Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin menjamurnya bisnis waralaba di Indonesia dewasa ini,


menunjukkan bahwa banyak masyarakat Indonesia tidak hanya inin menjadi
karyawan kantoran biasa dengan upah standar, namun juga mulai gencar melirik
bisnis yang dibangun sendiri mulai dari modal kecil hingga modal besar. Mulai
bisnis rumahan hingga bisnis skala besar ataupun bisnis online yang sedang marak
saat ini, serta tidak ketinggalan untuk beramai-ramai mendirikan usaha yang dapat
dibuat waralabanya atau sebaliknya membeli dari usaha yang sudah ternama
menjadi terwaralaba.

Salah satu usaha waralaba berbentuk swalayan yang sudah ternama adalah
Alfamart. Alfamart merupakan milik PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang
merupakan perusahaan waralaba swalayan yang menjual barang keperluan sehari-
hari, yang cukup lengkap dengan harga terjangkau serta tempat yang nyaman dan
jaringan alfamart yang luas hampir diseluruh Indonesia.

Dari sudut pandang industri usaha dalam bidang minimarket mampu


bertahan di tengah-tengah ketidakpastian ekonomi, seperti resesi. Konsumen
berupaya menjaga konsumsi dalam memenuhi kebutuhan pokok walaupun di
tingkat yang lebih rendah. Dengan demikian tingkat penjualan di gerai-gerai ritel
konsumen seperti Alfamart tidak terpengaruh secara drastis.

Dalam sebuah perusahaan aspek keuangan merupakan hal terpenting baik


perusahaan profit maupun non-profit karena hal tersebut dapat membantu
perusahaan dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi atau mencari
keuntungan. Aspek keuangan dapat diketahui melalui penilaian kinerja keuangan,

1
yang membantu perusahaan dalam menetapkan dan mengambil keputusan dalam
menentukan sikap dan kelangsungan aktifitas perusahaan.

Pada hubungannya dengan penilaian kinerja keuangan tidak hanya


diperlukan oleh pihak dalam (intern) perusahaan seperti pemilik dan manajer
perusahaan. Bagi pihak luar perusahaan (extern) seperti investor maupun kreditor,
penilaian kinerja keuangan mampu menunjukkan perkembangan keuangan
perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menarik investor untuk menaruh modal
mereka dalam perusahaan yang dapat membantu aktifitas bisnis perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan.

Alfamart atau bisa di sebut PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk telah menjadi
salah satu perusahaan ritel terkenal di Indonesia dan juga salah satu perusahaan
yang berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan di Indonesia. Maka dari
itu penulis tertarik mengetahui kinerja keuangn PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
1.2 Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini hanya analisis pada laporan
keuangan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Periode tahun berakhir 31 Desember
2020 dan 31 Desember 2021 dengan analisa SWOT dan analisa Industri pada PT.
Sumber Alfaria Trijaya, Tbk dan PT. Indomarco Prismatama. Serta rasio
keuangan beserta analisis perbandingan berdasarkan laporan keuangan
sebelumnya untuk PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kinerja Keuangan?
2. Apa yang dimaksud dengan Analisa Laporan Keuangan?
3. Apa yang dimaksud dengan Analisa SWOT?
4. Bagaimana Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya,
Tbk tahun 2020-2021 apabila di tinjau melalui Analisa Perbandingan,
Analisa Trend, Analisa Common Size dan Analisa Ratio?

2
5. Bagaimana kondisi laporan keuangan perusahaan apabila di tinjau
melalui Analisa Laporan Arus Kas?

1.4 Tujuan Makalah


Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah mengetahui
kinerja perusahaan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian kinerja keuangan, analisa laporan keuangan dan
analisa SWOT.
2. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan PT, Sumber Alfaria Trijaya,
Tbk yang ditinjau melalui Analisa Perbandingan, Analisa Trend,
Analisa Common Size dan Analisa Ratio.
3. Mengetahui kondisi laporan keuangan perusahaan yang ditinjau melalui
Analisa Laporan Arus Kas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil dari aktifitas bisnis


perusahaan dalam mengolah aset perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian semakin efisien dan efektif
perusahaan dalam mengelola aset perusahaan, dapat dikatakan semakin baik
kinerja perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi perbandingan perusahaan
dengan perusahaan lain yang menjalankan bisnis sejenis. Kinerja keuangan
perusahaan umumnya dapat diketahui melalui laporan keuangan yang telah
diterbitkan perusahaan.

Menurut Mulyadi (1997:419) Penelitian Kinerja adalah penentuan secara


periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang di tetapkan
sebelumnya. Dalam melakukan penelitian kinerja keuangan dapat digunakan
beberapa informasi keuangan seperti menghitung Return On Investment,
menghitung Residual Income (RI), menghitung EVA (Economic Value Added)
dan Rasio-rasio keuangan.
2.2 Analisa Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari peristiwa dan kejadian yang


bersifat keuangan dalam suatu periode tertentu. Pada umumya laporan keuangan
terdiri dari neraca, laba rugi, serta laporan perubahan modal, dimana neraca
menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dalam perusahaan. Laba-Rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan dan biaya yang terjadi

4
selama periode tertentu. Laporan perubahan modal menunjukkan alasan-alasan
yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Sementara, yang dimaksud dengan analisa laporan keuangan adalah suatu


alat yang digunakan untuk menganalisa prestasi perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan
yang dicapai perusahaan dalam bidang keuangan. Analisa keuangan juga mampu
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi maslah keuangan yang dialami
perusahaan. Analisa laporan keuangan dapat melengkapi informasi keuangan yang
telah tersedia pada laporan keuangan.

Menurut Munawir (2002:36) Terdapat dua metode yang dalam menganalisa


laporan keuangan metode horizontal dan metode vertikal. Metode horizontal
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan dapat
diketahui perkembangannya. Metode analisa vertikal, memperbandingkan anata
pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut selama
satu periode, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi
pada saat itu juga.
2.3 Analisa Rasio Keuangan

Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individual/ kombinasi
dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini
akan lebih bermanfaat terutama apabila rasio tersebut dibandingkan dengan angka
rasio yanng digunakan sebagai standar.

Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang


perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya,
penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu

5
dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan
secara keseluruhan.

Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibidang teknik analisa lainnya.


Menurut Harapan (2004:298) keunggulan tersebut adalah :
a. Rasio merupakan angka-angka yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan,
b. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan,
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain,
d. Bahan dalam mengisi model pengambilan kepputusan dan model prediksi
(Z-score),
e. Menstandarisir size perusahaan,
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”
g. Lebih mudah melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Namun analisa rasio juga memiliki kekurangan karena pengukuran kinerja


keuangan dengan rasio mendorong manajer untuk lebih fokus pada biaya jangka
pendek ketimbang biaya jangka panjang. Terdapat berbagai macam analisa rasio
yang digunakan untuk menganalisa laporan keunagan :
1. Rasio likuiditas (liquidity), rasio ini digunakan untuk menilai tingkat
likuiditas perusahaan dalam kemampuan memenuhi kewajiban jangka
pendek.
2. Rasio solvabilitas, rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun janngka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
3. Rasio rentabilitas, rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja
di dalamnya. Rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu

6
perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara
meggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan
merupakann cara yang baik.

2.4 Konsep Analisa Laporan Keuangan dengan Rasio Keuangan

Menurut Martono (2002: 55-60) pada dasrnya alat rasio keuangan


diklasifikasikan menjadi empat (4) kelompok antara lain:
2.4.1 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah alat ukur untuk melihat apakah unit usaha tersebut
cukup likuit dalam menjalankan usahanya selama periode mendatang. Rasio ini
terdiri atas:
1. Current Ratio.
Rasio ini menunjukkan sampai dimana hutang-hutang jangka pendek dapat
dibayar dari aktiva-aktiva yang dapat dijadikan uang pada waktu yang
sama misal, jangka waktu pembayaran hutang-hutang jangka pendek.
Secara umum rasio ini bisa dikatakan baik, jika nilainya mencapai 2 atau
200%.

2. Quick Ratio.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam
utang-utang jangka pendeknya, tanpa mengutamakan persediaan. Suatu
unit usaha dikatakan mampu membayar utang jangka pendeknya, jika
nilainya lebih besar dari satu (1) atau lebih dari 100%.

3. Cash Ratio.
Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu unit usaha dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan surat berharga yang
mudah diuangkan.

7
2.4.2 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif aset-aset usaha dalam


menghasilkan pendapatan. Adapun rasio aktivitas yang sering digunakan yaitu:
1. Total Asset Turn Over (TATO)
Rasio ini mengukur perputaran dana yang tertanam dalam aktiva selama
periode tertentu yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Selain itu juga dapat mengukur perputaran aset yang dimilki suatu unit
usaha.

2. Working Capital Turn Over (WCTO)


Rasio ini menunjukkan keefektikan modal kerja, menunjukkan hubungan
modal kerja dengan penjualan, serta banyaknya penjualan yang diperoleh
suatu unit usaha untuk setiap rupiah modal kerja.

3. Receivable Turn Over


Rasio ini menunjukkan tingkat perputaran piutang dalam suatu periode
tertentu. Semakin tinggi perputarannya berarti semakin cepat pula
pengembalian modal yang tertanam dalam piutang yang berbentuk kas.

4. Average Collection Period


Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam
mengumpulkan jumlah piutang setiap jangka waktu tertentu.

2.4.3 Rasio Leverage

8
Kreditor jangka panjang maupun jangka pendek akan memperhatikan benar
seberapa banyak kegiatan koperasi atau badan usaha lain yang dibiayai utang. Jika
koperasi atau badan usaha lain mempunyai utang jangka panjang yang sangat
tinggi dalam struktur permodalan koperasi atau badan usaha lain, maka para
kreditor akan berfikir bahwa koperasi atu badan usaha lain akan mudah gulung
tikar dan tidak akan bisa melunasi utangnya. Demikian dengan pemilik koperasi
atau badan usaha lain akan mempertmbangkan beberapa kembalian yang bisa
didapat dari komposisi banyak sedikitnya utang dalam struktur permodalan. Rasio
ini meliputi :
1. Debt to Total asset.
Rasio menunjukkan berapa persen aset suatu unit usaha yang diberikan
kreditur.

2. Debt to Equity
Rasio ini mengukur seberapa jauh suatu unit usaha dibiayai oleh pinjaman.
Semakin tinggi nilainya berarti semakin besar dana yang dipinjam dari
pihak luar.

2.4.4 Rasio Profitabilitas

Rasio ini menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya


menunjukkan seberapa baik koperasi/badan usaha lain dalam membuat keputusan
investasi dan pembiayaan. Koprasi/badan usaha harus mampu menyiapkan uang
dari laba koperasi/badan usaha lain dalam membayar utang dan membayar
deviden dengan mengoptimalkan pemanfatan seluruh asetnya. Adapun rasio ini
yang sering digunakan antara lain :
1. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam menghasilkan
laba bersih dari setiap penjualan.

9
2. Return On Investment (ROI)
Rasio ini mengukur berapa besar tingkat pengembalian atas investasi.

3. Gross Profit Margin (GPM)


Rasio ini mengukur laba kotor yang dapat dicapai dalam setiap penjualan.

2.5 Analisa SWOT


Analisa SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya
dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan
(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman
(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset
pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan
menggunakan data dari perusahaan-perusahaan.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk

PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko
Susanto dan keluarga PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart/Perseroan),
mengawali usahanya di bidang perdagangan dan distribusi, kemudian pada tahun
1999 mulai memasuki sektor minimarket. Ekspansi secara ekponensial dimuai
Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai ‘AlfaMinimart’ dan
membawa nama baru yaitu ‘Alfamart’.

Saat ini alfamart merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel
dengan melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap hari di hampir 6000 gerai
yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Alfamart menyediakan barang-barang
kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman
serta lokasi yang stategis dekat dengan konsumen. Didukung lebih dari 60.000
karyawan menjadikan Alfamart salah satu pembuka lapangan kerja terbesari di
Indonesia.

Alfamart adaah gerai komunitas karenanya Alfamart selalu berpartisipasi


dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (CSR) yang terbagi menjadi Alfamart Care yang membantu
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial. Alfamart Smart mendukung bidang
pendidikan, Alfamart Sport mensposori kegiatan olahraga, Alfamart Clean anda

11
Green mewujudkan lingkungan yang sehat, Alfamart SMEs membantu
pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang ada di sekitar gerai-gerai
Alfamart serta Alfamart Vaganza yang secara aktif ikut terlibat dalam
mengembangkan seni dan dan budaya.

Atas segala prestasi dan perannya dalam masyarakat, Alfamart menerima


berbagai penghargaan dari intitusi-intitusi dengan reputasi terpecaya, diantaranya :
1. Top Brand Award 2008-2020
2. Superbrands Indonesia Award 2008/2009
3. Indonesia’s Digital Marketing Award 2020
4. The Net Promoter Loyalty Award 2020
5. Service Quality Award 2020
6. ‘Rekor Bisnis’ Award 2020
7. Best Brand Award 2008-2021
8. Indonesia’s Most Admire Company 2009-2021
9. The Word of Mounth Marketing Award 2009-2021
10. The Women’s No 1 Choice 2021
11. The Indonesia Original Brand 2021
12. CSR Award 2021

Alfamart juga berhasil mencapai Store Equity Index tertinggi berdasarkan


Nielsen Research selama 5 tahun.

Visi Alfamart adalah menjadi jaringan distribusi retell terkemuka yang


dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha
kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampun bersaing
secara global.

Misi Alfamart adalah :

12
 Memberikan kepuasan kepada pelanggan atau konsumen dengan
berfokus pada produk dan pelayana yang berkualitas unggul.
 Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu
menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tinggi.
 Ikut berpartisipasi dalam membangun Negara dengan menumbuh
kembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.
 Membangun organisasi global yang terpercaya, sehat dan terus
bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,
pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

Alfamart juga mempunyai Nilai-Nilai Perusahaan yang disebut Nilai-Nilai


2I 3K yaitu :
 Integritas yang tinggi
- Jujur, disiplin dan konsisten dalam bekerja.
- Berlandaskan etika serta bertanggungjawab terhadap pekerjaan.
 Inovasi untuk Kemajuan yang lebih baik
- Kreatif dalam bekerja, berkomitmen untuk melakukan perbaikan
cara kerja secara terus menerus.
 Kualitas dan Produktivitas yang tinggi
- Mampu menjalankan tugas serta focus pada pencapaian hasil kerja
yang lebih baik.
 Kerjasama Tim
- Terlibat aktif serta mendorong terciptanya semangat dan
kekompakan dalam tim.
 Kepuasan Pelanggan
- Melalui pelayanan yang terbaik berinisiatif tinggi memenuhi
kebutuhan dan memastikan terciptanya kepuasan pelanggan.

3.2 Profil Perusahaan PT. Indomarco Prismatama

13
Berawal dari pemikiran mempermudah penyediaan kebutuhan pokok sehari-
hari karyawan, maka pada tahun 1988 didirikan sebuah gerai yang diberi nama
indomaret. Sejalan pengembangan operasional toko, perusahaan tertarik untuk
lebih mendalami dan memahami berbagai kebutuhan dan perilaku konsumen
dalam berbelanja. Guna mengakomodasi tujuan tersebut, beberapa orang
karyawan ditugaskan untuk mengamati dan meneliti perilaku belanja masyarakat.
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa masyarakat cenderung memilih belanja di
gerai modern berdasarkan alasan kelengkapan pilihan produk yang berkualitas,
harga yang pasti dan bersaing, serta suasana yang nyaman.

Berbekal pengetahuan mengenai kebutuhan konsumen, keterampilan


pengoperasian toko dan pergeseran perilaku belanja masyarakat ke gerai modern,
maka terbit keinginan luhur untuk mengabdi lebih jauh bagi nusa dan bangsa. Niat
ini diwujudkan dengan mendirikan indomaret, dengan badan hukum PT.
Indomarco Prismatama yang memilliki visi “menjadi jaringan ritel yang
unggul” serta motto “mudah dan hemat”.

Pada mulanya indomaret membentuk konsep penyelengaran gerai yang


berlokasi di dekat hunian konsumen, menyediakan berbagai kebutuhan pokok
maupun kebutuhan sehari-hari, melayani masyarakat umum yang bersifat
majemuk, serta memiliki luas sekitar 200 m2.

Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan pasar, indomaret terus


menambah gerai di berbagai kawasan perumahan, perkantoran, niaga, wisata dan
apartemen. Dalam hal ini terjadilah proses pembelajaran untuk pengoperasian
suatu jaringan retail yang berskala besar, lengkap dengan berbagai pengalaman
yang kompleks dan bervarisi.

Setelah menguasai pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan jaringan


ritel dalam skala besar, manajemen berkomitmen untuk menjadikan indomaret

14
sebagai sebuah asset nasional. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa seluruh
pemikiran dan pengoperasian Perusahaan ditangani sepenuhnya oleh putra putri
Indonesia. Sebagai asset nasional, indomaret ingin berbagi kepada masyarakat
Indonesia melalui bisnis waralaba dan juga mampu bersaing dalam persaingan
global. Oleh karena itu, visi perusahaan kemudian berkembang “menjadi asset
nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan
global”.

Konsep bisnis waralaba indomaret adalah yang pertama dan merupakan


pelopor di bidang minimarket Indonesia. Sambutan masyarakat ternyata sangat
positif, terbukti dengan peningkatan jumah Terwaralaba indomaret dari waktu ke
waktu. Konsep bisnis waralaba Perusahaan juga diakui oleh pemerintah melalui
penghargaan yang diberikan kepada indomaret selaku “Perusahaan Waralaba
Unggul 2003”. Penghargaan semacam ini adalah yang pertama kali diberikan
kepada perusahaan minimarket di Indonesia dan sampai saat ini indomaret yang
menerimanya.

Saat ini indomaret berkembang sangat pesat dengan jumlah gerai mencapai
lebih dari 8.814 di wilayah Jawa, Madura, Bali, Sumatera dan Sulawesi, terdiri
dari 40% gerai milik terwaralaba dan 60% gerai milik Perusahaan. Sebagian besar
pasokan barang dagangan untuk seluruh gerai berasal dari 17 pusat distribusi
indomaret yang menyediakan lebih dari 4.800 jenis produk.

3.3 Analisa SWOT PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk dan PT. Indomarco
Prismatama

Analisa PT. Sumber Alfaria


PT. Indomarco Prismatama
SWOT Trijaya, Tbk
Kekuatan Alfamart mengembangkan Pertumbuhan franchise yang
(Strengths) franchise yang mempunyai terbukti tinggi di setiap

15
tujuan menjadi asset nasional tahunnya
dalam bentuk jaringan
waralaba yang unggul dalam
persaingan nasional
Investasi franchise Alfamart Franchise yang bergerak di
yang ditawarkan sangat bidang rital yang siap go
kompetitif Internasional
Penempatan lokasi pabrik dan Mampu menjual barang eceran
head office di beberapa dengan harga lebih murah
wilayah yang sudah cukup
strategis
Alfamart merupakan pelopor Memperoleh Pasokan barang
waralaba bidang ritail di dari salah satu distributor
Indonesia terbesar produk kebutuhan
sehari-hari yaitu Indomarco
Kelemahan Penyetokan barang terkesan Franchise fee yang di tawarkan
(Weaknesses) lambat sehingga harga atau relative tinggi
barang yang baru belum ter-
update.
Promosi yang dilakukan Di beberapa daerah kurang
kurang efektif sehingga minat mengenal Indomaret karena
pelanggan kurang. kurang promosi
Break Event Points yang di
tawarkan 4 tahun
Peluang Masih terdapat beberapa Perlunya promosi yang lebih
(Opportunities daerah yang potensial yang gencar agar lebih dikenal dan
) belum dimasuki oleh Alfamart laku di pasaran
Dengan adanya perdagangan Mempunyai kesempatan untuk
bebas, maka peluang memperluas jaringan secara
mengembangkan franchise lebih cepat dengan

16
akan semakin besar menggunakan modal
seminimal mungkin
Ancaman Jarak antara competitor terlalu Jarak antara competitor terlalu
(Threats) dekat dekat
Ancaman perda tentang Ancaman perda tentang
kemajuan UKM tradisional kemajuan UKM tradisional

3.4 Analisa Industri PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk

Kinerja keuangan Perseroan selama tahun 2021 mencapai prestasi yang


baik. Di tengah persaingan yang ketat, Perseroan berhasil mencapai penjualan
bersih sebesar Rp 18,2 triliun, dan membukukan laba bersih sebesar Rp 360,7
miliar meningkat 41,0% dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan yang kuat di Cina dan India, serta membaiknya proyeksi


ekonomi Amerika Serikat membantu dalam meletakkan dasar ekonomi makro
bagi pencapaian Perseroan di tahun 2021. Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
Indonesia tumbuh sebesar 6,5% di 2021, didukung oleh berlanjutnya permintaan
konsumen yang kuat serta aliran masuk investasi bersih asing, seiring dengan
perbaikan peringkat hutang Indonesia oleh Moody’sdan Fitchs Rating menjadi
‘Investment Grade’.

Permintaan pasar konsumen domestik selama tahun 2021 didukung oleh


peningkatan daya beli konsumen seiring dengan perbaikan tingkat pendapatan
masyarakat. Tingkat suku bunga domestik yang stabil dan cukup rendah juga telah
membantu mendorong pertumbuhan yang kuat dalam pengeluaran konsumen.
Ekonomi domestik yang kuat telah menarik aliran modal asing, yang membantu
berkontribusi terhadap likuiditas domestic dan tekanan inflasi. Intervensi Bank
Indonesia untuk menjaga tingkat Rupiah yang stabil telah mengakibatkan

17
peningkatan yang tajam padacadangan devisa hingga mencapai AS$ 110,1 miliar
pada akhir tahun 2021(sumber: Bank Indonesia).

Berlanjutnya kinerja sektor perbankan Indonesia yang sehat dan kuat


juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan
penyaluran dana untuk investasi usaha di sektor riil. Perusahaan-perusahan juga
terus memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif pendanaan untuk ekspansi
bisnis, seperti terlihat pada kinerja Bursa Efek Indonesia yang menggembirakan
sebesar 3,2% dari tahun 2020 dengan Index Harga Saham Gabungan berada di
level 3.821,9.

Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan pasar keuangan


domestik yang kuat membuat Indonesia relative tahan terhadap krisis keuangan
global. Hal ini tentunya menjadi landasan kuat bagi perekonomian yang stabil dan
pertumbuhan yang berkelanjutan di tahun mendatang.
Prospek Industri.

Industri ritel di Indonesia terus berkembang dengan baik dan


mempunyai banyak pemain pasar baik perusahaan lokal maupun asing.
Meningkatnya daya beli masyarakat menjadi pendorong utama pertumbuhan
industri ritel di tanah air. Nilai pasar industri ritel pada 2021 diperkirakan
mencapai Rp 156 triliun (sumber: Nielsen Retail Audit), tumbuh 11,6% dari tahun
sebelumnya. Menurut prediksi Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (APRINDO),
industry ritel masih dapat tumbuh 10%-15% pada tahun 2012, dengan sector
makanan dan minuman serta fashion masih menjadi pendorong utama
pertumbuhan industri.

Seiring perkembangan industri ritel tersebut, pengembangan jaringan


Perseroan diharapkan bertumbuh makin baik di tahun-tahun mendatang. Dengan
perluasan jaringan tentunya akan semakin mempermudah Perseroan dalam terus

18
mengembangkan bisnis Value Added Service yang berbasis jaringan. Perseroan
juga berharap untuk terus dapat mengembangkan penjualan produk-produk
berkualitas dalam bentuk private label.

Kuatnya industri ritel yang ditopang oleh kebijakan perbankan yang makin
memudahkan akses investasi menjadi peluang tersendiri bagi bisnis waralaba yang
dikembangkan Perseroan. Dengan iklim investasi yang kondusif dan prospek
besar industri ritel untuk tumbuh dengan stabil, diharapkan bisnis waralaba dapat
menjadi salah satu penggerak pertumbuhan Perseroan di tahun 2012.

3.5 Tabel Perbandingan, Trend dan Common Size

19
20
3.6 Perhitungan Ratio
Periode
No Ratio
2020 2021
I. Ratio Likwiditas
1 Current ratio 78% 83,3%
2 Acid test ratio 24,5% 31,6%
3 Cash ratio 15,7% 18,9%
4 Perputaran piutang 57,1 x 41,1 x
5 Periode rata-rata pengumpulan piutang 6,3 hari 8,8 hari
6 Perputaran persediaan 9x 10,9 x
Periode rata-rata persediaan tersimpan
7 40 hari 33 hari
digudang
8 Perputaran modal kerja 23 x 35,2 x

21
II. Ratio Solvabilitas
1 Ratio modal dengan aktiva 25,5% 29,1%
2 Ratio modal dengan aktiva tetap 51,7% 60%
Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka
3 521,5% 535%
panjang
4 Nilai buku saham prioritas
5 Nilai buku saham biasa
Ratio hutang jangka panjang dengan
6 37,1% 31,1%
modal sendiri
7 Rasio hutang dengan modal sendiri 292,9% 243,4%
8 Rasio hutang dengan aktiva 74,5% 70,9%

III. Ratio Rentabilitas


1 Rasio laba usaha dengan aktiva usaha 8,2% 9,9%
2 Perputaran aktiva usaha 3,3 x 3,6 x
3 Gross margin ratio 15,3% 15,5%
4 Operating margin ratio 2,5% 2,7%
5 Net margin ratio 2,6% 2,1%
6 Operating Ratio 98,3% 98%
7 Rate of ROI 6,8% 8,2%
8 Net rate of ROI 6,6% 7,2%
9 Rentabilitas modal sendiri 23,6% 24,7%
10 Laba per lembar saham biasa

22
3.7 Analisa Perbandingan

3.7.1 Analisa Neraca Perbandingan

Berdasarkan neraca yang diperbandingkan diatas dapat diketahui


perubahan perubahan sebagai berikut :
1. Aktiva lancar mengalami peningkatan sebesar Rp 416.975.000.000 atau
sebesar 19% dari tahun 2020 sebesar Rp 2.165.078.000.000 menjadi Rp
2.582.053.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena
peningkatan yang signifikan terlihat pada akun Kas dan setara kas yaitu
sebesar 35%. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya peningkatan
penjualan, peningkatan yang signifikan terliat pula pada akun piutang
usaha pihak ketiga sebesar 61%, piutang usaha lain-lain sebesar 96%,
namun piutang usaha pihak berelasi turun sebesar 46%, Persediaan naik
sebesar 6%, bagian lancar biaya sewa dibayar dimuka naik sebesar
33%, Asset lancar lainnya naik sebesar 16%, dan pajak pertambahan
nilai dibayar dimuka turun sebesar 42%.
2. Total aktiva tetap mengalami peningkatan sebesar Rp 335.028.000.000
atau sekitar 16% dari tahun 20010 sebesar Rp 2.097.851.000.000
menjadi Rp 2.432.879.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar aktiva tetap mengalami penambahan pada akun
investasi jangka panjang sebesar 10%, asset tetap setelah dikurangi
akumulasi penyusutan sebesar 14%, biaya sewa dibayar dimuka sebesar
21%, taksiran tagihan pajak penghasilan sebesar 141%, dan asset tidak
lancar lainnya sebesar 81%, sedangkan biaya ditangguhkan turun
sebesar 4%.
3. Total hutang jangka pendek mengalami peningkatan sebesar Rp
324.185.000.000 atau sekitar 12% dari tahun 2020 sebesar Rp
2.775.514.000.000 menjadi Rp 3.099.699.000.000 pada tahun 2021.
Hal ini disebabkan adanya peningkatan pada hutang bank jangka
pendek sekitar 22%, hutang usaha pihak-pihak berelasi sebesar 20%,

23
hutang usaha pihak ketiga sebesar 14%, hutang usaha lain-lain pihak
ketiga sebesar 15%, hutang pajak sebesar 55%, biaya yang masih harus
dibayar sebesar 19%, lalu hutang sewa pembiayaan sebesar 402%,
hutang bank 38%, penghasilan ditangguhkan 34%, sedangkan hutang
deviden turun sebesar 100%.
4. Total hutang jangka panjang mengalami peningkatan sebesar Rp
52.444.000.000 atau sekitar 13% dari tahun 2020 sebesar Rp
402.309.000.000 menjadi Rp 454.753.000.000 pada tahun 2021. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan pada liabilities pajak tangguhan
sebesar 99%, hutang sewa pembiayaan 441%, penghasilan
ditangguhkan sebesar 36%, liabilities imbalan kerja karyawan sebesar
31% walaupun hutang bank turun sebesar 1%.
5. Total modal mengalami peningkatan sebesar Rp 375.374.000.000 atau
sekitar 35% dari tahun 2020 sebesar Rp 1.085.106.000.000 menjadi
Rp 1.460.480.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan saldo laba telah ditentukan penggunaannya sebesar
50%, saldo laba belum ditentukan penggunaannya 67% dan pendapatan
komprehensif lainnya sebesar 14%.

3.7.2 Analisa Laporan Laba Rugi Perbandingan

Dengan menganalisa laporan Laba Rugi yang diperbandingkan antara


tahun 2020 & 2021 diperoleh berbagai kesimpulan yang dapat membantu
dalam proses pengambilan keputusan, disamping itu diketahui tingkat
perkembangan dan efisiensi yang telah dicapai perusahaan diantaranya :
1. Total penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp 4.163.487.000.000
atau sekitar 30% dari tahun 2020 sebesar Rp 14.063.557.000.000
menjadi Rp 18.227.044.000.000 pada tahun 2021.
2. Harga pokok pendapatan mengalami peningkatan sebesar Rp
3.488.067.000.000 atau sekitar 29% dari tahun 2020 sebesar Rp

24
11.918.051.000.000 menjadi Rp 15.406.118.000.000 pada tahun 2021.
Hal ini disebabkan karena harga pokok pendapatan meningkat seiring
dengan meningkatnya penjualan.
3. Laba kotor meningkat sebesar Rp 675.420.000.000 atau sekitar 31%
dari tahun 2020 sebesar Rp 2.145.506.000.000 menjadi Rp
2.820.926.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena
penjualan yang meningkat.
4. Laba usaha meningkat sebesar Rp 147.537.000.000 atau sekitar 42%
dari tahun 2020 sebesar Rp 349.523.000.000 menjadi Rp
497.060.000.000 pada tahun 2021. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan pendapatan dan biaya operasi yaitu beban penjualan dan
distribusi sebesar 32%, beban umum dan administrasi sebesar 22%,
pendapatan operasi lainnya sebesar 27% namun beban operasi lainnya
turun sebesar 76%
5. Total biaya dan pendapatan non operasional menurun yaitu pendapatan
keuangan sebesar 1% sedangkan biaya keuangan meningkat sebesar
45%.
6. Laba sebelum pajak penghasilan badan meningkat sebesar Rp
119.741.000.000 atau sekitar 41% dari tahun 2020 sebesar Rp
290.239.000.000 menjadi Rp 409.980.000.000 pada tahun 2021. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan seluruh pendapatan yang lebih
besar dibanding peningkatan seluruh biaya yang dikeluarkan.

3.8 Analisis Trend

Dari hasil perhitungan analisis trend laporan keuangan Neraca perbandingan


PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Tahun 2020 dan 2021 diketahui bahwa :
1. Kas dan Setara kas yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 135%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.

25
2. Pihutang usaha pihak berelasi yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 54% lebih kecil dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
Artinya bagian penagihan piutang bekerja lebih efektif.
3. Pihutag Usaha pihak ke tiga dan Pihutang Usaha lain-lain yang tersedia
pada 31 Desember 2021 adalah masing-masing sebesar 161% dan
196% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
4. Persediaan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 106% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
5. Pajak Pertambahan Nilai dibayar Dimuka yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 58% lebih kecil dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020.
6. Sewa dibayar dimuka yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
133% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
7. Asset lancar lainnya yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
116% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
8. Total asset lancar yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 119%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
9. Investasi jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
110% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
10. Asset tetap yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 114% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
11. Biaya sewa dibayar dimuka yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 121% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
12. Biaya ditangguhkan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 96%
lebih kecil dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
13. Taksiran tagihan pajak penghasilan yang tersedia pada 31 Desember
2021 adalah 241% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020.

26
14. Asset tidak lancar lainnya yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
181% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
15. Total asset tidak lancar yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
116% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
16. Total asset yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 118% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
17. Hutang bank jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 122% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
18. Hutang usaha pihak berelasi, pihak ketiga, dan lain-lain yang tersedia
pada 31 Desember 2021 masing-masing adalah sebesar 120%, 114%,
dan 115% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
19. Hutang pajak yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 155% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
20. Biaya yang masih harus dibayar yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 119% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
21. Penghasilan ditangguhkan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
134% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
22. Total liabilitis jangka pendek yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 112% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
23. Liabilities pajak tangguhan yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 199% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
24. Hutang bank jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 99% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
25. Liabilities imbalan kerja karyawan yang tersedia pada 31 Desember
2021 adalah 131% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020.

27
26. Total liabilities jangka panjang yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 113% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
27. Total liabilities yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 112%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
28. Saldo laba telah ditentukan penggunaannya yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 150% lebih besar dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020.
29. Saldo laba belum ditentukan penggunaannya yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 165% lebih besar dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020.
30. Pendapatan komrehensif lainnya yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 114% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.
31. Total equitas yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 135% lebih
besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
32. Total liabilities dan equitas yang tersedia pada 31 Desember 2021
adalah 118% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun
2020.

Dari hasil perhitungan analisis trend pada laporan laba rugi perbandingan
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Tahun 2020 dan 2021 diketahui bahwa :
Penjualan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 130% lebih besar dari
pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Beban pokok penjualan yang tersedia
pada 31 Desember 2021 adalah 129% lebih besar dari pada yang tersedia dalam
akhir tahun 2020. Laba bruto yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 131%
lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Beban penjualan dan
distribusi yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 132% lebih besar dari
pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Beban umum dan administrasi yang
tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 122% lebih besar dari pada yang tersedia

28
dalam akhir tahun 2020. Beban Operasi lainnya yang tersedia pada 31 Desember
2021 adalah 24% lebih kecil dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020.
Laba usaha yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 142% lebih besar dari
pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Laba sebelum pajak peghasilan yang
tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 141% lebih besar dari pada yang tersedia
dalam akhir tahun 2020. Beban pajak penghasilan badan yang tersedia pada 31
Desember 2021 adalah 143% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020. Laba tahun berjalan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah
141% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Pendapatan
komrehensif lain yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 14% lebih kecil
dari pada yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Total laba komrehensif tahun
berjalan yang tersedia pada 31 Desember 2021 adalah 104% lebih besar dari pada
yang tersedia dalam akhir tahun 2020. Laba per saham dasar yang tersedia pada
31 Desember 2021 adalah 141% lebih besar dari pada yang tersedia dalam akhir
tahun 2020.

3.9 Analisis Common Size

Dari data Neraca perbandingan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Pada tahun
2020 dan 2021 dapat diketahui prosentase perkomponennya dalam prosentase dari
total perhitungan, prosentase-prosentase tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kas dan setara kas dibagi total aktiva
Menghasilkan prosentase sebesar 10% pada 2020 dan 12% pada
2021, ini berarti bahwa saldo kas dan setara kas pada tanggal 31
Desember 2020 sebesar 10% dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut
atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam bentuk kas dan setara kas
sebesar Rp 0,10. Sedangkan saldo kas dan setara kas pada tanggal 31
Desember 2021 lebih besar yaitu 12% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam bentuk kas dan
setara kas sebesar Rp 0,12.

29
2. Piutang usaha pihak ketiga dibagi total aktiva.
Menghasilkan prosentase sebesar 5% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo piutang usaha pihak ketiga pada tanggal 31 Desember
2020 sebesar 5% dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp.
1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk piutang usaha pihak ketiga
sebesar Rp.0,05. Sedangkan saldo piutang usaha pihak ke tiga pada
tanggal 31 Desember 2021 lebih besar yaitu 7% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam
bentuk piutang usaha pihak ke tiga sebesar Rp 0,12.

3. Piutang usaha lain-lain dibagi total aktiva.


Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 1% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo piutang usaha lain-lain pada
tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 1% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 aktiva diinvestasikan dalam
bentuk piutang usaha lain-lain sebesar Rp.0,01.

4. Persediaan dibagi total aktiva.


Menghasilkan prosentase sebesar 31% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo persediaan pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar 31%
dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 aktiva
diinvestasikan dalam bentuk persediaan sebesar Rp.0,31. Sedangkan
saldo persediaan pada tanggal 31 Desember 2021 lebih kecil yaitu 28%
dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di
investasikan dalam bentuk persediaan sebesar Rp 0,28.

5. Bagian lancar biaya sewa dibayar dimuka dibagi total aktiva.


Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 3% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo biaya sewa dibayar dimuka pada

30
tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 3% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 aktiva diinvestasikan dalam
bentuk biaya sewa dibayar dimuka sebesar Rp.0,03.

6. Investasi jangka panjang dibagi total aktiva.


Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 3% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo investasi jangka panjang pada
tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 3% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 aktiva diinvestasikan dalam
bentuk investasi jangka panjang sebesar Rp.0,03.

7. Asset tetap dikurangi akumulasi penyusutan dibagi total aktiva.


Menghasilkan prosentase sebesar 34% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo asset tetap pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar 34%
dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 aktiva
diinvestasikan dalam bentuk asset tetap sebesar Rp.0,34. Sedangkan
saldo asset tetap pada tanggal 31 Desember 2021 lebih kecil yaitu 33%
dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di
investasikan dalam bentuk asset tetap sebesar Rp 0,33.

8. Biaya sewa dibayar dimuka dibagi total aktiva.


Menghasilkan prosentase sebesar 10% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo biaya sewa dibayar dimuka pada tanggal 31 Desember
2020 sebesar 10% dari jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap
Rp. 1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk biaya sewa dibayar dimuka
sebesar Rp.0,10. Sedangkan saldo biaya sewa dibayar dimuka pada
tanggal 31 Desember 2021 lebih besar yaitu 11% dari jumlah aktiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 aktiva di investasikan dalam
bentuk biaya sewa dibayar dimuka sebesar Rp 0,11.

31
9. Hutang bank jangka pendek dibagi total pasiva.
Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 11% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo hutang bank jangka pendek
pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 11% dari jumlah
pasiva akhir (hutang dan ekuitas) tahun tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva
diinvestasikan dalam bentuk hutang bank jangka pendek sebesar
Rp.0,11.

10. Hutang usaha pihak ketiga dibagi total pasiva tahun.


Menghasilkan prosentase sebesar 45%, ini berarti bahwa saldo
hutang usaha pihak ketiga pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar 45%
dari jumlah pasiva akhir (hutang dan modal) tahun tersebut atau setiap
Rp. 1 pasiva diinvestasikan dalam bentuk hutang usaha pihak ketiga
sebesar Rp.0,45. Sedangkan saldo hutang usaha pihak ketiga pada
tanggal 31 Desember 2021 lebih kecil yaitu 44% dari jumlah pasiva
akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 pasiva di investasikan dalam
bentuk hutang usaha pihak ke tiga sebesar Rp 0,44.

11. Hutang bank dibagi total pasiva.


Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 3% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo hutang bank pada tanggal 31
Desember 2020 dan 2021 sebesar 3% dari jumlah pasiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva diinvestasikan dalam bentuk hutang
bank sebesar Rp.0,03.

12. Hutang deviden dibagi total pasiva.


Menghasilkan prosentase sebesar 3% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo hutang deviden pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar
3% dari jumlah pasiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva

32
diinvestasikan dalam bentuk hutang deviden sebesar Rp.0,03.
Sedangkan pada tahun 2021 hanya sebesar 0%.

13. Hutang bank jangka panjang dibagi total pasiva.


Menghasilkan prosentasse sebesar 7% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo hutang bank jangka panjang pada tanggal 31 Desember
2020 sebesar 7% dari jumlah pasiva (hutang dan modal) akhir tahun
tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva diinvestasikan dalam bentuk hutang
bank jangka panjang sebesar Rp 0,07. Sedangkan saldo hutang bank
jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2021 lebih kecil yaitu 6%
dari jumlah pasiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1 pasiva di
investasikan dalam bentuk hutang bank jangka panjang sebesar Rp
0,06.

14. Liabilities imbalan kerja karyawan dibagi total pasiva.


Menghasilkan prosentase yang sama yaitu sebesar 2% pada tahun
2020 dan 2021, ini berarti bahwa saldo hutang liabilities imbalan kerja
karyawan pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 tidak bertambah
yaitu sebesar 2% dari jumlah pasiva (hutang dan modal) akhir tahun
tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva diinvestasikan dalam bentuk liabilities
imbalan kerja karyawan sebesar Rp.0,02.

15. Modal saham dibagi total pasiva.


Menghasilkan prosentase sebesar 8% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa saldo modal saham pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar 8%
dari jumlah pasiva (hutang dan modal) akhir tahun tersebut atau setiap
Rp. 1 pasiva diinvestasikan dalam bentuk modal saham sebesar
Rp.0,08. Sedangkan saldo modal saham pada tanggal 31 Desember
2021 lebih kecil yaitu 7% dari jumlah pasiva akhir tahun tersebut atau

33
setiap Rp 1 pasiva di investasikan dalam bentuk modal saham sebesar
Rp 0,07.

16. Saldo laba belum ditentukan penggunaannya dibagi total pasiva.

Menghasilkan prosentase sebesar 13% pada tahun 2020, ini berarti


bahwa saldo laba belum ditentukan penggunaannya pada tanggal 31
Desember 2020 sebesar 13% dari jumlah pasiva (hutang dan modal)
akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva diinvestasikan dalam
bentuk saldo laba belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp.0,13.
Sedangkan saldo laba belum di tentukan penggunaannya pada tanggal
31 Desember 2021 lebih besar yaitu 18% dari jumlah pasiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp 1 pasiva di investasikan dalam bentuk saldo laba
belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 0,18.

17. Pendapatan komprehensif lainnya dibagi total pasiva.


Menghasilkan prosentase sama yaitu sebesar 2% pada tahun 2020
dan 2021, ini berarti bahwa saldo pendapatan komprehensif lainnya
pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2021 sebesar 2% dari jumlah
pasiva (hutang dan modal) akhir tahun tersebut atau setiap Rp. 1 pasiva
diinvestasikan dalam bentuk pendapatan komprehensif sebesar
Rp.0,02.

Dari data Laporan Rugi Laba perbandingan PT. Sumber Alfaria Trijaya
Tbk. Pada tahun 2020 dan 2021 dapat diketahui prosentase perkomponennya
dalam prosentase dari total penjualan neto, prosentase-prosentase tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Beban pokok penjualan dibagi penjulan neto.
Menghasilkan prosetase sebesar 84,7% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa beban pokok penjualan pada tahun 2020 adalah sebesar 84,7%
dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka

34
sebesar Rp 0,847 akan terserap dalam beban pokok penjualan.
Sedangkan pada tahun 2021 beban pokok penjulan lebih kecil yaitu
84,5% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan
maka sebesar Rp 0,845 akan terserap dalam beban pokok penjualan.

2. Laba bruto dibagi penjulan neto.


Menghasilkan prosetase sebesar 15,3% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa laba bruto pada tahun 2020 adalah sebesar 15,3% dari penjualan
neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,153
akan terserap dalam laba bruto. Sedangkan pada tahun 2021 laba bruto
lebih besar yaitu 15,5% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap
Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,155 akan terserap dalam laba bruto.

3. Beban penjualan dan distribusi dibagi penjulan neto.


Menghasilkan prosetase sebesar 11,2% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa beban penjualan dan distribusi pada tahun 2020 adalah sebesar
11,2% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan
maka sebesar Rp 0,112 akan terserap dalam beban penjualan dan
distribusi. Sedangkan pada tahun 2021 beban penjualan dan distribusi
lebih besar yaitu 11,4% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap
Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,114 akan terserap dalam beban
penjualan dan distribusi.

4. Beban umum dan administrasi dibagi penjulan neto.


Menghasilkan prosetase sebesar 1,8% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa beban umum dan administrasi pada tahun 2020 adalah sebesar
1,8% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan
maka sebesar Rp 0,18 akan terserap dalam beban umum dan
administrasi. Sedangkan pada tahun 2021 beban umum dan administrasi
lebih kecil yaitu 1,7% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp

35
1 penjualan maka sebesar Rp 0,17 akan terserap dalam beban umum
dan administrasi.

5. Laba usaha dibagi penjulan neto.


Menghasilkan prosetase sebesar 2% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa laba usaha pada tahun 2020 adalah sebesar 2% dari penjualan
neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,02
akan terserap dalam laba usaha. Sedangkan pada tahun 2021 laba usaha
lebih besar yaitu 3% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1
penjualan maka sebesar Rp 0,03 akan terserap dalam laba usaha.

6. Laba sebelum pajak penghasilan badan dibagi penjulan neto.


Menghasilkan prosetase sebesar 2,1% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa laba sebelum pajak penghasilan badan pada tahun 2020 adalah
sebesar 2,1% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1
penjualan maka sebesar Rp 0,21 akan terserap dalam laba sebelum
pajak penghasilan badan. Sedangkan pada tahun 2021 laba sebelum
pajak penghasilan badan lebih besar yaitu 2,2% dari penjualan neto
tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,22 akan
terserap dalam laba sebelum pajak penghasilan badan.

7. Laba tahun berjalan dibagi penjulan neto.


Menghasilkan prosetase sebesar 1,8% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa laba tahun berjalan pada tahun 2020 adalah sebesar 1,8% dari
penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar
Rp 0,018 akan terserap dalam laba tahun berjalan. Sedangkan pada
tahun 2021 laba tahun berjalan lebih besar yaitu 2% dari penjualan neto
tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,02 akan
terserap dalam laba tahun berjalan.

36
8. Total laba komrehensif tahun berjalan dibagi penjulan neto.
Menghasilkan prosetase sebesar 3% pada tahun 2020, ini berarti
bahwa total laba komrehensif tahun berjalan pada tahun 2020 adalah
sebesar 3% dari penjualan neto tahun tersebut, atau setiap Rp 1
penjualan maka sebesar Rp 0,03 akan terserap dalam total laba
komrehensif tahun brjalan. Sedangkan pada tahun 2021 total laba
komrehensif tahun berjalan lebih kecil yaitu 2% dari penjualan neto
tahun tersebut, atau setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,02 akan
terserap dalam total laba komrehensif tahun berjalan.

3.10 Analisis Ratio

Berikut ini perhitungan analisis ratio yang dapat digunakan sebagai alat
untuk menganalisa dan mengintrepretasikan data dari Neraca dan Laporan Rugi
Laba PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Tahun 2020 dan 2021 :

3.10.1 Ratio Likwiditas

a. Current Ratio

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan


hutang lancar dikalikan 100%. Rasio ini merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Hasil Perhitungan Current Ratio


(dalam jutaan rupiah)

Aktiva Lancar Hutang Lancar


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 2.165.078 2.775.514 78%

37
2021 2.582.053 3.099.699 83,3%

Dari tabel diatas, nilai current ratio sebesar 78% untuk tahun 2020 dan
sebesar 83,3% untuk tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020
setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0,78 sedangkan
pada tahun 2021 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp
0,833.
b. Acid Test Ratio

Ratio ini sering juga disebut sebagai Quick ratio yaitu


perbandingan antara kas ditambah piutang dengan hutang lancar.
Ratio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan.
Hasil Perhitungan Acid Test Ratio
(dalam jutaan rupiah)
Kas+piutang Hutang Lancar
Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 681.305 2.775.514 24,5%

2021 978.435 3.099.699 31,6%

Dari tabel diatas, nilai acid test ratio (kemampuan perusahaan dengan kas
ditambah piutang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek) sebesar 24,5%
untuk tahun 2020 dan sebesar 31,6% untuk tahun 2021. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2020 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas+piutang
sebesar Rp 0,245 sedangkan pada tahun 2021 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin
oleh kas+piutang sebesar Rp 0,316.

c. Cash Ratio

38
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas dengan hutang
lancar dikalikan 100%. Rasio ini merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Hasil Perhitungan Cash Ratio


(dalam jutaan rupiah)
Kas+piutang Hutang Lancar
Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

Dari 2020 434.817 2.775.514 15,7%


tabel diatas,
nilai Kas Ratio 2021 585.028 3.099.699 18,9%
(kemampuan
perusahaan dengan kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek) sebesar 15,7%
untuk tahun 2020 dan sebesar 18,9% untuk tahun 2021. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2020 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas sebesar Rp
0,157 sedangkan pada tahun 2021 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas
sebesar Rp 0,189.

d. Periode Penerimaan Piutang

Periode penerimaan piutang digunakan untuk menghitung waktu


atau hari rata-rata dana tertanam dalam piutang.

Hasil Perhitungan Perputaran Piutang


(dalam jutaan rupiah)

Rata-rata
Period Penjualan
piutang Hasil
e (dalam rupiah)
(dalam rupiah)

2020 14.063.557 246.488 57,1 x

2021 18.227.044 443.192 41,1 x

39
Hasil Perhitungan Periode Rata-rata Pengumpulan Piutang
(dalam jutaan rupiah)
Julah hari dalam
Periode Perputaran Hasil
setahun
piutang (%)

Hasil 2020 360 57,1 6,3 hari


perhitungan
diatas 2021 360 41,1 8,8 hari

menunjukkan bahwa periode penerimaan piutang tahun 2020 lebih baik daripada
tahun 2021. Dimana periode penerimaan piutang tahun 2020 adalah 6,3 hari
sedangkan pada tahun 2021 adalah 8,8 hari. Dari uraian diatas mempunyai arti
bahwa pada tahun 2020 perusahaan akan menerima penerimaan piutang dalam
waktu 6,3 hari dengan trun over antara penjualan dengan piutang rata-rata adalah
kira-kira 57,1 x dan pada tahun 2021 perusahaan akan menerima penerimaan
piutang dalam waktu 8,8 hari dengan trun over antara penjualan dengan piutang
rata-rata adalah kira-kira 41,1 x.

e. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara harga pokok


barang yang dijual dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali
jumlah persediaan dagangan diganti dalam satu tahun. Untuk
mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat
ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam 1 tahun dengan
trun over dari persediaan tersebut.

40
Hasil Perhitungan Perputaran Persediaan
(dalam jutaan rupiah)

Rata-rata
Harga Pokok
Periode persediaan Hasil
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)

2020 11.918.051 1.328.986 9x

2021 15.406.118 1.413.885 10,9 x

Hasil Perhitungan Periode Rata-rata Persediaan Tersimpan


Digudang
(dalam jutaan rupiah)

Jumlah hari Perputaran


Periode Hasil
dalam setahun Persediaan

2020 360 9x 40 hari

2021 360 10,9 x 33 hari

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa perputaran persediaan tahun


2021 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2020. Hal ini dapat dilihat
bahwa pada tahun 2020 persediaan berada digudang rata-rata selama 40 hari
dengan perputaran persediaan kitra-kira 9 x, sedangkan pada tahun 2021
persediaan berada digudang rata-rata selama 33 hari dengan perputaran persediaan
kira-kira 10,9 x.

f. Perputaran Modal Kerja

41
Ratio ini menunjukan hubungan antara penjualan dengan modal
kerja dan menunjukan banyaknya penjulan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Hasil Perhitungan Perputaran Modal Kerja


(dalam jutaan rupiah)

Penjulan Modal Kerja


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 14.063.557 (610.436) 23 x

2021 18.227.044 (517.646) 35,2 x

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa perputaran persediaan tahun


2021 mengalami lebih baik dibandingkan tahun 2020. Hal ini dapat dilihat bahwa
pada tahun 2020 perputaran modal kerja sebesar 23 x hal ini menunjukan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan sebesar Rp 23 untuk tiap
Rp 1 modal kerja, sedangkan pada tahun 2021 perputaran modal kerja sebesar
35,2 x hal ini menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan
sebesar Rp 35,2 untuk tiap Rp 1 modal kerja.

3.10.2 Ratio Solvabilitas

a. Ratio Modal Kerja dengan Aktiva

Ratio ini merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan


total aktiva, yang menunjukan pentingnya dari sumber modal
pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor.

Hasil Perhitungan Ratio Modal Kerja dengan Aktiva

42
(dalam jutaan rupiah)

Modal Sendiri Total Aktiva


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 1.085.106 4.262.929 25,5%

2021 1.460.480 5.014.932 29,1%

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa Ratio modal kerja dengan


aktiva pada tahun 2020 lebih baik dibandingkan tahun 2021, Hal ini dapat dilihat
bahwa pada tahun 2020 sebesar 25,5% menunjukan jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan sebesar 74,5%. Sedangkan pada
tahun 2021 sebesar 29,1% menunjukan jumlah modal pinjaman yang digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan hanya sebesar 70,9%.

b. Ratio Modal dengan Aktiva Tetap

Ratio antara hak pemilik atau modal sendiri dengan aktiva tetap ini
ditentukan atau dihitung dengan cara membagi total hak pemilik-
pemilik perusahaan dengan nilai buku dari aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan.

Hasil Perhitungan Ratio Modal dengan Aktiva Tetap


(dalam jutaan rupiah)

Modal Sendiri Aktiva Tetap


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 1.085.106 2.097.851 51,7%

2021 1.460.480 2.432.879 60%

43
Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio modal dengan aktiva tetap
tahun 2020 sebesar 51,7% lebih baik dibandingkan pada tahun 2021 sebesar 60%.
Ini berarti bahwa sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman
jangka pendek atau jangka panjang sebesar 51,7% sedang aktiva lancar
seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman. Sedangkan pada tahun 2021
sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek atau
jangka panjang sebesar 60% sedang aktiva lancar seluruhnya dibiayai dengan
modal pinjaman.

c. Ratio Aktiva tetap dengan hutang jangka panjang

Ratio ini diperoleh dengan membagi total aktiva tetap dengan total
hutang jangka panjang, ratio ini merupakan suatu ratio yang
merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh
kreditor jangka panjang. Disamping itu juga menentukan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan
jaminan aktiva tetap.

Hasil Perhitungan Ratio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka


Panjang
(dalam jutaan rupiah)

Hutang jangka
Aktiva Tetap
Periode Panjang Hasil
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)

2020 2.097.851 402.309 521,5%

2021 2.432.879 454.753 535%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio aktiva tetap dengan hutang
jangka panjang menunjukan bahwa pada tahun 2021 lebih baik dari pada tahun

44
2020, hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 hanya sebesar 521,5% lebih
kecil dibandingkan pada tahun 2021 sebesar 535% ini berarti bahwa pada tahun
2021 semakin besar jaminan dan kreditor jangka panjang semakin aman atau
terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman.

d. Ratio Hutang Jangka Panjang Dengan Modal Sendiri

Ratio ini diperoleh dengan membagi total hutang jangka panjang


dengan modal sendiri, ratio ini merupakan suatu ratio yang
merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh
kreditor jangka panjang.
Hasil Perhitungan Ratio Hutang Jangka Panjang dengan
Modal Sendiri
(dalam jutaan rupiah)

Hutang Jangka
Modal Sendiri
Periode Panjang Hasil
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)

2020 402.309 1.085.106 37,1%

2021 454.753 1.460.480 31,1%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio hutang jangka panjang


dengan modal sendiri pada tahun 2020 adalah sebesar 37,1% sedangkan pada
tahun 2021 sebesar 31,1%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 hutang jangka panjang
dijamin oleh modal sendiri sebesar Rp 0,371 pada tahun 2020, sedangkan pada
tahun 2021 hanya sebesar Rp 0,311.

e. Ratio Antar Hutang Dengan Aktiva

Ratio ini diperoleh dengan membagi total hutang dengan total


aktiva, ratio ini merupakan suatu ratio yang merupakan ukuran

45
tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka
panjang.

Hasil Perhitungan Ratio Antar Hutang Dengan Aktiva


(dalam jutaan rupiah)

Total Hutang Total Aktiva


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 3.177.823 4.262.929 74,5%

2021 3.554.452 5.014.932 70,9%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio antar hutang dengan aktiva
pada tahun 2020 adalah sebesar 74,5% sedangkan pada tahun 2021 sebesar
70,9%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 total hutang dijamin oleh total aktiva
sebesar Rp 0,745 pada tahun 2020, sedangkan pada tahun 2021 hanya sebesar Rp
0,709.

3.10.3 Ratio Rentabilitas

a. Ratio Laba Usaha Dengan Aktiva Usaha

Ratio ini diperoleh dengan membagi laba usaha dengan total aktiva
usaha. Ratio ini sangat berguna untuk membandingkan antara dua
perusahaan atau lebih yang memiliki struktur permodalan yang
berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk
dua periode yang berbeda.
Hasil Perhitungan Ratio Laba Usaha Dengan Aktiva Usaha
(dalam jutaan rupiah)
Laba Usaha Aktiva Usaha
Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 349.523 4.262.929 8,2%

46
2021 497.060 5.014.932 9,9%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa ratio laba usaha dengan aktiva
usaha pada tahun 2020 sebesar 8,2% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021
sebesar 9,9%. Ini berarti bahwa pada tahun 2021 lebih baik dari tahun 2020.

b. Perputaran Aktiva Usaha

Merupakan ratio antar jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi


terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut.
Ratio ini merupakan ukuran tentang sampai berapa jauh aktiva ini
telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan menunjukan
berapa kali operating asset berputar dalam suatu periode tertentu.

Hasil Perhitungan Perputaran Aktiva Usaha


(dalam jutaan rupiah)

Penjualan Aktiva Usaha


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 14.063.557 4.262.929 3,3x

2021 18.227.044 5.014.932 3,6x

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa perputaran aktiva usaha pada


tahun 2020 sebesar 3,3x lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021 sebesar 3,6%.
Ini berarti bahwa pada tahun 2021 lebih efisien dalam menggunakan aktiva
dibandingkan tahun 2020.

c. Gross Margin Ratio

Merupakan ratio antar laba kotor yang diperoleh perusahaan


dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.

47
Ratio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap
rupiah penjualan.

Hasil Perhitungan Gross Margin Ratio


(dalam jutaan rupiah)

Laba Kotor Penjualan


Periode Hasil
(dalam rupiah) (dalam rupiah)

2020 2.145.506 14.063.557 15,3%

2021 2.820.926 18.227.044 15,5%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa gross margin ratio pada tahun
2020 sebesar 15,3% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021 yaitu sebesar
15,5%. Ini berarti bahwa pada tahun 2021 lebih baik dibandingkan tahun 2020.

d. Operating Margin Ratio

Merupakan ratio antar laba usaha yang diperoleh perusahaan


dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Ratio ini menggambarkan laba usaha yang dapat dicapai setiap
rupiah penjualan.

Hasil Perhitungan Operating Margin Ratio


(dalam jutaan rupiah)

Laba Usaha
Periode Penjualan Hasil
(dalam rupiah)

2020 349.523 14.063.557 2,5%

2021 497.060 18.227.044 2,7%

48
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa operating margin ratio pada
tahun 2020 sebesar 2,5% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2021 yaitu sebesar
2,7%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba usaha
sebsar Rp 0,25 pada tahun 2020 sedangkan pada tahun 2021 lebih besar yaitu
sebesar Rp 0,27.

e. Net Margin Ratio

Merupakan ratio antar laba bersih sesudah pajak yang diperoleh


perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode
yang sama. Ratio ini menggambarkan laba bersih sesudah pajak
yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan.

Hasil Perhitungan Net Margin Ratio


(dalam jutaan rupiah)

Laba bersih
Periode sesudah pajak Penjualan Hasil
(dalam rupiah)

2020 360.454 14.063.557 2,6%

2021 375.374 18.227.044 2,1%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa net margin ratio pada tahun
2020 sebesar 2,6% lebih besar dibandingkan pada tahun 2021 yaitu sebesar 2,1%.
Ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba bersih sesudah

49
pajak sebsar Rp 0,26 pada tahun 2020 sedangkan pada tahun 2021 lebih kecil
yaitu sebesar Rp 0,21.

f. Operating Ratio

Merupakan ratio antar harga pokok ditambah biaya operasi yang


diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada
periode yang sama. Ratio ini menggambarkan bahwa setiap rupiah
penjualan yang terserap dalam harga pokok ditambah biaya
operasi.

Hasil Perhitungan Operating Ratio


(dalam jutaan rupiah)

HPP+biaya
Periode Operasi Penjualan Hasil
(dalam rupiah)

2020 13.824.266 14.063.557 98%

2021 17.870.132 18.227.044 98%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Operating ratio pada 2020 dan
2021 sebesar 98%. Ini berarti bahwa setiap Rp1 penjualan terserap dalam harga
pokok dan biaya operasi sebesar Rp 0,98 pada tahun 2020 dan 2021.

g. Rate Of ROI

Salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk


dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian
ratio ini menghubungkan laba bersih sebelum pajak dengan jumlah
investasi atau aktiva.

50
Hasil Perhitungan Rate Of ROI
(dalam jutaan rupiah)

Laba Bersih
Jumlah Aktiva
Periode Sebelum Pajak Hasil
Usaha
(dalam rupiah)

2020 290.239 4.262.929 6,8%

2021 409.980 5.014.932 8,2%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Rate Of ROI pada tahun 2021
meningkat yaitu sebesar 8,2% dari tahun 2020 yang hanya sebesar 6,8%. Ini
berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2020 dan 2021
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

h. Net Rate Of ROI

ratio ini adalah perbandingan antara laba bersih sesudah pajak


dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi perusahaan.

Hasil Perhitungan Net Rate Of ROI


(dalam jutaan rupiah)

Laba Bersih
Jumlah Aktiva
Periode Sesudah Pajak Hasil
Usaha
(dalam rupiah)

2020 255.823 4.262.929 6%

2021 360.674 5.014.932 7,2%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Net Rate Of ROI pada tahun
2021 meningkat yaitu sebesar 7,2% dari tahun 2020 yang hanya sebesar 6%. Ini

51
berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2020 sebesar 6%
menjadi 7,2% pada tahun 2021.

i. Rentabilitas Modal Sendiri

Ratio ini merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak


dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan perusahaan.

Hasil Perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri


(dalam jutaan rupiah)

Laba Bersih
Periode Sesudah Pajak Modal Sendiri Hasil
(dalam rupiah)

2020 255.823 1.085.106 23,6%

2021 360.674 1.460.480 24,7%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa rentabilitas modal sendiri pada


tahun 2020 sebesar 23,6% sedangkan pada tahun 2021 sebesar 24,7%. Ini berarti
bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2020 23,6% menjadi 24,7%
pada 2021 dengan modal sendiri yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih sesudah pajak.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan:

1. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis perbandingan


menunjukkan bahwa total aktiva perusahaan. Posisi keuangan jangka

52
pendek menunjukan perkembangan yang menguntungkan walaupun
hutang jangka pendek naik sebesar 112%, namun kenaikan itu telah
diimbangi dengan kenaikan aktiva lancar sebesar 119% dengan tingkatan
yan lebih besar. Kenaikan penjualan sebesar 130% diimbangi dengan
kenaikan piutang usaha pihak ketiga dan lain-lain masing-masing sebesar
161% dan 196%, sedangkan piutang usaha pihak berelasi turun sebesar
54%. Hal ini menunjukan bahwa bagian penagihan bekerja kurang
efektif. Kenaikan persediaan sebesar 106% menunjukan perkembangan
yang menguntungkan, karena kenaikan persediaan tersebut telah
diimbangi dengan kenaikan penjualan sebesar 130%.
2. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis common size
menunjukkan bahwa perbandingan semua pos-pos dalam neraca dan laba
rugi dengan total perusahaan mengalami peningkatan yaitu kas dan setara
kas sebesar 12% pada tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020 sebesar
10% akan terserap dalam total asset, persediaan mengalami penurunan
sebesar 28% pada tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020 sebesar
31% akan terserap dalam total asset. Total asset lancar pada tahun 2020
dan 2021 stabil yaitu 51%, total asset tidak lancar tidak mengalami
perubahan yaitu sebesar 49% akan terserap dalam total assets. Total
liabilities pada tahun 2020 sebesar 75% dan 2021 sebesar 71% , total
ekuitas 25% pada tahun 2020 dan 29% pada tahun 2021 akan terserap
dalam total liabilities dan ekuitas.
3. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis rasio
menunjukkan bahwa dari segi faktor likuiditas tahun 2021 lebih baik
daripada likuiditas tahun 2020 karena rasio lancar tahun 2021 sebesar
83,3% yang berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp
0,833 aktiva lancar sedangkan pada tahun 2020 sebesar 78% atau setiap
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,78 aktiva lancar, artinya
perusahaan layak untuk diberi ktredit jangka pendek. Ditinjau dari faktor
profitabilitas maka tahun 2021 lebih baik dibanding dengan tahun 2020.

53
Hal ini disebabkan ratio laba usaha dengan aktiva tahun 2021 sebesar
9,9% sedangkan pada tahun 2020 hanya sebesar 8,2% dan perhitungan
ROI menunjukan pada tahun 2021 lebih baik yaitu 8,2% lebih besar dari
tahun 2020 yang hanya 6,8%, artinya perusahaan layak untuk mendapat
investasi dari para investor. Ditinjau dari faktor solvabilitas maka pada
tahun 2020 lebih solvabel dari pada tahun 2021 karena solvabilitas tahun
2020 dari ratio modal dengan aktiva adalah sebesar 25,5% sedangkan
pada tahun 2021 sebesar 29,1%. Sedangkan pada perhitungan ratio antar
hutang dengan aktiva menunjukan pada tahun 2021 lebih baik dari tahun
2020, karena tahun 2021 sebesar 70,9% sedangkan tahun 2020 sebesar
74,5% artinya perusahaan layak untuk diberi kredit jangka panjang.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Sumber Alfaria


Trijaya Tbk. tahun 2020 & 2021, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Perusahaan disarankan untuk memerhatikan fluktuasi pada setiap pos
laporan keuangan karena meskipun dalam analisis perbandingan terjadi
fluktuasi yang positif dari masing-masing pos, hal ini tidak menjadi
jaminan bahwa tingkat likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
2. Perusahaan disarankan untuk mengurangi pinjaman baik secara jangka
pendek maupun jangka panjang untuk meningkatkan tingkat likuiditas
dan solvabilitas.
3. Perusahaan disarankan untuk melakukan efisiensi biaya terutama beban
pokok penjualan agar perusahaan memperoleh laba yang maksimal.

54
4. Perusahaan disarankan untuk menambah modal dengan menarik investor
sehingga pembiayaan penambahan aktiva dapat dibiayai oleh modal
perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

www.idx.co.id

Munawir. S Drs. Akuntan, 2002, Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat,

Yogyakarta; Liberty

http://ymoentarib.wordpress.com/2013/01/02/lingkungan-pemasaran-segmentasi-

dan-merek-pt-sumber-alfaria-trijaya-tbk-alfamart/

55
http://valentinaolivia.blogspot.com/2013/04/analisis-minimarket-alfamart-

dengan.html

https://www.google.com/

#q=analisa+SWOT+PT+SUMBER+ALFARIA+TRIJAYA+TBK

http://indomaret.co.id/profil-perusahaan/

http://aryo-bony-anggoro.mhs.narotama.ac.id/2012/03/23/manajemen-strategic/

Keseluruhan rasio Cash Flow menunjukkan bahwa yang memiliki kinerja perusahaan

yang baik pada kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2019-2021 adalah PT Sumber

Alfaria Trijaya Tbk . Apabila dilihat dari analisis laporan arus kasnya, PT Sumber Alfaria

Trijaya Tbk mendapatkan rasio yang lebih tinggi daripada perusahaan perbankan

syariah yang lain. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk memiliki arus kas yang baik untuk

memenuhi kewajiban, memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya serta tidak terlalu

bergantung pada ekuitasnya sebagai sumber dalam melakukan aktifitas operasionalnya.

Penerapan rasio cash flow dalam menilai kinerja keuangan perusahaan perbankan

Syariah Berdasarkan dari analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio

cash flow dapat diterapkan untuk membantu manajemen menilai kinerja keuangan

perusahaan karena pada laporan arus kas terdapat pengeluaran serta pemasukan yang

ada pada kas perusahaan secara terperinci yang dapat menilai kelemahan dan kelebihan

yang ada pada suatu perusahaan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan yang baik.

56

Anda mungkin juga menyukai