PENDAHULUAN
Salah satu usaha waralaba berbentuk swalayan yang sudah ternama adalah
Alfamart. Alfamart merupakan milik PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang
merupakan perusahaan waralaba swalayan yang menjual barang keperluan sehari-
hari, yang cukup lengkap dengan harga terjangkau serta tempat yang nyaman dan
jaringan alfamart yang luas hampir diseluruh Indonesia.
1
yang membantu perusahaan dalam menetapkan dan mengambil keputusan dalam
menentukan sikap dan kelangsungan aktifitas perusahaan.
Alfamart atau bisa di sebut PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk telah menjadi
salah satu perusahaan ritel terkenal di Indonesia dan juga salah satu perusahaan
yang berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan di Indonesia. Maka dari
itu penulis tertarik mengetahui kinerja keuangn PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
1.2 Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini hanya analisis pada laporan
keuangan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Periode tahun berakhir 31 Desember
2020 dan 31 Desember 2021 dengan analisa SWOT dan analisa Industri pada PT.
Sumber Alfaria Trijaya, Tbk dan PT. Indomarco Prismatama. Serta rasio
keuangan beserta analisis perbandingan berdasarkan laporan keuangan
sebelumnya untuk PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kinerja Keuangan?
2. Apa yang dimaksud dengan Analisa Laporan Keuangan?
3. Apa yang dimaksud dengan Analisa SWOT?
4. Bagaimana Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya,
Tbk tahun 2020-2021 apabila di tinjau melalui Analisa Perbandingan,
Analisa Trend, Analisa Common Size dan Analisa Ratio?
2
5. Bagaimana kondisi laporan keuangan perusahaan apabila di tinjau
melalui Analisa Laporan Arus Kas?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
selama periode tertentu. Laporan perubahan modal menunjukkan alasan-alasan
yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individual/ kombinasi
dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini
akan lebih bermanfaat terutama apabila rasio tersebut dibandingkan dengan angka
rasio yanng digunakan sebagai standar.
5
dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan
secara keseluruhan.
6
perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara
meggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan
merupakann cara yang baik.
Rasio likuiditas adalah alat ukur untuk melihat apakah unit usaha tersebut
cukup likuit dalam menjalankan usahanya selama periode mendatang. Rasio ini
terdiri atas:
1. Current Ratio.
Rasio ini menunjukkan sampai dimana hutang-hutang jangka pendek dapat
dibayar dari aktiva-aktiva yang dapat dijadikan uang pada waktu yang
sama misal, jangka waktu pembayaran hutang-hutang jangka pendek.
Secara umum rasio ini bisa dikatakan baik, jika nilainya mencapai 2 atau
200%.
2. Quick Ratio.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam
utang-utang jangka pendeknya, tanpa mengutamakan persediaan. Suatu
unit usaha dikatakan mampu membayar utang jangka pendeknya, jika
nilainya lebih besar dari satu (1) atau lebih dari 100%.
3. Cash Ratio.
Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu unit usaha dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan surat berharga yang
mudah diuangkan.
7
2.4.2 Rasio Aktivitas
8
Kreditor jangka panjang maupun jangka pendek akan memperhatikan benar
seberapa banyak kegiatan koperasi atau badan usaha lain yang dibiayai utang. Jika
koperasi atau badan usaha lain mempunyai utang jangka panjang yang sangat
tinggi dalam struktur permodalan koperasi atau badan usaha lain, maka para
kreditor akan berfikir bahwa koperasi atu badan usaha lain akan mudah gulung
tikar dan tidak akan bisa melunasi utangnya. Demikian dengan pemilik koperasi
atau badan usaha lain akan mempertmbangkan beberapa kembalian yang bisa
didapat dari komposisi banyak sedikitnya utang dalam struktur permodalan. Rasio
ini meliputi :
1. Debt to Total asset.
Rasio menunjukkan berapa persen aset suatu unit usaha yang diberikan
kreditur.
2. Debt to Equity
Rasio ini mengukur seberapa jauh suatu unit usaha dibiayai oleh pinjaman.
Semakin tinggi nilainya berarti semakin besar dana yang dipinjam dari
pihak luar.
9
2. Return On Investment (ROI)
Rasio ini mengukur berapa besar tingkat pengembalian atas investasi.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset
pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan
menggunakan data dari perusahaan-perusahaan.
10
BAB III
PEMBAHASAN
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko
Susanto dan keluarga PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart/Perseroan),
mengawali usahanya di bidang perdagangan dan distribusi, kemudian pada tahun
1999 mulai memasuki sektor minimarket. Ekspansi secara ekponensial dimuai
Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai ‘AlfaMinimart’ dan
membawa nama baru yaitu ‘Alfamart’.
Saat ini alfamart merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel
dengan melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap hari di hampir 6000 gerai
yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Alfamart menyediakan barang-barang
kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman
serta lokasi yang stategis dekat dengan konsumen. Didukung lebih dari 60.000
karyawan menjadikan Alfamart salah satu pembuka lapangan kerja terbesari di
Indonesia.
11
Green mewujudkan lingkungan yang sehat, Alfamart SMEs membantu
pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang ada di sekitar gerai-gerai
Alfamart serta Alfamart Vaganza yang secara aktif ikut terlibat dalam
mengembangkan seni dan dan budaya.
12
Memberikan kepuasan kepada pelanggan atau konsumen dengan
berfokus pada produk dan pelayana yang berkualitas unggul.
Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu
menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tinggi.
Ikut berpartisipasi dalam membangun Negara dengan menumbuh
kembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.
Membangun organisasi global yang terpercaya, sehat dan terus
bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,
pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.
13
Berawal dari pemikiran mempermudah penyediaan kebutuhan pokok sehari-
hari karyawan, maka pada tahun 1988 didirikan sebuah gerai yang diberi nama
indomaret. Sejalan pengembangan operasional toko, perusahaan tertarik untuk
lebih mendalami dan memahami berbagai kebutuhan dan perilaku konsumen
dalam berbelanja. Guna mengakomodasi tujuan tersebut, beberapa orang
karyawan ditugaskan untuk mengamati dan meneliti perilaku belanja masyarakat.
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa masyarakat cenderung memilih belanja di
gerai modern berdasarkan alasan kelengkapan pilihan produk yang berkualitas,
harga yang pasti dan bersaing, serta suasana yang nyaman.
14
sebagai sebuah asset nasional. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa seluruh
pemikiran dan pengoperasian Perusahaan ditangani sepenuhnya oleh putra putri
Indonesia. Sebagai asset nasional, indomaret ingin berbagi kepada masyarakat
Indonesia melalui bisnis waralaba dan juga mampu bersaing dalam persaingan
global. Oleh karena itu, visi perusahaan kemudian berkembang “menjadi asset
nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan
global”.
Saat ini indomaret berkembang sangat pesat dengan jumlah gerai mencapai
lebih dari 8.814 di wilayah Jawa, Madura, Bali, Sumatera dan Sulawesi, terdiri
dari 40% gerai milik terwaralaba dan 60% gerai milik Perusahaan. Sebagian besar
pasokan barang dagangan untuk seluruh gerai berasal dari 17 pusat distribusi
indomaret yang menyediakan lebih dari 4.800 jenis produk.
3.3 Analisa SWOT PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk dan PT. Indomarco
Prismatama
15
tujuan menjadi asset nasional tahunnya
dalam bentuk jaringan
waralaba yang unggul dalam
persaingan nasional
Investasi franchise Alfamart Franchise yang bergerak di
yang ditawarkan sangat bidang rital yang siap go
kompetitif Internasional
Penempatan lokasi pabrik dan Mampu menjual barang eceran
head office di beberapa dengan harga lebih murah
wilayah yang sudah cukup
strategis
Alfamart merupakan pelopor Memperoleh Pasokan barang
waralaba bidang ritail di dari salah satu distributor
Indonesia terbesar produk kebutuhan
sehari-hari yaitu Indomarco
Kelemahan Penyetokan barang terkesan Franchise fee yang di tawarkan
(Weaknesses) lambat sehingga harga atau relative tinggi
barang yang baru belum ter-
update.
Promosi yang dilakukan Di beberapa daerah kurang
kurang efektif sehingga minat mengenal Indomaret karena
pelanggan kurang. kurang promosi
Break Event Points yang di
tawarkan 4 tahun
Peluang Masih terdapat beberapa Perlunya promosi yang lebih
(Opportunities daerah yang potensial yang gencar agar lebih dikenal dan
) belum dimasuki oleh Alfamart laku di pasaran
Dengan adanya perdagangan Mempunyai kesempatan untuk
bebas, maka peluang memperluas jaringan secara
mengembangkan franchise lebih cepat dengan
16
akan semakin besar menggunakan modal
seminimal mungkin
Ancaman Jarak antara competitor terlalu Jarak antara competitor terlalu
(Threats) dekat dekat
Ancaman perda tentang Ancaman perda tentang
kemajuan UKM tradisional kemajuan UKM tradisional
17
peningkatan yang tajam padacadangan devisa hingga mencapai AS$ 110,1 miliar
pada akhir tahun 2021(sumber: Bank Indonesia).
18
mengembangkan bisnis Value Added Service yang berbasis jaringan. Perseroan
juga berharap untuk terus dapat mengembangkan penjualan produk-produk
berkualitas dalam bentuk private label.
Kuatnya industri ritel yang ditopang oleh kebijakan perbankan yang makin
memudahkan akses investasi menjadi peluang tersendiri bagi bisnis waralaba yang
dikembangkan Perseroan. Dengan iklim investasi yang kondusif dan prospek
besar industri ritel untuk tumbuh dengan stabil, diharapkan bisnis waralaba dapat
menjadi salah satu penggerak pertumbuhan Perseroan di tahun 2012.
19
20
3.6 Perhitungan Ratio
Periode
No Ratio
2020 2021
I. Ratio Likwiditas
1 Current ratio 78% 83,3%
2 Acid test ratio 24,5% 31,6%
3 Cash ratio 15,7% 18,9%
4 Perputaran piutang 57,1 x 41,1 x
5 Periode rata-rata pengumpulan piutang 6,3 hari 8,8 hari
6 Perputaran persediaan 9x 10,9 x
Periode rata-rata persediaan tersimpan
7 40 hari 33 hari
digudang
8 Perputaran modal kerja 23 x 35,2 x
21
II. Ratio Solvabilitas
1 Ratio modal dengan aktiva 25,5% 29,1%
2 Ratio modal dengan aktiva tetap 51,7% 60%
Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka
3 521,5% 535%
panjang
4 Nilai buku saham prioritas
5 Nilai buku saham biasa
Ratio hutang jangka panjang dengan
6 37,1% 31,1%
modal sendiri
7 Rasio hutang dengan modal sendiri 292,9% 243,4%
8 Rasio hutang dengan aktiva 74,5% 70,9%
22
3.7 Analisa Perbandingan
23
hutang usaha pihak ketiga sebesar 14%, hutang usaha lain-lain pihak
ketiga sebesar 15%, hutang pajak sebesar 55%, biaya yang masih harus
dibayar sebesar 19%, lalu hutang sewa pembiayaan sebesar 402%,
hutang bank 38%, penghasilan ditangguhkan 34%, sedangkan hutang
deviden turun sebesar 100%.
4. Total hutang jangka panjang mengalami peningkatan sebesar Rp
52.444.000.000 atau sekitar 13% dari tahun 2020 sebesar Rp
402.309.000.000 menjadi Rp 454.753.000.000 pada tahun 2021. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan pada liabilities pajak tangguhan
sebesar 99%, hutang sewa pembiayaan 441%, penghasilan
ditangguhkan sebesar 36%, liabilities imbalan kerja karyawan sebesar
31% walaupun hutang bank turun sebesar 1%.
5. Total modal mengalami peningkatan sebesar Rp 375.374.000.000 atau
sekitar 35% dari tahun 2020 sebesar Rp 1.085.106.000.000 menjadi
Rp 1.460.480.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan saldo laba telah ditentukan penggunaannya sebesar
50%, saldo laba belum ditentukan penggunaannya 67% dan pendapatan
komprehensif lainnya sebesar 14%.
24
11.918.051.000.000 menjadi Rp 15.406.118.000.000 pada tahun 2021.
Hal ini disebabkan karena harga pokok pendapatan meningkat seiring
dengan meningkatnya penjualan.
3. Laba kotor meningkat sebesar Rp 675.420.000.000 atau sekitar 31%
dari tahun 2020 sebesar Rp 2.145.506.000.000 menjadi Rp
2.820.926.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena
penjualan yang meningkat.
4. Laba usaha meningkat sebesar Rp 147.537.000.000 atau sekitar 42%
dari tahun 2020 sebesar Rp 349.523.000.000 menjadi Rp
497.060.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan pendapatan dan biaya operasi yaitu beban penjualan dan
distribusi sebesar 32%, beban umum dan administrasi sebesar 22%,
pendapatan operasi lainnya sebesar 27% namun beban operasi lainnya
turun sebesar 76%
5. Total biaya dan pendapatan non operasional menurun yaitu pendapatan
keuangan sebesar 1% sedangkan biaya keuangan meningkat sebesar
45%.
6. Laba sebelum pajak penghasilan badan meningkat sebesar Rp
119.741.000.000 atau sekitar 41% dari tahun 2020 sebesar Rp
290.239.000.000 menjadi Rp 409.980.000.000 pada tahun 2021. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan seluruh pendapatan yang lebih
besar dibanding peningkatan seluruh biaya yang dikeluarkan.
25
2. Pihutang usaha pihak berelasi yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 54% lebih kecil dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
Artinya bagian penagihan piutang bekerja lebih efektif.
3. Pihutag Usaha pihak ke tiga dan Pihutang Usaha lain-lain yang tersedia
pada 31 Desember 2021 adalah masing-masing sebesar 161% dan
196% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
4. Persediaan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 106% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
5. Pajak Pertambahan Nilai dibayar Dimuka yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 58% lebih kecil dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020.
6. Sewa dibayar dimuka yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
133% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
7. Asset lancar lainnya yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
116% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
8. Total asset lancar yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 119%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
9. Investasi jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
110% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
10. Asset tetap yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 114% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
11. Biaya sewa dibayar dimuka yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 121% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
12. Biaya ditangguhkan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 96%
lebih kecil dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
13. Taksiran tagihan pajak penghasilan yang tersedia pada 31 Desember
2021 adalah 241% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020.
26
14. Asset tidak lancar lainnya yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
181% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
15. Total asset tidak lancar yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
116% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
16. Total asset yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 118% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
17. Hutang bank jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 122% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
18. Hutang usaha pihak berelasi, pihak ketiga, dan lain-lain yang tersedia
pada 31 Desember 2021 masing-masing adalah sebesar 120%, 114%,
dan 115% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
19. Hutang pajak yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 155% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
20. Biaya yang masih harus dibayar yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 119% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
21. Penghasilan ditangguhkan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
134% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
22. Total liabilitis jangka pendek yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 112% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
23. Liabilities pajak tangguhan yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 199% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
24. Hutang bank jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 99% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
25. Liabilities imbalan kerja karyawan yang tersedia pada 31 Desember
2021 adalah 131% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020.
27
26. Total liabilities jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 113% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
27. Total liabilities yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 112%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
28. Saldo laba telah ditentukan penggunaannya yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 150% lebih besar dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020.
29. Saldo laba belum ditentukan penggunaannya yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 165% lebih besar dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020.
30. Pendapatan komrehensif lainnya yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 114% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
31. Total equitas yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 135% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
32. Total liabilities dan equitas yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 118% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
Dari hasil perhitungan analisis trend pada laporan laba rugi perbandingan
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Tahun 2020 dan 2021 diketahui bahwa :
Penjualan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 130% lebih besar dari
pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Beban pokok penjualan yang tersedia
pada 31 Desember 2021 adalah 129% lebih besar dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020. Laba bruto yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 131%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Beban penjualan dan
distribusi yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 132% lebih besar dari
pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Beban umum dan administrasi yang
tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 122% lebih besar dari pada yang tersedia
28
dalam akhir tahun 2020. Beban Operasi lainnya yang tersedia pada 31 Desember
2021 adalah 24% lebih kecil dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
Laba usaha yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 142% lebih besar dari
pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Laba sebelum pajak peghasilan yang
tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 141% lebih besar dari pada yang tersedia
dalam akhir tahun 2020. Beban pajak penghasilan badan yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 143% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020. Laba tahun berjalan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
141% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Pendapatan
komrehensif lain yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 14% lebih kecil
dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Total laba komrehensif tahun
berjalan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 104% lebih besar dari pada
yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Laba per saham dasar yang tersedia pada
31 Desember 2021 adalah 141% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020.
Dari data Neraca perbandingan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Pada tahun
2020 dan 2021 dapat diketahui prosentase perkomponennya dalam prosentase dari
total perhitungan, prosentase-prosentase tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kas dan setara kas dibagi total aktiva
Menghasilkan prosentase sebesar 10% pada 2020 dan 12% pada
2021, ini berarti bahwa saldo kas dan setara kas pada tanggal 31
Desember 2020 sebesar 10% dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut
atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam bentuk kas dan setara kas
sebesar Rp 0,10. Sedangkan saldo kas dan setara kas pada tanggal 31
Desember 2021 lebih besar yaitu 12% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam bentuk kas dan
setara kas sebesar Rp 0,12.
29
2. Piutang usaha pihak ketiga dibagi total aktiva.
Menghasilkan prosentase sebesar 5% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo piutang usaha pihak ketiga pada tanggal 31 Desember
2020 sebesar 5% dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp.
1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk piutang usaha pihak ketiga
sebesar Rp.0,05. Sedangkan saldo piutang usaha pihak ke tiga pada
tanggal 31 Desember 2021 lebih besar yaitu 7% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam
bentuk piutang usaha pihak ke tiga sebesar Rp 0,12.
30
tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 3% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 aktiva diinvestasikan dalam
bentuk biaya sewa dibayar dimuka sebesar Rp.0,03.
31
9. Hutang bank jangka pendek dibagi total pasiva.
Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 11% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo hutang bank jangka pendek
pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 11% dari jumlah
pasiva akhir (hutang dan ekuitas) tahun tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva
diinvestasikan dalam bentuk hutang bank jangka pendek sebesar
Rp.0,11.
32
diinvestasikan dalam bentuk hutang deviden sebesar Rp.0,03.
Sedangkan pada tahun 2021 hanya sebesar 0%.
33
setiap Rp 1 pasiva di investasikan dalam bentuk modal saham sebesar
Rp 0,07.
Dari data Laporan Rugi Laba perbandingan PT. Sumber Alfaria Trijaya
Tbk. Pada tahun 2020 dan 2021 dapat diketahui prosentase perkomponennya
dalam prosentase dari total penjualan neto, prosentase-prosentase tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Beban pokok penjualan dibagi penjulan neto.
Menghasilkan prosetase sebesar 84,7% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa beban pokok penjualan pada tahun 2020 adalah sebesar 84,7%
dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka
34
sebesar Rp 0,847 akan terserap dalam beban pokok penjualan.
Sedangkan pada tahun 2021 beban pokok penjulan lebih kecil yaitu
84,5% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan
maka sebesar Rp 0,845 akan terserap dalam beban pokok penjualan.
35
1 penjualan maka sebesar Rp 0,17 akan terserap dalam beban umum
dan administrasi.
36
8. Total laba komrehensif tahun berjalan dibagi penjulan neto.
Menghasilkan prosetase sebesar 3% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa total laba komrehensif tahun berjalan pada tahun 2020 adalah
sebesar 3% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1
penjualan maka sebesar Rp 0,03 akan terserap dalam total laba
komrehensif tahun brjalan. Sedangkan pada tahun 2021 total laba
komrehensif tahun berjalan lebih kecil yaitu 2% dari penjualan neto
tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,02 akan
terserap dalam total laba komrehensif tahun berjalan.
Berikut ini perhitungan analisis ratio yang dapat digunakan sebagai alat
untuk menganalisa dan mengintrepretasikan data dari Neraca dan Laporan Rugi
Laba PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Tahun 2020 dan 2021 :
a. Current Ratio
37
2021 2.582.053 3.099.699 83,3%
Dari tabel diatas, nilai current ratio sebesar 78% untuk tahun 2020 dan
sebesar 83,3% untuk tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020
setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0,78 sedangkan
pada tahun 2021 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp
0,833.
b. Acid Test Ratio
Dari tabel diatas, nilai acid test ratio (kemampuan perusahaan dengan kas
ditambah piutang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek) sebesar 24,5%
untuk tahun 2020 dan sebesar 31,6% untuk tahun 2021. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2020 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas+piutang
sebesar Rp 0,245 sedangkan pada tahun 2021 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin
oleh kas+piutang sebesar Rp 0,316.
c. Cash Ratio
38
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas dengan hutang
lancar dikalikan 100%. Rasio ini merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rata-rata
Period Penjualan
piutang Hasil
e (dalam rupiah)
(dalam rupiah)
39
Hasil Perhitungan Periode Rata-rata Pengumpulan Piutang
(dalam jutaan rupiah)
Julah hari dalam
Periode Perputaran Hasil
setahun
piutang (%)
menunjukkan bahwa periode penerimaan piutang tahun 2020 lebih baik daripada
tahun 2021. Dimana periode penerimaan piutang tahun 2020 adalah 6,3 hari
sedangkan pada tahun 2021 adalah 8,8 hari. Dari uraian diatas mempunyai arti
bahwa pada tahun 2020 perusahaan akan menerima penerimaan piutang dalam
waktu 6,3 hari dengan trun over antara penjualan dengan piutang rata-rata adalah
kira-kira 57,1 x dan pada tahun 2021 perusahaan akan menerima penerimaan
piutang dalam waktu 8,8 hari dengan trun over antara penjualan dengan piutang
rata-rata adalah kira-kira 41,1 x.
e. Perputaran Persediaan
40
Hasil Perhitungan Perputaran Persediaan
(dalam jutaan rupiah)
Rata-rata
Harga Pokok
Periode persediaan Hasil
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)
41
Ratio ini menunjukan hubungan antara penjualan dengan modal
kerja dan menunjukan banyaknya penjulan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
42
(dalam jutaan rupiah)
Ratio antara hak pemilik atau modal sendiri dengan aktiva tetap ini
ditentukan atau dihitung dengan cara membagi total hak pemilik-
pemilik perusahaan dengan nilai buku dari aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan.
43
Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio modal dengan aktiva tetap
tahun 2020 sebesar 51,7% lebih baik dibandingkan pada tahun 2021 sebesar 60%.
Ini berarti bahwa sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman
jangka pendek atau jangka panjang sebesar 51,7% sedang aktiva lancar
seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman. Sedangkan pada tahun 2021
sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek atau
jangka panjang sebesar 60% sedang aktiva lancar seluruhnya dibiayai dengan
modal pinjaman.
Ratio ini diperoleh dengan membagi total aktiva tetap dengan total
hutang jangka panjang, ratio ini merupakan suatu ratio yang
merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh
kreditor jangka panjang. Disamping itu juga menentukan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan
jaminan aktiva tetap.
Hutang jangka
Aktiva Tetap
Periode Panjang Hasil
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)
Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio aktiva tetap dengan hutang
jangka panjang menunjukan bahwa pada tahun 2021 lebih baik dari pada tahun
44
2020, hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 hanya sebesar 521,5% lebih
kecil dibandingkan pada tahun 2021 sebesar 535% ini berarti bahwa pada tahun
2021 semakin besar jaminan dan kreditor jangka panjang semakin aman atau
terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman.
Hutang Jangka
Modal Sendiri
Periode Panjang Hasil
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)
45
tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka
panjang.
Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio antar hutang dengan aktiva
pada tahun 2020 adalah sebesar 74,5% sedangkan pada tahun 2021 sebesar
70,9%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 total hutang dijamin oleh total aktiva
sebesar Rp 0,745 pada tahun 2020, sedangkan pada tahun 2021 hanya sebesar Rp
0,709.
Ratio ini diperoleh dengan membagi laba usaha dengan total aktiva
usaha. Ratio ini sangat berguna untuk membandingkan antara dua
perusahaan atau lebih yang memiliki struktur permodalan yang
berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk
dua periode yang berbeda.
Hasil Perhitungan Ratio Laba Usaha Dengan Aktiva Usaha
(dalam jutaan rupiah)
Laba Usaha Aktiva Usaha
Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)
46
2021 497.060 5.014.932 9,9%
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa ratio laba usaha dengan aktiva
usaha pada tahun 2020 sebesar 8,2% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021
sebesar 9,9%. Ini berarti bahwa pada tahun 2021 lebih baik dari tahun 2020.
47
Ratio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap
rupiah penjualan.
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa gross margin ratio pada tahun
2020 sebesar 15,3% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021 yaitu sebesar
15,5%. Ini berarti bahwa pada tahun 2021 lebih baik dibandingkan tahun 2020.
Laba Usaha
Periode Penjualan Hasil
(dalam rupiah)
48
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa operating margin ratio pada
tahun 2020 sebesar 2,5% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021 yaitu sebesar
2,7%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba usaha
sebsar Rp 0,25 pada tahun 2020 sedangkan pada tahun 2021 lebih besar yaitu
sebesar Rp 0,27.
Laba bersih
Periode sesudah pajak Penjualan Hasil
(dalam rupiah)
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa net margin ratio pada tahun
2020 sebesar 2,6% lebih besar dibandingkan pada tahun 2021 yaitu sebesar 2,1%.
Ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba bersih sesudah
49
pajak sebsar Rp 0,26 pada tahun 2020 sedangkan pada tahun 2021 lebih kecil
yaitu sebesar Rp 0,21.
f. Operating Ratio
HPP+biaya
Periode Operasi Penjualan Hasil
(dalam rupiah)
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Operating ratio pada 2020 dan
2021 sebesar 98%. Ini berarti bahwa setiap Rp1 penjualan terserap dalam harga
pokok dan biaya operasi sebesar Rp 0,98 pada tahun 2020 dan 2021.
g. Rate Of ROI
50
Hasil Perhitungan Rate Of ROI
(dalam jutaan rupiah)
Laba Bersih
Jumlah Aktiva
Periode Sebelum Pajak Hasil
Usaha
(dalam rupiah)
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Rate Of ROI pada tahun 2021
meningkat yaitu sebesar 8,2% dari tahun 2020 yang hanya sebesar 6,8%. Ini
berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2020 dan 2021
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Laba Bersih
Jumlah Aktiva
Periode Sesudah Pajak Hasil
Usaha
(dalam rupiah)
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Net Rate Of ROI pada tahun
2021 meningkat yaitu sebesar 7,2% dari tahun 2020 yang hanya sebesar 6%. Ini
51
berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2020 sebesar 6%
menjadi 7,2% pada tahun 2021.
Laba Bersih
Periode Sesudah Pajak Modal Sendiri Hasil
(dalam rupiah)
4.1 Kesimpulan
52
pendek menunjukan perkembangan yang menguntungkan walaupun
hutang jangka pendek naik sebesar 112%, namun kenaikan itu telah
diimbangi dengan kenaikan aktiva lancar sebesar 119% dengan tingkatan
yan lebih besar. Kenaikan penjualan sebesar 130% diimbangi dengan
kenaikan piutang usaha pihak ketiga dan lain-lain masing-masing sebesar
161% dan 196%, sedangkan piutang usaha pihak berelasi turun sebesar
54%. Hal ini menunjukan bahwa bagian penagihan bekerja kurang
efektif. Kenaikan persediaan sebesar 106% menunjukan perkembangan
yang menguntungkan, karena kenaikan persediaan tersebut telah
diimbangi dengan kenaikan penjualan sebesar 130%.
2. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis common size
menunjukkan bahwa perbandingan semua pos-pos dalam neraca dan laba
rugi dengan total perusahaan mengalami peningkatan yaitu kas dan setara
kas sebesar 12% pada tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020 sebesar
10% akan terserap dalam total asset, persediaan mengalami penurunan
sebesar 28% pada tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020 sebesar
31% akan terserap dalam total asset. Total asset lancar pada tahun 2020
dan 2021 stabil yaitu 51%, total asset tidak lancar tidak mengalami
perubahan yaitu sebesar 49% akan terserap dalam total assets. Total
liabilities pada tahun 2020 sebesar 75% dan 2021 sebesar 71% , total
ekuitas 25% pada tahun 2020 dan 29% pada tahun 2021 akan terserap
dalam total liabilities dan ekuitas.
3. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis rasio
menunjukkan bahwa dari segi faktor likuiditas tahun 2021 lebih baik
daripada likuiditas tahun 2020 karena rasio lancar tahun 2021 sebesar
83,3% yang berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp
0,833 aktiva lancar sedangkan pada tahun 2020 sebesar 78% atau setiap
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,78 aktiva lancar, artinya
perusahaan layak untuk diberi ktredit jangka pendek. Ditinjau dari faktor
profitabilitas maka tahun 2021 lebih baik dibanding dengan tahun 2020.
53
Hal ini disebabkan ratio laba usaha dengan aktiva tahun 2021 sebesar
9,9% sedangkan pada tahun 2020 hanya sebesar 8,2% dan perhitungan
ROI menunjukan pada tahun 2021 lebih baik yaitu 8,2% lebih besar dari
tahun 2020 yang hanya 6,8%, artinya perusahaan layak untuk mendapat
investasi dari para investor. Ditinjau dari faktor solvabilitas maka pada
tahun 2020 lebih solvabel dari pada tahun 2021 karena solvabilitas tahun
2020 dari ratio modal dengan aktiva adalah sebesar 25,5% sedangkan
pada tahun 2021 sebesar 29,1%. Sedangkan pada perhitungan ratio antar
hutang dengan aktiva menunjukan pada tahun 2021 lebih baik dari tahun
2020, karena tahun 2021 sebesar 70,9% sedangkan tahun 2020 sebesar
74,5% artinya perusahaan layak untuk diberi kredit jangka panjang.
3.2 Saran
54
4. Perusahaan disarankan untuk menambah modal dengan menarik investor
sehingga pembiayaan penambahan aktiva dapat dibiayai oleh modal
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
www.idx.co.id
Yogyakarta; Liberty
http://ymoentarib.wordpress.com/2013/01/02/lingkungan-pemasaran-segmentasi-
dan-merek-pt-sumber-alfaria-trijaya-tbk-alfamart/
55
http://valentinaolivia.blogspot.com/2013/04/analisis-minimarket-alfamart-
dengan.html
https://www.google.com/
#q=analisa+SWOT+PT+SUMBER+ALFARIA+TRIJAYA+TBK
http://indomaret.co.id/profil-perusahaan/
http://aryo-bony-anggoro.mhs.narotama.ac.id/2012/03/23/manajemen-strategic/
Keseluruhan rasio Cash Flow menunjukkan bahwa yang memiliki kinerja perusahaan
yang baik pada kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2019-2021 adalah PT Sumber
Alfaria Trijaya Tbk . Apabila dilihat dari analisis laporan arus kasnya, PT Sumber Alfaria
Trijaya Tbk mendapatkan rasio yang lebih tinggi daripada perusahaan perbankan
syariah yang lain. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk memiliki arus kas yang baik untuk
memenuhi kewajiban, memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya serta tidak terlalu
Penerapan rasio cash flow dalam menilai kinerja keuangan perusahaan perbankan
Syariah Berdasarkan dari analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio
cash flow dapat diterapkan untuk membantu manajemen menilai kinerja keuangan
perusahaan karena pada laporan arus kas terdapat pengeluaran serta pemasukan yang
ada pada kas perusahaan secara terperinci yang dapat menilai kelemahan dan kelebihan
yang ada pada suatu perusahaan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan
56