Anda di halaman 1dari 89

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi
Program Strata I
Medan

ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PDAM TIRTAULI


PEMATANGSIANTAR

DRAFT SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH :

JOHANA SIBARANI
040502158
MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Medan
2007
2

ABSTRAK

Johana Sibarani (2007). Analisis Rasio Keuangan Pada PDAM Tirtauli


Pematangsiantar. Dra. Lisa Marlina, M.Si (Dosen Pembimbing).
Prof.Dr.Ritha F.Dalimunthe, SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen).
Drs.Syahyunan, M.Si dan Dra.Frida Ramadhini (Penguji I dan Penguji II).
Kondisi keuangan perusahaan dan perkembangannya dapat diukur dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dengan menggunakan alat analisis rasio
keuangan yang dapat menilai kinerja perusahaan dari kemampuan likuiditas,
kemampuan solvabilitas, kemampulabaan (profitability), dan kemampuan
aktivitasnya. Dengan mengetahui rasio-rasio tersebut, perusahaan dapat
mengetahui kondisi keuangan dan dapat mengambil tindakan yang tepat atas
informasi yang telah tersedia.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif dan data yang dipergunakan berupa data sekunder dengan teknik
pengumpulan data studi dokumentasi, wawancara, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja keuangan PDAM Tirtauli
Pematangsiantar belum berjalan secara optimal dan efektif karena ditemukan
adanya rasio likuiditas yang terlalu rendah dan rasio solvabilitas yang terlalu
tinggi. Perusahaan memiliki tingkat hutang yang sangat tinggi. Sedangkan rasio
aktivitas belum menunjukkan perputaran aktiva yang efektif dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005. Rasio profitabilitas juga belum stabil dan masih
mengalami kerugian yang cukup besar.

Kata kunci : Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Aktivitas,


Kemampulabaan
3

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas kasih dan angrah-Na yang telah memperkenankan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan guna

memenuhi salah satu syarat penyelesaian program studi strata 1 pada Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapatkan bimbingan, nasihat dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1) Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2) Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi, selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3) Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, sebagai Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4) Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi, sebagai Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu dan perhatiannya dalam membimbing serta memberikan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5) Bapak Drs. Syahyunan, MSi sebagai Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4

6) Ibu Dra. Frida Ramadhini sebagai Dosen Penguji II yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7) Seluruh dosen yang telah membimbing dan mengajarkan ilmunya kepada

penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

8) Pimpinan dan seluruh karyawan PDAM Tirtauli Pematangsiantar yang telah

membantu penulis dalam penyediaan dan pengumpulan data untuk penelitian.

9) Orang tua saya Ir. J. Sibarani dan S. Hutabarat tercinta beserta adik-adikku

yang telah memberi kasih sayang, doa, dorongan dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

10) Teman-teman di Fakultas Ekonomi, khususnya manajemen 2004.

11) Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

12) Nuel, terima kasih atas kesetiaan, perhatian, bantuan, semangat, dorongan dan

doanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik, saran dan masukan dari

berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Hormat Saya,

Penulis

Johana Sibarani
5

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 4

2. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

D. Kerangka Konseptual .................................................................. 5

E. Metode Penelitian........................................................................ 6

1. Batasan Operasional .............................................................. 6

2. Defenisi Operasional Penelitian ............................................ 6

3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 12

4. Jenis Data .............................................................................. 12

5. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 13

6. Metode Analisis Data ............................................................ 13

BAB II URAIAN TEORITIS ........................................................................ 15

A. Penelitian Terdahulu ................................................................... 15


6

B. Laporan Keuangan ...................................................................... 15

1. Pengertian Laporan Keuangan .............................................. 15

2. Pembagian Laporan Keuangan ............................................. 17

3. Tujuan Laporan Keuangan .................................................... 17

4. Keterbatasan Laporan Keuangan .......................................... 18

5. Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan

Keuangan............................................................................... 19

C. Analisis Laporan Keuangan ........................................................ 21

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ................................ 21

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ...................................... 22

D. Rasio Keuangan dan Pengelompokannya ................................... 22

1. Analisis Rasio Keuangan ...................................................... 22

2. Pengelompokan Rasio Keuangan .......................................... 25

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.......................................... 34

A. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................ 34

B. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................. 37

C. Laporan Keuangan Perusahaan ................................................... 49

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI........................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 82

A. Kesimpulan ................................................................................. 82

B. Saran ............................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA
7

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laporan Pendapatan dan Biaya PDAM Tirtauli (dalam

rupiah) ....................................................................................... 3

Tabel 4.1 Data Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, dan Piutang ....................... 57

Tabel 4.2 Data Hutang Lancar, Hutang Jangka Panjang, dan Ekuitas ...... 57

Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Likuiditas .................................................... 59

Tabel 4.4 Perubahan Rasio Likuiditas (dalam persen) .............................. 63

Tabel 4.5 Perhitungan Rasio Solvabilitas ................................................. 65

Tabel 4.6 Perubahan Rasio Solvabilitas (dalam persen) ........................... 68

Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Profitabilitas................................................ 70

Tabel 4.8 Perubahan Rasio Profitabilitas (dalam persen) ......................... 74

Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Aktivitas...................................................... 76

Tabel 4.10 Perubahan Rasio Aktivitas ........................................................ 79


8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Grafik Laporan Pendapatan dan Biaya PDAM Tirtauli (dalam

miliar rupiah)............................................................................. 4

Gambar 1.2. Kerangka Konseptual ................................................................ 6

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PDAM Tirtauli Pematangsiantar .............. 38

Gambar 4.1. Perubahan Rasio Likuiditas ...................................................... 63

Gambar 4.2. Perubahan Rasio Solvabilitas .................................................... 69

Gambar 4.3. Perubahan Rasio Profitabilitas .................................................. 75

Gambar 4.4. Perubahan Rasio Aktivitas ........................................................ 80


2

ABSTRAK

Johana Sibarani (2007). Analisis Rasio Keuangan Pada PDAM Tirtauli


Pematangsiantar. Dra. Lisa Marlina, M.Si (Dosen Pembimbing).
Prof.Dr.Ritha F.Dalimunthe, SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen).
Drs.Syahyunan, M.Si dan Dra.Frida Ramadhini (Penguji I dan Penguji II).
Kondisi keuangan perusahaan dan perkembangannya dapat diukur dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dengan menggunakan alat analisis rasio
keuangan yang dapat menilai kinerja perusahaan dari kemampuan likuiditas,
kemampuan solvabilitas, kemampulabaan (profitability), dan kemampuan
aktivitasnya. Dengan mengetahui rasio-rasio tersebut, perusahaan dapat
mengetahui kondisi keuangan dan dapat mengambil tindakan yang tepat atas
informasi yang telah tersedia.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif dan data yang dipergunakan berupa data sekunder dengan teknik
pengumpulan data studi dokumentasi, wawancara, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja keuangan PDAM Tirtauli
Pematangsiantar belum berjalan secara optimal dan efektif karena ditemukan
adanya rasio likuiditas yang terlalu rendah dan rasio solvabilitas yang terlalu
tinggi. Perusahaan memiliki tingkat hutang yang sangat tinggi. Sedangkan rasio
aktivitas belum menunjukkan perputaran aktiva yang efektif dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005. Rasio profitabilitas juga belum stabil dan masih
mengalami kerugian yang cukup besar.

Kata kunci : Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Aktivitas,


Kemampulabaan

Universitas Sumatera Utara


9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air yang merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia yang mengandung

suatu nilai universal, dimana kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang tidak

boleh dilimitasi, dieleminir sebagian dan atau seluruhnya, hal kebutuhan tersebut

juga sudah menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Air yang merupakan

suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat, serta merupakan suatu elemen yang

terpenting bagi kelangsungan kehidupan manusia, sudah merupakan keharusan

mendapatkan suatu proteksi yang memadai bagi kepentingan pemenuhan

kebutuhan umat manusia.

PDAM Tirtauli Pematangsiantar adalah salah satu perusahaan daerah yang

menjalankan aktivitasnya dalam mengelola air minum dibawah Pemerintah

Daerah yang tetap berorientasi laba tanpa mengabaikan aspek sosial dan budaya

masyarakat. Mengingat pentingnya menjaga kelangsungan hidup, perkembangan,

dan pertumbuhan perusahaan agar dapat bertahan hidup, maka kinerja keuangan

perusahaan harus selalu dalam kondisi terbaik. Hal ini tidak terkecuali juga harus

diperhatikan oleh PDAM Tirtauli, mengingat ketergantungan masyarakat kota

Pematangsiantar terhadap PDAM Tirtauli untuk menyediakan pasokan air bersih.

Analisis terhadap laporan keuangan terdiri dari berbagai macam teknik,

salah satu diantaranya adalah rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat

menyederhanakan laporan keuangan perusahaan sehingga mudah dimengerti oleh

Universitas Sumatera Utara


10

pihak yang membutuhkannya. Dengan analisis rasio keuangan kita dapat

memperoleh informasi dan memberikan penilaian terhadap kondisi keuangan

suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan menggunakan analisis ini,

kita dapat mengetahui keadaan perusahaan ditinjau dari likuiditas, solvabilitas,

profitabilitas, dan aktivitas perusahaan.

Likuiditas (liquidity) adalah kemampuan perusahaan unutk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Solvabilitas (solvency) adalah

kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya.

Rentabilitas (profitability) mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba, sedangkan aktivitas (activity) mengukur efisiensi perusahaan

dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dari hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau periode tertentu. Laporan keuangan

merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi

ekonomis suatu perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan berarti menggali

lebih banyak informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan pada

sebuah perusahaan. Tujuan pokok analisis laporan keuangan adalah memprediksi

kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Walaupun laporan keuangan pokok

bersifat historis, namun laporan keuangan ini biasanya memberikan indikator-

indikator bagaimana sebuah perusahaan kemungkinan berkiprah dalam periode-

periode berikutnya.

Penulis tertarik untuk menggunakan rasio keuangan dalam menganalisis

laporan keuangan PDAM Tirtauli karena analisis laporan keuangan melalui aspek

rasio keuangan memiliki keunggulan dibanding analisis lainnya dimana analisis

Universitas Sumatera Utara


11

dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang

lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi analis

dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri

yang tidak berbentuk rasio.

Berdasarkan penelitian awal, penulis menganalisis tiga periode akuntansi,

yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Datanya dapat dilihat pada Tabel

1.1:

Tabel 1.1
Laporan Pendapatan dan Biaya PDAM Tirtauli
(dalam rupiah)

Keterangan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005

Pendapatan 20.265.640.695 20.969.250.385 20.214.000.713

Biaya 19.919.213.929 22.318.105.863 24.184.037.877

Laba / Rugi 346.462.770 (1.348.855.480) (3.970.037.160)

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli

30

25

20

15

10

-5 2003 2004 2005


-10

Pendapatan Biaya Laba/Rugi

Sumber : Laporan Keuangan PDAM Tirtauli


Gambar 1.1 : Grafik Laporan Pendapatan dan Biaya PDAM Tirtauli (dalam miliar rupiah)

Universitas Sumatera Utara


12

Pada tahun 2003 PDAM Tirtauli memperoleh pendapatan sebesar Rp.

20.265.640.695 dengan biaya sebesar Rp. 19.919.213.929 sehingga memperoleh

laba sebesar Rp. 346.462.770. Namun, pada tahun 2004 walaupun PDAM

mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp. 703.609.690 PDAM mengalami

kerugian sebesar Rp. 1.348.855.480 yang disebabkan biaya yang mengalami

peningkatan sebesar Rp. 2.398.891.940, dimana melebihi peningkatan

pendapatan. Kemudian pada tahun 2005 pendapatan menurun sebesar

755.249.670, sedangkan biaya meningkat sebesar Rp. 1.865.932.010 yang

menyebabkan kerugian yang dialami PDAM semakin besar yaitu menjadi sebesar

Rp. 3.970.037.160. Dari gambaran diatas kinerja PDAM belum optimal dari segi

keuangannya. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis memutuskan untuk

memilih judul “Analisis Rasio Keuangan pada PDAM Tirtauli

Pematangsiantar”.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimana Kondisi Perusahaan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

dari Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2005 Berdasarkan Analisis Rasio

Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Aktivitas”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari PDAM Tirtauli

dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 berdasarkan analisis rasio

likuiditas rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas.

Universitas Sumatera Utara


13

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Memperluas wawasan dalam berpikir ilmiah terutama dalam bidang keuangan

khususnya analisis laporan keuangan melalui rasio keuangan.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dan dalam

pengambilan keputusan-keputusan keuangan.

c. Bagi Pihak Lain

Dapat menambah perbandingan atau literatur dan bahan referensi untuk karya

ilmiah ataupun penelitian-penelitian selanjutnya.

D. Kerangka Konseptual

Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai

keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Martono, 2001:51).

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang

bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan yang

mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan finansial

akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan

prospeknya di masa datang (Sartono, 2001:113).

Kondisi dan kinerja keuangan haruis dianalisis agar informasi dalam

laporan keuangan dapat memberikan gambaran yang jelas. Melalui analisis

laporan keuangan dengan rasio keuangan ini kita dapat melihat tingkat kesehatan

perusahaan. Pada umumnya tingkat kesehatan perusahaan ditentukan oleh empat

faktor, yaitu likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara


14

analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi satu periode dibandingkan

dengan periode sebelumnya sehingga diketahui kecenderungan selama periode

tertentu.

Gambaran likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas akan

mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Rasio-rasio Keuangan

1. Likuiditas

2. Solvabilitas Kondisi Keuangan


Perusahaan
3. Profitabilitas

4. Aktivitas

Sumber : Darsono dan Ashari (2005:51), diolah penulis


Gambar 1.2. : Kerangka Konseptual

E. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 jenis rasio keuangan, yaitu

rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas dalam kurun waktu 5

tahun berdasarkan data laporan keuangan PDAM Tirtauli tahun 2001 sampai

dengan tahun 2005.

2. Defenisi Operasional Penelitian

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu

Universitas Sumatera Utara


15

membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti bahwa perusahaan

tersebut mempunyai alat pembayaran berupa aktiva lancar yang lebih besar

daripada hutang lancar. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumusnya sebagai

berikut:

CR =
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)

2) Quick Test Ratio

Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk

membayar kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut:

QTR =
Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)

3) Rasio Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)

Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih

terhadap kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut:

Aktiva Lancar − Kewajiban Lancar


NWC =
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:53)

Universitas Sumatera Utara


16

4) Cash Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya

dengan kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan

piutang sebagai komponen yang kurang liquid.

Kas + Efek
Cash Ratio =
Kewajiban Lancar
(Sawir,2005:10)

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga

rasio leverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang.

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1) Debt to Assets Ratio

Debt to Assets Ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan

pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva

perusahaan yang didukung oleh hutang. Rumusnya sebagai berikut:

DAR =
Total Kewajiban
Total Aktiva
(Darsono dan Ashari,2005:54)

2) Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rumusnya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


17

DER =
Total Kewajiban
Total ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:54)

3) Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang

dengan jumlah modal sendiri. Hutang jangka panjang didefenisikan sebagai

hutang yang masa jatuh tempo pembayarannya diatas 1 tahun, umumnya 5 tahun

atau lebih. Semakin tinggi angka rasio ini, semakin besar pula resiko yang

dihadapi oleh para kreditur jangka panjang.

LTDER =
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
(Harahap,2006:135)

b. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai

kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan

gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas

pengelolaan perusahaan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan

bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna

untuk mengetahui keutungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.

Rumusnya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


18

GPM =
Laba Kotor
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)

2) Net Profit Margin

Net profit margin adalah laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini

menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap

penjualan yang dilakukan. Rumusnya sebagai berikut :

NPM =
Laba Bersih
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)

3) Return On Assets (ROA)

Return on assets menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rsaio

ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan

aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :

ROA =
Laba Bersih
Total Akiva
(Darsono dan Ashari,2005:57)

4) Return On Equity (ROE)

Return on equity adalah laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna

untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk

setiap rupiah modal dari pemilik. Rumusnya sebagai berikut:

ROE =
Laba Bersih
Rata - Rata Ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:57)

Universitas Sumatera Utara


19

c. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua

sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio ini digunakan dengan

membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalam aktiva sehingga kita

dapat mengetahui seberapa lancar jalannya kegiatan operasional perusahaan

sehari-hari. Rasio aktivitas yang dianalisisdalam penelitian ini adalah:

1) Receivable Turnover

Receivable turnover adalah penjualan bersih dibagi rata-rata piutang dagang.

Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan

dalam penagihan piutang yang dimiliki. Rumusnya sebagai berikut:

RT =
Penjualan Bersih
Rata − Rata Piutang Dagang
(Darsono dan Ashari,2005:59)

2) Rata-rata Penerimaan Piutang

Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi

receivable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka

waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rumusnya

sebagai berikut:

RPP =
365
Receivable Turnover
(Darsono dan Ashari,2005:59)

Universitas Sumatera Utara


20

3) Total Assets Turnover

Total assets turnover adalah penjualan dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan

perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan

penjualan digambarkan dalam rasio ini. Rumusnya sebagai berikut:

TAT =
Penjualan Bersih
Rata − rata Total Aktiva
(Darsono dan Ashari, 2005:60)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PDAM Tirtauli Pematangsiantar yang

berlokasi di Jalan Porsea No 2 Pematangsiantar. Waktu penelitian pendahuluan

diadakan pada tanggal 17 Juli 2007 sampai dengan 28 September 2007.

4. Jenis Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yang digunakan oleh penulis berkaitan dengan masalah yang dianalisis

yaitu meliputi:

1. Sejarah singkat perusahaan.

2. Struktur organisasi perusahaan.

3. Laporan keuangan tahunan perusahaan (laporan laba rugi dan neraca tahun

2001 sampai dengan tahun 2005).

4. Literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


21

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian adalah:

a. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan dari

perusahaan serta sumber-sumber lain yang berhubungan.

b. Wawancara

Yaitu melakukan komunikasi langsung dengan pihak yang berwenang yang

dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung

penelitian ini.

c. Studi Pustaka

Mengumpulkan data pendukung literatur dan laporan-laporan yang

dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang diteliti.

6. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif berdasarkan

data time series.

“Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau


menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe
yang paling umum dari penelitian deskriptif ini adalah meliputi penilaian
sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun
prosedur (Kuncoro, 2003:8).”

"Data runtut waktu (time-series) yaitu data yang secara kronologi disusun
menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data runtut waktu digunakan
untuk melihat pengaruh perubahan dalam rentang waktu tertentu, variasi
terjadinya variabel antar waktu (Kuncoro, 2003:125).

Universitas Sumatera Utara


22

Pada penelitian ini, data time series yang digunakan adalah data tahunan (annual)

yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

Universitas Sumatera Utara


23

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penulis mencatat penelitian tentang kondisi keuangan perusahaan melalui

aspek rasio finansial. Tiarma (2007) dengan judul ”Analisis Laporan Keuangan

Melalui Aspek Ratio Financial Pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)

Medan Regional Office” melalui analisis rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas,

dan rentabilitas, menemukan bahwa likuiditas perusahaan secara umum sudah

sangat baik, namun tingkat current ratio-nya terlalu tinggi karena aktiva yang

terlalu besar yang menunjukkan banyaknya dana yang menganggur. Rasio

solvabilitas relatif stabil dan cenderung semakin meningkat, perusahaan

mempunyai aktiva dan ekuitas yang tinggi untuk mendanai hutang perusahaan.

Rasio aktivitas secara umum mengalami fluktuasi dan cenderung semakin

menurun. Rasio profitabilitas mengalami fluktuasi dan cenderung semakin

menurun. Dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas perusahaan kurang baik

dimana pada tahun 2001 dan 2005 perusahaan mengalami kerugian.

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang

dibutuhkan pihak-pihak berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Dari laporan keuangan bisa diperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan,

posisi keuangan perusahaan serta perubahan posisi keuangan perusahaan tersebut.

15

Universitas Sumatera Utara


24

Ada beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli, yaitu:

a. Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan

dan hasil usaha suatu perusahaan pada saa tertentu atau jangka waktu tertentu

(Harahap, 2006:105).

b. Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu

perusahaan pada saat tertentu (Martono, 2001:51).

c. Laporan keuangan adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh

perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan

keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama operasi

perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan dimasa depan

(Bringham & Housten, 2001:38).

d. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang

dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang

berkepentingan denagn kondisi keuangan dan hasil operasi (Djarwanto,

2001:2).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pada dasarnya laporan keuangan merupakan daftar yang memuat kondisi

keuangan perusahaan yang dibuat pada akhir periode. Daftar tersebut dibuat

berdasarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu.

Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan,

hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan

dalam periode tertentu. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana

Universitas Sumatera Utara


25

informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan, sehingga dilakukan

analisis terhadap laporan keuangan perusahaan.

2. Pembagian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Harahap (2006:4) terdiri dari:

a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu

tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada

tanggal tertentu.

b. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah, biaya, laba/rugi

perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang

diterima perusahaan selama periode tertentu serta biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.

c. Laporan dan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan

pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga

modal kerja.

d. Laporan arus kas, merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang

dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi,

kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.

3. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak.

Tujuan utama laporan keuangan yaitu menyediakan informasi atas kondisi

keuangan perusahaan pada pihak yang membutuhkan. Laporan keuangan disusun

Universitas Sumatera Utara


26

untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang

secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

Dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan, 2004:4) disebutkan bahwa:

”Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyediakan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi”.

4.Keterbatasan Laporan Keuangan

Keterbatasan laporan keuangan menurut SAK (Standar Akuntansi

Keuangan) dalam Harahap (2006:17) :

a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian

yang telah lewat bukan masa kini, sehingga laporan keuangan tidak dapat

dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan

keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan

nilai perusahaan saat ini.

b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan

membeli perusahaan.

c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan

berbagai pertimbangan.

d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.

e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.

Universitas Sumatera Utara


27

f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu

peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).

g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan

pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat

dari informasi yang dilaporkan.

h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat

kesuksesan antar perusahaan.

i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan

umumnya diabaikan.

5. Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan

sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Para pengguna laporan keuangan

dalam Darsono dan Ashari (2005:11) sebagai berikut:

a. Investor atau Pemilik

Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada

perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah

perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Disamping itu untuk

menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon

pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai

kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


28

b. Pemberi Pinjaman (Kreditur)

Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan

memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga

pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditor terhadap perusahaan mampu

membayar hutangnya kembali atau tidak.

c. Pemasok

Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya

penjualan kredit yang diberikan kepada perusahan pembeli dan kemampuan

membayar pada saat jatuh tempo.

d. Pelanggan

Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang

dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan

perusahaan yang akan melakukan kerja sama.

e. Karyawan

Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai

kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya.

Dalam hal lain, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai

kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.

f. Pemerintah

Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan

dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak,

pungutan, serta bantuan.

Universitas Sumatera Utara


29

C. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan pada dasarnya mengkonversikan data yang

berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang

lebih beragam, lebih mendalam dan lebih akurat bagi pihak-pihak yang

memerlukan untuk pengambilan keputusan. Analisis atas laporan keuangan dan

interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan

keuangan dan potensi suatu perusahaan melalui laporan keuangan tersebut.

Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk

memprediksi masa depan, sedangakan dari sudut pandang manajemen, analisis

laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa

depan dan sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan

mempengaruhi peristiwa di masa lalu (Bringham & Housten, 2001:78). Beberapa

pengertian analisis laporan keuangan:

a. Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan

menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang

bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara data kuantitaif maupun

data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih

dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat

(Harahap, 2006:190).

b. Analisis laporan keuangan adalah hubungan antara satu angka dalam laporan

keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan

arah perubahan (trend) suatu fenomena (Soemarso, 2003:380).

Universitas Sumatera Utara


30

Angka-angka dalam laporan keuangan akan sedikit artinya kalau dilihat

secara sendiri-sendiri. Dengan analisis, pemakai laporan keuangan lebih mudah

mengintrepretasikannya.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap

(2006:19) adalah:

a. Screening, analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan

kondisi perusahaan.

b. Understanding, memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

c. Forecasting, analisa yang digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan

perusahaan dimasa yang akan datang.

d. Diagnosis, analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-

masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah

lain dalam perusahaan.

e. Evaluation, analisa dilakukan untuk melihat prestasi manajemen dalam

mengelola perusahaan.

D. Rasio Keuangan dan Pengelompokannya

1. Analisis Rasio Keuangan

Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang

diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan

bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang

terkandung didalamnya. Angka-angka itulah yang kemudian dapat membentuk

Universitas Sumatera Utara


31

rasio-rasio keuangan. Analisis rasio memungkinkan untuk mengidentifikasi,

mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data

keuangan perusahaan.

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang

merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpretasi

dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang

kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya

didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van

Horne, 1995 dalam Sawir, 2005:6).

Dari hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan yang

berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan.

Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006:297) adalah angka

yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Adapun

keunggulan analisa rasio dibandingkan dengan teknik analisis lainnya adalah

sebagai berikut: (Harahap, 2006:298)

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca

dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

Universitas Sumatera Utara


32

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

keputusan.

e. Menstandarisir size perusahaan.

f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.

g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang

akan datang.

Teknik analisa rasio juga memilki keterbatasan analisa rasio sebagai

berikut: (Harahap, 2006:298-299)

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atas laporan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik ini seperti:

1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung

taksiran dan judgement yangd dapat dinilai bias atau subyektif.

2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost) bukan harga pasar.

3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

4) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

Universitas Sumatera Utara


33

e. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang

dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa

menimbulkan kesalahan.

Keterbatasan analisis rasio yakni apabila dibandingkan rasio satu

perusahaan dengan perusahaan lain bisa berakibat interpretasi yang berbeda

karena penggunaan metode yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil

manipulasi, tidak bisa dikatakan bahwa suatu rasio perusahaan lebih bagus dari

perusahaan lainnya tanpa adanya analisis yang mendalam, sulit mengidentifikasi

kategori perusahaan dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut

bergerak di beberapa bidang usaha. Namun, walaupun demikian analisis rasio

tetap merupakan alat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membantu

mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan.

2. Pengelompokan Rasio Keuangan

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu

membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti bahwa perusahaan

tersebut mempunyai alat pembayaran berupa aktiva lancar yang lebih besar

daripada hutang lancar. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka

Universitas Sumatera Utara


34

pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan

perusahaan bangkrut. Current ratio yang baik adalah antar 100% sampai dengan

200%. Diatas 200% berarti banyak aktiva yang menganggur. Rumusnya sebagai

berikut:

CR =
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)

Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan

untuk mambayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi

juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan

dalam akiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar

hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat

kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan

kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri,

dan kondisi ekonomi makro secara umum.

2) Quick Test Ratio

Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk

membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik

dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena

penghilangan unsur persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk

dikonversi menjadi kas, Pembayaran dimuka kadang-kadang juga tidak bisa

dikonversi menjadi kas. Rumusnya sebagai berikut:

QTR =
Aktiva lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)

Universitas Sumatera Utara


35

Dalam menganalisis rasio cepat, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah

sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan.

3) Net Working Capital (Rasio Modal Kerja Bersih)

Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih

terhadap kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut:

Aktiva Lancar − Kewajiban Lancar


NWC =
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:53)

4) Cash Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan

kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan piutang

sebagai komponen yang kurang liquid. Ukuran ini umumnya dipergunakan dalam

kondisi perekonomian yang sulit, karena perusahaan akan mengalami kesulitan

mengumpulkan piutang dalam kondisi resesi. Karena itu yang dianggap mampu

melunasi kewajiban jangka pendek hanyalah kas dan surat-surat berharga. Dalam

situasi seperti inilah, cash ratio dianggap lebih mampu menunjukkan kondisi

likuiditas perusahaan secara lebih aktual. Cash ratio yang dianggap ideal bagi

perusahaan adalah sekitar 5%-10%.

Kas + Efek
Cash Ratio =
Hutang Lancar
(Sawir,2005:10)

Universitas Sumatera Utara


36

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga

rasio leverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio

solvabilitas yang baik adalah maksimal 100%. Artinya perusahaan banyak

mengandalkan modal dari dalam bukan hutang.

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1) Debt to Assets Ratio

Debt to assets ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan

pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva

perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini menyediakan informasi tentang

kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat

kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang

tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada keditor berupa ketidakmampuan

perusahaan dalam membayar senua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham,

rasio yang tinggi akhirnya akan mengurangi pembayaran bunga yang tinggi yang

pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumusnya sebagai berikut:

DAR =
Total Kewajiban
Total Aktiva
(Darsono dan Ashari,2005:54)

Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas

laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil,

Universitas Sumatera Utara


37

peningkatan dalam hutang lebih bisa ditolerensi daripada perusahaan yang

memiliki catatan laba yang tidak stabil.

2) Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan

membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya

sebagai berikut:

DER =
Total Kewajiban
Total ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:55)

3) Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan

jumlah modal sendiri. Hutang jangka panjang didefenisikan sebagai hutang yang

masa jatuh tempo pembayarannya diatas 1 tahun, umumnya 5 tahun atau lebih.

Semakin tinggi angka rasio ini, semakin besar pula resiko yang dihadapi oleh para

kreditur jangka panjang.

LTDER =
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
(Harahap,2006:135)

Universitas Sumatera Utara


38

c. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai

kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan

gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas

pengelolaan perusahaan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan

bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna

untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.

Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa setiap satu barang yang

terjual, perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Kelemahan

dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang

dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan.

Rumusnya sebagai berikut:

GPM =
Laba Kotor
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)

Penentuan margin keuntungan kotor oleh perusahaan akan mempertimbangkan

aspek struktur pasar, jenis barang, dan sruktur margin keuntungan kotor akan

semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.

2) Net Profit Margin

Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba

bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


39

Rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang

diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan

biaya non operasional. Kelemahan dari rasio ini adlaah memasukkan posa tau

item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya

bunga untuk pendanaan dan biaya pajak penghasilan. Rumusnya sebagai berikut :

NPM =
Laba Bersih
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)

3) Return On Assets (ROA)

Return on assets menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rsaio

ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan

aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan

ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaaan karena menunjukkan

efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh

pendapatan.

ROA =
Laba Bersih
Total Akiva
(Darsono dan Ashari,2005:57)

4) Return On Equity (ROE)

Return on equity adalah laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna

untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk

setiap rupiah modal dari pemilik. Rumusnya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


40

ROE =
Laba Bersih
Rata - Rata Ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:57)

Rasio ini menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat

pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik

karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham.

d. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan

semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio ini digunakan dengan

membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalm aktiva sehingga kita

dapat mengetahui seberapa lancar jalannya kegiatan operasional perusahaan

sehari-hari.

1) Receivable Turnover

Receivable turnover adalah penjualan bersih dibagi rata-rata piutang dagang.

Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan

dalam penagihan piutang yang dimiliki. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi juga

bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat.

Rasio ini bisa juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat

meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang yang

tidak tertagih. Rumusnya sebagai berikut:

RT =
Penjualan Bersih
Rata − Rata Piutang Dagang
(Darsono dan Ashari, 2005:59)

Universitas Sumatera Utara


41

2) Rata-rata Penerimaan Piutang

Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi

receiable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka

waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rumusnya

sebagai berikut:

RPP =
365
Receivable Turnover
(Darsono dan Ashari,2005:59)

Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus

dipertimbangkan untuk mengurangi penerimaan piutang adalah penurunan

penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih.

3) Total Assets Turnover

Total assets turnover adalah penjualan dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan

perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan

penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini, kita bisa

mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

Rumusnya sebagai berikut:

TAT =
Penjualan Bersih
Rata − Rata Total Aktiva
(Darsono dan Ashari,2005:60)

Universitas Sumatera Utara


42

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PDAM Tirtauli Kotamadya Pematangsiantar merupakan perusahaan

daerah yang menyelenggarakan pengelolaan air minum untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan, dan pelayanan

umum. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 30 Maret 1978 berdasarkan

Peraturan Daerah No.9 tahun 1976 Seri B No.13 sesuai dengan Keputusan

Walikotamadya Pematangsiantar.

Sejalan dengan letaknya Kotamadya Pematangsiantar yang dikelilingi oleh

perkebunan-perkebunan, penyediaan air minum dikuasai sepenuhnya oleh

perkebunan Siantar Estate. Pada tahun 1916 Perkebunan Siantar Estate

membangun penangkap umbul mata air Simarito dengan debit air ± 13 liter/detik.

Melihat perkembangan kota akan air bersih, Pemerintah Belanda pada

tahun 1920 mengambil alih pengelolaan air minum. Perkebunan Siantar Estate

yang dijadikan perusahaan air kota yang disebut dengan nama “Gemeente Water

Leiding Bedriff” yangn salah satu tujuan utama dari perusahaan kota tersebut

adalah untuk memenuhi kebutuhan air minum terhadap penduduk kota dan tetap

memberikan air kepada perkebunan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air

minum, pihak Pemerintah Belanda pada tahun 1940 membangun sumur bor yang

terletak di jalan Sabang Meruke dengan debit ± 4,1 liter/detik dan tahun 1943

dibangun Bronkaptering Umbul Pancur Lima dengan debit ± 14 liter/detik.

34

Universitas Sumatera Utara


43

Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17

agustus 1945 dan sejalan dengan kemerdekaan itu meke perusahaan air kota

Gemeente Water Leiding Bedriff yang dikelola oleh pemerintah Indonesia yang

dipercayakan kepada Pemerintah Kotapraja Pematangsiantar.

Pada tahun 1953 dibangun Bronkaptering pada Umbul Naga HUta I

dengan debit air ± 12 liter/detik dan pada tahun 1954 dibangun lagi Bronkaptering

pada Umbul Naga Huta II dengan debit air ± 19 liter/detik.

Karena perkembangan air minum semakin banyak dan sejalan dengan

perkembangan kota, maka pada tahun 1959 dibangun 3 buah sumur bor yang

masing-masing daerah Marihat dengan debit ± 8,4 liter/detik, di jalan Patuan

Anggi denagn debit ± 6,4 liter/detik, dan di jalan Raya dengan debit air ± 12

liter/detik.

Pada tahun 1971 dibangun lagi Umbul Naga Huta III yang berlokasi 500

meter dari Umbul Naga Huta II. Umbul Naga Huata III ini akan memproduksi

debit air ± 35 liter/detik. Kemudian pada tahun 1974 Umbul Naga HUta IV

dibangun lagi dengan debit air ± 26 liter/detik.

Pada tahun 1977 dibangun Umbul Mual Goid dengan mempergunakan 3 sumber

air yang saling berdekatan denagn masing-masing kapasitas ± 30 liter/detik dan 70

liter/detik. Dan pada tanggal 19 Juli 1979 diresmikan pemakaiannya.

Status pengelolaan air minum pada waktu itu dilaksanakan oleh Dinas Air

Minum Pemerintah Daerah Pematangsiantar.

Berdasarkan Peraturan Daerah No.9 tahun 1976 Seri B No.13 dan sesuai dengan

keputusn Walikotamadya Pematangsiantar, dilebur dan dialihkan namanya

Universitas Sumatera Utara


44

menjadi Perusahaan Air Minum (PDAM) Tirtauli Koatamadya Pematangsiantar.

Sejak itu pengolahannya sesuai dengan perusahaan sebagaimana lazimnya.

Pegawai negeri yang selama ini menjadi Pegawai Negeri Dinas Air Minum,

sebagian dipindahkan ke Pemerintah Daerah Kotamadya Pematangsiantar dan

sebagian lain diperbantukan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirtauli dan pegawai harian yang selanjutnya ditanggung oleh Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Tirtauli Kotamadya Pematangsiantar.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtauli Kotamadya Pematangsiantar

yang berkedudukan di jalan Porsea No.2 Pematangsiantar dan merupakan

perusahaan milik Pemerintah Daerah adalah suatu alat kelengkapan otonimi

daerah yang dipimpin oleh seorang direksi dan bertanggungjawab pada

Walikotamadya Pematangsiantarn selaku Ketua Badan Pengawas. Adapun yang

menjadi tugas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtauli Kotamadya

Pematangsiantar adalah:

a. Mengkoordinir pembangunan air minum yang diintregasikan pada

efektifitas perkembangan ekonomi Kotamadya Pematangsiantar.

b. Menjadikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtauli Kotamadya

Pematangsiantar benar-benar menguntungkan perusahaan dan mampu

untuk mengembangkan diri sesuai dengan tugas dan fungsi, sehingga

dapat menambah pendapatan daerah secara tidak langsung.

c. Memberikan air munm yang cukup pada setiap tempat dari sistem

penyediaan air minum dan juga sebagai pencegah kebakaran.

Universitas Sumatera Utara


45

d. Mencakup keperluan fasilitas air minum yang memenuhi persyaratan

untuk setiap jenis pemakaian oleh setiap masyarakat.

Selain dari tugas yang dimiliki perusahaan ini juga fungsi-fungsi yang sesuai

dengan bidang usahanya. Dalam hal ini PDAM Tirtauli Kotamadya

Pematangsiantar memiliki fungsi:

a. Membantu, memelihara, dan menjalankan operasi dari sumber-sumber

produksi, transmisi, distribusi, dan lain-lain.

b. Mempunyai kekuasaan tunggal dalam mengetes, memasang, dan menyetel

serta mencabut meteran air yang terpasang pada instalasi langganan.

c. Mengadakan suatu peraturan atau ketentuan untuk mencegah terjadinya

sambungn luar.

d. Mengatur, menyempurnakan, dan , mengawasi pemakaian air tersebut

jarang terbuang percuma.

e. Mengatur izin pada perusahaan-perusahaan swasta dalam daerah untuk

mengadakan operasinya dan pemeliharaannya.

f. Mengusulkan dan merencanakan tariff air munum yang sesuai denagn

kondisi yang sebenarnya.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dapat dipandang sebagai suatu kerangka yang

menyeluruh yang menghubungkan fungsi dari badan usaha dan menunjukkan

hubungan yang tetap antara karyawan yang melaksanakan berbagai fungsi

tersebut. Adapun bentuk struktur organisasi PDAM Tirtauli, seperti terlihat pada

gambar 3.1.

Universitas Sumatera Utara


46
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTAULI
KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEMATANGSIANTAR
WALIKOTAMADYA TK II
PEMATANG SIANTAR

BADAN PENGAWAS

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR UMUM DIREKTUR TEKNIK

SATUAN PENGAWAS BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN PENELITIAN &
INTERN KEUANGAN PUBLIK RELATION PERSONALIA UMUM PERENCANA TEKNIK PRODUKSI TRANSMISI/ PERALATAN PENGEMBANGAN
DISTRIBUSI TEKNIK

PENGAWAS SEKSI SEKSI PEMBACA SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI LITBANG BIDANG
BIDANG UMUM ANGGARAN METER KEPEGAWAIAN TATA USAHA SURVEY& PENGADAAN TRANSMISI/ PERAWATAN UMUJM
PENGUKURAN AIR DISTRIBUSI METER

SEKSI PEMBUAT
PENGAWAS SEKSI REKENING
BIDANG TEKNIK KAS SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI PERAWATAN SEKSI LITBANG BIDANG
KESEJAHTERAAN PENGADAAN KONSTRUKSI TEKNIK LABORATORIU INSTALASI & BENGKEL TEKNIK
DAN PENDIDIKAN BARANG M PEMASANGAN SIB UMUM

SEKSI HUBUNGAN
INTERNAL
PELANGGAN
SEKSI
PENAGIHAN

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


SEKSI HUBUNGAN KEAMANAN RUMAH PENGAWASAN PEMUTUSAN DAN
TANGGA BUKA KEMBALI
EXTERNAL
MASYARAKAT

SEKSI
AKUNTANSI

SEKSI SIB DAN BUKA SEKSI


TUTUP INSTALASI GUDANG
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PDAM Tirtauli
Pematangsiantar
CABANG I Sumber: Data PDAM Tirtauli Pematangsiantar
SEKSI TA & HU

Universitas Sumatera Utara


47

Pada prinsipnya struktur organisasi yang dipergunakan disesuaikan dengan

kebutuhan kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Struktur organisasi dan

uraian tugas dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtauli Kotamadya

Daerah Tingkat II Pematangsiantar, terdiri dari:

a. Badan Pengawas

b. Direksi

c. Satuan Pengawas Intern

d. Penelitian Dan Pengembangan

e. Bagian – Bagian

f. Cabang

Direksi terdiri dari:

1. Direktur Utama

Direktur Utama mempunyai tugas:

a. Direktur utama mempunyai tugas sebagaimana dimaksud didalam pasal

yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Pematangsiantar

Nomor 9 Tahun 1976, Lembaran Daerah 1976 Nomor 18 seri B 13,

tentang Pendirian Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtauli.

b. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama bertanggung jawab kepada

Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Pematangsiantar.

c. Direktur Utama wajb mengadakan rapat pada waktu – waktu tertentu

untuk membahas secara menyeluruh penyelenggaran tugas.

Universitas Sumatera Utara


48

Apabila Direktur Utama berhalangan. Menjalankan tugas pekerjaanya, maka

Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Pematangsiantar dapat menunjuk

seorang untuk penggantinya :

a. Salah seorang Direksi yang ada.

b. Apabila Direksi tidak ada, maka salah seorang pegawai yang turtua

pangkat dan jabatanya serta mampu dapat mewakili tugas Direktur Utama.

2. Direktur Bidang Umum

Direktur Bidang Umum mempunyai tugas:

a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan di bidang Administrasi,

Keuangan, Bagan Hubungan Langganan, Bagian Umum, dan Bagian

Personalia.

b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadan dan

pengelolaan perlengkapan.

c. Merencanakan dan mengendalikan sumber–sumber pendapatan serta

pembelanjaan dan kekayaan Perusahaan Daerah.

d. Mengendalikan uang pendapatan hasl penagihan rekening, penggunaan air

dari langganan.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama.

Dalam menjalankan tugas Direktur Bidang Umum dipimpin oleh seorang Direktur

dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

3. Direktur Bidang Teknik

Direktur Bidang Teknik mempunyai tugas:

Universitas Sumatera Utara


49

a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegatan dibidang

perencanaan Teknik, Produksi, Tranmisi/Distribusi dan Peralatan Teknik.

b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pemeliharan instalasi produksi,

sumber mata air dan sumber mata air tanah.

c. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan peralatan teknik bahan-bahan kimia.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama.

Dalam menjalankan tugasnya Direktur Bidang Teknik dipimpin oleh seorang

Direktur dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Dalam bidang pengawasan, Direktur Utama dibantu oleh Satuan Pengawas

Intern yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Satuan Pengawas

Intern mempunyai tugas:

a. Melakukan pengawas audit Intern atau administrasi keuangan dan

pengendalian penggunaan seluruh kekayaan perusahaan.

b. Mengadakan pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan, Biaya dan

Pembangunan Perusahaan.

c. Mengadakan pengawasan terhadap penyelenggaran tata kerja dan prosedur

dari unit-unit organisasi di Perusahaan dan unit-unit pelayanan menurut

ketentuan yang berlaku

d. Mengadakan pengawasan keamanan dan ketentuan perusahaan

e. Mengawasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan operasional perusahaan dan

memberikan penilaian dan pembahasan secara berkala

Universitas Sumatera Utara


50

f. Dalam melaksanakan tugasnya di atas dan termasuk soal-soal yang

menyangkut intern memberikan petunjuk-petunjuk/bimbingan serta

mengambil langkah-langkah demi kelancaran perusahaan.

g. Memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Direktur

Utama dengan hirarki tentang langkah-langkah atau tindakan-tindakan

yang perlu diambil dibidang tugasnya.

Satuan Pengawasan Intern dikepalai oleh seorang Kepala Satuan Pengawas Intern

yang kedudukannya sama dengan Kepala Bagian dan dalam melaksanakan

tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.

Satuan Pengawas Intern membawahi:

a. Pengawas Bidang Umum

b. Pengawas Bidang teknik

Direktur Utama dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Direktur Utama, dibantu oleh Kepala Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.

Penelitian dan Pengambangan (Litbang) mempunyai tugas:

a. Mengadakan penelitian dan pengembangan perusahaan

b. Meneliti kemungkinan-kemungkinan untuk ikut dalam Pengembangan

Teknologi Perusahaan

c. Melaksanakan Penelitian terhadap rencana pembangunan daerah dalam

rangka mengikut sertakan peranan perusahaan di dalamnya

d. Melakukan survey dan mengadakan analisa pemasaran secara umum

untuk membantu penelitian dan promosi serta perkembangan perusahaan

Universitas Sumatera Utara


51

e. Menerbitkan laporan-laporan dari penerbitan-penerbitan lainnya mengenai

aktivitas perusahaan dalam rangka aktivitas penelitian dan pengembangan.

f. Memberikan saran-saran dan pertimbangan kepada Direksi sesuai dengan

hirarki tentang langkah-langkah atau tindakan yang perlu diambil bidang

tugasnya.

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi.

Penelitian dan Pengambangan (Litbang) dikepalai oleh Kepala Penelitian dan

Pengembangan (Litbang) yang kedudukannya setingkat dengan Kepala Bagian

dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Direktur

Utama.

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) membawahi:

a. Penelitian dan Pengembangan Bidang Umum

b. Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknik

Bagian-bagian merupakan bagian yang dibawahi oleh direktur utama dan direktur

teknik. Disini penulis akan membahas tugas dari masing-masing bagian terutama

bagian keuangan. Bagian-bagian terdiri dari:

1. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan mempunyai tugas:

a. Mengadakan kegiatan-kegiatan dibidang keuangan

b. Mengatur program pendapatan dan pengeluaran keuangan

c. Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta

perbelanjaan dan kekayaan perusahaan

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan

Universitas Sumatera Utara


52

Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang dalam menjalankan

tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Bidang Umum.

Bagian Keuangan membawahi seksi-seksi:

a. Seksi Anggaran

- Menyusun anggaran pendapatan dan biaya perusahaan pada

waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam

semua kegiatan dan informasi demi lancarnya pembangunan dan

investasi perusahaan.

- Merencanakan/mengawasi serta memberikan rekomendasi tentang

pembayaran-pembayaran dan pengeluaran-pengeluaran biaya guna

memenuhi kebutuhan perusahaan berdasarkan anggaran biaya yang

telah ditetapkan dalam rencana.

- Melaksanakan penyusunan realisasi anggaran pendapatan dan

biaya dalam suatu pembukuan yang baik sehingga memudahkan

dalam pengawasan kontrol terhadap biaya-biaya yang telah

diselesaikan.

- Membuat laporn bulanan baik dalam hal anggaran pendapatan dan

biaya yang telah dan akan dilasanakan pada masa mendatang

kepada Kepala Bagian Keuangan, Direktur Bidang Umum dan

Direktur Utama tentang pelaksanaannya.

b. Seksi Kas

- Menerima uang pembayaran rekening air minum setiap hari

Universitas Sumatera Utara


53

- Membayar gaji pegawai menurut daftar gaji pegawai yang dikelola

oleh bagian personalia.

- Menurus transaksi bank, memelihara hubungan baik dengan bank

atau lembaga keuangan lain.

- Membuat rekonsiliasi bank setiap akhir bulan.

- Melakukan setoran rutin setiap hari ke bank dan pengambilan uang

dari bank menurut keperluannya.

c. Seksi Penagihan

- Mengefekkan terlaksanya penagihan rekening air dan tagihan

lainnya kepada langganan dengn tertib dan lancar, memberikan

peringatan atas kelalaian pembayaran dan mengusulkan tindak

lanjut.

- Berkewajiban melakukan intensifikasi tagihan agar tercapai target

yang dibutuhkan.

d. Seksi Akuntansi

- Mengkoordinir, mengerahkan dan mengendalikan pembukuan dari

setiap transaksi dan biaya pada buku jurnal dan buku pembantu

yang bersangkutan, serta pembukuan semua unsur biaya operasi

perusahaan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.

- Mengawasi dan memeriksa perpindahan dari buku jurnal ke dalam

perkiraan-perkiraan buku besar secara bulanan.

- Mengawasi dan memeriksa perhitungan harga pokok produksi dan

penjualan air.

Universitas Sumatera Utara


54

- Memeriksa dan memastikan agar terhadap kesesuaian antara buku-

buku pembantu dengan perkiraan-perkiraan pada buku besar.

- Mengawasi pembuatan dan memeriksa kebenaran laporan

keuangan.

- Mengawasi dan memeriksa daftar gaji, uang lembur, tunjangan,

dan sebagainya.

- Meneliti laporan-laporan operasional dari bagian-bagian lain

terutama yang menyangkut keuangan dan biaya serta mengeceknya

dengan pos-pos pembukuan.

- Menganalisa dan memberi kesimpulan dari data

keuangan/pembukuan dan membantu merumuskan dasar-dasar

untuk anggaran perusahaan.

- Menganalisa unsur-unsur biaya pokok pengalokasiannya pada

penjualan air dan pendapatan lain, untuk mengusulkan kenaikan

tarif air, perubahan golongan tarif air, biaya pemasangan

sambungan baru, biaya perawatan meter dan sebaginya.

2. Bagian Publik Relation

Bagian Publik Relation mempunyai tugas:

a. Membantu Pimpinan menjelaskan pandangan dan pendapat masyarakat

berdasarkan informasi tentang perilaku, tanggapan serta sikap masyarakat

terhadap Perusahaan demikian pula sebaliknya

b. Melaksanakan kegiatan promosi, periklanan, publikasi, penerangan/

penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan pelayanan air bersih

Universitas Sumatera Utara


55

secara langsung maupun tidak langsung, adanya gangguan aliran air

minum serta pameran untuk menunjang perkembangan perusahaan.

c. Menyelenggarakan permohonan penyambungan pemasaran, pelayanan

langganan, pengelolaan data pelanggan rekening, pembacaan meter,

pemutusan dan penyambungan kembali, memproses adanya pembuatan

pelanggan/bukan pelanggan yang melanggar ketentuan yang berlaku,

menyelesaikan keberatan atau keluhan masyarakat pelanggan serta

penggalangan tarif dan lain-lain

d. Mengatur, mengawasi pengelolaan perawatan, Pemasangan T.A dan H.U

serta mengevaluasi fungsi T.A dan H.U serta pengembangannya

e. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan

3. Bagian Personalia

Bagian Personalia mempunyai tugas:

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas yang berhubungan dengan kepegawaian,

kesejahteraan, pendidikan dan keamanan

b. Memberikan saran-saran dan pertimbangan kepada Direksi sesuai dengan

peraturan langkah-langkah atas tindakan – tindakan yang perlu diambil

dalam bidang tugasnya

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi

Universitas Sumatera Utara


56

4. Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai tugas:

a. Mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dibidang

kesekretariatan

b. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dibidang kerumah tanggaan,

peralatan kantor dan perundang-undangan

c. Mengurus perbekalan material dan peralatan teknik

d. Mengadakan pembelian barang-barang yang diperlukan perusahaan

5. Bagian Perencana Teknik

Bagian Perencana Teknik mempunyai tugas:

a. Mengadakan persediaan cadangan air minum guna keperluan distribusi

b. Merencanakan pengadaan teknik bangunan air minum serta

mengendalikan kualitas dan kuantitas termasuk menjamin rencana

kebutuhan

c. Mengadakan penyediaan sarana air minum untuk program-program

penyambungan dan pengawasan pendistribusian

d. Memberikan saran-saran dan perhitungan kepada distribusi bidang teknik

6. Bagian Produksi

Bagian Produksi mempunyai tugas:

a. Menyelenggarakan pengendalian atas kualitas dan kuantitas produksi air,

termasuk penyusunan rencana kebutuhan material produksi.

Universitas Sumatera Utara


57

b. Mengatur menyelenggarakan fungsi-fungsi mekanik mesin ketenagaan,

kualitas serta laboratorium

7. Bagian Transmisi/Distribusi

Bagian Transmisi/Distribusi mempunyai tugas:

a. Mengawasi pemasangan dan pemeliharaan pipa-pipa distribusi dalam

rangka pembagian secara merata dan terus menerus serta melayani

gangguan

b. Mengatur, menyelenggarakan fungsi pipa/jaringan, pipa, pompa tekan,

dan pelayanan gangguan.

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

8. Bagian Peralatan Teknik

Bagian Peralatan Teknik mempunyai tugas :

a. Mengurus perbekalan material dan peralatan teknik

b. Mengetes, meneliti, dan menilai peralatan teknik sesuai dengan kebutuhan

perusahaan

Membantu melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan

C. Laporan Keuangan Perusahaan

Sebelum mengadakan penganalisaan, penulis terlebih dahulu menyajikan

keuangan perusahaan, yaitu:

a. Laporan neraca (balance sheet) periode 31 Desember tahun 2001 sampai

dengan tahun 2005.

Universitas Sumatera Utara


58

b. Laporan laba rugi (income statement) periode Januari-Desember tahun

2001 sampai dengan tahun 2005.

Dari data keuangan tersebut, penulis dapat melakukan perhitungan dan

menganalisa atau mengevaluasinya sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat

rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas perusahaan. Laporan

keuangan yang dimaksud adalah:

Universitas Sumatera Utara


59

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Perhitungan rasio-rasio keuangan pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtauli akan diuraikan pada bagian ini sesuai dengan maksud penulisan

skripsi. Rasio-rasio tersebut dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari

laporan laba rugi dan neraca selama periode waktu tahun 2001 sampai dengan

tahun 2005.

Laporan keuangan PDAM Tirtauli ini disajikan berdasarkan data-data

aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar, ekuitas, dan piutang perusahaan yang

telah diolah yang dapat mempermudah perhitungan rasio.

Adapun aktiva lancar diperoleh dari kas dan bank, deposito, piutang, persediaan,

biaya dibayar dimuka, uang kepada kontraktor, pembayaran dimuka pajak, dan

aktiva pajak tangguhan, sedangkan aktiva tetap diperoleh dari tanah, instalasi

sumber air, instalasi pompa air, instalasi transmisi/distribusi, dan instalasi umum.

Hutang lancar dapat diperoleh dari hutang usaha, hutang lain-lain, hutang pajak

Ppn/Pph pasal 23, dan bagian hutang jangka panjanga yang jatuh tempo, seangkan

hutang jangka panjang dapat diperoleh dari pinjaman ke Asian Development

Bank.

Ekuitas dapat diperoleh dari modal, cadangan umum, akumulasi rugi tahun lalu,

dan laba (rugi) tahun berjalan. Piutang dapat diperoleh dari piutang rekening air,

piutang ragu-ragu, piutang rekening non air, dan penyisihan piutang rekening air.

Universitas Sumatera Utara


60

Tabel 4.1
Data Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, dan Piutang

Tahun Aktiva lancar Aktiva tetap Piutang

2001 3.867.018.504 12.176.228.258 2.146.856.808

2002 4.807.571.635 12.055.604.619 3.633.565.708

2003 8.315.229.017 11.692.938.027 4.436.299.410

2004 5.638.400.708 13.242.100.143 3.306.530.460

2005 5.566.026.616 16.190.649.112 3.965.783.853

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli

Tabel 4.2
Data Hutang Lancar, Hutang Jangka Panjang, dan Ekuitas

Hutang Jangka
Tahun Hutang lancar Ekuitas
Panjang

2001 19.820.025.976 3.746.444.841 (7.866.818.689)

2002 23.511.258.291 3.110.720.220 (10.098.739.401)

2003 26.600.585.376 2.706.099.532 (9.434.902.064)

2004 31.529.030.255 2.301.478.844 (10.770.996.668)

2005 33.282.272.922 1.896.858.154 (14.538.958.816)

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtalui

Berikut ini adalah perhitungan rasio-rasio keuangan yang akan dianalisis:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan

Universitas Sumatera Utara


61

yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti bahwa

perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran berupa akiva lancar yang lebih

besar daripada hutang lancar.

Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Likuiditas pada PDAM Tirtauli

untuk periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005:

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 4.3
Perhitungan Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas 2001 2002 2003


1. Current Ratio 3.867.018.504 4.807.571.635 8.315.229.017
Aktiva Lancar 19.820.025.976 23.511.258.291 26.600.585.376
=
Kewajiban Lancar = 0,195 = 0,204 = 0,313
= 19,5% = 20,4% = 31,3%
2. Quick Ratio 3.867.018.504 − 117.478.269 4.807.571.635 − 147.529.769 8.315.229.017 − 88.608.529

=
Aktiva Lancar - Persediaan 19.820.025.976 23.511.258.291 26.600.585.376
Kewajiban Lancar = 0,189 = 0,198 = 0,309
= 18,9% = 19,8% = 30,9%

3. Net Working Capital 3.876.018.504 − 19.820.025.976 4.807.571.635 − 23.511.258.291 8.315.229.017 − 26.600.585.376


Aktiva Lancar − Kewajiban Lancar 19.820.025.976 23.511.258.291 26.600.585.376
=
Kewajiban Lancar = (0,808) = (0,796) = (0,687)
= -80,4% = -79,6% = -68,7%

4. Cash Ratio 1.344.839.603 674.357.418 1.311.179.395


Kas 19.820.025.976 23.511.258.291 26.600.585.376
=
Kewajiban Lancar = 0,068 = 0,029 = 0,049
= 6,8% = 2,9% = 4,9%

Universitas Sumatera Utara


63

Rasio Likuiditas 2004 2005


1. Current Ratio 5.638.400.708 5.566.026.616
Aktiva Lancar 31.529.030.255 33.282.272.922
=
Kewajiban Lancar = 0,179 = 0,167
= 17,9% = 16,7%
2. Quick Ratio 5.638.400.708 − 77.536.277 5.566.026.616 - 52.496.685
Kas − Persediaan
=
31.529.030.255 33.282.272.922
Kewajiban Lancar = 0,272 = 0,166
= 27,2% =16,6%

3. Net Working Capital 5.638.400.708 − 31.529.030.255 5.566.026.616 - 33.282.272.922


Aktiva Lancar − Kewajiban Lancar 31.529.030.255 33.282.272.922
=
Kewajiban Lancar = (0,821) = (0.833)
= -82,1% = -83,3%
4. Cash Ratio 926.304.809 656.282.341
31.529.030.255 33.282.272.922
Kas
=
Kewajiban Lancar = 0,029 = 0,020

= 2,9% = 2%

Sumber : Diolah dari laporan keuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


1. Current Ratio

Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek. Dari hasil perhitungan pada tabel 4.4 dapat dilihat

bahwa pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 current ratio perusahaan

tergolong sangat rendah dengan rata-rata rasio 21,6% dimana current ratio yang

tergolong baik adalah 100%-200%. Pada tahun 2001 current ratio perusahaan

0,195 yang berarti setiap satu rupiah kewajiban dijamin dengan 0,195 rupiah

aktiva lancar. Rendahnya current ratio ini pada perusahaan disebabkan nilai

hutang lancar sangat tinggi jauh melebihi aktiva lancar perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar aktiva tetap perusahaan dibiayai oleh hutang

lancar dan perusahaan sangat menggantungkan dirinya pada hutang lancar.

Hutang lancar perusahaan yang terlalu tinggi menunjukkan perusahaan beresiko

tinggi yaitu terganggunya likuiditas dan modal kerja yang minim.

2) Quick Ratio

Quick ratio merupakan aktiva lancar dikurangi persediaan untuk membayar

hutang lancar. Penghilangan persediaan ini karena persediaan memerlukan jangka

waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Dari perhitungan rasio pada

Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa quick ratio perusahaan tergolong sangat rendah

dengan rata-rata rasio 22,68%. Pada tahun 2001 nilai quick ratio perusahaan

18,9% yang berarti setiap satu rupiah hutang lancar dijamin dengan 0,19 rupiah

aktiva yang cepat diuangkan. Sama dengan current ratio, rendahnya rasio ini

disebabkan oleh tingginya hutang perusahaan. Dari perhitungan juga dapat dilihat

bahwa nilai dari aktiva lancar sebagian besar tertanam pada kas dan piutang

Universitas Sumatera Utara


65

karena PDAM sendiri tidak memiliki persediaan produk yang dihasilkan, yaitu air

bersih. Persediaaan hanya dalam bentuk alat tulis kantor dan bahan ilmiah.

3) Net Working Capital (NWC)

Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih. Rasio

modal kerja bersih adalah sebesar besar modal kerja bersih yang dimiliki

perusahaan dibandingkan dengan kewajiban lancar. Dari hasil perhitungan dapat

dilihat bahwa nilai net working capital perusahaan bernilai negatif yang

disebabkan oleh jumlah kewajiban lancar yang lebih besar dari aktiva lancar yang

menghasilkan nilai modal kerja negatif. Kondisi ini menggambarkan resiko yang

tinggi yaitu rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya.

4) Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang hasrus segera

dibayar dengan kas yang tersedia. Dari hasil perhitungan dapat dilihat rata-rata

cash ratio masih rendah yaitu 3,9% dimana cash rastio yang tergolong baik

adalah antara 5%-10%. Pada tahun 2001 cash ratio perusahaan 6,8% yang berarti

setiap satu rupiah hutang lancar dijamin dengan 0,068 rupiah kas. Pada tahun

2001 dan 2003 nilai cash ratio perusahaan baik namun pada tahun 2002, 2004,

dan 2005 mengalami penurunan disebabkan nilai kas perusahaan semakin rendah

sementara hutang perusahaan semakin tinggi.

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 4.4
Perubahan Rasio Likuiditas
(dalam persen)

Tahun Current Ratio Quick Ratio NWC Cash Ratio

2001 19,5 18,9 80,4 6,8

2002 20,4 19,8 79,6 2,9

2003 31,3 30,9 68,7 4,9

2004 17,9 27,2 82,1 2,9

2005 16,7 16,6 83,3 2,0

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2001 2002 2003 2004 2005

Current Ratio Quick Ratio NWC Cash Ratio

Gambar 4.1. Perubahan Rasio Likuiditas


Sumber : Diolah dari laporan kleuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


67

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga mengukur sejauh mana

perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio solvabilitas memberikan ukuran atas dana

yang disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan kreditur

perusahaan.

Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Solvabilitas pada PDAM Tirtauli untuk

periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005:

Universitas Sumatera Utara


68

Tabel 4.5
Perhitungan Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas 2001 2002 2003

1. Debt to Assets Ratio 24.333.982.332 27.415.392.026 30.140.950.424


18.806.662.593 19.656.151.575 23.045.547.310
Total Kewajiban
=
Total Aktiva = 1,294 = 1,395 = 1,308

= 129,4% = 139,5% = 130,8%

2. Debt to Equity Ratio 24.333.982.332 27.415.392.026 30.140.950.424


(7.866.818.689) (10.098.739.401) (9.434.902.064)
Total Kewajiban
=
Total ekuitas = (3,093) = (2,715) = (3,195)

= -309,3% = -271,5% = -319,5%

3. Long Term Debt to Equity Ratio 3.746.444.841 3.110.720.220 2.706.099.532


(7.866.818.689) (10.098.739.401) (9.434.902.064)
Hutang Jangka Panjang
=
Modal Sendiri = (0,476) = (0,308) = (0,287)

= -47,6% = -30,8% = -28,7%

Universitas Sumatera Utara


69

Rasio Solvabilitas 2004 2005

1. Debt Total Assets Ratio 34.704.270.615 37.570.554.392


26.272.772.897 25.371.094.526
Total Kewajiban
=
Total Aktiva = 1,321 = 1,608

= 132,1% = 160,8%

2. Debt to Equity Ratio 34.704.270.615 37.570.554.392


(10.770.996.668) (14.538.958.816)
Total Kewajiban
=
Total ekuitas = (3,501) = (2,584)

= -350.1% = -258.4%

3. Long Term Debt to Equity Ratio 2.301.478.844 1.896.858.154


(7.866.818.689) (7.866.818.689)
Hutang Jangka Panjang
=
Modal Sendiri = (0,293) = (0,241)

= -29,3% = -24,1%

Sumber : Diolah dari laporan keuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


70

1) Debt to Assets Ratio (DAR)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan

persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Pada tahun 2001 debt to

asset ratio perusahaan adalah sebesar 129,4% yang berarti bahwa untuk tahun

2003 persentase aktiva yang didanai dari hutang adalah sebesar 129,4%. Dari hasil

perhitungan rasio pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai dari DAR secara

keseluruhan nilai DAR perusahaan masih terlalu tinggi yaitu dengan rata-rata

138,52% dimana nilai ideal dari rasio ini adalah 50%, yang artinya hutang

perusahaan melebihi aktiva perusahaan. Hutang perusahaan yang terlalu besar

sangat berbahaya bagi perusahaan, karena hutang yang besar menunjukkan resiko

yang besar.

2) Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase dana oleh pemegang saham terhadap pinjaman.

Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan itu

sendiri. Dari hasil perhitungan rasio solvabilitas pada tabel 4.4 DER perusahaan

bernilai negatif karena ekuitas atau modal perusahaan bernilai negatif. Ekuitas

perusahaan bernilai negatif disebabkan oleh kerugian yang terus-menerus dialami

perusahaan dari tahun ke tahun. Yang menjadi penyebab kerugian ini, antara lain

tingginya tingkat kehilangan air, tarif yang tidak sesuai, dan penurunan penjualan

air akibat penghematan pemakaian air oleh pelanggan.

Disamping itu dapat dilihat bahwa nilai negatif DER perusahaan sangat tinggi.

Hal ini disebabkan oleh tingginya hutang perusahaan apabila dibandingkan

dengan modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


71

3) Long Term Debt to Equity Ratio

Hutang jangka panjang didefenisikan sebagai hutang masa jatuh tempo

pembayarannya diatas 1 tahun umumnya 5 tahun atau lebih. Dari hasil

perhitungan dapat dilihat bahwa rasio ini bernilai negatif yang disebabkan oleh

modal sendiri perusahaan bernilai negatif. Ekuitas perusahaan bernilai negatif

disebabkan oleh kerugian yang terus-menerus dialami perusahaan dari tahun ke

tahun.

Tabel 4.6
Perubahan Rasio Solvabilitas
(dalam persen)

Tahun DAR DER LTDER

2001 125,3 -299,6 -0,476

2002 135,4 -263,6 -0,308

2003 127,2 -310,6 -0,287

2004 128,8 -314,1 -0,293

2005 138,6 -242,0 -0,241

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli

Universitas Sumatera Utara


72

200
150
100
50
0
-50 2001 2002 2003 2004 2005
-100
-150
-200
-250
-300
-350

DAR DER LTDER

Gambar 4.2. Perubahan Rasio Solvabilitas


Sumber : Diolah dari laporan kleuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan

laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,

kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap,

2006:304).

Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Profitabilitas pada PDAM Tirtauli untuk

periode 2001 smpai dengan tahun 2005:

Universitas Sumatera Utara


73

Tabel 4.7
Perhitungan Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas 2001 2002 2003


1. Gross Profit Margin 4.107.786.566 7.736.180.984 12.810.627.143
Laba Kotor 9.086.232.975 13.175.234.275 20.123.557.338
=
Penjualan Bersih = 0,452 = 0,587 = 0,636
= 45,2% = 58,7% = 63,6%
2. Net Profit Margin (3.824.532.993) (2.320.106.962) 346.426.766
Laba Bersih 9.086.232.975 13.175.234.275 20.123.557.338
=
Penjualan Bersih = (0,421) = (0,176) = 0,017
= -42,1% = -17,6% = 1,7%
3. Return On Assets (ROA) (3.824.532.993) (2.320.106.962) 346.426.766
Laba Bersih 18.806.662.593 19.656.151.575 23.045.547.310
=
Total Akiva = (0,203) = (0,118) = 0,015
= -20,3% = -11,8% = 1,5%
4. Return on Equity (ROE) (3.824.532.993) (2.320.106.962) 346.426.766
Laba Bersih (10.542.083.120) (10.542.083.120) (10.542.083.120)
=
Rata - Rata Ekuitas = 0,363 = 0,220 = (0,033)
= 36,3% = 22% = -3,3%

Universitas Sumatera Utara


74

Rasio Profitabilitas 2004 2005

1. Gross Profit Margin 13.334.423.744 12.632.400.282


Laba Kotor 20.833.642.855 20.170.533.100
=
Penjualan Bersih = 0,640 = 0,626
= 64% = 62,6%
2. Net Profit Margin (952.568.373) (3.767.962.148)
Laba Bersih 20.833.642.855 20.170.533.100
=
Penjualan Bersih = (0,046) = (0,187)
= -4,6% = -18,7%
3. Return On Assets (ROA) (952.568.373) (3.767.962.148)
Laba Bersih 26.272.772.897 25.371.094.526
=
Total Akiva = (0,036) = (0,148)
= -3,6% = -14,8%
4. Return on Equity (952.568.373) (3.767.962.148)
Laba Bersih (10.542.083.120) (10.542.083.120)
=
Rata - Rata Ekuitas = 0,090 = 0,357
= 9% = 35,7%

Sumber : Diolah dari laporan keuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


75

1) Gross Profit Margin Ratio (GPM)

Gross Profit Margin adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan

dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor

perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita

bisa mengetahui bahwa untuk setiap satu barang yang terjual, perusahaan

memperolah keuntungan kotor sebesar x rupiah. Dari hasil perhitungan rasio

profitabilitas pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai GPM perusahaan cenderung

meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan laba

kotor dan penjualan bersih perusahaan. Peningkatan dalam margin keuntungan

kotor berarti ada peningkatan manajemen dalam menghasilkan margin penjualan.

Pada tahun 2001, saat laba kotor Rp.4.107.786.566, besar GPM adalah 45,2%

yang berarti bahwa untuk setiap satu rupiah penjualan, perusahaan mendapatkan

margin kotor sebesar 0,45 rupiah. margin penjualan.

Peningkatan dalam margin keuntungan kotor berarti ada peningkatan manajemen

dalam menghasilkan lanjut terhadap rasio ini, kita harus melihat struktur biaya

penjualan, biaya administrasi, dan biaya lain-lain yang akan berpengaruh terhadap

keuntungan bersih.

2) Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan. Rasio ini

menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh

perusahaan untuk setiap penjualan karena memasukkan semua unsur pendapatan

dan biaya. Semakin tinggi angka rasio yang diperoleh akan semakin baik. Dari

tahun 2001 sampai tahun 2005 kecuali tahun 2005 kecuali tahun 2003, nilai dari

Universitas Sumatera Utara


76

rasio ini bernilai negatif disebabkan oleh perusahaan mengalami kerugian pada

tahun tersebut.

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa NPM perusahaan

cenderung meningkat dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 bernilai negatif

yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2001 saat perusahaan merugi sebesar Rp.3.824.532.993, nilai NPM

perusahaan adalah -42,1%, yang berarti setiap seratus rupiah penjualan

perusahaan merugi sebesar 42 rupiah. Kerugian perusahaan diakibatkan oleh

peningkatan biaya terutama biaya administrasi dan umum perusahaan yang cukup

besar. Walaupun perusahaan berhasil memperolah laba pada tahun 2003, laba ini

masih sangat kecil hanya sebesar 1,7% dari penjualan bersih.

3) Return on Assets (ROA)

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini,

kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya

dalam kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi angka ROA yang

diperoleh akan semakin baik pula. Dari tahun 2001 sampai tahun 2005, kecuali

tahun 2003 rasio ini bernilai negatif yang disebabkan perusahaan merugi pada

tahun tersebut. Nilai rasio yang negatif menggambarkan perusahaan tidak mampu

menghasilkan laba secara efektif.

Universitas Sumatera Utara


77

4) Return on Equity (ROE)

Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diperoleh oleh

perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Dari hasil perhitungan pada

tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai ROE perusahaan dari tahun 2001 sampai tahun

2005 kecuali tahun 2003 bernilai positif. Nilai positif ini diperoleh karena baik

laba maupun ekuitas perusahaan sama-sama bernilai negatif. Sedangkan pada

tahun 2003 ROE bernilai negatif karena perusahaan memperoleh laba sementara

ekuitas perusahaan negatif. Jadi, nilai positif ini bukan berarti baik bagi

perusahaan.

Tabel 4.8
Perubahan Rasio Profitabilitas
(dalam persen)

Tahun GPM NPM ROA ROE

2001 45,2 -42,1 -20,3 36,3

2002 58,7 -17,6 -11,8 22

2003 63,6 1,7 01,5 -3,3

2004 64 -4,6 -3,6 9

2005 62,6 -18,7 -14,8 35,7

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli

Universitas Sumatera Utara


78

80

60

40

20

0
2001 2002 2003 2004 2005
-20

-40

-60

GPM NPM ROA ROE

Gambar 4.3. Perubahan Rasio Profitabilitas


Sumber : Diolah dari laporan kleuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

d. Rasio Aktvitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam

menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan pembelian, dan kegiatan

lainnya.

Rasio ini digunakan dengan membandingkan penjualan denagn berbagai investasi

dalam aktiva sehingga dapat mengetahui seberapa lancar jalannya kegiatan

operasional perusahaan sehari-hari.

Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Aktivitas pada PDAM Tirtauli untuk periode

tahun 2001 sampai dengan tahun 2005:

Universitas Sumatera Utara


79

Tabel 4.9
Perhitungan Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas 2001 2002 2003

1. Receivable Turnover 9.089.232.975 13.175.234.275 20.123.557.338


3.497.807.248 3.497.807.248 3.497.807.248
Penjualan Bersih
Rata − Rata Piutang Dagang
=
= 2,599 kali = 3,767 kali = 5,753 kali

2. Rata-rata Penerimaaan Piutang 365 365 365


2,599 3,767 5,753
365
=
Receivable Turnover = 140 hari = 97 hari = 63 hari

3. Total Assets Turnover 9.089.232.975 13.175.234.275 20.123.557.338


22.630.445.780 22.630.445.780 22.630.445.780
Penjualan Bersih
Rata − Rata Aktiva
=
= 0,402 kali = 0,582 kali = 0,889 kali

Universitas Sumatera Utara


80

Rasio Aktivitas 2004 2005

1. Receivable Turnover 20.833.642.855 20.170.533.100


3.497.807.248 3.497.807.248
Penjualan Bersih
Rata − Rata Piutang Dagang
=
= 5,956 kali = 5,767 kali

2. Rata-rata Penerimaaan Piutang 365 365


5,956 5,767
365
=
Receivable Turnover = 61 hari = 63 hari

3. Total Assets Turnover 20.833.642.855 20.170.533.100


22.630.445.780 22.630.445.780
Penjualan Bersih
Rata − Rata Aktiva
=
= 0,921 kali = 0,891 kali

Sumber : Diolah dari laporan keuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


81

1) Receivable Turnover

Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan

dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin

baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki.

Dari hasil perhitungan rasio aktivitas pada tabel 4.9, receivable turnover

perusahaan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini sejalan

dengan peningkatan penjualan bersih perusahaan. Pada tahun 2002 nilai rasio ini

adalah 2,599 kali yang berarti dalam satu tahun perusahaan mampu mengkonversi

piutang menjadi kas sebesar 2,599 kali. Demikian pula untuk tahun-tahun

selanjutnya.

2) Rata-rata Penerimaan Piutang

Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari

piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih.

Dari hsil perhitungan pada tabel 4.9 rata-rata penerimaan piutang dari tahun ke

tahun censerung menurun, dimana rata-rata penerimaan piutang pada tahun 2001

sampai tahun 2005 berturut-turut adalah 140 hari, 97 hari, 63 hari, 61 hari, dan 63

hari.

Semakin cepat kinerja perusahaan dalam mengelola piutang akan semakin baik

kinerja perusahaan dalam mengelola piutang. Rata-rata penerimaan piutang yang

ideal maximal adalah 60 hari.

Universitas Sumatera Utara


82

3) Total Assets Turnover

Kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk

menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini

kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan

penjualan.

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.9 TAT perusahaan cenderung meningkat dari

tahun ke tahun. Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan penjualan bersih

perusahaan.

Pada tahun 2001 diperoleh rasio TAT sebesar 0,402 kali yang berarti untuk setiap

satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan 0,402 rupiah penjualan, demikian

pula tahun-tahun selanjutanya. Namun nilai dari rasio ini sangat rendah dimana

TAT bagi perusahaan yang produktif harus diatas 1. Rendahnya nilai rasio ini

menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu memanfaatkan aktivanya secara

efektif dalam menghasilkan ataupun meningkatkan penjualan.

Tabel 4.10
Perubahan Rasio Aktivitas

RT RPP TAT
Tahun
(kali) (hari) (kali)
2001 2,599 140 0,402
2002 3,767 97 0,582
2003 5,753 63 0,889
2004 5,956 61 0,921
2005 5,767 63 0,891
Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli

Universitas Sumatera Utara


83

7
6
5
4
3
2
1
0
2001 2002 2003 2004 2005

RT (kali) TAT (kali)

RPP (hari)

150

100

50

0
2001 2002 2003 2004 2005

RPP (hari)

Gambar 4.4. Perubahan Rasio Aktivitas


Sumber : Diolah dari laporan kleuangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


84

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan penulis,

dapat dikatakan bahwa likuiditas perusahaan buruk, solvabilitasnya buruk,

profitabilitasnya dalam hal margin baik, tapi dalam ROA-nya buruk, sedangkan

aktivitas perusahaan dapat dikatakan baik. Likuiditas yang baik terkadang dapat

membuat profitabilitas menjadi buruk karena ada kemungkinan terdapat aset yang

menganggur, sehingga tidak maksimal dalam menghasilkan keuntungan. Pada

PDM Tirtauli karena likuiditas yang sudah terlalu buruk, hutang melebihi aset

menyebabkan profitabilitas buruk. Aktivitas yang baik dapat membuat

profitabilitas perusahaan menjadi baik, karena bila aktivitas baik berarti

perputaran aktiva baik dalam menghasilkan profit. Dalam hal ini PDAM Tirtauli

rasio aktivitasnya baik dalam perputaran piutang, tapi tidak pada perputaran

aktivanya sehingga profitabilitasnyapun buruk. Solvabilitas baik pada perusahaan

juga dapat membuat profitabilitas perusahaan baik. Dalam hal ini solvabilitas

PDAM Tirtauli sangat buruk, dimana hutang pengusaha sangat tinggi dan

melebihi aktivanya yang berarti perusahaan sangat tergantung pada hutang.

Universitas Sumatera Utara


85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan serangkaian analisis dan evaluasi terhadap data-data

yang berhasil dikumpulkan dan relevan dengan lingkup pembahasan skripsi ini,

maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat likuidasi PDAM Tirtauli selama periode tahun 2001 sampai

dengan tahun 2005 tergolong tidak baik. Hal ini tampak dari angka current

ratio yang selalu jauh dibawah 200%, angka quick ratio dibawah 100%,

bahkan selama periode tersebut kecuali tahun 2003 nilai rasio net working

capital negatif. Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang yang

sangat tinggi dibandingkan aktivanya dan terancam tidak mampu

membayar hutang jangka pendeknya.

2. Apabila ditinjau dari rasio solvabilitas-nya keadaan PDAM Tirtauli selama

periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 juga tergolong tidak baik.

Hal ini tampak dari tingginya debt to assets ratio perusahaan yang

mencapai diatas 100% dan debt to equity ratio serta equity multiplier yang

bernilai negatif. Ini disebabkan tingginya hutang perusahaan yang terus

meningkat dari tahun ke tahun serta kerugian yang dialami perusahaan dari

tahun ke tahun.

3. Tingkat profitabilitas perusahaan selama periode tahun 2001 sampai

dengan tahun 2005 apabila dilihat dari gross profir margin ratio dan

83

Universitas Sumatera Utara


86

productivity ratio tergolong baik dimana rasio ini mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan

berhasil meningkatkan penjualan dari tahun ke tahun. Namun kedua rasio

tersebut belum memperhitungkan biaya yang menyertainya. Apabila biaya

diikutsertakan seperti pada rasio net profit margin dan return on assets

dimana rasio ini bernilai negatif, perusahaan mengalami kerugian dari

tahun ke tahun. Penyebabnya adalah peningkatan biaya terutama biaya

administrasi dan umum.

4. Ditinjau dari segi rasio aktivitas, keadaan PDAM Tirtauli selama periode

tahun 2001 sampai tahun 2005 secara umum tergolong cukup baik

terutama untuk pengelolaan piutang dimana receivable turnover dan rata-

rata penerimaan piutang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang

berarti dalam pengelolaan piutang perusahaan semakin baik. Sedangkan

dari assets turnover-nya keadaan perusahaan kurang baik yang ditandai

dengan nilai rasio ini masih jauh dibawah nilai ideal yaitu 1. Hal ini

menunjukkan perusahaan kurang efektif dalam mengelola aktivanya dalam

menghasilkan penjualan.

B. Saran

Dengan kesimpulan yang penulis peroleh tersebut, maka penulis mencoba untuk

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perusahaan seharusnya dapat berproduksi secara lebih efeftif dan efisien,

sehingga mampu bertahan dan meningkatkan volume penjualannya dan

berhasil mencapai laba.

Universitas Sumatera Utara


87

2. Untuk memperbaiki kondisi likuiditas-nya PDAM Tirtauli disarankan

untuk meningkatkan aktiva lancarnya dan yang terpenting perusahaan

harus mampu mengurangi ketergantungannya kepada hutang. Sebagian

hutang lancar sebaiknya dikonversi sebagai hutang jangka panjang agar

perusahaan tidak terancam tidak mampu membayar hutang yang akan

jatuh tempo.

3. Untuk memperbaiki tingkat solvabilitas, hendaknya di tahun-tahun

berikutnya PDAM Tirtauli mencoba mengurangi jumlah beban hutangnya

dan meningkatkan jumlah modal sendiri. Dengan mengurangi beban

hutang akan mengurangi pula beban bunga hutang yang harus ditanggung

perusahaan.

4. Untuk memperbaiki rasio aktivitasnya, PDAM Tirtauli sebaiknya mencoba

untuk mengelola aktivanya secara lebih efektif dan mengurangi jumlah

investasi yang tertanam dalam piutangnya.

5. Untuk memperbaiki rasio profitabilitasnya, PDAM Tirtauli sebaiknya

mencoba untuk meningkatkan efisiensi kerjanya terutama dengan menekan

biaya administrasi dan umum. Selain itu perusahaan juga sebaiknya dapat

meningkatkan penjualannya dengan membuka saluran baru dan juga

mengurangi tingkat kehilangan air.

PDAM sendiri sedang melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan

yang dihadapinya, antara lain:

1. Rekstrukturisasi hutang, perusahaan memohon agar hutang yang akan

dibayar hanya hutang pokok tanpa bunga.

Universitas Sumatera Utara


88

2. Menambah saluran air baru dengan membangun saluran air sampai ke

daerah pelosok.

3. Melakukan penyesuaian tarif yang saat ini dinilai masih terlalu rendah.

4. Mengurangi tingkat kehilangan air dengan melakukan perbaikan pada

pipa-pipa saluran air yang rusak.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai