Anda di halaman 1dari 24

EVALUASI ATAS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN

PELAPORAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PT. JAPFA


COMFEED INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2019

AHMAD NAZIF 1711000078


FATHUROHMAN FATONI 1711000080
RIZKY KURNIAWAN 1711000082
AHMAD RASYID ALFARUK 1711000086
IKHWAN AGUSTIANDI 1711000087
Oleh:

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... i
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................7
2.1 Pengakuan Pendapatan.........................................................................................................7
2.2 Pengukuran Pendapatan.......................................................................................................9
2.3 Pelaporan Pendapatan………………................................................................................11
BAB III HASIL PEMBAHASAN...........................................................................................12
3.1 Pengakuan Pendapatan.......................................................................................................12
3.2 Analisa Pengukuran Pendapatan........................................................................................13
3.3 Analisa Pelaporan Pendapatan...........................................................................................15
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................17
4.2 Saran...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19
LAMPIRAN..............................................................................................................................20

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan suatu lembaga yang mempunyai unsur kegiatan di


dalam usahanya. Setiap perusahaan yang didirikan baik itu secara perorangan
maupun kelompok, memiliki tujuan yang pada umumnya sama yaitu untuk
kepentingan ekonomi. Tujuan ekonomi perusahaan tidak lain adalah untuk
memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan operasional yang
dilakukannya. Laba yang didapatkan, bersumber dari adanya pendapatan
selama penjualan ataupun produk dan jasa dari yang mereka jual mampu
diminati oleh masyarakat. Hal inilah yang menjadi sumber perusahaan untuk
berkembang lebih jauh lagi dalam menghasilkan keuntungannya.
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang berhubungan erat dengan
besar kecilnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Selain itu, pendapatan
merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena merupakan salah satu alat
ukur yang digunakan manajemen di sebuah perusahaan dalam menilai kinerja
operasional, maupun kinerja dari karyawan itu sendiri. Berhasil atau tidak
kegiatan yang dijalankan perusahaan dilihat dari tingkat pendapatan yang
diperoleh. Tingkat pendapatan yang bervariasi membuat rencana kerja
manajemen di masa yang akan datang, memerlukan adanya evaluasi dari
tingkat pendapatan yang diperoleh saat ini, agar beberapa permasalahan yang
mungkin timbul, dapat dibenahi segera mungkin.
Permasalahan yang biasanya muncul dalam pendapatan adalah pengakuan
pendapatan. Perusahaan diharuskan menentukan metode pengakuan
pendapatan yang digunakan. Terdapat dua metode pengakuan pendapatan yaitu
berdasarkan akrual basis dan berdasarkan kas basis. Jika perusahaan dapat
menentukan metode pengakuan yang tepat maka informasi mengenai
pendapatan perusahaan akan efektif dan efisien, sehingga laba yang dihasilkan
menjadi lebih optimal. Permasalahan lain yang mungkin dihadapi antara lain
adalah mengenai pengukuran dan pelaporan pendapatan. Perusahaan dapat

3
menentukan strategi usaha terbaik yang akan meningkatkan pendapatan dan
laba. Pengukuran yang baik didasarkan pada nilai wajar sesuai dengan standar
yang berlaku. Begitu pula masalah pelaporan yang benar yaitu disajikan dalam
laporan laba rugi perusahaan (Natasia dkk., 2017). Untuk mengatasi
permasalahan diatas, maka disusunlah Standar Akuntansi Keuangan yang
dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar ini berlaku di Indonesia
dan merupakan pedoman resmi yang digunakan perusahaan dalam penyajian
laporan keuangan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan juga memuat tentang
pengakuan, pengukuran serta pelaporan pendapatan. Dengan adanya standar
ini, maka laporan laba rugi perusahaan bisa dipercaya kebenarannya.
Salah satu perusahaan yang penulis pilih adalah PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Perusahaan ini pada saat awal didirikan bernama PT. Java
Palettizing Factory, Ltd dengan produksi pertama yaitu pelet kopra. Namun,
setelah sukses sukses mencatakan sahamnya di Bursa Efek Jakarta atau yang
sekarang disebut Bursa Efek Indonesia perusahaan selanjutnya melakukan
konsolidasi usaha dengan mengakuisi empat perusahaan pakan ternak yang
kemudian setelah dilakukannya hal itu, perusahaan berubah nama menjadi PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan
agribisnis terbesar di Indonesia yang memiliki banyak unit usaha, diantaranya
produksi pakan ternak, pembibitan ayam, peternakan komersial, budidaya
perairan, peternakan sapi potong dan lain-lain. Hal ini menyebabkan
perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar, jangkauan pemasaran yang
luas, dan reputasi merek yang kuat.

Sumber pendapatan usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk tidak hanya


berasal dari penjualan pakan ternak saja namun ada sumber pendapatan lainnya
yang berasal dari pembibitan ayam, peternakan komersial dan pengolahan hasil
peternakan, budidaya perariran, serta perdagangan lain lain yang menjadi
sumber pendapatan usaha perusahaan. Perdagangan lain-lain meliputi
penjualan karung plastic, pengolahan bungkil kopra dan unit usaha
pengangkutan. Sehingga pendapatan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu

4
pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Dengan adanya
sumber pendapatan lainnya ini akan menjadi permasalahan pada penulisan
karena jika sampai terjadi kesalahan maka akan berpengaruh kepada laporan
keuangan perusahaan. Oleh karena itu, dalam penulisan jumlah pendapatan,
maka penulis tertarik untuk mengevaluasi atas pengakuan, pengukuran serta
pelaporan pendapatan pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam


penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode pengakuan, pengukuran dan pelaporan pendapatan
yang diterapkan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk?
2. Apakah pengakuan, pengukuran dan pelaporan pendapatan yang
diterapkan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk sesuai dengan PSAK
Nomor 23?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah


sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pengakuan, pengukuran, dan pelaporan
pendapatan yang diterapkan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia
2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan PSAK Nomor 23 di PT Japfa
Comfeed Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil setelah memahami


penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan pendapatan pada PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk pada tahun 2019 serta sebagai bahan
5
perbandingan antara teori dari berbagai sumber bacaan ilmiah dengan
praktik dilapangan.
2. Bagi perusahaan, yaitu dapat menjadikan hasil penelitian ini menjadi
masukan dalam pertimbangan terkait PSAK Nomor 23 dalam rangka
pencapaian pendapatan usaha perusahaan.
3. Bagi Akademisi, yaitu sebagai bahan referensi dan informasi bagi pihak
yang akan melakukan penelitian dalam kasus yang sama.
4. Bagi lembaga, yaitu harapannya dapat menjadi masukan dan kontribusi
bagi pengembangan pengetahuan tentang pengakuan, pengukuran dan
pelaporan pendapatan perusahaan, serta dapat dijadikan acuan untuk
penelitian selanjutnya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengakuan Pendapatan

Ikatan Akuntan Indonesia (2009:15) mendefinisikan pengakuan


(recognition) sebagai salah satu proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laporan laba
rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca dan
laporan laba rugi. Pos yang memenuhi suatu unsur harus diakui kalau:
1. Ada kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan.
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Dalam Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS (2016:55),


terdapat empat karakteristik kualitatif agar informasi akuntansi dapat diakui,
yaitu:

1. Dapat dipahami, merupakan suatu informasi baru bermanfaat bagi


penerima bila informasi tersebut berguna bagi pemakai.
2. Relevan, agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
3. Andal, informasi akuntansi harus andal, yakni bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material dan dapat dipercaya oleh
pemakainya sebagai penyajian yang jujur.
4. Dapat dibandingkan, laporan keuangan harus dapat digunakan
pemakainya untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan dari
periode ke periode dan membandingkan kinerja suatu perusahaan dan
perusahaan lainnya dalam periode yang sama.

7
Pengakuan pendapatan menurut teori akuntansi:

1. Dasar kas (cash basis)


Dasar tunai adalah apabila pendapatan yang hanya
diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas.
Dan penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan
pada saat tagihan langganan diterima.
2. Dasar akrual (accrual basis)
Dasar akrual ini mengakui pendapatannya pada saat periode
terjadinya transaksi pendapatan. Dengan dasar ini, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian walaupun
kas belum diterima.

Ikatan Akuntan Indonesia (2009:17) mendefinisikan pengukuran


sebagai proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan
laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar tertentu.
Menurut PSAK No.23 paragraf 9 (2010:23.2) menyatakan bahwa
pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi
biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau
pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau diterima entitas dikurangi jumlah diskon
dagang atau rabat volume yang diperbolehkan entitas.
Cara terbaik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan
menggunakan nilai tukar dari barang atau jasa. Nilai tukar ini
menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari tagihan uang
yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan. Agar
direalisasi (yaitu secara formal diakui dalam catatan akuntansi
sebagai pendapatan yang diperoleh selama periode berjalan),
pendapatan harus memenuhi tiga tujuan sebagai berikut:
1. Barang dan jasa itu harus diberikan sepenuhnya

8
2. Pertukaran sumber daya dibuktikan oleh transaksi pasar yang
harus terjadi.
3. Ketertagihan aktiva itu (misalnya tagihan jasa atau premi)
haruslah cukup pasti.
2.2 Pengukuran Pendapatan

Menurut PSAK No.23 paragraf 9 (2010:23.2), pendapatan diukur


dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan
oleh persetujuan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset
tersebut. Menurut PSAK No.23 Paragraf 07 (2010:23.2), nilai wajar
adalah jumlah suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar.
Menurut santoso (2007:34) Atribut – atribut pengukuran :

1. Harga / Biaya Historis


Historical cost principle Secara tradisional, penyaji dan
pengguna laporan keuangan menemukan bahwa biaya atau
harga perolehan adalah dasar umum yang berguna untuk
pengukuran dan pelaporan akuntansi. Akibatnya, prinsip
akuntansi saat ini menghendaki agar aktiva dan kewajiban
diperlakukan dan dilaporkan pada dasar harga perolehannya.
Hal ini sering disebut sebagai harga / biaya historis.
Harga perolehan mempunyai satu keuntungan penting
dari dasar penilaian lain, yaitu dapat dipercaya dan diuji.
Sekali dibentuk, harga perolehan tetap digunakan sepanjang
aktiva tersebut digunakan. Untuk mempercayai informasi
yang disajikan, pengguna internal dan eksternal harus
mengetahui bahwa informasi adalah akurat dan didasarkan
pada fakta. Dengan menggunakan prinsip harga historis

9
sebagai dasar pencatatan, akuntan dapat menyajikan laporan
mereka secara objektif dan data dalam laporan keuangan
dapat diuji keabsahannya

.
2. Biaya Pengganti Saat Ini
Current replacement value, yaitu merupakan harga tunai
ekuivalen yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli
atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama.

3. Harga Pasar Saat Ini


Current market value, yaitu merupakan harga tunai
ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aktiva
dalam likuidasi yang dilaksanakan secara terarah.

4. Nilai Bersih Yang Dapat Direalisasi


Net realizable value, yaitu merupakan jumlah kas yang
diperkirakan akan diterima atau dibayarkan dari hasil
pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal
perusahaan. Pada umumnya, nilai bersih yang dapat
direalisasi sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-
biaya penjualan normal.

5. Nilai Sekarang Yang Di Diskontokan


Current discouted value, yaitu merupakan jumlah arus
kas masuk neto (bersih) pada masa yang akan datang yang
dinilai tunaikan pada saat sekarang.

Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasian ini adalah


konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun
tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana

10
diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing- masing akun tersebut.
Laporan keuangan konsolidasian ini disusun dengan metode akrual,
kecuali laporan arus kas.

Kelebihan biaya historis:


1. Hasil penilaiannya dapat di verifikasi
2. Memberi data yang dapat di bandingkan
3. Tidak menyajikan holding gain and loss
4. Menyajikan data yang dapat berguna untuk pengambilan
keputusan bagi manajemen dan investor, data yang di
gunakan dapat memprediksi masa depan

Kelemahan biaya historis:


1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena
pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan
dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang
telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat
pencatatan terjadinya biaya tersebut,
2. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan
dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba dihitung
terlalu besar,
3. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai
nilai yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan
perkembangan harga daya beli uang terakhir.

2.3 Pelaporan Pendapatan

Menurut pawan (2013:352), pelaporan pendapatan adalah


pendapatan yang telah diukur dan diakui akan dimasukkan dalam
laporan keuangan. Pada dasar kas, pendapatan dilaporkan dalam
laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayar.
Sedangkan pada dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam laporan

11
laba rugi periode saat pendapatan tersebut dihasilkan. Konsep yang
mendukung pelaporan pendapatan ini disebut konsep pengakuan
pendapatan Pada dasar akrual. Beban dan pendapatan yang saling
terkait dilaporkan pada periode yang sama. Konsep akuntansi yang
mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode
yang sama disebut konsep perbandingan atau pengaitan. Dalam
konsep ini, laporan laba rugi akan melaporkan laba atau rugi untuk
periode tersebut.

BAB III

HASIL PEMBAHASAN

3.1 Pengakuan Pendapatan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Pendapatan PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. terbagi menjadi


dua, yaitu pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.
Pendapatan operasional merupakan pendapatan yang diperoleh
perusahaan dari suatu kegiatan operasional sebagai hasil dari usaha

12
pokok penjualan. Dalam pendapatan operasional tersebut, umumnya
terdiri dua metode pengakuan yaitu cash basis dan accrual basis.
Pendapatan cash basis adalah dimana pendapatan diakui ketika kas
sudah diterima, sedangkan accrual basis adalah dimana pendapatan
diakui pada saat terjadinnya transaksi meskipun kas belum diterima.

Berikut merupakan pengakuan pendapatan cash basis yang telah


diklasifikasikan di antaranya yaitu:
a. Segmen usaha pakan ternak
b. Segmen usaha pembibitan ayam
c. Segmen usaha peternakan komersial dan pengolahan hasil
peternakan
d. Segmen budidaya perairan
e. Segmen usaha peternakan sapi
f. Segmen usaha perdagangan, seperti karung plastik, pengolahan
bungkil kopra, pengangkutan, kesehatan hewan, dan peralatan
peternakan.

PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. telah menghasilkan


pendapatannya dari penjualan yaitu melakukan pengiriman fisik
produk-produk ke berbagai wilayah di Indonesia dengan distribusi
pemasaran melalui agen/distributor, toko pakan ternak, maupun
peternak langsung (direct farm) serta melakukan kegiatan ekspor ke
beberapa negara.

Pengakuan pendapatan lainnya yang diterima perusahaan sebagai


berikut:
a. Pendapatan Bunga

13
Pendapatan atau biaya bunga dicatat dengan menggunakan
metode Suku Bunga Efektif (SBE), yaitu suku bunga yang
secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau
penerimaan kas di masa yang akan datang selama perkiraan
umur dari instrumen keuangan.

b. Pendapatan Investasi
• Deposito berjangka, dengan jangka waktu jatuh tempo antara
(tiga) 3 bulan atau kurang padas saat penempatan dan tidak
dibatasi penggunaannya serta diakui dan dicatat pada tanggal
jatuh tempo sebesar jumlah bunga yang jatuh tempo pada
tanggal neraca dilaporkan bersamaan bagian bunga yang
accured pada tanggal tersebut
• Dividen, atas kepemilikan saham yang bersangkutan
diumumkan berdasarkan besaran dividen yang diperoleh. Pada
tahun 2019, PT JAPFA tidak menerima pendapatan dividen.
• Obligasi, tercatat dan diakui pada saat tanggal jatuh tempo
sebesar bunga yang telah jatuh tempo dan pada tanggal neraca
dilaporkan bersama dengan bunga yang sudah accured pada
tanggal tersebut.

3.2 Analisa Pengukuran Pendapatan

Dalam hal pengukuran pendapatan, PT JAPFA Comfeed Indonesia


Tbk Menggunakan nilshaai tukar sebagai penilaian pendapatannya.
Nilai tukar adalah salah satu ukuran yang terbaik dalam mengetahui
hasil perolehan dari penjualan suatu usaha yang dimana pada kali ini
nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar dalam rupiah, bukan dari
mata uang asing lainnya. PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
menggunakan mata uang rupiah akrena mata uang ini digunakan
secara umum di negara tempatnya bekerja yaitu ada di

14
Indonesia.Transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan atau, bila
memenuhi syarat, kurs rata-rata periode tersebut. Hasil usaha dan
posisi keuangan dari PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk yang
memiliki mata uang fungsional yang berbeda dengan mata uang
pelaporan, dijabarkan pada mata uang pelaporan, sebagai berikut:
1. Aset dan libailitas dari setiap laporan posisi keuangan yang
tersaji, dijabarkan pada nilai kurs penutup pada saat tanggal
laporan posisi keuangan
2. Pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi dijabarkan
menggunakan nilai kurs rata-rata
3. Seluruh selisih kurs yang muncul diakui sebagai ekuitas sampai
pelepasan investasi neto yang bersangkutan.

PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk menggunakan dasar


pengukuran akuntansinya konsep biaya perolehan, kecuali seperti
yang disebutkan dalam catatan atas laporan keuangan kondosolidasi
yang relevan. Umumnya, pengukuran ini sering digunakan untuk
harga perolehan dalam pencatatan aktiva, liabilitas, ekuitas, dan biaya.
Biaya perolehan ini adalah harga pertukaran yang sudah disetujui oleh
kedua belah pihak dalam transaksi yang saling terkait. Biaya
perolehan harus terjadi dalam transaksi diantara kedua belah pihak
yang independent. Harga pertukaran juga dapat erjadi apabila seluruh
transaski dengan pihak eksternal baik itu dair segi aktiva, liablitas,
ekuitas, atau transaksi lainnya.
Jadi berdasarkan Analisa di paragraph sebelumnya, PT JAPFA
Comfeed Indonesia Tbk telah sesuai dengan PSAK 23, karena
perusahaan ini mengukur pendapatan berdasarkan satuan mata uang
Rupiah. Jika ada transaksi yang menggunakan mata uang asing,
perusahaan ini akan menyesuaikan dengan kurs standar yang berlaku
pada saat terjadinya transaksi. Jika ada persetujuan dari konsumen,

15
perusaahaan ini mulai mengukur nilai pendapatannya dalam
menjalankan operasional perusahaan. Kemudian proses ini akan
diungkapkan dalam laporan keuangan laba rugi tahun berjalan.

Selain itu, PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk mempunyai dasar


pengukuran pendapatan juga sudah sesuai dengan SAK yang berlaku
yaitu konsep biaya historis. Tetapi, konsep ini memiliki kelemahan
apabila menggunakan biaya historis maka nilai aktiva perusahaan
yang dicatat dalam laporan posisi keuangan, maka nilai tersebut akan
rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli
uang saat ini. Selain itu juga ada perubahan – perubahan kurs yang
cepat dalam valuta asing yang dikuasai perusahaan sehingga
mengalami permasalahan dalam menghitung selisih kurs yang tepat.

3.3 Analisa Pelaporan Pendapatan

Laporan keuangan konsolidasian Perseroan disusun sesuai dengan


Standar Akuntansi keuangan (SAK) di Indonesia, yang mencakup
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dikeluarkan oleh Dewan
standar Akuntansi keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, serta Peraturan
No. VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan laporan keuangan
emiten atau Perusahaan Publik yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Pendapatan penjualan bersih disajikan dalam laporan laba rugi
pada urutan pertama. Penjualan bersih tersebut terdiri dari penjualan
segmen integrasi usaha konsumen dan aktifitas perdagangan,
penjualan dari segmen perkebunan, dan penjualan dari segmen lainnya
mencakup bismis oleokimia.
Penyajian pendapatan selisih kurs, pendapatan bunga dan
pendapatan lain-llain yang ada diluar aktivitas operasi dimasukan ke
16
dalam pendapatan lain-lain yang disajikan dalam laporan laba rugi
dengan urutan setelah laba usaha.
Pada dasarnya pelaporan yang merupakan kebijakan akuntansi
yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang
digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan
barang dan jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang
diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari
pendapatan operasional yang dihasilkan dari kegiatan utama
perusahaan maupun pendapatan non operasional yang diperoleh dari
luar kegiatan utama perusahaan yang sifatnya tidak tetap. Konsep
yang mendukung pelaporan pendapatan ini disebut konsep pengakuan
pendapatan. Pengakuan pendapatan pada perusahaan ini didasari
dengan 2 metode pengakuan pendapatan yaitu accrual basis dan cash
basis. Selain itu, beban dan pendapatan pada perusahaan ini saling
terkait dilaporkan pada periode yang sama. Konsep akuntansi yang
mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode
yang sama disebut konsep perbandingan atau pengaitan. Dalam
konsep ini, laporan laba rugi akan melaporkan laba atau rugi.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan
konsolidasian adalah Rupiah, yang juga merupakan mata uang
fungsional Grup. Tiap entitas dalam Grup menentukan sendiri mata
uang fungsionalnya masing-masing dan laporan keuangannya masing-
masing diukur dengan menggunakan mata uang fungsional.
Transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam Rupiah
berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada
tanggal pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing
dijabarkan sesuai dengan rata-rata kurs jual dan beli yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia pada tanggal transaksi perbankan terakhir untuk
tahun yang bersangkutan, dan laba atau rugi kurs yang timbul,
dikreditkan atau dibebankan pada operasi periode yang bersangkutan.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab-bab


sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diberikan pada PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
1. Metode pengakuan pendapatan pada PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk menggunakan dua metode pendapatan yaitu
metode accrual basis dan metode cash basis. Perusahaan
mengakui pendapatan dalam metode accrual basis pada saat
perusahaan mengakui pendapatan penjualan ekspor yaitu saat
barang dikapalkan ke pelabuhan muatan. Sedangkan
perusahaan mengakui pendapatan dalam metode cash basis
pada saat pendapatan penjualan lokal dan pendapatan jasa
dimana pendapatan tersebut diakui saat barang sudah sampai
kepada pelanggan dan saat pemberian jasa. Pengakuan
pendapatan pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dalam
prakteknya sudah sesuai dengan PSAK No. 23 karena
penjualan barang dan jasa dapat diestimasi dengan andal dan
biaya penyelesaian transaksi tersebut dapat diukur secara
andal.
2. Pengukuran pendapatan pada PT Japfa Comfeed Indonesia
Tbk telah sesuai dengan PSAK No.23 yaitu menggunakan
satuan mata uang rupiah. Selain itu, dasar pengukuran pada
perusahaan ini juga telah sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku yaitu menggunakan konsep biaya historis.
3. Pelaporan pendapatan pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
yang dilakukan oleh perusahaan sudah sesuai dengan metode
yang menggunakan kebijakan akuntansi. Dari laporan laba rugi

18
perusahaan tersebut juga sudah sesuai, sehingga penyajian
laporan keuangan sudah sesuai dengan PSAK No. 23.

4.2 Saran

Menurut kelompok kami dilihat dari analisa pengakuan,


pengukuran dan pelaporan pendapatan pada laporan keuangan PT
Japfa Comfeed Indonesia Tbk kinerja perusahaan kiranya semakin
ditingkatkan kualitasnya baik dalam memberikan pelayanan bagi
konsumen melalui penjualan produknya sehingga dalam bisnis
perusahaan semakin berkembang lagi. Lalu metode accrual basis dan
cash basis yang diterapkan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, maka diharapkan
perusahaan untuk tetap menjalankan hal tersebut dalam mengelola
keuanganya. Selain itu, saran yang kami berikan adalah laporan
keuangan yang disajikan dapat lebih akurat dan memberikan estimasi
bagi masa depan perusahaan supaya PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
bisa menjadi perusahaan yang dituju dan dipercayai oleh investor.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan


No.23 Pendapatan. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan . Salemba


Empat. Jakarta.

Natasia, Peggy dkk. 2017. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan


Pengungkapan Pendapatan Menurut SAK ETAP Pada PT. Metta Karuna
Jaya. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. Vol. 12, No. 2, pp. 977-
989.

Marcella, S., & Syafitri, L. (2017). Analisis Pengakuan dan Pengukuran


Pendapatan
Berdasarkan PSAK No. 23 pada PT. Pandu Siwi Sentosa Palembang.
Jurnal
Akuntansi S1, 23, 1–10.

Pawan, E.C. 2013. Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan dan


Pelaporan Pendapatan Pada PT. Pegadaian (persero). Jurnal EMBA
Vol. 1, No. 3,Juni 2013:349-356.

Kartikahadi, Hans dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK


Berbasis IFRS.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

20
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Laporan Tahunan 2019 Annual Report.
[Sumber Data]. Diperoleh dari
https://www.japfacomfeed.co.id/en/investors/annual-reports .

21
LAMPIRAN

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai