Disusun oleh
1. Dyah Etika Widayana Sari - 222101046
2. Dimas Prayogo - 2221011018
3. Apriliena Ariestia - 222101049
4. Rizaldi Ramadhan - 222101024
5. Mokhtar Muhammad Abdi - 212
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini merupakan
tugas Analisa Internal Factor Evaluation pada Mata Kuliah Manajemen Strategik program
terlepas dari bantuan, sumber pustaka dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada
Tugas ini masih jauh dari sempurna, apabila terdapat kesalahan - kesalahan
sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis. Kritik dan saran yang membangun akan
Semoga tugas ini bermanfaat, bernilai pengetahuan dan ibadah bagi semua
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengatakan bahwa laporan keuangan tahunan
merupakan dokumen yang disusun oleh suatu perusahaan atau organisasi pada akhir
setiap tahun fiskal untuk menyajikan informasi keuangan yang relevan kepada para
pihak terkait lainnya. Laporan keuangan tahunan terdiri dari beberapa bagian, termasuk
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan
gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga membantu pemangku
kepentingan dalam membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Laporan keuangan
tahunan juga memiliki beberapa tujuan lain, seperti membantu perusahaan dalam
standar akuntansi yang berlaku. Selain itu, laporan keuangan juga dapat membantu para
depan perusahaan.
tahunan, seperti kompleksitas akuntansi, regulasi yang berubah - ubah, dan interpretasi
standar akuntansi yang berbeda - beda. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun sudah sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku dan memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada para
pemangku kepentingan.
Data laporan tahunan pada tugas ini diambil dari 5 perusahaan yang terdaftar di
BEI pada sektor farmasi seperti. Data laporan tahunan diambil selama kurun waktu 4
tahun terakhir dan menerapkan analisis Internal Factor Evaluation untuk mengevaluasi
kinerja dan strategi bisnis perusahaan. Kemudian dari hasil analisa ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang mendasari dalam pengambilan keputusan investasi layak atau
Metode pengumpulan data sekunder digunakan pada sumber data dari laporan
keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh masing - masing perusahaan. IFE akan
dilakukan dengan menerapkan matriks IFE dan memberikan bobot dan skor untuk faktor -
faktor yang relevan. Hasil analisa dibuat kesimpulan mengenai kinerja dan strategi bisnis
2.1.1 PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk (SIDO)
bidang industri jamu dan farmasi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1951 oleh Mr.
Sukanto Tanoto di Surakarta, Jawa Tengah. SDMI merupakan salah satu produsen jamu
terbesar di Indonesia dengan merek dagang utama Tolak Angin, yang telah dikenal oleh
Selain jamu, SDMI juga memproduksi obat - obatan herbal dan suplemen
kesehatan. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan oleh SDMI meliputi Tolak Angin,
Kuku Bima, Puyer 16, Hemaviton, serta beberapa produk lainnya. Produk - produk SDMI
dipasarkan di Indonesia dan juga diekspor ke beberapa negara di Asia, Eropa, dan
Amerika.
SDMI memiliki pabrik di beberapa kota di Indonesia, antara lain Surakarta, Jawa
Tengah Boyolali, Jawa Tengah; Bogor, Jawa Barat serta Tangerang, Banten. Perusahaan
ini juga memiliki pusat riset dan pengembangan (R & D) di Surakarta untuk
mengembangkan produk - produk baru dan meningkatkan kualitas produk yang sudah
ada. Selama bertahun - tahun, SDMI telah menerima berbagai penghargaan dan
sertifikasi, seperti ISO 9001:2015 untuk sistem manajemen mutu, ISO 14001:2015 untuk
sistem manajemen lingkungan, serta sertifikasi halal dan BPOM (Badan Pengawas Obat
dan Makanan) untuk sebagian besar produk - produknya. Selain itu, SDMI juga aktif dalam
berbagai kegiatan sosial dan lingkungan, seperti program peduli lingkungan, bantuan
PT Tempo Scan Pacific Tbk (“Perseroan”) dan entitas anaknya merupakan bagian
dari Tempo Grup yang memulai kegiatan usahanya melalui pendirian PT PD Tempo pada
Perseroan dibentuk melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula Perseroan
bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan produksi komersial
produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan perjalanan waktu, Perseroan melalui
entitas anaknya juga telah memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak
tahun 1977.
Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan saham -
sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek Indonesia/BEI (dahulu Bursa
Efek Jakarta/BEJ). Pada tahun 1995 jumlah saham tersebut telah meningkat menjadi
Perseroan dari Rp 1.000 menjadi Rp 500 per lembar saham (pemecahan saham).
Selanjutnya pada tahun 1998, BEI telah menyetujui pencatatan saham Perseroan
sebanyak 300.000.000 lembar saham yang berasal dari Penawaran Umum Terbatas yang
lembar saham.
Pada tahun 1999, meskipun terimbas krisis ekonomi Asia, Perseroan membayar
lebih awal USD 105 juta pinjaman sindikasi luar negeri dan sejak itu Perseroan memiliki
posisi kas bersih yang surplus. Pada tahun 2003 Perseroan telah mengimplementasikan
SAP untuk mendukung kegiatan operasional Perseroan secara lebih efisien dan efektif.
Saat ini SAP telah diimplementasikan pada 16 entitas anak Perseroan. Dengan keyakinan
Farmasi baru di Cikarang dengan luas area total 76.105 m2 yang diresmikan pada tahun
2006.
Pada tahun 2006 jumlah saham tercatat meningkat menjadi 4.500.000.000 lembar
saham dengan dirubahnya nilai nominal masing-masing saham Perseroan dari Rp 500
menjadi Rp 50 per lembar saham (pemecahan saham). Pada tahun 2007 Perseroan
Philippines di tahun 2010 dan Tempo Scan Pacific Malaysia di tahun 2012. Seiring dengan
terus berkembangnya Perseroan, kantor pusat Tempo Scan pindah ke Tempo Scan Tower
di Jl. HR Rasuna Said Kav. 3-4, Kuningan, Jakarta Selatan, Indonesia, yang terdiri dari 30
lantai dan 4 basement seluas total 70.000 m2 dan diresmikan pada bulan Maret 2012.
Pada tahun 2017 Perseroan mulai membangun pabrik baru CPCMG yang berlokasi di
Mojokerto, Propinsi Jawa Timur, dan telah beroperasi sejak Februari 2019. Perseroan
mengoperasikan 17 fasilitas produksi, dimana satu fasilitas produksi masih dalam tahap
pembangunan.
melakukan usaha dimulai di sebuah garasi di kawasan Jakarta Utara dan lingkup kerjanya
hanya dikawasan Jakarta saja. PT Kalbe Farma Tbk saat itu dipimpin oleh Dr. Boenjamin
Setiawan dan F. Bing Aryanto serta didukung oleh keempat saudara lainnya. Kegigihan
dan ketekunan dalam menjalankan usahannya Kalbe bertumbuh baik sehingga pada
akhirnya memiliki pabrik di kawasan Pulomas, Jakarta Timur pada tahun 1971. Pendirian
dalam 10 tahun sejak berdirinya, PT Kalbe Farma telah mencakup seluruh wilayah
Indonesia. Berdasarkan sisi produk, PT Kalbe Farma Tbk terus mengembangkan line
Indonesia, baik untuk kategori obat yang diresepkan (Ethical) atau obat yang dijual bebas
lainnya, PT Kalbe Farma Tbk melakukan terobosan dengan mendiferensiasikan diri dalam
beberapa hal.
Untuk produk - produk yang diluncurkan, PT Kalbe Farma Tbk selalu meluncurkan
produk-produk yang invotif dan relatif memiliki diferensiasi dibandingkan para kompetitor.
Dari sisi pemasaran, pada saat itu PT Kalbe Farma Tbk melakukan terobosan dengan
memperlihatkan visi kuat PT Kalbe Farma Tbk terhadap kualitas sekaligus untuk meraih
kepercayaan asing adalah dengan melakukan kerja sama strategis dengan beberapa
Periode berikutnya, pada tahun 1976-1985 adalah era dimana perkembangan fisik
masih terus berlangsung dan dilanjutkan dengan diversifikasi usaha. Pada tahun 1977, PT
Kalbe Farma Tbk sudah menjadi salah satu kekuatan utama pada kategori obat-obatan
berikutnya adalah memperkuat diri dibidang OTC (Over The Counter). Untuk itu, pada
tahun 1977 didirikan PT Dancos Labolatories yang lebih memfokuskan diri di bidang OTC.
Pada tahun 1985, PT Kalbe Farma Tbk mengakuisisi PT Bintang Toedjo yang juga
bergerak di bidang OTC serta PT Hexpharm Jaya yang sebagian besar produknya
Selain diversifikasi di bidangnya yaitu farmasi, PT Kalbe Farma Tbk juga mulai
merambah bidang pengemasan dan makanan kesehatan. Sementara itu sesuai dengan
regulasi pemerintah, pada tahun 1981 bisnis distribusi PT Kalbe Farma Tbk dialihkan
Indonesia mengalami krisis keuangan pada tahun 1997 PT Kalbe Farma Tbk kembali ke
bisnis inti (core business). Meski pada awalnya masih agresif melakukan ekspansi dalam
langkah konsolidasi dalam rangka kembali ke bisnis inti. Sayangnya, langkah tersebut
belum cukup cepat sehingga PT Kalbe Farma Tbk sempat merasakan imbas krisis
Manajemen PT Kalbe Farma Tbk memutuskan untuk fokus pada bidang - bidang
yang dipercaya menjadi lokomotif perumbuhan pada era berikutnya, antara lain susu dan
nutrisi bayi. Konsekuensinya, bisnis - bisnis yang tidak relevan dijual atau dimitrakan
dengan pihak asing misalnya penjualan PT Bukit Manikam Sakti yang bergerak di bidang
Sanghiang Perkasa. PT Kalbe Farma Tbk mulai memasuki bisnis minuman energi pada
tahun 1993 dengan produk Extra Joss. Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi yang
masing-masing memberikan kontribusi yang relatif seimbang, yaitu divisi obat resep, divisi
produk kesehatan, divisi nutrisi serta divisi distribusi dan kemasan. Dengan didukung lebih
dari 15.000 karyawan termasuk 4.000 tenaga pemasaran dan penjualan yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter
spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya
adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi
atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya
menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya
pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger
dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun,
Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
serta tertuang dalam Akta Risalah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18 September 2019, terjadi
perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT
1996 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1983. Kantor pusat dan
pabrik Indofarma Tbk terletak di Jalan Indofarma No.1, Cibitung, Bekasi 17530 - Indonesia.
4503. Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918
dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai ini diambil
alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan.
Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi
indonesia (PP) No.20 tahun 1981, Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi
Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi
Perusahaan (Persero).
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Indofarma Tbk (30-Apr-
2022), yaitu: PT Bio Farma (Persero) (80,664%) dan PT Asabri (Persero) – DAPEN TNI
(7,342%). Pemegang saham pengendali Indofarma Tbk adalah PT Bio Farma (Persero)
(80,664%) di saham Seri B dan Pemerintah Negara Republik Indonesia memiliki 1 Saham
lingkup kegiatan INAF adalah melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program
bidang farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan, dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perusahaan Terbatas. Saat ini kegiatan usaha utama INAF
yaitu:
1. Industri
Produk Farmasi Untuk Manusia;
dan Prosthetic;
Pengolahan Herbal;
Produk yang dihasilkan Indofarma, yaitu Obat Generik Bermerek (OGB), Over The
Counter (OTC) & Makanan, Obat Keras Bermerek (Ethical Branded), Alat Kesehatan,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Non-Alat Kesehatan. Selain itu, Indofarma
juga menyediakan jasa Toll In Manufacturing yaitu proses produksi obat dengan
perusahaan lain.
Pada tanggal 30 Maret 2001, INAF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INAF (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 596.875.000 Saham Seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan
harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 17 April 2001. INAF telah melaksanakan Kuasi-reorganisasi
pada tanggal 30 September 2011 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan PSAK No.51
sebesar Rp57.661.903.925 dan kenaikan penilaian kembali nilai wajar aset bersih sebesar
Rp. 260.955.748.932 yang terdiri dari aset tetap sebesar Rp. 252.089.087.407 dan aset
IV. PENUTUP
3.1. Simpulan
Konsep dasar pemasaran yang dijalankan oleh PT. Maxi Utama Energy
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, D.E., Weygandt, J.J., & Warfield, T.D. (2016). Intermediate Accounting: IFRS
Edition (3rd ed.). John Wiley & Sons.
Horngren, C.T., Sundem, G.L., Stratton, W.O., & Burgstahler, D. (2017). Introduction to
Financial Accounting (12th ed.). Pearson Education.
https://www.Sejarah dan Profil Perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk | Sejarah Apa Saja (yes-
sejarah.blogspot.com)