SKRIPSI
OLEH:
MEDAN
2021
ABSTRAK
Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan banyak nikmat dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan proposal adalah sebagai salah satu
Kinerja Keuangan Pada PT. Kimia Farma . Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan,
kasih untuk yang teristimewa Ayahanda selamat Riadi dan Ibunda Norma
Dalimunthe yang telah mengasuh dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang
serta mendidik dan mendukung penulis dalam pembuatan proposal ini. Dan
seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan moril, materi
kepada penulis serta kasih sayangnya yang tiada henti kepada penulis.
Sumatera Utara.
i
2. Bapak H. Januri, S.E, MM, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. Bapak Ade Gunawan, S.E, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi
4. Bapak Dr. Hasrudy Tanjung, S.E, M.Si selaku Wakil Dekan III dan ketua
7. Ibu Isna Ardila, S.E, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan
proposal ini.
Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu yang
9. Untuk keluarga Abang dan Kakak Dedi Irwansyah S.P ,Yunita S.Pd,
10. Terimakasih untuk penyemangat terbaik penulis Yessi Novita hafni Ezza
Rahmana Devi, Irna shintia, Indah septi, Lilis Farina yang telah memotivasi
ii
dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini sehingga dapat
telah membantu menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Uraian Teoritis............................................................................... 11
1. Laporan Keuangan ........................................................................ 11
2. Kinerja Keuangan .......................................................................... 12
3. Total Aset Turnover ...................................................................... 16
4. Pertumbuhan Laba ........................................................................ 17
5. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 33
B. Kerangka Konseptual .................................................................... 35
iv
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 40
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
Karakteristik perbedaan laporan keuangan dapat dilihat dari laba bersih yang
subsidi, oleh karena itu keuntungan yang diperoleh menjadi kurang maksimal
(Ang, 2014).
yang telah go public, Go Public atau sering disebut juga Penawaran Umum adalah
sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk
memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada. Kinerja keuangan
dapat didefinisikan sebagai hasil kerja para manajer dalam melaksanakan tugas
perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
3
keuangan yang disajikan oleh manjemen akan memberi arti pada saat dianalisis
dimana analisis rasio ini dapat menggambarkan dengan jelas kondisi keuangan
suatu perusahaan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa
merupakan hal yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan
cara analisis rasio. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
likuiditas, rasio pertumbuhan. Rasio aktivtias adalah rasio yang melihat pada
tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat
tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur
seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada
rasio yang dapat dihitung antara lain, Total Assets Turnover, Receivable Turnover,
(Kasmir, 2010).
meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan laba. Rasio total asset turnover
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang
dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari
dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki
oleh perusahaan. Bila nilai TATO ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan
semakin baik. Rasio TATO yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang
sumber yang ada seperti kegiatan pendapatan, kas, modal, jumlah karyawan,
memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan.
Analisis rasio ROA merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk
aset ratio (DAR). Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara hutang dibagi
dengan Asset, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari pada Asset,
besarnya rasio DAR berada diatas satu, sehingga dana yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur hutang dari pada Asset.
Oleh karena itu, investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DAR yang
besarnya kurang dari satu, karena jika DAR lebih dari satu menunjukkan jumlah
hutang yang lebih besar dan resiko perusahaan semakin meningkat. Kenaikan
DAR pada tingkat tertentu akan meminimalkan biaya modal, tetapi bila
6
(Simamora, 2013).
utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Supriyono, 2015). Pada
penelitian ini rasio likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar karena
asset asset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif
terhadap besarnya hutang hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat
(tidak lebih dari 1 tahun), pada tanggal tertentu seperti tercantum pada neraca.
perusahaan di masa depan, sehingga menjadi salah satu faktor yang menentukan
swasta nasional adalah perusahaan farmasi yang berbadan hukum Indonesia, yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia atau badan
maupun dengan perusahaan farmasi swasta nasional lainnya yang tidak bisa
dihindarkan lagi. Persaingan ini ditambah dengan adanya krisis global sehingga
mengambil keputusan.
farmasi swasta yang terdaftar di BEI dari tahun 2014-2019 dan berikut adalah data
Tabel I.1
Data Keuangan PT. Kimia Farma di BEI
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai persediaan pada perusahaan
penjualan, sehingga nilai perputaran persediaan akan semakin meningkat. Hal ini
perolehan laba yang dihasilkan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ningrum
(2019) dengan hasil penelitian bahwa berdasarkan Net Profit Margin (NPM)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai piutang pada perusahaan farmasi
Semakin tinggi piutang maka semakin cepat piutang diubah menjadi kas, sehingga
nilai perputaran piutang akan semakin meningkat. Dampak dari nilai piutang
mengalami penurunan adalah tingkat perputarn piutang akan semakin rendah dan
laba yang diperoleh akan mengalami penurunan. Hasil penelitian Hafidzul Ulum
9
(2017) menunjukan bahwa nilai rata-rata curent ratio, debt to equity ratio, return on
equity, return on asset, net profit margin, dan total asset turnover nilai rata-rata PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih baik dari pada PT Indosat Tbk. sedangkan nilai rata-
rata economic value added (EVA) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih baik dari pada
PT Indosat Tbk.
Dari tabel I.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai laba bersih dan
nilai laba bersih perushaaan farmasi milik swasta yang mengalami peningkatan
dari tahun 2018-2019. Hal ini seperti pernyataan bahwa Laba yang dicapai
Hal ini akan berdampak pada kondisi perusahaan akan mengalami kekurangan
penelitian menunjukkan bahwa kinerja sosial perusahaan swasta dan BUMN tahun 2006
dan 2008 berbeda secara signifikan. Selain itu, tidak ditemukan hubungan yang signifikan
antara perubahan kinerja sosial perusahaan BUMN dan swasta terhadap kinerja keuangan
perusahaan
B. Identifikasi Masalah
tahun 2018-2019
2. Nilai piutang pada PT. Kimia Fama mengalami penurunan pada tahun
2018-2019.
3. Nilai laba bersih pada PT. Kimia Famar mengalami penurunan pada
tahun 2018-2019
1. Rumusan Masalah
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana kinerja keuangan pada PT.
2. Batasan Masalah
likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar dan rasio pertumbuhan diukur
1. Tujuan Penelitian
mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk.
11
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
a) Bagi peneliti
c) Bagi investor
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uraian Teoritis
1. Kinerja Keuangan
kriteria bagi penilaian kinerja perusahaan BUMN sesuai dengan surat keputusan
efisiensi dan produktivitas perusahaan yang dilakukan secara berkala atas laporan
yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Kinerja keuangan
yang dilihat berdasarkan laporan keuangan yang disajikan oleh manjemen akan
memberi arti pada saat dianalisis terhadap pelaksanaan kinerja yang telah
dilakukan.
12
13
Dari hasil analisis tersebut nantinya akan dapat diketahui tingkat kesehatan
perusahaan dan juga dapat diketahui kelemahan maupun prestasi yang dimiliki
sebagai berikut
panjang.
periode tertentu.
1) Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu
kegiatannya.
individual yang dibuat secara terus menerus oJeh manajemen. Oleh karena itu
untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak
didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan
prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan ini merupakan data
yang paling umum yang tersedia untuk tujuan tersebut, walaupun seringkali tidak
mewakili- hasil dan kondisi ekonomi. Laporan keuangan disebut sebagai "kartu
15
skor" periodik yang memuat hasil investasi operasi dan pembiayaan perusahaan,
maka fokus akan diarahkan pada hubungan dan indikator keuangan yang
memungkinkan analisa penilaian kinerja masa lalu dan juga proyeksi hasil masa
depan dimana akan menekankan pada manfaat serta keterbatasan yang terkandung
didalamnya.
perusahaan. Dan karena setiap kegiatan itu memerlukan sumber daya maka
kinerja manajemen akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan perusahaan.
bukan subjektif sebagai dasar penilaian kinerja manajer. Masalah pengukuran atau
(biaya atau pengeluaran) dapat diukur pada organisasi nirlaba seperti halnya pada
organisasi yang berorientasi pada laba. Tetapi tanpa ukuran yang baik untuk
menjadi subjektif.
16
mengelola aktiva yang dimiliki suatu perusahaan guna untuk menghasilkan laba
efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan
bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva.
adalah merupkan rasio yang menggambarkan perputaran total aktiva yang diukur
Rasio ini mengukur seberapa banyak penjualan yang bisa diciptakan dari setiap
Total Aktiva (Total assets Turn Over) adalah kemampuan perusahaan dalam
Semakin tinggi Perputaran Total Aktiva (Total assets Turnover) berarti semakin
diartikan bahwa penjualan bersih perusahaan lebih kecil dari pada operating assest
perusahaan. Jika perputaran aktiva perusahaan tinggi maka akan semakin efektif
1) Sales (penjualan)
b) Fixed Assets
Semakin tinggi rasio total asset turnover berarti semakin efisien penggunaan
Assets Turnover ini lebih penting bagi kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi
akan lebih penting bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan
perkataan lain, jumlah assets yang sama dapat memperbesar volume penjualan
menggunakan aktiva. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan
aktiva tersebut.
tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa
industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang
kecil, rasio ini barangkali relatif tidak begitu penting untuk diperhatikan.
Menurut (Brigham & Houston, 2011), inflasi telah menyebabkan nilai dari
kebanyakan aktiva yang dibeli di masa lalu mengalami kurang cacat (understated)
yang serius.
gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan
meningkat.
menghitung seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan dari penggunaan total
(Syamsudin, 2011). Total Assets Turnover adalah rasio yang menunjukkan tingkat
penjualan tertentu.
yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus
netto/Jumlah modal. Beberapa aktiva harus dijual, atau gabungan dari langkah-
Rasio yang digunakan untuk menganalisis manajemen aset dalam hal ini
adalah Total Assets Turnover (TATO), rasio ini akan dapat menjelaskan atau
memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi
perputaran semua aktiva perusahaan maka semakin baik kinerja manajemen dalam
Penjualan Bersih
Total Assets Turnover =
TotalAktiva
Penjualan bersih (Net Sales) merupakan hasil penjualan bersih selama satu
tahun. Total aktiva merupakan penjumlahan dari total aktiva lancar dan aktiva
tetap.
a. Pengertian ROA
(Gross Profit Margin), Marjin Laba Operasi (Operating Profit margin), Marjin
Laba Bersih (Net Profit Margin), Hasil Atas Modal Kerja (Return On Assets) dan
laba dengan aktiva yang tersedia disebut juga hasil atas investasi.
perusahaan. Semakin besar rasio ini maka profitabilitas perusahaan akan semakin
baik. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih dengan
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan berapa besar
laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Menurut
Kasmir (2012, hal. 201) Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
23
aktiva.
Semakin besar nilai rasio ini menunjukan tingkat rentabilitas usaha bank
Dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa Return On Asset
(ROA) merupakan salah satu salah rasio profitabilitas yang menunjukkan laba
mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan
Analisa Return on Asset (ROA) ini sudah merupakan tehnik analisa yang
keseluruhan operasi perusahaan. Return on Asset (ROA) itu sendiri adalah salah
satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk rasio ini adalah Net
Operating Profit Rate of Return atau Operating Earning Power (Munawir 1995
:89).
merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. Return On
Assets (ROA) atau yang sering disebut Return On Invesment (ROI) diperoleh
dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap Modal Kerja.
Dengan demikian jika suatu perusahaan mempunyai laba bersih dan Modal
Kerja menurun maka akan mendapatkan laba yang kecil pula dan sebaliknya jika
laba bersih dan Modal Kerja mengalami kenaikan maka untuk mendapatkan laba
yang positif menunjukkan bahwa dari Modal Kerja yang dipergunakan untuk
Reurnt On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari Modal Kerja
adalah :
surat berharga, piutang dagang dan persediaan. Sedangkan biaya-biaya terdiri atas
harga pokok asset, biaya operasi, biaya bunga dan pajak penghasilan.
penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang
27
perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam
perencanaan strategi.
mengarah pada efisiensi alokasi penggunaan modal dalam bentuk aktiva serta
menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa
masa mendatang.
Menurut Van Horne (2006:200) Alat yang digunakan untuk menilai kondisi
keuangan dan kinerja dari perusahaan adalah rasio keuangan. Jika digabungkan,
dan dengan berjalannya waktu, data ini menawarkan pandangan yang sangat
over dan current ratio termasuk rasio likuiditas, manajemen aktiva, debts ratio
Untuk memperoleh laba dalam pengembalian atas aset yang ada pada
Assets (ROA) yang diperoleh, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut
dana. Kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan utang bagi perusahaan
dan dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Proposi antara bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam
perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka
pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang
penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat
permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham
diperoleh harus lebih besar dari pada biaya modal sebagai akibat dari penggunaan
dengan modal sendiri”. Pengertian diatas mengandung arti bahwa konsep Debt to
suatu perusahaan dikenal baik dengan modal sendiri maupun dengan modal
merupakan perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri”.
manajer keuangan harus dapat menilai Debt to Equity Ratio perusahaan dan
31
besar hutang untuk mendanai asset, maka semakin besar financial laveragenya
karena menunjukkan adanya beban tetap yang berasal dari fixed cost financing
meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan kecuali hutang lancar.
1) Modal pinjaman,
2) Modal sendiri/ekuitas.
lebih rendah, karena mereka memperoleh risiko yang paling kecil atas
rendah.
32
harus dibayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang, modal sendiri
diharapkan tetap dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
a) saham preferen
b) saham biasa yang terdiri dari saham biasa dan laba ditahan.
Saham biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal diikuti
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan
modal asing . Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan
sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing
adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa
pinjaman bank. Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan
modal abstrak.
Menurut (Riyanto, 2010) Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat
secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan
peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang
tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan . Misalnya
33
hak paten, nama baik, dan hak merek. Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi
modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum
dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah,
dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara
yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam
penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan. Debt to Equity Ratio
utang tidak dikenai pajak dan kreditur mendapat pengembalian yang tetap
sehingga pemegang saham tidak perlu mengambil bagian laba ketika ketika
ketika rasio utang meningkat maka resiko perusahaan akan meningkat dan suku
operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga maka pemegang sahamnya
hutang.
Hal ini berarti, Debt to Equity Ratio bermanfaat untuk pinjaman melalui
Menurut (Tunggal, 2015) adapun tujuan dari Debt to Equity Ratio adalah:
adalah
Ratio tersebut. Menurut (Brigham & Houston, 2011) mengatakan bahwa Debt to
1) Stabilitas penjualan
2) Struktur aset
3) Leverage operasi
4) Tingkat pertumbuhan
5) Profitabilitas
36
6) Pajak
7) Kendali
8) Sikap Manajemen
9) Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat
10) Kondisi pasar
11) Kondisi internal perusahaan
12) Fleksibilitas keuangan
1) Stabilitas penjualan
mengambil utang dalam jumlah lebih besar dan mengeluarkan beban tetap
tidak stabil.
2) Struktur aset
yang dapat digunakan oleh banyak prusahaan dapat menjadi jaminan yang
baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus. Jadi, perusahaan
perusahaan yang terlibat dalam bidang penelitian teknologi, hal seperti ini
tidak berlaku.
3) Leverage operasi
37
Jika hal lain dianggap sama, perusahaan dengan laverage operasi yang
4) Tingkat pertumbuhan
Jika hal yang lain di anggap sama, maka perusahaan yang memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat harus lebih mengandalakan diri pada modal
eksternal. Selain itu, biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual
menggunakan utang.
5) Profitabilitas
relatif sedikit. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis atas fakta ini, salah
6) Pajak
Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih
bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi, makin tinggi
tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan dari utang.
7) Kendali
memiliki kendala hak suara (lebih dari 50 persen saham) tetapi tidak
8) Sikap manajemen
Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa Debt to Equity Ratio akan
panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada
kebijakan uang ketat, pasar obligasi sampah menjadi sepi, dan sama sekali
tidak ada pasar pada tingkat bunga yang wajar untuk pinjaman jangka
saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa melihat sasaran Debt to
meramalkan laba yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang tidak lama
lagi. Namun, laba yang baru ini belum diantisipasi oleh investor, sehingga
dengan utang samapai laba yang lebih tinggi terwujud dan tercermin pada
Suatu perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti akan memiliki
aliran kas yang relatif stabil pula. Dengan begitu maka perusahaan dapat
menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak
stabil. Menurut (Syamsudin, 2011) ,terlepas dari pendekatan mana yang akan
diambil untuk menentukan Debt to Equity Ratio yang optimal, para manajer
1) Tingkat penjualan
2) Struktur aktiva
3) Tingkat pertumbuhan penjualan
4) Kemampuan menghasilkan laba
5) Variabilitas laba dan perlindungan pajak
6) Skala perusahaan
7) Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Debt to Equity Ratio yang optimal. Begitu juga dengan struktur aktiva
perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan utang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari skalanya
1) Tingkat bunga
2) Stabilitas dari earning-earning
3) Susunan aktiva
4) Kadar risiko dari aktiva
5) Besarnya jumlah modal yang diperlukan
6) Keadaan pasar modal
7) Sifat manajemen
8) Besarnya suatu perusahaan
1) Risiko bisnis,
2) Posisi perpajakan,
3) Fleksibilitas keuangan,
4) Konservatisme atau keagresifan manajemen
faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio. Bahwa perusahaan perlu melihat
saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Begitu juga dengan stabilitas
earning. Perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat
utangnya. Dilihat dari laporan neraca, jumlah besar aktiva perusahaan juga sangat
kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri. Sedangkan
modal asing sebagai pelengkap. Untuk perusahaan yang sebagian besar dari
Untuk kadar resiko dari aktiva, semakin panjang jangka waktu penggunaan
suatu aktiva di dalam perusahaan maka makin besar risikonya. Artinya makin
lama modal harus diikatkan, makin tinggi derajat risikonya, makin mendesak
sendiri. Dalam Debt to Equity Ratio jumlah modal yang dibuthkan sangat
mempengaruhi.
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu
begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja. Keadaan
keberanian untuk menanggung risiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani
untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari utang
penjualannya dengan dana yang berasal dari sumber intern (modal saham) yang
tidak mempunyai beban finansiil yang tetap. Kemudian besar suatu perusahaan
dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham akan hanya
Ratio (DER) yaitu salah satu rasio leverage yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan dari total aktiva yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang
perusahaan. Menurut (Kasmir, 2010a), Debt Ratio merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau
Baik buruknya Debt to Equity Ratio akan mempunyai efek yang langsung
besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio
Menurut kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio
Debt Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan posisi antara kewajiban
ratio adalah membandingkan seluruh total hutang atau kewajiban yang dimiliki
perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan total aset sebagai
Dari hasil pengukuran, apabila rasio tinggi artinya pendanaan dengan utang
pengukuran untuk nilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata
5. Carrent Ratio
pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu
lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini
semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus
(Wild, 2014) menyatakan bahwa : Current Ratio merupakan rasio antara lancar
dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva
dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva
perbandingan antara kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dengan hutang
lancar yaitu hutang yang harus dibayar segera mungkin (tidak lebih dari satu
tahun).
dalam kemampuan membayar hutang jangka pendek dan jangka pendek pada
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
akan diterima seorang investor. Pada akhirnya, ratio lancar ini dapat juga
beberapa perusahaan lain atau untuk akt4itas lain, current ratio bisa mengalami
penurunan.
kredit mereka, misal dengan memperpanjang jangka waktu hutang, hutang akan
49
naik dan ini akan mengurangi current ratio. Satu-satunya komponen dalam aktiva
sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutup oleh aktiva-
aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat.
karena digunakan untuk mengukur resiko likuiditas jangka pendek. Hal ini
disebabkan current ratio mudah dihitung. Disamping itu current ratio mempunyai
Aktiva Lancar
Current ratio (Current Ratio) =
Hutang Lancar
51
membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar . Ada anggapan bahwa semakin
tinggi nilai current ratio, maka akan semakin baik posisi pemberi pinjaman.
6. Pertumbuhan Laba
mampu membagikan dividen yang lebih tinggi (Weston & Copeland, 2013).
laba dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan laba, bahkan secara
dana untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dengan kata lain, Pertumbuhan laba
penetapan akan angka jumlah produk atau jasa yang dijual kepada pelanggan.
dengan hanya melihat kemampuan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri (Internal Growth Rate) dan tingkat
tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat Pertumbuhan laba yang hanya
dipicu oleh tambahan atas laba ditahan. Sustainble growth rate adalah tingkat
pembiayaan modal.
Pertumbuhan laba dapat juga diukur dari pertumbuhan aset atau dengan
suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang.
prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan dalam manajemen keuangan
Bagi perusahaan dengan tingkat Pertumbuhan laba dan laba yang tinggi
pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur
mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang
konsisten dalam aktivitas utama operasinya. Jadi, pertumbuhan yang terjadi dalam
suatu penjualan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga
khususnya dalam hal penjualan karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang
dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada
akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai
54
barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual
sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual
berkaitan, yakni:
b. Harga produk.
2. Kondisi Pasar.
a. Jenis pasarnya
c. Daya belinya
d. Frekuensi pembelian
Menurut Amstrong (2002: 327) ada empat tahap daur hidup produk yang
a. Tahap Introduksi
Tahap ini mulai ketika produk baru pertama kali diluncurkan. Hal ini
masih merugi atau berlaba kecil karena penjualan yang lambat dan
b. Tahap Pertumbuhan
d. Tahap Penurunan
8. Penelitian Terdahulu
hasil yang diperoleh belum menunjukkan tingkat konsistensi antara penelitian satu
dengan yang lainnya, baik berbeda lokasi maupun periode waktu. Dalam
memberikan hasil temuan yang baru sesuai kondisi saat ini yang terdapat di Bursa
Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti baik di Indonesia maupun negara lain seperti yang terlihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Hasil Sumber
1 Ekawahyu Perubahan Kinerja Sosial Hasil penelitian EMBA.
(2011) Perusahaan Bumn Dan menunjukkan Vol.7 No.8
Swasta Serta Pengaruhnya bahwa kinerja
Terhadap Kinerja sosial perusahaan
Keuangan Perusahaan swasta dan
BUMN tahun
2006 dan 2008
berbeda secara
signifikan. Selain
itu, tidak
ditemukan
hubungan yang
signifikan antara
perubahan kinerja
sosial perusahaan
BUMN dan
swasta terhadap
kinerja keuangan
perusahaan
1 Hafidzul Ulum Analisis Perbandingan Hasil penelitian Jurnal
(2017) Kinerja Keuangan menunjukan EMBA Vol
Perusahaan Telekomunikasi bahwa nilai rata- .5 No.2
Yang Tercatat Di Bei (Studi rata curent ratio,
57
B. Kerangka Konseptual
sejenis dalam beberapa periode, yang dapat memberikan gambaran daya saing
Menurut Didit Darmawan (2016: 178) menyatakan bahwa Kinerja adalah satu
upaya untuk memperoleh hasil terbaik dari organisasi, kelompok, dan individu
melalui pemahaman dan penjelasan dalam suatu kerangka kerja atas tujuan-tujuan
perusahaan.
penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Terdapat beberapa macam rasio yang
dapat dihitung antara lain, Total Assets Turnover, Receivable Turnover, Inventory
Turnover, dan Working Capital Turnover. Dari rasio-rasio berikut, rasio aktivitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Assets Turnover (TATO).
dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki
oleh perusahaan. Bila nilai TAT ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan
TATO yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio
perusahaan di masa depan, sehingga menjadi salah satu faktor yang menentukan
Laporan Keuangan
Kinerja Keuangan
Gambar II.1
Kerangka Konseptual
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
teknis (data primer) dengan keadaan yang sebenarnya pada perusahaan untuk
kinerja keuangan
1. Kinerja Keuangan
dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang
34
62
1. Perputaran Akriva
tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan dalam rangka
merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax
3. Current Ratio
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus dari current ratio
sebagai berikut :
Pertumbuhan laba
Perubahan laba dari tahun 2014-2018. Rumus dari pertumbuhan laba adalah
sebagai berikut :
Penelitian ini mulai bulan Oktober 2020 s/d April 2021, dengan rincian
Tabel III-1
Skedul Rencana Penelitian
No. Jenis Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Penyusunan proposal
4 Bimbingan proposal
3 Seminar proposal
5 Pengolahan data
7 Bimbingan skripsi
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa angka-
angka laporan keuangan pada PT. Kimia Farma yang terdaftar di BEI. Sumber
data dikumpulkan merupakan sumber data sekunder yaitu bersumber dari situs
masalah atau data penelitian seperti laporan keuangan perusahaan. Data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang diunduh dari
website www.idx.co.id
65
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif, yaitu dengan cara menganalisis data-data biaya modal kemudian ditarik
sebagai berikut :
perusahaan
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk periode 2014-2019. Metode analisis data
kesimpulan
Adapun data hasil penelitian dari struktur aktiva, ROA, dan hasil belajar
tersebut.
67
Tabel IV.1
Data Perputaran Aktiva Tahun 2014-2019
Perputaran Aktiva
Tahun Total Aktiva Penjualan
(%)
152,32
2014 2.968.185 4.521.024
150,19
2015 3.236.224 4.860.371
125,99
2016 4.612.563 5.811.503
100,51
2017 6.096.149 6.127.479
61,53
2018 8.626.246 5.307.365
47,89
2019 8.352.877 4.000.535
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai perputaran aktiva PT. Kimia
Farma Tbk pada tahun 2014 sebesar 152,32 mengalami penurunan di tahun 2015
menjadi 150,19 hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan
125,99 kali dari seluruh aktiva yang dimilikinya, pada tahun 2017 mengalami
memperoleh penjualan yang nilainya 100,51 kali dari seluruh aktiva yang
menjadi 61,53. Pada tahun 2019 nilai perputaran aktiva menjadi 47,89, hal ini
b. ROA (X2)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau
net income after tax (NIAT) terhadap total asset. Semakin besar ROA
besar.
Tabel IV.2
Data ROA Tahun 2014-2019
ROA (%)
Tahun Asset Laba Bersih
7,97
2014 2.968.185 236.531
7,82
2015 3.236.224 252.973
5,89
2016 4.612.563 271.598
5,44
2017 6.096.149 331.708
2,62
2018 8.626.246 225.977
2,58
2019 8.352.877 215.281
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai ROA PT. Kimia Farma Tbk
pada tahun 2014 nilai ROA sebesar 7,97 mengalami penurunan di tahun 2015
menjadi 7,82, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba
bersih yang nilainya 7,82 dari seluruh aktiva yang dimilikinya, pada tahun 2016
nilai ROA mengalami penurunan menjadi 5,89, hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan mampu memperoleh laba bersih yang nilainya 5,89 dari seluruh aktiva
yang dimilikinya. Pada tahun 2017 nilai ROA mengalami penurunan menjadi
5,44, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba bersih
yang nilainya 5,44 dari seluruh aktiva yang dimilikinya. Pada tahun 2018 nilai
ROA mengalami penurunan menjadi 2,62 hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
69
mampu memperoleh laba bersih yang nilainya 2,62 dari seluruh aktiva yang
dimilikinya. Pada tahun 2019 nilai ROA mengalami penurunan menjadi 2,58, hal
pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang
jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham
biasa.
Tabel IV.3
Data DER Tahun 2014-2019
Tahun Total Hutang Total Modal DER
1.291.699 0,43
2014 3.012.778
1.374.127 0,42
2015 3.236.224
2.341.155 0,72
2016 3.256.541
3.523.628 1,01
2017 3.489.725
7.182.832 0,99
2018 7.272.084
10.939.950 1,20
2019 9.090.864
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai DER PT. Kimia Farma Tbk
pada tahun 2014 nilai DER sebesar 0,43 mengalami penurunan di tahun 2015
menjadi 0,42, hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah hutang dijamin dengan
modal yang dimiliki perusahaan sebesar 0,42. Pada tahun 2016 nilai DER
mengalami peningkatan menjadi 0,72, hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah
hutang dijamin dengan modal yang dimiliki perusahaan sebesar 0,72 pada tahun
70
2017 nilai DER mengalami peningkatan menjadi 1,01, hal ini menunjukkan
bahwa setiap 1 rupiah hutang dijamin dengan modal yang dimiliki perusahaan
sebesar 1,01. Pada tahun 2018 nilai DER mengalami penurunan menjadi 0,99.
Pada tahun 2019 nilai DER mengalami peningkatan menjadi 1,20, hal ini
menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah hutang dijamin dengan modal yang dimiliki
d. Rasio Lancar
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
Tabel IV.3
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai rasio lancar PT. Kimia Farma
Tbk pada tahun 2014 nilai rasio lancar sebesar 2,39 mengalami penurunan di
tahun 2015 menjadi 0,42, hal ini menunjukkan bahwa asset lancar yang dimiliki
perusahaan lebih sedikit untuk menanggung hutang lancar yang lebih besar pada
71
perusahaan, pada tahun 2016 nilai rasio lancar mengalami peningkatan menjadi
1,71, hal ini menunjukkan bahwa asset lancar yang dimiliki perusahaan mampu
untuk menanggung hutang lancar yang lebih besar. pada tahun 2017 nilai rasio
lancar mengalami penurunan menjadi 1,48 hal ini menunjukkan bahwa asset
lancar yang dimiliki perusahaan mampu untuk menanggung hutang lancar yang
lebih besar, pada tahun 2018 nilai rasio lancar mengalami penurunan menjadi
1,48. Pada tahun 2019 nilai rasio lancar mengalami penurunan menjadi 0,59 hal
ini menunjukkan bahwa asset lancar yang dimiliki perusahaan lebih sedikit untuk
B. Pembahasan
Menurut Didit Darmawan (2016: 178) menyatakan bahwa Kinerja adalah satu
upaya untuk memperoleh hasil terbaik dari organisasi, kelompok, dan individu
melalui pemahaman dan penjelasan dalam suatu kerangka kerja atas tujuan-tujuan
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian pada rasio perputaran aktiva pada PT. Kimia
perputaran aktiva PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2014 sebesar 152,32
mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 150,19 hal ini menunjukkan bahwa
memperoleh penjualan yang nilainya 125,99 kali dari seluruh aktiva yang
dimilikinya, pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 100,51, hal ini
100,51 kali dari seluruh aktiva yang dimilikinya, Pada tahun 2018 nilai perputaran
aktiva mengalami penurunan menjadi 61,53. Pada tahun 2019 nilai perputaran
aktiva menjadi 47,89,, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
sehingga rasio perputaran aktiva pada PT. Kimia Farma Tbk dapat dikatakan
belum baik.
penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Terdapat beberapa macam rasio yang
dapat dihitung antara lain, Total Assets Turnover, Receivable Turnover, Inventory
Turnover, dan Working Capital Turnover. Dari rasio-rasio berikut, rasio aktivitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Assets Turnover (TATO).
dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki
oleh perusahaan. Bila nilai TAT ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan
TATO yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio
Nilai ROA yang terdapat pada PT. Kimia Farma dari tahun 2014-2019,
nilai ROA PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2014 nilai ROA sebesar 7,97
mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 7,82, hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan mampu memperoleh laba bersih yang nilainya 7,82 dari seluruh aktiva
yang dimilikinya, pada tahun 2016 nilai ROA mengalami penurunan menjadi
5,89, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba bersih
yang nilainya 5,89 dari seluruh aktiva yang dimilikinya. Pada tahun 2017 nilai
perusahaan mampu memperoleh laba bersih yang nilainya 5,44 dari seluruh aktiva
yang dimilikinya. Pada tahun 2018 nilai ROA mengalami penurunan menjadi 2,62
hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba bersih yang
nilainya 2,62 dari seluruh aktiva yang dimilikinya. Pada tahun 2019 nilai ROA
tahunnya hal ini mengindikasi bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan kurang
PT. Kimia Farma Tbk yang diukur dengan menggunakan ROA belum baik,
karena setiap 1 rupiah nilai aktiva yang dimiliki perusahaan belum dapat
sumber yang ada seperti kegiatan pendapatan, kas, modal, jumlah karyawan,
rasio ROA merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur
mengalami peningkatan dari tahun 2014-2019, hal ini menunjukkan bahwa nilai
aset ratio (DAR). Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara hutang dibagi
dengan Asset, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari pada Asset,
75
besarnya rasio DAR berada diatas satu, sehingga dana yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur hutang dari pada Asset.
Oleh karena itu, investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DAR yang
besarnya kurang dari satu, karena jika DAR lebih dari satu menunjukkan jumlah
hutang yang lebih besar dan resiko perusahaan semakin meningkat. Kenaikan
DAR pada tingkat tertentu akan meminimalkan biaya modal, tetapi bila
(Simamora, 2013).
utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Supriyono, 2015). Pada
penelitian ini rasio likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar karena
asset asset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif
terhadap besarnya hutang hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat
(tidak lebih dari 1 tahun), pada tanggal tertentu seperti tercantum pada neraca.
BAB V
A. Kesimpulan
76
1. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pada
PT. Kimia Farma Tbk yang dinilai dengan menggunakan rasio aktivtas
yaitu TATO tidak cukup baik karena nilai TATO tersebut di beberapa
2. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pada
profitabilitas yaitu ROA tidak cukup baik karena nilai ROA tersebut di
3. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pada
PT. Kimia Farma Tbk yang dinilai dengan menggunakan rasio hutang
yaitu DER tidak cukup baik karena nilai DER tersebut di beberapa tahun
4. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pada
PT. Kimia Farma Tbk yang dinilai dengan menggunakan rasio likuiditas
yaitu rasio lancar tidak cukup baik karena nilai rasio lancar tersebut di
B. Keterbatasan Penelitian
77
sehingga hasil dari penelitian ini mungkin tidak bisa digeneralisasi pada sektor
2. Banyaknya rasio keuangan yang dapat digunakan, namun pada penelitian ini
hanya diporksikan dengan ROA, CR, DER, TATO dan Pertumbuhan laba,
karena apabila hasil rasio keuangan ini bernilai tinggi maka perusahaan dinilai
mampu mengelola aset secara efektif dan efisien. Namun apabila nilainya
yang banyak.
tahun 2014-2019
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ang, R. (2014). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Staf
Indonesia.
Baridwan. Z. (2015). Manajemen Investasi dan Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Basu Swastha dan Irawan. (2010). Manajemen Keuangan Modern. Yogyakarta:
Offset YPAPI.
Brigham. E. F. dan Houston. J. F. (2011a). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
(2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
Brigham. E. F. dan Houston. J. F. (2011b). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Erlangga.
Dermawan. S. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Djarwanto. (2011). Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: kencana.
Halim, A. dan S. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: YKPN.
Hanafi, M. . (2014). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: YKPN.
Handoko. (2011). Konsep Analisa Laporan Keuangan Dengan Pendekatan Rasio
dan SPSS. Yogyakarta: Deepublish.
Harahap. S.S. (2004). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Hatta Radianto. (2012). Kebijakan Investasi Penanaman Modal. Hatta Radianto:
BPFE.
Horne & Wachowicz. (2005). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Bandung:
Indeks.
Husnan, S. dan E. P. (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Indrawati & Suhendro. (2016). Penerapan Akuntansi Manajemen. Jakarta:
Grafindo Persada.
Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan (1st ed.). Jakarta: Raja Grafindo.
Kasmir. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo.
Lukman Syamsuddin. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Martono. N. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Munandar. (2014). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Munawir S. (2012). Analisa Laporan Keuangan (Kedua). Yogyakarta: Liberty.
Prihadi. T. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ratnawati. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba. JAAI,
6(2), 1 13. Retrieved from
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/3d39172e99d9f013e
d05d6d09552b371.pdf
Riyanto. B. (2010). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Robert Ang. (2014). Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
80