Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROYEK AKHIR

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 14 TAHUN 2015 ATAS


PERSEDIAAN PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA
(JAKARTA)
Dosen Mata Kuliah : Eka Merdekawati, S.E., M.Ak

Disusun oleh :
Alifia Azzahra (J0314201007)
Shafa Fadhilah (J0314201078)
Wian Shafa Kamila (J0314201132)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proyek
akhir ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka
Merdekawati S.E., M.Ak. selaku dosen praktikum mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah I yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan
makalah proyek akhir dengan berjudul, “Analisis Penerapan PSAK No. 14 Tahun
2015 Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)”.

Kami berharap makalah ini dapat membuat pembaca mengetahui tentang


penerapan kebijakan akuntansi, pengakuan, pengukuran, pencatatan, pelaporan,
dan evaluasi persediaan pada PT. Indomarco Prismatama khususnya pada kantor
pusat di Jakarta. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan, sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.

Bogor, 19 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Persediaan ................................................................................................................... 7
2.2 PSAK No. 14 Tahun 2015 Tentang Persediaan ............................................................................ 7
2.3 Jenis Persediaan ............................................................................................................................ 8
2.4 Biaya – biaya Persediaan .............................................................................................................. 9
2.5 Metode Pencatatan Persediaan .................................................................................................... 12
2.6 Metode Penilaian Persediaan ...................................................................................................... 14
BAB III ................................................................................................................................................. 15
METODE PENGUMPULAN DATA & SEJARAH PERUSAHAAN ................................................ 15
3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................................... 15
3.2 Sejarah PT. Indomarco Prismatama ............................................................................................ 15
3.3 Struktur PT. Indomarco Prismatama ........................................................................................... 16
BAB IV ................................................................................................................................................. 17
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 17
4.1 Kebijakan Akuntansi Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta) .............................................. 17
4.2 Pengakuan Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta) .................................... 17
4.3 Pengukuran Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta) .................................. 18
4.4 Pencatatan Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta) .................................... 19
4.5 Pelaporan Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)...................................... 21
4.5.1 Penyajian Dalam Laporan Keuangan ................................................................................... 21
4.5.2 Penyajian di Neraca ............................................................................................................. 21
4.5.3 Penyajian di Laporan Laba Rugi .......................................................................................... 22
4.6 Evaluasi Kebijakan Akuntansi Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta) ..... 22
BAB V .................................................................................................................................................. 24
KESIMPULAN & SARAN .................................................................................................................. 24
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 24
5.2 Saran ........................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 25
LAMPIRAN KEGIATAN .................................................................................................................... 26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu Perusahaan baik itu yang bergerak dalam perdagangan, jasa dan manufaktur
memerlukan pencatatan akuntansi agar bisa mengetahui kondisi keuangan perusahannya.
Dari laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan bisa memaparkan bagaimana keadaan
keuangan perusahaan, dimana bisa dilihat apakah perusahaan ini mengalami keuntungan atau
kerugian. Lubis (2010:3) mengatakan bahwa akuntansi menjadi faktor terdepan yang dimana
ini berperan penting dalam menjalankan perekonomian dan system social kita. Keputusan-
keputusan yang bisa diambil oleh individu , pemerintah dan badan usaha seringkali
ditentukan oleh penggunaan informasi akuntansi berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki
perusahaan.

Persediaan merupakan salah satu point penting yang harus dipenuhi dan dimiliki sebuah
perusahaan di dalam aktivitas perdagangan karena dalam perdagangan yang dijualbelikan
adalah persediaan tersebut, maka semua aktivitas operasional perusahaan diprioritaskan pada
usaha untuk melikuidasi persediaan tersebut menjadi kas beserta keuntungan yang diperoleh
dari harga jual persediaan tersebut dimana setelah dikurangi harga pokok penjualannya. Pada
laporan neraca saldo persusahaan dagang persediaan adalah salah satu aktiva lancer yang
mempunyai nlilai investasi tersebsar, maka dari hal tersebut diatas kita dapat mengetahui
betapa pentingnya persediaan bagi suatu perusahaan.

Pada saat penerapannya, metode pencatatan maupun penilaian persediaan belum


dilakukan dengan baik oleh perusahaan dikarenakan beberapa faktor diantaranya kekurangan
informasi terhadap metode pencatatan dan penilaian persediaan terbaru, kurangnya
pengetahuan dari pihak perusahaan untuk menerapkan metode yang layak, ataupun
perusahaan sudah merasa cocok dengan metode yang digunakan selama ini sehingga mereka
takut jika mengganti dengan metode yang baru akan sulit untuk menyesuaikan dengan system
yang telah diterapkan oleh perusahaan selama ini (Anwar dan Karamoy, 2014). Metode
pencatatan dan penilaian persediaan yang ditetapkan oleh perusahaan juga tidak semuanya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana yang mengacu pada standart Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia. Pada Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.14 dijelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan persediaan , diantaranya
pencatatan persediaan,metode yang digunakan dalam penilaian persediaan dan lain
sebagainya.

Objek dalam penelitian ini adalah PT. Indomarco Prismatama (Jakarta), yakni berupa
jaringan retail waralaba di Indonesia. Indomaret sendiri merupakan salah satu anak
perusahaan Salim Group, Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan
kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Pada perusahaan ini elemen persediaan
merupakan komponen utama karena disetiap aktivitasnya melibatkan pergerakan persediaan.

1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan perusahaan dalam metode
pencatatan, penilaian, pengukuran, pelaporan atas persediaan barang dagang pada PT.
Indomarco Prismatama (Jakarta) berdasarkan PSAK No. 14 Tentang Persediaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persediaan


Menurut Syafitri Yuli dan Misgianti Eka, Persediaan (inventory) merupakan sistem
manajemen dalam menentukan keseimbangan antara investasi penyimpanan persediaan
barang dengan pelayanan pelanggan. Persediaan yang pada umumnya adalah salah satu jenis
aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar didalam suatu perusahaan. Dimana hal ini dapat
dipahami dengan mudah karena persediaan ialah sebuah faktor yang penting dalam
menentukan kelancaran operasi sebuah perusahaan
Efraim Ferdinan Giri (2017:63) mendefinisikan persediaan yaitu: “Persediaan adalah
aset yang dimiliki suatu entitas untuk dijual kembali atau dikonsumsi selama periode tertentu.
Di dalam perusahaan dagang jenis persediaan terdiri dari: (1) persediaan barang dagang dan
(2) persediaan suplies”.
Menurut Anastasia Diana (2017:179) “Persediaan meliputi aset yang terdiri dari (1)
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, (2) berada dalam proses produksi untuk
dijual, atau (3) dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa”.
Menurut Soemarso (2014 : 233) “Persediaan didefinisikan barang-barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali”. Menurut Rudianto (2012 : 222) “Persediaan adalah
sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan
tujuana untuk dijual atau diproses lebih lanjut”.

2.2 PSAK No. 14 Tahun 2015 Tentang Persediaan


PSAK adalah standar yang harus diikuti dalam pencatatan dan pelaporan akuntansi di
Indonesia. PSAK ini merupakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh para akuntan agar
pelaporan akuntansi di Indonesia ini menjadi lebih efektif.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.14) (2015:14) menjelaskan
bahwa pengertian persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan;
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplises) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2015:14) lebih ditegaskan lagi apa saja yang
dapat dikategorikan sebagai persediaan yaitu: Persediaan meliputi barang yang dibeli dan
disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual
kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga
mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang
diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam
proses produksi.
Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan
yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang
tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Defenisi tersebut juga
menyatakan bahwa persediaan diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang
yang siap untuk dijual ke pasar dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentuknya terlebih
dahulu.

2.3 Jenis Persediaan


Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan perusahaan lain tergantung pada
bidang kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Persediaan Barang Dagangan (merchandise inventory)
Barang yang ada digudang (goods on hand) dibeli oleh pengecer atau perusahaan
perdagangan seperti importir atau eksportir untuk dijual kembali. Biasanya barang yang
diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang-
barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik
pembuatannya. Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk
kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda,
gir, dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b. Persediaan Manufaktur (manufacturing inventory)
Persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari:
1. Persediaan bahan baku. Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
(misalnya, dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam
membuat barang untuk dijual kembali. Bagian atau suku cadang yang diproduksi
sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen
suku cadang.
2. Persediaan barang dalam proses. Barang-barang yang membutuhkan pemrosesan
lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses, juga disebut
persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut.
3. Biaya persediaan barang jadi, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung,
dan alokasi biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan manufaktur.
4. Persediaan perlengkapan manufaktur. Barang-barang seperti minyak pelumas untuk
mesin-mesin, bahan pembersih, dan barang lainnya yang merupakan bagian yang
kurang penting dari produk jadi.
5. Persediaan rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan, dan
pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat
sebagai beban penjualan umum (selling or general expenses) ketika dibeli.

2.4 Biaya – biaya Persediaan


Ikatan Akuntan Indonesia (2015:14) mengatakan bahwa “biaya persediaan meliputi
semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan
berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau
diartikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian
yang meliputi harga pembelian, bea masuk/pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain.
Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.
a) Barang dalam Perjalanan Penjualan dilakukan dengan dua cara:
a. FOB (Free on board) Shipping Point
Free On Board Shipping Point adalah transaksi penjualan barang dagang di
mana penyerahan hak kepemilikan atas barangdagang tersebut dilakaukan di
gudang penjual. Konsekuensinya, seluruh beban pengiriman barang dagang sejak
dari gudang penjual hingga gudang pembeli menjadi tanggungan pembeli. Itu
berarti, jika transaksi penjualan dilakukan dengan menggunakan FOB Shipping
Point, maka biaya pengiriman tidak dicatat dan dijurnal oleh pihak penjual.
Sebaliknya, pihak pembeli harus mencatat dan menjurnal biaya pengiriman
tersebut dalam buku jurnalnya. Akibatnya, harga beli barang dagang tersebut akan
bertambah sebesar biaya pengirimannya.
Ayat jurnal yang dibuat oleh pihak pembeli adalah sebagai berikut:
- Periodik
Pembelian Rp xxx
Beban Angkut Rp xxx
Kas Rp xxx
- Perpetual
Persediaan Rp xxx
Kas Rp xxx
b. FOB (Free on Board) Destination
FOB-Destination adalah transaksi penjualan barang dagang dimana
penyerahan hak kepemilikan atas barang dagang tersebut dilakukan di gudang
pembeli. Konsekuensinya, seluruh beban pengiriman barang dagang sejak dari
gudang penjual hingga gudang pembeli menjadi tanggungan penjual. Jika
transaksi penjualan menggunakan FOB-Destination, maka biaya pengiriman sama
sekali tidak dicatat dan dijurnal oleh pihak pembeli. Sebaliknya, pihak penjual
harus mencatat dan menjurnal beban pengiriman tersebut ke dalam buku
jurnalnya.
Ayat Jurnal yang dibuat oleh pihak penjual adalah sebagai berikut:
- Periodik
Kas Rp xxx
Penjualan Rp xxx
- Perpetual
Kas Rp xxx
HPP Rp xxx
Penjualan Rp xxx
Persediaan Rp xxx
Beban angkut Rp xxx
Kas Rp xxx
b) Diskon
Dalam transaksi yang dilakukan perusahaan dagang sering kali diberikan berbagai
diskon(potongan), mulai dari potongan tunai hingga potongan pemasaran. Pemberian
potongan tersebut memiliki dampak terhadap pencatatan transaksi tersebut. Karena itu,
perlakuan yang tepat atas potongan tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang
tepat.
c) Potongan Tunai
Potongan tunai adalah fasilitas pengurangan pembayaran yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli karena pembeli memilih melakukan pembayaran tunai (bukan kredit)
pada saat dilakukannya transaksi tersebut. Aakibatnya, pembeli tidak perlu membayar
sebesar jumlah yang seharusnya dibayar jika pembayaran dilakukan secara kredit.
d) Potongan Pelunasan
Potongan pelunasan adalah fasilitas pengurangan pembayaran yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli karena pembeli memilih melakukan pembayaran dalam batas
yang ditentukan oleh pihak penjual. Akibatnya, pembeli tidak perlu membayar sebesar
jumlah yang seharusnya dibayar jika pembayaran dilakukan setelah melewati batas waktu
yang ditentukan.
Terdapat dua model yang biasa digunakan terkait dengan pemberian potongan
pelunasan ini, yaitu:
- Formula 2/10, n/30, yaitu ketentuan yang diberikan pihak penjual bahwa pembeli
akan diberikan potongan sebesar 2% jika melakukan pembayaran dalam jangka
waktu maksimal 30 hari setelah dilakukannya transaksi penjualan tersebut.
- Formula 2/10, EOM (end of month) adalah ketentuan yang diberikan pihak
penjual bahwa pembeli akan menerima potongan sebesar 2% jika melakukan
pembayaran pada akhir bulan saat dilakukannya transaksi penjualan tersebut
e) Potongan Pemasaran
Potongan pemasaran adalah fasilitas pengurangan pembayaran yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli karena suatu alasan tertentu yang terkait dengan aktivitas
pemasaran. Setidaknya terdapat dua jenis potongan pemasaran, yaitu:
a. Potongan kuantitas, yitu fasilitas pengurangan pembayaran yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli karena membeli barang dagang dalam jumlah yang sangat
besar.
b. Potongan dagang, yaitu fasilitas pengurangan pembayaran yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli karena telah menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
f) Retur pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika kualitasnya
lebih rendah daripada yang dipesan. Kadangkala barang tersebut secara periodik
dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli juga diberikan nota kredit
oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau kualitas barang yang rendah dalam
kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan dilakukan pengkreditan secara langsung
keperkiraan persediaan pada sistem perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni
retur pembelian dan pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik.
Jurnal retur pembelian sebagai berikut:
- Periodik
Utang usaha Rpxxx
Retur dan potongan pembelian Rpxxx
- Perpetual
Utang usaha Rpxxx
Persediaan Rpxxx
g) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan yang timbul
karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam
menyimpan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian
pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan
laba termasuk bunga modal,sewa, tanah dan upah dan upah kerja merupakan pertambahan
nilai yang menjadi dasar PPN.
h) Biaya lain-lain
Biaya lain-lain biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan dalam kondisi
dan tempat siap dijual.

2.5 Metode Pencatatan Persediaan


Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode mutasi persediaan (perpetual
inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dimana metode
ini digunakan untuk menganalisis masalah yang penulis angkat.
a. Metode pencatatan persediaan secara mutasi/perpetual (perpetual inventory method)
Menurut Walter T. Harrison Jr (2012 :341) sistem perpetual menggunakan
perangkat lunak komputer untuk menyimpan catatan persediaan di tangan. Sistem ini
dapat mengendalikan barang seperti pakaian, perabotan, mobil, perhiasan, peralatan
rumah tangga, dan sebagian besar jenis persediaan lainnya. Dengan sistem perpetual,
sebuah perusahaan harus menghitung persediaan di tangan setiap tahunnya. Sistem
pencatatan ini akan secara terus-menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persediaan
barang dagangan yang ada digudang untuk masing-masing jenis persediaan. Dengan
sistem pencatatan perpetual, harga pokok dari barang yang dijual ditentukan setiap kali
penjualan terjadi.
Jurnal dalam mencatat transaksi pembelian persediaan barang dagang;
Persediaan Barang Dagang Rp xxx
Utang usaha/kas Rp xxx
Untuk mencatat penjualan ada 2 ayat jurnal yang perlu dibuat sekaligus oleh
penjual pada saat melakukan transaksi penjualan yaitu:
Kas Rp xxx
Penjualan Rp xxx
(apabila penjualan barang dagangan dilakukan secara tunai)
Piutang Usaha Rp xxx
Penjualan Rp xxx
(apabila penjualan barang dagangan dilakukan secara kredit)
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Persediaan Barang Dagangan Rp xxx
Retur penjualan (sales returns) terjadi apabila perusahaan menerima kembali
barang dagangan yang telah dijualnya kepada pelanggan sebagai akibat adanya
kerusakan barang dagang atau barang yang dijual/dikirimnya tidak sesuai dengan
kriteria/spesifikasi pesanan pelanggan, sedangkan penyesuaian/pengurangan terhadap
harga jual diberikan kepada pelanggan dimana dalam hal ini perusahaan tidak
menerima kembali barang dagangan yang telahdijualnya.
Ayat jurnal yang dibuat oleh penjual pada saat menerima kembali barang
dagangan yang telah dijualnya yaitu:
Retur penjualan Rp xxx
Kas Rp xxx
(apabila awalnyapenjualan barang dagangan dilakukan secara tunai)
Retur Penjualan Rp xxx
Piutang Usaha Rp xxx
(apabila awalnya penjualan barang dagangan dilakukan secara kredit)
Persediaan Barang Dagangan Rp xxx
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
(menerima kembali barang dagangan yang telah dijualnya)
Prof.Dr.Zaki Baridwan (2012 : 151) dalam metode perpetual setiap jenis
persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu
persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol
persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat
persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat
pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan
diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan
sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening
persediaan.
b. Metode Pencatatan fisik/periodik (physical/periodic inventory method)
Prof.Dr. Zaki Baridwan (2012:151), menjelaskan pencatatan fisik/periodik
(physical/periodic inventory) mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada
pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (stock opname) ini
diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian
diperhitungkan harga pokoknya.

2.6 Metode Penilaian Persediaan


Ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan yaitu:
masuk pertama keluar pertama (FIFO); masuk terakhir keluar pertama (LIFO); biaya rata-rata
(average).

a. Metode Masuk Pertama keluar Pertama (FIFO)


metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang
terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis
dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah
tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang
mendekati pararel dengan arus fisik dari barang yang terjual. FIFO memberikan
kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya
ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, di dalam FIFO unit yang tersedia
pada persediaan akhir tahun adalah unit yang paling terakhir dibeli, sehingga biaya
yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode.
b. Metode Masuk Terakhir keluar Pertama (LIFO), metode ini didasarkan pada asumsi
bahwa barang yang paling barulah yan terjual.
c. Metode Biaya Rata-rata (AVARAGE), metode ini membebankan biaya rata-rata
yang sama ke setiap unit.
BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA & SEJARAH PERUSAHAAN

3.1 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dengan melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh
data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap
kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :

1. Observasi Melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap pokok


permasalahan yang dihadapi. Pengamatan observasi ini dilakukan dengan tidak
terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain seperti proses kinerjanya.
2. Wawancara Penulis melakukan wawancara langsung dengan karyawan-karyawan
pada PT. Indomarco Prismatama untuk memperoleh keterangan informasi data dan
pendapat yang dibutuhkan serta gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang
sedang diteliti oleh penulis.

3.2 Sejarah PT. Indomarco Prismatama


Bisnis waralaba kini telah menjamur di Indonesia. Perkembangannya yang pesat
mengindikasikan sebagai salah satu bentuk investasi yang menarik, sekaligus membantu
pelaku usaha dalam memulai suatu usaha sendiri dengan tingkat kegagalan yang rendah.
Meski bisnis waralaba yang ditawarkan semakin beragam, namun untuk menjatuhkan
pilihan terhadap bisnis waralaba secara tepat, terkadang mengalami kesulitan. Padahal pilihan
awal akan sangat menentukan. Ada hal mendasar dalam menentukan pilihan. Paling tidak
bidang usahanya stabil dan berprospek serta track record pewaralaba (franchisor) baik dan
berpengalaman.
Sebagai strategi ekspansi yang melibatkan modal pihak lain, bisnis waralaba mau
tidak mau harus transparan dan konsepnya saling menguntungkan serta saling percaya di
antara pewaralaba dengan terwaralaba (franchisee). Minimal selama 5 tahun bisnis waralaba
tersebut mampu membuktikan sebagai perusahaan sehat, yang didukung oleh sistem dan
format bisnis yang telah teruji.
Bidang usaha yang relatif stabil adalah bisnis ritel. Di Indonesia bisnis ini terus
berkembang seirama dengan kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Salah
satu bisnis ritel yang melayani kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari adalah
minimarket. Indomaret yang tetap konsisten berkecimpung di bidang minimarket (lokal)
dikelola secara profesional dan dipersiapkan memasuki era globalisasi.
Tahun 1997 Indomaret melakukan pola kemitraan (waralaba) dengan membuka
peluang bagi masyarakat luas untuk turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai
Indomaret. Pola waralaba ini ditawarkan setelah Indomaret terbukti sehat dengan memiliki
lebih dari 700 gerai , yang didukung oleh sistem dan format bisnis yang baik.
Pengalaman panjang yang telah teruji itu mendapat sambutan positif masyarakat,
terlihat dari meningkat tajamnya jumlah gerai waralaba Indomaret, dari 2 gerai pada tahun
1997 menjadi 1097 gerai pada Mei 2008. Program waralaba Indomaret yang tidak rumit
terbukti dapat diterima masyarakat. Bahkan, sinergi pewaralaba (Indomaret) dan terwaralaba
(masyarakat) ini merupakan salah satu keunggulan domestik dalam memasuki era globalisasi.
Dalam mencermati bisnis baru, kadang pebisnis hanya terfokus pada keuntungan
finansial. Padahal banyak keuntungan lain yang bisa diperoleh, khususnya yang membeli hak
waralaba, dan Indomaret memberikan berbagai keuntungan sehingga dapat menjadi kekuatan
bagi yang hendak memasuki dunia wirausaha.

3.3 Struktur PT. Indomarco Prismatama


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kebijakan Akuntansi Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)


PT Indomarco Prismatama (Jakarta) memiliki beraneka ragam persediaaan untuk
kebutuhan sehari-hari. Jenis-jenis persediaan yang dimiliki PT Indomarco Prismatama
menurut kondisinya:

a. Persediaan sehat di gudang yaitu persediaan yang disimpan sementara di


gudang penyimpanan sebelum dipajang di setiap toko-toko retail yang dimiliki
perusahaan yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya.

b. Persediaan di toko yaitu persediaan langsung dijual kepada pembeli secara


pelayanan sendiri yang dipajang ditoko dan ditata sedemikian rupa pemajangannya

c. Persediaan rusak yaitu persedian yang mutunya tidak sama seperti semula atau
sudah habis masa kadaluwarsanya yang dapat dijual dibawah harga pokok atau
tidak dapat dijual yang dicadangkan dalam persediaan rusak.

Biaya-Biaya Persediaan

Dalam operasinya PT Indomarco Prismatama sering menemukan persediaan rusak


maka perusahaan perlu melakukan retur pembelian

Jurnal retur pembelian

Utang dagang xxx

Persediaan xxx

4.2 Pengakuan Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)


Ketentuan mengenai barang yang diakui menjadi persediaan perusahaan adalah
diakui jika sudah sampai dan diterima oleh bagian gudang yang diantar langsung oleh
supplier atau pemasok Mengenai pajak pertambahan nilai yang dibebankan perusahaan
suplier kepada perusahaan, perusahaan membebankan kembali kepada pembeli dan
langsung ditambahkan ke harga jual barang. Maka muncul perkiraan PPN masuk dan
PPN keluar dalam perkiraan laba rugi perusahaan.
Perhitungan neraca dan laba rugi tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Persediaan
dilaporkan dalam laporan keuangan laba rugi sebesar nilainya. Dan neraca disajikan dalam
diposisi asset lancar di passiva.

a. Penyajian di Neraca Persediaan dicantumkan di neraca pada aktiva lancar . Persediaan


yang tercantum mencerminkan nilai persediaan pada tanggal neraca. Penggunaan
metode FIFO dalm menilai persediaan dianggap lebih baik dan akan memberikan
informasi atas persediaan yang lebih terpercaya dalam penyajian di neraca.
Sehubungan dengan penetuan hak atas persediaan daalm perjalanan, perusahaan
menggunakan FOB destination, maka perusahaan tidak mencatat persediaan dalm
perjalanan dalam perkiraan persediaan.
b. Penyajian di Laporan Laba Rugi Persediaan tidak disajikan dalam laporan laba rugi
namun nilainya digunakn untuk menghitung harga pokok penjualan. Metode FIFO
yang digunakan perusahaan untuk menilai pesediaan sebenarnya akan menyebabkan
harga pokok lebih rendah sehingga terlihat laba kotor akan terlihat tinggi apabila
harga dalam satu periode cenderung meningkat. Tetapi bila harga dalam satu perode
cenderung terus menurun akan mengakibatkan harga pokok penjualan yang tinggi
sehingga laba kotor akan terkihat rendah. Namun mengingat kondisi saat ini dimana
harga cenderung meningkat maka penggunaan metode FIFO menyebabkan laba kotor
akan telihat tinggi sehingga mengakibatkan langsung ke pajak penghasilan yang harus
ditanggung perusahaan.

4.3 Pengukuran Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)


PT Indomarco Prismatama (Jakarta) menggunakan metode penilaian
persediaan secara FIFO (First In First Out). Menurut metode ini, barang yang masuk lebih
awal akan dikeluarkan lebih awal juga. Dalam hal ini harga pokok persediaan yang
pertama dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang pertama dibeli dan nilai
harga pokok persediaan yang terakhir dijual sesuai dengan harga pokok persediaan
yang terakhir dibeli dengan jenis persediaan yang sama. Setiap persediaan yang dimiliki
akan dibuatkan kartu persediaan masing-masing yang terdiri dari kolom penerimaan,
pengeluaran, serta saldo perkiraan persediaan tersebut.

Metode ini digunakan karena banyaknya ragam persediaan sehingga jika dikelola
per item barang maka akan mengakibatkan pemborosan waktu dan tenaga. Demikian
FIFO yang digunakan arus keluar masuknya barang dimaksud agar terhindar dari kerugian
penjualan akibat dari keusangan atau kadaluwarsanya suatu barang.

Barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali, biasanya tidak


langsung terjual. Antara saat pembelian dengan saat penjualan terdapat saat
menunggu yang lamanya tergantung pada kecepatan perputaran atau laku
tidaknya barang yang bersangkutan. Pada masa menunggu tersebut, harga pasar barang
mungkin menurun. Penurunan harga tersebut dapat disebabkan berbagai faktor. Tingkat
penurunan harga bisa bermacam-macam, mulai dari penurunan harga yang tidak begitu
berarti hingga penurunan harga yang melewati (di bawah) harga perolehannya, maka
cukup beralasan bagi perusahaan untuk tidak lagi menggunakan harga perolehan
sebagai dasar, karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan pendapatan sudah
menurun bahkan menimbulkan kerugian. Ketidakmampuan untuk memperoleh kembali
seluruh harga perolehan barang merupakan suatu kerugian yang harus diakui dan
dilaporkan pada periode penurunan harga terjadi, bukan pada periode penjualan barang
tersebut.

4.4 Pencatatan Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)


Metode pencatatan persediaan yang digunakan oleh PT Indomarco Prismatama
(Jakarta) adalah metode perpetual. Dalam penggunaan metode ini, perusahaan telah
mencatat setiap transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan secara terus
menerus baik transaksi yang menambah maupun mengurangi saldo yang ada
sehingga setiap saat dapat diketahui berapa kuantitas fisik dan nilai persediaan yang
ada di perusahaan tanpa harus melakukan inventarisasi fisik sehingga perusahaan
dapat mengawasi proses keluar dan masuknya barang dagangan dengan baik.

Penggunaan metode pencatatan perpetual pada PT Indomarco Prismatama


(Jakarta) telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 dimana
pada saat transaksi pembelian persediaan dicatat dengan mendebit perkiraan persediaan
bersangkutan dan mengkredit kas atau hutang dan pada saat penjualan, harga pokok
barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit
persediaan tersebut.

Perhitungan fisik dilakukan pada setiap hari dan bulan. Hal ini telah sesuai
dengan PSAK No. 14 dimana inventarisasi fisik perlu dilakukan untuk
mengetahui kebenaran saldo perkiraan persediaan yang ada pada kartu persediaan yang
telah dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang ada di gudang untuk mengetahui
apakah telah sesuai atau tidak.

PT Indomarco Prismatama (Jakarta) mencatat persediaan barang dagangannya


dengan sistem pencatatan perpetual dengan sistem terkomputerisasi, sehingga perusahaan
dapat mengetahui jumlah persediaan yang ada sestiap saat karena catatan
persediaannya mampu menyajikan data dari setiap transaksi pemasukan maupun
pengeluaran barang dagangan secara lengkap dan akurat.

Data persediaan yang ada di gudang maupun di toko langsung dicatat dalam
sistem komputer perusahaan pada saat barang masuk atau keluar. Hal ini merupakan
kelemahan metode pencatatan persediaan perusahaan, karena memberikan
kesempatan terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam pencatantan persediaan.

Pencatatan pembelian ini dilakukan oleh bagian akuntansi apabila barang yang
dipesan telah diterima oleh bagian gudang dan dokumen dasar pencatatannya adalah
faktur pembelian. Pencatatan permintaan barang dagang dilakukan oleh kepala gudang
berdasarkan dokumen permintaan barang dagang. Apabila karyawan gudang sudah
menerima dokumen permintaan barang dagang yang telah disetujui tersebut maka
karyawan gudang wajib mengeluarkannya dan melaporkannya ke bagian akuntansi.

Adapun alasan penggunaan sistem pencatatan tersebut adalah jenis


persediaan barang dagangan yang beragam sehingga diperlukan suatu sistem
pencatatan yang selalu dapat cepat memberikan informasi tentang persediaan baik dari
jumlah unit, harga perolehan per unit dan total nilai persediaan yang dimiliki. Hal tersebut
juga didukung oleh kenyataan bahwa perputaran persediaan yang cukup cepat sehingga
informasi yang tersedia dengan cepat dan lengkap mengenai persediaan barang dagangan
akan memudahkan manajemen perusahaan dalam mengantisipasi setiap peluang
penjualan maupun penurunan penjualan sehingga persediaan akan selalu tersedia untuk
mencegah kelebihan maupun kekurangan persediaan. Sistem perpetual ini juga
memudahkan pihak manajemen dalam memenuhi permintaan pangsa pasar yang
meningkat dan mengantisipasi terhindar dari persediaan barang yang rusak pada saat
permintaan pangsa pasar turun.

Sehingga kebutuhan pasar yang meningkat pada masa tertentu dapat dipenuhi
dan perusahaan dapat terhindar dari penumpukan persediaan pada saat permintaan
pasar turun. Kelemahan pada metode ini adalah memungkinkan kesalahan dalam
pencatatan maupun kecurangan pada persediaan.

4.5 Pelaporan Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama (Jakarta)

4.5.1 Penyajian Dalam Laporan Keuangan


PT Indomarco Prismatama (Jakarta) telah menyajikan persediaannya di laba rugi
dan di neraca sebagai harta lancar di kelompok passiva yang disusun perbulan dan
laporan tahunan disusun yang menghasilkan laporan keuangan tahunan oleh bagian
Akuntansi Keuangan Kantor Pusat yang berada di Jakarta. Penyajian dalam laporan
keuangan, pada PSAK No.14 diuraikan bahwa laporan keuangan mengungkapkan informasi
sebagai berikut:

a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.

b. Biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada pendapatan.

Penyajian persediaan dalam laporan keuangan PT Indomarco Prismatama telah sesuai


dengan PSAK No. 14, dimana persediaan disajikan di neraca yakni persediaan akhir yang
dimiliki oleh perusahaan dan dikelompokkan dalam aktiva lancar . Persediaan pada laporan
laba rugi disajikan pada bagian harga pokok.

Dilihat dari penilaian persediaan dengan metode FIFO memang meyebabkan


laba kotor perusahaan tinggi yang akan berpengaruh pada pajak penghasilan. Namun
Untuk kondisi perusahaan saat ini yang sedang berkembang dan baru dibuka dan banyak
melakukan ekspansi dengan menambah pembukaan
toko, mengakibatkan perusahaan secara operasional merugi, sehingga perusahaan PT
Indomarco Prismatama (Jakarta) tidak menanggung pajak penghasilan.

4.5.2 Penyajian di Neraca


Persediaan dicantumkan di neraca pada aktiva lancar. Persediaan yang tercantum
mencerminkan nilai persediaan pada tanggal neraca. Penggunaan metode FIFO dalam
menilai persediaan dianggap lebih baik dan akan memberikan informasi atas persediaan
yang lebih terpercaya dalam penyajian di neraca. Sehubungan dengan penentuan hak
atas persediaan dalam perjalanan, perusahaan menggunakan FOB destination, maka
perusahaan tidak mencatat persediaan dalam perjalanan dalam perkiraan persediaan.
4.5.3 Penyajian di Laporan Laba Rugi
Persediaan disajikan dalam laporan laba rugi namun nilainya digunakan untuk
menghitung harga pokok penjualan. Metode FIFO yang digunakan perusahaan
untuk menilai pesediaan sebenarnya akan menyebabkan harga pokok lebih rendah
sehingga terlihat laba kotor akan terlihat tinggi apabila harga dalam satu periode
cenderung meningkat. Tetapi bila harga dalam satu periode cenderung terus menurun
akan mengakibatkan harga pokok penjualan yang tinggi sehingga laba kotor akan terlihat
rendah.

Namun mengingat kondisi saat ini dimana harga cenderung meningkat maka
penggunaan metode FIFO menyebabkan laba kotor akan terlihat tinggi sehingga
mengakibatkan langsung ke pajak penghasilan yang harus di tanggung perusahaan.

4.6 Evaluasi Kebijakan Akuntansi Atas Persediaan Pada PT. Indomarco Prismatama
(Jakarta)
Dalam Pembagian tugas di PT. Indomarco Prismatama (Jakarta) telah diterapkan
dengan baik yaitu dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan
tegas dengan memakai susunan struktur organisasi berbentuk garis.

Sistem pencatatan yang di pakai dalam perusahaan PT Indomarco Prismatama


(Jakarta) adalah sistem pencatatan perpetual yang memungkinkan diketahuinya
informasi persediaan setiap saat dan hal ini sangatlah membantu pihak manajemen
karena perusahaan yang bergerak di dagang retail yang perputaran persediaanya cukup
tinggi sehingga dengan metode perpetual ini dapat dilakukan antisipasi agar tidak
terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No 14.
karena perusahaan selalu mencatat setiap adanya transaksi kedalam akun transaksi
dengan demikian setiap saat dapat diketahui jumlah persedian. Namun sistem ini
mempunyai kelemahan atau kurangnya pengawasan karena tidak adanya sistem
manual diterapkan seperti kartu gudang dan kartu persediaan toko yang mana semua
transaksi yang terjadi dicatat secara terkomputerisasi yang bisa saja terjadi human
error atau virus yang merusak data.

Perusahaan selalu melakukan perhitungan fisik persediaan setiap akhir bulan di


gudang untuk mengetahui kebenaran saldo persediaan yang
dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang sebenarnya apakah sesuai
apa tidak. Sedangkan Metode penilaian yang digunakan adalah retail cenderung ke
FIFO. Penilaian secara retail adalah karena banyaknya dan beragamnya jenis persedian
yang dijual jadi jika dikelola per item akan memakan waktu dan tenaga yang tidak
sedikit yang nantinya akan menambah ke biaya. Jadi perusahaan menerapkan sistem
mark up keuntungan yang berlaku untuk semua jenis produk persediaan. Sistem FIFO
digunakan dimana barang yang pertama masuk pertama keluar hal untuk
mengantisipasi terjadinya keusangan dan habisnya masa tanggal kadaluwarsa
produk yang dapat menyebabkan kerugian pada pihak perusahaan sehingga
menyebabkan laba menurun dan metode ini
telah sesuai dengan PSAK No 14.
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil penilitian yang dilakukan kelompok kami diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode yang di terapkan PT. Indomarco Prismatama dimana dalam mencatat


persediaan barang adalah metode perpetual. Sedangkan untuk metode penilaian
persediaannya sendiri ini menggunakan metode FIFO (First In First Out) yang
didasarkan dari asumsi metode FIFO. Metode FIFO diartikan dimana barang yang
akan kadaluarsa, barang itulah yang akan dijual terlebih dahulu.
2. Pada PT. Indomarco Prismatama ini persediaannya disajikan dalam laporan keuangan
yakni laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang telah sesuai dengan PSAK
No. 14

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada PT. Indomarco Prismatama adalah :

1. Perusahaan diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya biaya terkait persediaan, seperti kerusakan,barang cacat, kadaluarsa dan
lain lain serta mengukurnya secara wajar dan mencatatnya dalam biaya lain-lain
2. Pada akhir tahun perusahaan melakukan perhitungan fisik terhadap semua jenis
persediaan barang dagangan untuk mengecek catatan akuntansi dan juga memastikan
saldo yang tercatat di pembukuan. Hal ini dilakukan untuk membandingka catatan
persediaan terhadap hasil perhitungan fisik sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menelusuri perbedaan dalam total persediaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015.
Jakarta : Dewan Standar Akuntan Indonesia Grha Akuntan.
Hamizar, Muhammad Nuh. 2009. Intermediate Accounting. Jakarta : Fajar.

Anwar, Nurul Fitah, dan Herman Karamaoy. 2014. Analisis Penerapan Metode Pencatatan
dan Penilaian Terhadap Persedian Barang Menurut PSAK No. 14 Pada PT.Tirta
Investama DC Manado , Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangit, Manado.
Pulungan, Andrey Hasiholan, Akuntansi Keuangan Berbasis PSAK, Edisi Pertama, Penerbit
Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013.
Efraim Ferdinan Giri, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Edisi Kedua, Cetakan Pertama,
Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2017.
Diana Anastasia, Akuntansi Keuangan Menengah, Penerbit C.V ANDI OFFSET,
Yogyakarta, 2017.
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Penerbit BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta,2012.
LAMPIRAN KEGIATAN

Gambar 1 Kunjungan & Wawancara

Anda mungkin juga menyukai