mengendalikan secara kolektif?
Ya. Sesuai Pasal 10 Kuorum, Hak Suara dan Keputusan RUPS, ayat (1)
berbunyi: “Sepanjang tidak diatur lain dalam Anggaran Dasar ini, kuorum
kehadiran dan keputusan RUPS terhadap hal-hal yang harus diputuskan dalam
RUPS, dilakukan dengan mengikuti ketentuan dihadiri oleh pemegang saham
yang mewakili 100% (seratus persen) (anonymous) bagian dari iumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dan keputusan adalah sah jika disetuiui oleh
100% (seratus persen) (anonymous), untuk mengambil keputusan atas aktivitas
relevan Perusahaan”, serta Pasal 6 Rapat Umum Pemegang Saham - Perjanjian
Pemegang Saham Joint Venture LNG Receiving Terminal No. 07/C00000/2010-
S0, 4 Februari 2010.
d. Apakah perjanjian kontraktual menentukan bahwa para pihak memiliki hak atas
1) aset dan kewajiban atas liabilitas dalam aktivitas normal bisnis, atau 2) aset
neto atas PB tersebut?
Para pihak berhak atas aset neto pengaturan bersama, sesuai Akta Pendirian
Perusahaan, Pasal 18 Penggunaan Laba dan Pembagian Dividen, ayat (1)
berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum
dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh RUPS tahunan
dan merupakan saldo laba yang positif, dibagi menurut cara penggunaannya
yang ditentukan oleh RUPS tersebut”, serta Pasal 8 Penggunaan Laba
Perusahaan - Perjanjian Pemegang Saham Joint Venture LNG Receiving
Terminal No. 07/C00000/2010-S0, 4 Februari 2010.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


77

e. Apakah para pihak mengakui bagiannya atas output atau kapasitas (hak kepada
seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas aset) yang dimiliki dalam
separate vehicle)?
Tidak. Para pihak berhak atas aset neto pengaturan bersama, sesuai Akta
Pendirian Perusahaan, Pasal 18 Penggunaan Laba dan Pembagian Dividen, ayat
(1) berbunyi: “Laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum
dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh RUPS tahunan
dan merupakan saldo laba yang positif, dibagi menurut cara penggunaannya
yang ditentukan oleh RUPS tersebut.”
f. Apakah jenis pengaturan bersama? Jenis pengaturan bersamanya adalah Joint
Venture Entity.
Berdasarkan analisis di atas, maka Perusahaan sebagai pihak yang
berpartisipasi dalam ventura bersama, tidak memiliki pengendalian bersama atas
output atau kapasitas (hak kepada seluruh manfaat ekonomi yang substansial atas
aset) yang dimiliki oleh NR, maka dalam hal ini Perusahaan mencatat
kepentingannya dengan menggunakan metode ekuitas sesuai dengan PSAK 15:
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
Kesenjangan akuntansi atas penerapan PSAK 66 yang mengadopsi
pengaturan dalam IFRS 11 per 1 Januari 2013, yang berlaku efektif 1 Januari 2015,
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Kesenjangan Akuntansi atas Penerapan PSAK 66


No PBE PSAK 12 (2011) PSAK 66 (2015)
Konsolidasi
1 PT Nusantara Regas Ekuitas
Proporsional
Konsolidasi
2 PT Patra SK Ekuitas
Proporsional
Konsolidasi
3 PT Perta-Samtan Gas Ekuitas
Proporsional
Konsolidasi
4 PT Perta Daya Gas Ekuitas
Proporsional
Konsolidasi Konsolidasi
5 Natuna 2 B.V
Proporsional Proporsional

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


78

Perusahaan menerapkan PSAK 46 Pajak Penghasilan atas Partisipasi dalam Ventura


Bersama dan tidak terdapat kesenjangan perpajakan atas perubahan kebijakan
akuntansi dari Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas.

4.2 Penerapan Ketentuan Transisi


4.2.1 Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas
PSAK 66 menjelaskan bahwa ketika terjadi perubahan dari metode
konsolidasi proporsional ke metode ekuitas, entitas mengakui investasinya dalam
ventura bersama pada awal periode sajian paling awal. Investasi awal tersebut diukur
sebagai penggabungan jumlah tercatat atas aset dan liabilitas yang sebelumnya telah
dikonsolidasikan secara proporsional oleh entitas, mencakup goodwill apapun yang
timbul dari akuisisi. Saldo awal investasi yang ditentukan sesuai dengan paragraf di
atas dianggap sebagai biaya investasi pada pengakuan awal. Contoh penerapannya
sebagai berikut:
PT DEF merupakan PBE dari Perusahaan sebesar 40%. Laporan Keuangan
31 Desember 2014 menyajikan investasi joint venture menggunakan metode
konsolidasi proporsional. Sesuai penerapan PSAK 66 (2013): Pengaturan Bersama
yang berlaku efektif 01 Januari 2015, maka untuk laporan keuangan 31 Desember
2015 PT ABC harus menerapkan metode ekuitas untuk membukukan penyertaannya
di ventura bersama (yaitu PT DEF).
Ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas
mensyaratkan PT ABC untuk mengagregasikan (menggabungkan) sajian dalam
laporan keuangan sebelumnya ke periode sajian per 01 Januari 2014, yang
merupakan tanggal pertama periode tahun buku terdekat dari periode buku penerapan
pertama kali PSAK 66. Sajian Laporan Posisi Keuangan PT DEF per 01 Januari
2014 sesuai Tabel 4.1. Saldo awal investasi pada ventura bersama PT DEF di laporan
keuangan Perusahaan per 01 Januari 2014 yaitu $51,200,000 yang dianggap sebagai
biaya investasi pada pengakuan awal.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


79

Tabel 4.2. Posisi Keuangan PT DEF per 01 Januari 2014


Konsolidasi
PT DEF
Keterangan Proporsional
($000)
($000)
Kas dan setara kas 30,000 12,000
Piutang usaha dan piutang lain-lain 25,000 10,000
Persediaan 15,000 6,000
Aset Tetap 120,000 48,000
Goodwill - 32,000
Total Aset 190,000 108,000
Utang usaha dan utang lain 52,000 20,800
Pinjaman jangka panjang 90,000 36,000
Total Liabilitas 142,000 56,800
Net Assets 48,000 51,200
Modal Saham 10,000
Saldo Laba 38,000
Total Ekuitas 48,000

4.2.2 Metode Ekuitas ke Pencatatan untuk Aset dan Liabilitas


Perusahaan menerapkan PSAK 66 pertama kali untuk laporan keuangan 31
Desember 2015. Perusahaan memiliki penyertaan di PT DEF yang merupakan PBE
dan dicatat menggunakan metode ekuitas di Laporan Keuangan 31 Desember 2014,
sesuai PSAK 12 (2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama. Berdasarkan
assessment atas penerapan PSAK 66, maka disimpulkan bahwa investasi pada PT
DEF harus diklasifikasikan sebagai “Operasi Bersama”. Berdasarkan pengaturan
kontraktual dan PSAK 66, PT ABC memiliki hak dan kewajiban atas aset dan
liabilitas berikut (pada nilai tercatat):

Uraian ($000)
Piutang usaha 430
Persediaan 120
Aset Tetap 100
Utang usaha (140)
Utang jangka panjang (150)
360

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


80

Asumsi I:
Nilai tercatat investasi pada 01 Januari 2014 sebesar $300,000,-. Nilai investasi
tersebut sudah termasuk goodwill sebesar $100,000.
Dalam kasus ini, tidak ada goodwill yang diakui dalam periode transisi karena net
aset yang harus diakui ($360,000) melebihi nilai tercatat investasi ($300,000). Selisih
antara net aset yang harus diakui ($360,000) dan net aset dicatat sebelumnya
($200,000) dikreditkan ke Saldo Laba. Berikut jurnal yang dibukukan (tidak
termasuk dampak perpajakannya):

Uraian Debit Credit


Dr. Net Aset 360,000
Cr. Investment 300,000
Cr. Saldo Laba 60,000

Asumsi II:
Nilai tercatat investasi pada 01 Januari 2014 sebesar $500,000,-. Nilai investasi
tersebut sudah termasuk goodwill sebesar $100,000. Dalam contoh ini, goodwill
diakui sebesar $100,00 dan net aset yang dicatat sebelumnya ($400,000) didebit ke
Saldo Laba. Berikut jurnal yang dibukukan (tidak termasuk dampak perpajakannya):

Uraian Debit Credit


Dr. Goodwill 100,000
Dr. Aset Bersih 360,000
Dr. Saldo Laba 40,000
Cr. Investment 500,000

4.3 Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan


PSAK 46 menyatakan bahwa entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan
untuk semua perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada anak
perusahaan, cabang dan asosiasi, serta bagian partisipasi dalam ventura bersama,
kecuali sepanjang kedua kondisi berikut terpenuhi:
a. Perusahaan induk, investor atau venturer mampu mengendalikan waktu
pembalikan perbedaan temporer; dan
b. Kemungkinan besar perbedaan temporer tidak akan dibalik di masa depan yang
dapat diperkirakan.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


81

Contoh penerapan PSAK 46 atas Bagian Pertisipasi dalam Ventura Bersama sebagai
berikut:
Perusahaan memiliki kepentingan sebesar 40% pada PT DEF. Setiap tahun, PT ABC
memiliki kebijakan untuk mendistribusikan dividen, namun tanpa perjanjian
pemegang saham. Pada akhir periode pelaporan, jumlah tercatat investasi di PT DEF
adalah Rp1.500,- sedangkan dasar pengenaan pajaknya adalah Rp1.000. Tarif pajak
atas dividen 10% dan tarif pajak atas capital gain 40%. Berdasarkan kondisi di atas,
maka Perusahaan akan mengakui liabilitas pajak tangguhan dalam laporan keuangan
sebagai berikut:
a. Jika Perusahaan mampu mengendalikan waktu pembalikan perbedaan temporer
tersebut, dan kemungkinan besar tidak akan membaliknya di masa depan yang
dapat diperkirakan, maka liabilitas pajak tangguhan adalah nol.
b. Jika pembalikan perbedaan temporer di masa depan akan dilakukan melalui
dividen, maka liabilitas pajak tangguhan adalah Rp50 (Rp500 x 10%).
Dr Deferred Tax Expense 50
Cr Deferred Tax Liabilities 50
c. Jika pembalikan perbedaan temporer di masa depan akan dilakukan melalui
penjualan, maka liabilitas pajak tangguhan adalah Rp200 (Rp500 x 40%).
Dr Deferred Tax Expense 200
Cr Deferred Tax Liabilities 200

4.4 Penyajian Kembali Laporan Keuangan Konsolidasian


Sesuai dengan ketentuan transisi, PSAK 66 menjelaskan bahwa ketika terjadi
perubahan dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas, entitas mengakui
investasinya dalam ventura bersama pada awal periode sajian paling awal. Investasi
awal tersebut diukur sebagai penggabungan jumlah tercatat atas aset dan liabilitas
yang sebelumnya telah dikonsolidasikan secara proporsional oleh entitas, mencakup
goodwill apapun yang timbul dari akuisisi. Berikut disampaikan laporan keuangan
konsolidasian Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2014 yang telah disajikan dan
direklasifikasikan kembali sesuai PSAK 66 adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


82

PT PERTAMINA (PERSERO) DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN PER 31 DESEMBER 2014
(Dinyatakan Dalam Ribuan Dollar AS)

Jurnal Penyajian
Sebelum Penyajian Sesudah Penyajian
Kembali
Kembali Kembali
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 3,809,454,022 (170,739,545) 3,638,714,477
Dana yang dibatasi penggunaannya 241,576,438 - 241,576,438
Investasi jangka pendek 143,920,482 - 143,920,482
Piutang usaha 3,398,430,082 (9,619,383) 3,388,810,699
Piutang dari Pemerintah - bagian lancar 3,797,671,287 - 3,797,671,287
Piutang lain 911,814,706 (2,084,851) 909,729,855
Persediaan - bersih 7,044,630,358 (19,222,250) 7,025,408,108
Pajak dibayar di muka - bagian lancar 634,665,235 (12,067,849) 622,597,386
Biaya dibayar di muka 395,594,449 (5,266,113) 390,328,336
Jumlah Aset Lancar 20,377,757,059 (218,999,991) 20,158,757,068
ASET TIDAK LANCAR
Aset pajak tangguhan 838,330,188 (98,153) 838,232,035
Investasi jangka panjang 2,220,233,231 315,204,065 2,535,437,296
Aset tetap 10,140,691,652 (172,445,472) 9,968,246,180
Aset minyak dan gas bumi serta panas bumi 13,556,558,427 - 13,556,558,427
Pajak dibayar di muka - bagian tidak lancar 2,156,865,641 - 2,156,865,641
Aset lain-lain - bagian tidak lancar 1,037,484,704 40,458,760 1,077,943,464
Jumlah Aset Tidak Lancar 29,950,163,843 183,119,200 30,133,283,043
JUMLAH ASET 50,327,920,902 (35,880,791) 50,292,040,111

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


83

PT PERTAMINA (PERSERO) DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN PER 31 DESEMBER 2014
(Dinyatakan Dalam Ribuan Dollar AS)

Jurnal Penyajian
Sebelum Penyajian Sesudah Penyajian
Kembali
Kembali Kembali
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman bank jangka pendek 4,976,251,060 - 4,976,251,060
Hutang usaha 3,506,677,242 (2,411,059) 3,504,266,183
Hutang kepada GoI yang jatuh tempo dalam 1 tahun 769,089,024 - 769,089,024
Hutang pajak 453,682,562 (5,712,661) 447,969,901
Beban yang masih harus dibayar 2,103,873,726 (5,243,234) 2,098,630,492
Liabilitas jangka panjang jatuh tempo dalam 1 tahun 795,852,865 (4,899,062) 790,953,803
Hutang obligasi jatuh tempo dalam 1 tahun - - -
Hutang lain-lain 625,379,128 2,677,556 628,056,684
Pendapatan ditangguhkan - kurang dari 1 tahun 191,272,301 - 191,272,301
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 13,422,077,908 (15,588,460) 13,406,489,448
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Hutang GoI - dikurangi bagian jatuh tempo 1 tahun 137,140,300 - 137,140,300
Kewajiban pajak tangguhan 2,410,453,081 (1,345,232) 2,409,107,849
Liabilitas jangka panjang - dikurangi bagian jatuh tempo 1 tahu 3,047,879,788 (9,871,107) 3,038,008,681
Hutang obligasi - dikurangi bagian jatuh tempo 1 tahun 8,685,073,815 - 8,685,073,815
Taksiran kewajiban imbalan kerja 2,559,119,645 1,657,085 2,560,776,730
Kewajiban biaya restorasi & reklamasi lingkungan hidup 1,805,656,064 (5,730,658) 1,799,925,406
Pendapatan ditangguhkan - lebih dari satu tahun 140,398,461 - 140,398,461
Liabilitas jangka panjang lain-lain 84,152,079 (3,789,052) 80,363,027
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 18,869,873,233 (19,078,964) 18,850,794,269
JUMLAH LIABILITAS 32,291,951,141 (34,667,424) 32,257,283,717
EKUITAS:
Modal saham 9,864,901,048 - 9,864,901,048
Tambahan modal saham 3,791,480 - 3,791,480
Penyesuaian terhadap akun ekuitas (2,647,666,264) - (2,647,666,264)
Bantuan GoI yang belum ditentukan statusnya 1,361,063 - 1,361,063
Saldo laba /(rugi)
- ditentukan penggunaannya 9,020,429,757 - 9,020,429,757
- tidak ditentukan penggunaannya 1,776,783,009 - 1,776,783,009
Komponen ekuitas lainnya:
- Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/peru 37,484,872 - 37,484,872
- Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan (211,318,914) 667,712 (210,651,202)
- Lain-lain (12,737,128) (1,881,079) (14,618,207)
17,833,028,923 (1,213,367) 17,831,815,556
Kepentingan non-pengendali 202,940,838 - 202,940,838
JUMLAH EKUITAS 18,035,969,761 (1,213,367) 18,034,756,394
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 50,327,920,902 (35,880,791) 50,292,040,111

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


84

PT PERTAMINA (PERSERO) DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014
(Dinyatakan Dalam Ribuan Dollar AS)

Jurnal
Sebelum Penyajian Penyajian Sesudah
Kembali Kembali Penyajian Kembali

PENJUALAN DAN PENDAPATAN USAHA LAINNYA


Penjualan dalam negeri 45,142,183,407 (755,118,344) 44,387,065,063
Subsidi jenis BBM tertentu dan LPG dari GoI 17,857,448,457 - 17,857,448,457
Penjualan ekspor 6,783,468,512 (76,804,888) 6,706,663,624
Imbalan jasa pemasaran 98,320,634 683,607 99,004,241
Pendapatan usaha aktivitas operasi lainnya 766,955,653 (20,695,480) 746,260,173
# Penjualan & pendapatan usaha lainnya 70,648,376,663 (851,935,105) 69,796,441,558
BEBAN POKOK PENJUALAN DAN BEBAN LANGSUNG LAINNYA
Harga pokok penjualan 60,093,648,910 (708,948,710) 59,384,700,200
Beban produksi hulu dan liftings 2,843,269,446 - 2,843,269,446
Beban eksplorasi 197,505,249 - 197,505,249
Beban usaha dari aktivitas operasi lainnya 722,743,358 - 722,743,358
# Beban pokok penjualan & beban langsung lainnya 63,857,166,963 (708,948,710) 63,148,218,253
LABA KOTOR 6,791,209,700 (142,986,395) 6,648,223,305
BEBAN USAHA:
Beban penjualan dan pemasaran 1,091,785,087 (2,553) 1,091,782,534
Beban umum, dan administrasi 1,066,266,737 (13,172,987) 1,053,093,750
# Beban usaha 2,158,051,824 (13,175,540) 2,144,876,284
LABA/(RUGI) USAHA 4,633,157,876 (129,810,855) 4,503,347,021
PENGHASILAN/(BEBAN) LAIN-LAIN:
Pendapatan keuangan 141,799,557 3,803,707 145,603,264
(Beban) keuangan (586,637,014) 587,831 (586,049,183)
Selisih kurs - bersih (22,748,987) 1,480,139 (21,268,848)
Pendapatan/(beban) lain-lain - bersih (269,789,087) (2,461,600) (272,250,687)
Bagian atas laba/(rugi) bersih perusahaan asosiasi (16,942,218) 93,923,337 76,981,119
# Penghasilan/(beban) lain-lain - bersih (754,317,749) 97,333,414 (656,984,335)

3,878,840,127 (32,477,441) 3,846,362,686


LABA/(RUGI) SEBELUM BEBAN/(MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN
Beban/(manfaat) pajak penghasilan
Pajak kini 1,775,066,464 (32,574,946) 1,742,491,518
Pajak final 16,074,849 - 16,074,849
Pajak tangguhan 552,903,419 97,505 553,000,924
# Beban/(manfaat) pajak penghasilan 2,344,044,732 (32,477,441) 2,311,567,291

1,534,795,395 - 1,534,795,395
LABA/(RUGI) TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DILANJUTKAN
Laba/(rugi) tahun berjalan dari operasi yang dihentikan - -
LABA/(RUGI) TAHUN BERJALAN 1,534,795,395 - 1,534,795,395
Laba/(rugi) tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 1,504,662,563 - 1,504,662,563
Kepentingan nonpengendali 30,132,832 - 30,132,832
1,534,795,395 - 1,534,795,395
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAINNYA (SETELAH PAJAK)
Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali atas liabilitas imbalan pasti neto - - -
- - -
Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi:
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing (35,568,000) - (35,568,000)
Aset keuangan tersedia untuk dijual - - -
Lindung nilai arus kas - - -
Selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali - - -
Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi 12,732,000 - 12,732,000
Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan dan perusahaan
asosiasi - - -
# Pendapatan komprehensif lainnya tahun berjalan setelah pajak (22,836,000) - (22,836,000)
# LABA/(RUGI) KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 1,511,959,395 - 1,511,959,395

Laba/(rugi) komprehensif tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada:


Pemilik entitas induk 1,493,219,395 - 1,493,219,395
Kepentingan nonpengendali 18,740,000 - 18,740,000

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


85

Hasil penelitian menunjukkan hubungan kuat antara return on equity


pemegang saham biasa dan rasio keuangan profit margin, asset turnover, dan
leverage ratio. Selain itu, terdapat hubungan kuat antara komponen tahun berjalan
dan prior dari return on equity dan return saham tahun berjalan. Korelasi terutama
berkaitan dengan rasio profit margin, sebagai akibat tidak dicatat dan disajikannya
pendapatan perusahaan patungan ketika menggunakan metode ekuitas, khususnya
perusahaan patungan yang memiliki tingkat penjualan yang tinggi (Graham et al.,
2001).
Setelah laporan keuangan konsolidasian Perusahaan pada tanggal 31
Desember 2014, telah disajikan dan direklasifikasikan kembali sesuai PSAK 66,
perubahan rasio keuangan profit margin, asset turnover, dan leverage ratio sebagai
berikut:
Sebelum Sesudah
Penyajian Penyajian
Kembali Kembali
------------------ ------------------

a.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat kesenjangan akuntansi atas penerapan PSAK 66 tentang Pengaturan
Bersama yang dibentuk melalui separate vehicle atas entitas PT Nusantara Regas, PT
Patra SK, PT Perta-Samtan Gas, PT Perta Daya Gas, dan Natuna 2 B.V, tetapi tidak
terdapat kesenjangan akuntansi atas entitas Natuna 2 B.V.
Perusahaan menerapkan PSAK 46 Pajak Penghasilan atas Partisipasi dalam
Ventura Bersama dan tidak terdapat kesenjangan perpajakan atas perubahan
kebijakan akuntansi dari Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas.
Ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas
mensyaratkan Perusahaan untuk mengagregasikan (menggabungkan) sajian dalam
laporan keuangan sebelumnya ke periode sajian per 01 Januari 2014, yang
merupakan tanggal pertama periode tahun buku terdekat dari periode buku penerapan
pertama kali PSAK 66.
Pada saat penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian Perusahaan
sesuai PSAK 66 pada tanggal 31 Desember 2014, perubahan rasio keuangan adalah
sebagai berikut:
i. kenaikan kemampuan Perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih
setelah dipotong pajak, yaitu dari 2.172% menjadi 2.199%.
ii. penurunan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam
menghasilkan volume penjualan, yaitu dari 35.441% menjadi 35.031%.
iii. penurunan kebutuhan dana perusahaan yang dibelanjai dari utang (financing),
yaitu dari 2.7631 menjadi 2.7619.

5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, Perusahaan disarankan untuk
merevisi kebijakan akuntansi bagian partisipasi dalam ventura bersama dan
pelaporan aset, liabilitas, penghasilan dan beban ventura bersama dalam laporan
86 Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


87

keuangan venturer dan investor berdasarkan PSAK 66 yang berlaku efektif 1 Januari
2015.
Sehubungan dengan kompleksitas pengaturan bersama dalam bisnis hulu
(upstream) yang belum diatur dalam PSAK 66, misalnya pencatatan akuntansi atas
kepentingan dalam Participating Interest dengan pengendalian atas pengaturan yang
dilaksanakan secara kolektif (collective control) oleh sekelompok pihak dalam
pengaturan bersama, DSAK dapat memberikan panduan lebih lanjut dalam bentuk
Buletin Teknis untuk mengklasifikasikan suatu pengaturan ketika pengaturan
bersama dibentuk melalui separate vehicle.

Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.


DAFTAR REFERENSI

Beams, Floyd A., Joseph H. Anthony, Robin P. Clement and Suzanne H.


Lowensohn. (2012). Advanced Accounting. 10 th ed. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Graham, Roger, Raymond D. King and Cameron K. J. Morrill. (2001).
Proportionate consolidation vs the equity method: A Decision Usefulness
Perspective on Reporting Interests in Joint ventures.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Exposure Draft PSAK 66 Pengaturan Bersama.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). PSAK 66 Pengaturan Bersama.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK No. 12 Bagian Partisipasi dalam
Ventura Bersama
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK 46 Pajak Penghasilan.
International Accounting Standard Board. (2013). IFRS 11 Joint Arrangement.
Kothavala, Kazbi. (2003). Journal of Accounting and Public Policy. Proportional
consolidation versus the equity method: A risk measurement perspective on
reporting in joint ventures.
Kementerian ESDM. (2011). Peluang Investasi Sektor ESDM.
Natuna 2 B.V. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Nusantara Regas. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Patra SK. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Perta-Samtan Gas. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Perta Daya Gas. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Pertamina (Persero). (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Pertamina (Persero). (2013). Laporan Tahunan 2013.
PT Pertamina (Persero). (2012). Pedoman Akuntansi.
PT Pertamina Hulu Energi. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PT Pertamina Hulu Energi Oil and Gas. (2013). Laporan Keuangan Audited 2013.
PricewaterhouseCoopers. (2014). A Practical Guide to PSAK 66.
Schroeder, Richard G, Myrtle W. Clark and Jack M. Cathey. (2011). Financial
Accounting Theory and Analysis. 10th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.
SKK Migas. (2013). Laporan Tahunan 2013.
88 Universitas Indonesia

Analisis kesenjangan..., Palti Ferdrico Tumpal Hamonangan, FEB UI, 2015.

Anda mungkin juga menyukai