Fakultas Ekonomi
Program Strata I
Medan
DRAFT SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH :
JOHANA SIBARANI
040502158
MANAJEMEN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas kasih dan angrah-Na yang telah memperkenankan penulis untuk
memenuhi salah satu syarat penyelesaian program studi strata 1 pada Fakultas
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1) Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
2) Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi, selaku Ketua Departemen
4) Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi, sebagai Dosen Pembimbing yang telah
5) Bapak Drs. Syahyunan, MSi sebagai Dosen Penguji I yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4
6) Ibu Dra. Frida Ramadhini sebagai Dosen Penguji II yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Utara.
9) Orang tua saya Ir. J. Sibarani dan S. Hutabarat tercinta beserta adik-adikku
yang telah memberi kasih sayang, doa, dorongan dan semangat dalam
11) Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
12) Nuel, terima kasih atas kesetiaan, perhatian, bantuan, semangat, dorongan dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik, saran dan masukan dari
Hormat Saya,
Penulis
Johana Sibarani
5
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
E. Metode Penelitian........................................................................ 6
Keuangan............................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................. 82
B. Saran ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
7
DAFTAR TABEL
rupiah) ....................................................................................... 3
Tabel 4.1 Data Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, dan Piutang ....................... 57
Tabel 4.2 Data Hutang Lancar, Hutang Jangka Panjang, dan Ekuitas ...... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Grafik Laporan Pendapatan dan Biaya PDAM Tirtauli (dalam
miliar rupiah)............................................................................. 4
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Air yang merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia yang mengandung
suatu nilai universal, dimana kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang tidak
boleh dilimitasi, dieleminir sebagian dan atau seluruhnya, hal kebutuhan tersebut
juga sudah menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Air yang merupakan
suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat, serta merupakan suatu elemen yang
Daerah yang tetap berorientasi laba tanpa mengabaikan aspek sosial dan budaya
dan pertumbuhan perusahaan agar dapat bertahan hidup, maka kinerja keuangan
perusahaan harus selalu dalam kondisi terbaik. Hal ini tidak terkecuali juga harus
salah satu diantaranya adalah rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan menggunakan analisis ini,
suatu perusahaan pada saat tertentu atau periode tertentu. Laporan keuangan
merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi
lebih banyak informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan pada
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Walaupun laporan keuangan pokok
periode berikutnya.
laporan keuangan PDAM Tirtauli karena analisis laporan keuangan melalui aspek
lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi analis
yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Datanya dapat dilihat pada Tabel
1.1:
Tabel 1.1
Laporan Pendapatan dan Biaya PDAM Tirtauli
(dalam rupiah)
30
25
20
15
10
laba sebesar Rp. 346.462.770. Namun, pada tahun 2004 walaupun PDAM
menyebabkan kerugian yang dialami PDAM semakin besar yaitu menjadi sebesar
Rp. 3.970.037.160. Dari gambaran diatas kinerja PDAM belum optimal dari segi
Pematangsiantar”.
B. Perumusan Masalah
dari Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2005 Berdasarkan Analisis Rasio
1. Tujuan Penelitian
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 berdasarkan analisis rasio
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
b. Bagi Perusahaan
Dapat menambah perbandingan atau literatur dan bahan referensi untuk karya
D. Kerangka Konseptual
keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Martono, 2001:51).
akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan
laporan keuangan dengan rasio keuangan ini kita dapat melihat tingkat kesehatan
analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi satu periode dibandingkan
tertentu.
Rasio-rasio Keuangan
1. Likuiditas
4. Aktivitas
E. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
tahun berdasarkan data laporan keuangan PDAM Tirtauli tahun 2001 sampai
a. Rasio Likuiditas
tersebut mempunyai alat pembayaran berupa aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancar. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumusnya sebagai
berikut:
CR =
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)
Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk
QTR =
Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)
Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih
4) Cash Ratio
dengan kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan
Kas + Efek
Cash Ratio =
Kewajiban Lancar
(Sawir,2005:10)
b. Rasio Solvabilitas
membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga
Debt to Assets Ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan
DAR =
Total Kewajiban
Total Aktiva
(Darsono dan Ashari,2005:54)
DER =
Total Kewajiban
Total ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:54)
hutang yang masa jatuh tempo pembayarannya diatas 1 tahun, umumnya 5 tahun
atau lebih. Semakin tinggi angka rasio ini, semakin besar pula resiko yang
LTDER =
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
(Harahap,2006:135)
b. Rasio Profitabilitas
adalah:
Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan
bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna
untuk mengetahui keutungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.
GPM =
Laba Kotor
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)
Net profit margin adalah laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini
menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap
NPM =
Laba Bersih
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)
keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rsaio
ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan
ROA =
Laba Bersih
Total Akiva
(Darsono dan Ashari,2005:57)
Return on equity adalah laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna
ROE =
Laba Bersih
Rata - Rata Ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:57)
c. Rasio Aktivitas
sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio ini digunakan dengan
1) Receivable Turnover
RT =
Penjualan Bersih
Rata − Rata Piutang Dagang
(Darsono dan Ashari,2005:59)
Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi
receivable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka
waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rumusnya
sebagai berikut:
RPP =
365
Receivable Turnover
(Darsono dan Ashari,2005:59)
Total assets turnover adalah penjualan dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan
TAT =
Penjualan Bersih
Rata − rata Total Aktiva
(Darsono dan Ashari, 2005:60)
4. Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan oleh penulis berkaitan dengan masalah yang dianalisis
yaitu meliputi:
3. Laporan keuangan tahunan perusahaan (laporan laba rugi dan neraca tahun
penelitian.
a. Studi Dokumentasi
b. Wawancara
penelitian ini.
c. Studi Pustaka
"Data runtut waktu (time-series) yaitu data yang secara kronologi disusun
menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data runtut waktu digunakan
untuk melihat pengaruh perubahan dalam rentang waktu tertentu, variasi
terjadinya variabel antar waktu (Kuncoro, 2003:125).
Pada penelitian ini, data time series yang digunakan adalah data tahunan (annual)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
aspek rasio finansial. Tiarma (2007) dengan judul ”Analisis Laporan Keuangan
sangat baik, namun tingkat current ratio-nya terlalu tinggi karena aktiva yang
mempunyai aktiva dan ekuitas yang tinggi untuk mendanai hutang perusahaan.
B. Laporan Keuangan
15
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saa tertentu atau jangka waktu tertentu
(Harahap, 2006:105).
keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama operasi
d. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
2001:2).
keuangan perusahaan yang dibuat pada akhir periode. Daftar tersebut dibuat
hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan
dalam periode tertentu. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana
tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada
tanggal tertentu.
perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang
c. Laporan dan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga
modal kerja.
d. Laporan arus kas, merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang
yang telah lewat bukan masa kini, sehingga laporan keuangan tidak dapat
kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan
membeli perusahaan.
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon
pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditor terhadap perusahaan mampu
c. Pemasok
d. Pelanggan
e. Karyawan
f. Pemerintah
berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang
lebih beragam, lebih mendalam dan lebih akurat bagi pihak-pihak yang
depan dan sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan
menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang
bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara data kuantitaif maupun
data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat
(Harahap, 2006:190).
b. Analisis laporan keuangan adalah hubungan antara satu angka dalam laporan
keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan
mengintrepretasikannya.
(2006:19) adalah:
kondisi perusahaan.
masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah
mengelola perusahaan.
bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang
keuangan perusahaan.
merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpretasi
dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang
didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van
Dari hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan yang
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan.
keputusan.
g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
e. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
menimbulkan kesalahan.
karena penggunaan metode yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil
manipulasi, tidak bisa dikatakan bahwa suatu rasio perusahaan lebih bagus dari
tetap merupakan alat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membantu
a. Rasio Likuiditas
tersebut mempunyai alat pembayaran berupa aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancar. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka
pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan
perusahaan bangkrut. Current ratio yang baik adalah antar 100% sampai dengan
200%. Diatas 200% berarti banyak aktiva yang menganggur. Rumusnya sebagai
berikut:
CR =
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)
untuk mambayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi
hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat
kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan
Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk
membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik
penghilangan unsur persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk
QTR =
Aktiva lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
(Darsono dan Ashari,2005:52)
Dalam menganalisis rasio cepat, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah
Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih
4) Cash Ratio
kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan piutang
sebagai komponen yang kurang liquid. Ukuran ini umumnya dipergunakan dalam
mengumpulkan piutang dalam kondisi resesi. Karena itu yang dianggap mampu
melunasi kewajiban jangka pendek hanyalah kas dan surat-surat berharga. Dalam
situasi seperti inilah, cash ratio dianggap lebih mampu menunjukkan kondisi
likuiditas perusahaan secara lebih aktual. Cash ratio yang dianggap ideal bagi
Kas + Efek
Cash Ratio =
Hutang Lancar
(Sawir,2005:10)
b. Rasio Solvabilitas
membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga
rasio leverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio
Debt to assets ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan
perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini menyediakan informasi tentang
kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang
rasio yang tinggi akhirnya akan mengurangi pembayaran bunga yang tinggi yang
DAR =
Total Kewajiban
Total Aktiva
(Darsono dan Ashari,2005:54)
Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas
laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil,
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik
sebagai berikut:
DER =
Total Kewajiban
Total ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:55)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan
jumlah modal sendiri. Hutang jangka panjang didefenisikan sebagai hutang yang
masa jatuh tempo pembayarannya diatas 1 tahun, umumnya 5 tahun atau lebih.
Semakin tinggi angka rasio ini, semakin besar pula resiko yang dihadapi oleh para
LTDER =
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
(Harahap,2006:135)
c. Rasio Profitabilitas
adalah:
Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan
bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna
untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.
Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa setiap satu barang yang
dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang
GPM =
Laba Kotor
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)
aspek struktur pasar, jenis barang, dan sruktur margin keuntungan kotor akan
Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba
bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.
diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan
biaya non operasional. Kelemahan dari rasio ini adlaah memasukkan posa tau
item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya
bunga untuk pendanaan dan biaya pajak penghasilan. Rumusnya sebagai berikut :
NPM =
Laba Bersih
Penjualan Bersih
(Darsono dan Ashari,2005:56)
keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rsaio
ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan
pendapatan.
ROA =
Laba Bersih
Total Akiva
(Darsono dan Ashari,2005:57)
Return on equity adalah laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna
ROE =
Laba Bersih
Rata - Rata Ekuitas
(Darsono dan Ashari,2005:57)
pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik
karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham.
d. Rasio Aktivitas
semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio ini digunakan dengan
sehari-hari.
1) Receivable Turnover
dalam penagihan piutang yang dimiliki. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi juga
bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat.
Rasio ini bisa juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat
RT =
Penjualan Bersih
Rata − Rata Piutang Dagang
(Darsono dan Ashari, 2005:59)
Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi
receiable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka
waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rumusnya
sebagai berikut:
RPP =
365
Receivable Turnover
(Darsono dan Ashari,2005:59)
Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus
Total assets turnover adalah penjualan dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan
penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini, kita bisa
TAT =
Penjualan Bersih
Rata − Rata Total Aktiva
(Darsono dan Ashari,2005:60)
BAB III
Peraturan Daerah No.9 tahun 1976 Seri B No.13 sesuai dengan Keputusan
Walikotamadya Pematangsiantar.
membangun penangkap umbul mata air Simarito dengan debit air ± 13 liter/detik.
tahun 1920 mengambil alih pengelolaan air minum. Perkebunan Siantar Estate
yang dijadikan perusahaan air kota yang disebut dengan nama “Gemeente Water
Leiding Bedriff” yangn salah satu tujuan utama dari perusahaan kota tersebut
adalah untuk memenuhi kebutuhan air minum terhadap penduduk kota dan tetap
minum, pihak Pemerintah Belanda pada tahun 1940 membangun sumur bor yang
terletak di jalan Sabang Meruke dengan debit ± 4,1 liter/detik dan tahun 1943
34
agustus 1945 dan sejalan dengan kemerdekaan itu meke perusahaan air kota
Gemeente Water Leiding Bedriff yang dikelola oleh pemerintah Indonesia yang
dengan debit air ± 12 liter/detik dan pada tahun 1954 dibangun lagi Bronkaptering
perkembangan kota, maka pada tahun 1959 dibangun 3 buah sumur bor yang
Anggi denagn debit ± 6,4 liter/detik, dan di jalan Raya dengan debit air ± 12
liter/detik.
Pada tahun 1971 dibangun lagi Umbul Naga Huta III yang berlokasi 500
meter dari Umbul Naga Huta II. Umbul Naga Huata III ini akan memproduksi
debit air ± 35 liter/detik. Kemudian pada tahun 1974 Umbul Naga HUta IV
Pada tahun 1977 dibangun Umbul Mual Goid dengan mempergunakan 3 sumber
Status pengelolaan air minum pada waktu itu dilaksanakan oleh Dinas Air
Berdasarkan Peraturan Daerah No.9 tahun 1976 Seri B No.13 dan sesuai dengan
Pegawai negeri yang selama ini menjadi Pegawai Negeri Dinas Air Minum,
Tirtauli dan pegawai harian yang selanjutnya ditanggung oleh Perusahaan Daerah
Pematangsiantar adalah:
c. Memberikan air munm yang cukup pada setiap tempat dari sistem
Selain dari tugas yang dimiliki perusahaan ini juga fungsi-fungsi yang sesuai
sambungn luar.
tersebut. Adapun bentuk struktur organisasi PDAM Tirtauli, seperti terlihat pada
gambar 3.1.
BADAN PENGAWAS
DIREKTUR UTAMA
SATUAN PENGAWAS BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN PENELITIAN &
INTERN KEUANGAN PUBLIK RELATION PERSONALIA UMUM PERENCANA TEKNIK PRODUKSI TRANSMISI/ PERALATAN PENGEMBANGAN
DISTRIBUSI TEKNIK
PENGAWAS SEKSI SEKSI PEMBACA SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI LITBANG BIDANG
BIDANG UMUM ANGGARAN METER KEPEGAWAIAN TATA USAHA SURVEY& PENGADAAN TRANSMISI/ PERAWATAN UMUJM
PENGUKURAN AIR DISTRIBUSI METER
SEKSI PEMBUAT
PENGAWAS SEKSI REKENING
BIDANG TEKNIK KAS SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI PERAWATAN SEKSI LITBANG BIDANG
KESEJAHTERAAN PENGADAAN KONSTRUKSI TEKNIK LABORATORIU INSTALASI & BENGKEL TEKNIK
DAN PENDIDIKAN BARANG M PEMASANGAN SIB UMUM
SEKSI HUBUNGAN
INTERNAL
PELANGGAN
SEKSI
PENAGIHAN
SEKSI
AKUNTANSI
uraian tugas dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtauli Kotamadya
a. Badan Pengawas
b. Direksi
e. Bagian – Bagian
f. Cabang
1. Direktur Utama
b. Apabila Direksi tidak ada, maka salah seorang pegawai yang turtua
pangkat dan jabatanya serta mampu dapat mewakili tugas Direktur Utama.
Personalia.
pengelolaan perlengkapan.
dari langganan.
Dalam menjalankan tugas Direktur Bidang Umum dipimpin oleh seorang Direktur
Intern yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Satuan Pengawas
Pembangunan Perusahaan.
Satuan Pengawasan Intern dikepalai oleh seorang Kepala Satuan Pengawas Intern
Teknologi Perusahaan
tugasnya.
Utama.
Bagian-bagian merupakan bagian yang dibawahi oleh direktur utama dan direktur
teknik. Disini penulis akan membahas tugas dari masing-masing bagian terutama
1. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang dalam menjalankan
a. Seksi Anggaran
investasi perusahaan.
diselesaikan.
b. Seksi Kas
c. Seksi Penagihan
lanjut.
yang dibutuhkan.
d. Seksi Akuntansi
setiap transaksi dan biaya pada buku jurnal dan buku pembantu
penjualan air.
keuangan.
dan sebagainya.
3. Bagian Personalia
4. Bagian Umum
kesekretariatan
kebutuhan
6. Bagian Produksi
7. Bagian Transmisi/Distribusi
gangguan
perusahaan
BAB IV
(PDAM) Tirtauli akan diuraikan pada bagian ini sesuai dengan maksud penulisan
laporan laba rugi dan neraca selama periode waktu tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005.
aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar, ekuitas, dan piutang perusahaan yang
Adapun aktiva lancar diperoleh dari kas dan bank, deposito, piutang, persediaan,
biaya dibayar dimuka, uang kepada kontraktor, pembayaran dimuka pajak, dan
aktiva pajak tangguhan, sedangkan aktiva tetap diperoleh dari tanah, instalasi
sumber air, instalasi pompa air, instalasi transmisi/distribusi, dan instalasi umum.
Hutang lancar dapat diperoleh dari hutang usaha, hutang lain-lain, hutang pajak
Ppn/Pph pasal 23, dan bagian hutang jangka panjanga yang jatuh tempo, seangkan
Bank.
Ekuitas dapat diperoleh dari modal, cadangan umum, akumulasi rugi tahun lalu,
dan laba (rugi) tahun berjalan. Piutang dapat diperoleh dari piutang rekening air,
piutang ragu-ragu, piutang rekening non air, dan penyisihan piutang rekening air.
Tabel 4.1
Data Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, dan Piutang
Tabel 4.2
Data Hutang Lancar, Hutang Jangka Panjang, dan Ekuitas
Hutang Jangka
Tahun Hutang lancar Ekuitas
Panjang
a. Rasio Likuiditas
yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti bahwa
perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran berupa akiva lancar yang lebih
Tabel 4.3
Perhitungan Rasio Likuiditas
=
Aktiva Lancar - Persediaan 19.820.025.976 23.511.258.291 26.600.585.376
Kewajiban Lancar = 0,189 = 0,198 = 0,309
= 18,9% = 19,8% = 30,9%
= 2,9% = 2%
kewajiban jangka pendek. Dari hasil perhitungan pada tabel 4.4 dapat dilihat
bahwa pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 current ratio perusahaan
tergolong sangat rendah dengan rata-rata rasio 21,6% dimana current ratio yang
tergolong baik adalah 100%-200%. Pada tahun 2001 current ratio perusahaan
0,195 yang berarti setiap satu rupiah kewajiban dijamin dengan 0,195 rupiah
aktiva lancar. Rendahnya current ratio ini pada perusahaan disebabkan nilai
hutang lancar sangat tinggi jauh melebihi aktiva lancar perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar aktiva tetap perusahaan dibiayai oleh hutang
2) Quick Ratio
waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Dari perhitungan rasio pada
Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa quick ratio perusahaan tergolong sangat rendah
dengan rata-rata rasio 22,68%. Pada tahun 2001 nilai quick ratio perusahaan
18,9% yang berarti setiap satu rupiah hutang lancar dijamin dengan 0,19 rupiah
aktiva yang cepat diuangkan. Sama dengan current ratio, rendahnya rasio ini
disebabkan oleh tingginya hutang perusahaan. Dari perhitungan juga dapat dilihat
bahwa nilai dari aktiva lancar sebagian besar tertanam pada kas dan piutang
karena PDAM sendiri tidak memiliki persediaan produk yang dihasilkan, yaitu air
bersih. Persediaaan hanya dalam bentuk alat tulis kantor dan bahan ilmiah.
Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih. Rasio
modal kerja bersih adalah sebesar besar modal kerja bersih yang dimiliki
dilihat bahwa nilai net working capital perusahaan bernilai negatif yang
disebabkan oleh jumlah kewajiban lancar yang lebih besar dari aktiva lancar yang
menghasilkan nilai modal kerja negatif. Kondisi ini menggambarkan resiko yang
4) Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang hasrus segera
dibayar dengan kas yang tersedia. Dari hasil perhitungan dapat dilihat rata-rata
cash ratio masih rendah yaitu 3,9% dimana cash rastio yang tergolong baik
adalah antara 5%-10%. Pada tahun 2001 cash ratio perusahaan 6,8% yang berarti
setiap satu rupiah hutang lancar dijamin dengan 0,068 rupiah kas. Pada tahun
2001 dan 2003 nilai cash ratio perusahaan baik namun pada tahun 2002, 2004,
dan 2005 mengalami penurunan disebabkan nilai kas perusahaan semakin rendah
Tabel 4.4
Perubahan Rasio Likuiditas
(dalam persen)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2001 2002 2003 2004 2005
b. Rasio Solvabilitas
membayar kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga mengukur sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio solvabilitas memberikan ukuran atas dana
perusahaan.
Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Solvabilitas pada PDAM Tirtauli untuk
Tabel 4.5
Perhitungan Rasio Solvabilitas
= 132,1% = 160,8%
= -350.1% = -258.4%
= -29,3% = -24,1%
persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Pada tahun 2001 debt to
asset ratio perusahaan adalah sebesar 129,4% yang berarti bahwa untuk tahun
2003 persentase aktiva yang didanai dari hutang adalah sebesar 129,4%. Dari hasil
perhitungan rasio pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai dari DAR secara
keseluruhan nilai DAR perusahaan masih terlalu tinggi yaitu dengan rata-rata
138,52% dimana nilai ideal dari rasio ini adalah 50%, yang artinya hutang
sangat berbahaya bagi perusahaan, karena hutang yang besar menunjukkan resiko
yang besar.
Rasio ini menunjukkan persentase dana oleh pemegang saham terhadap pinjaman.
Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan itu
sendiri. Dari hasil perhitungan rasio solvabilitas pada tabel 4.4 DER perusahaan
bernilai negatif karena ekuitas atau modal perusahaan bernilai negatif. Ekuitas
perusahaan dari tahun ke tahun. Yang menjadi penyebab kerugian ini, antara lain
tingginya tingkat kehilangan air, tarif yang tidak sesuai, dan penurunan penjualan
Disamping itu dapat dilihat bahwa nilai negatif DER perusahaan sangat tinggi.
perhitungan dapat dilihat bahwa rasio ini bernilai negatif yang disebabkan oleh
tahun.
Tabel 4.6
Perubahan Rasio Solvabilitas
(dalam persen)
200
150
100
50
0
-50 2001 2002 2003 2004 2005
-100
-150
-200
-250
-300
-350
c. Rasio Profitabilitas
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
2006:304).
Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Profitabilitas pada PDAM Tirtauli untuk
Tabel 4.7
Perhitungan Rasio Profitabilitas
Gross Profit Margin adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan
dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor
perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita
bisa mengetahui bahwa untuk setiap satu barang yang terjual, perusahaan
profitabilitas pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai GPM perusahaan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan laba
Pada tahun 2001, saat laba kotor Rp.4.107.786.566, besar GPM adalah 45,2%
yang berarti bahwa untuk setiap satu rupiah penjualan, perusahaan mendapatkan
dalam menghasilkan lanjut terhadap rasio ini, kita harus melihat struktur biaya
penjualan, biaya administrasi, dan biaya lain-lain yang akan berpengaruh terhadap
keuntungan bersih.
Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan. Rasio ini
dan biaya. Semakin tinggi angka rasio yang diperoleh akan semakin baik. Dari
tahun 2001 sampai tahun 2005 kecuali tahun 2005 kecuali tahun 2003, nilai dari
rasio ini bernilai negatif disebabkan oleh perusahaan mengalami kerugian pada
tahun tersebut.
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa NPM perusahaan
cenderung meningkat dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 bernilai negatif
Pada tahun 2001 saat perusahaan merugi sebesar Rp.3.824.532.993, nilai NPM
peningkatan biaya terutama biaya administrasi dan umum perusahaan yang cukup
besar. Walaupun perusahaan berhasil memperolah laba pada tahun 2003, laba ini
keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini,
kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya
diperoleh akan semakin baik pula. Dari tahun 2001 sampai tahun 2005, kecuali
tahun 2003 rasio ini bernilai negatif yang disebabkan perusahaan merugi pada
tahun tersebut. Nilai rasio yang negatif menggambarkan perusahaan tidak mampu
Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diperoleh oleh
perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Dari hasil perhitungan pada
tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai ROE perusahaan dari tahun 2001 sampai tahun
2005 kecuali tahun 2003 bernilai positif. Nilai positif ini diperoleh karena baik
tahun 2003 ROE bernilai negatif karena perusahaan memperoleh laba sementara
ekuitas perusahaan negatif. Jadi, nilai positif ini bukan berarti baik bagi
perusahaan.
Tabel 4.8
Perubahan Rasio Profitabilitas
(dalam persen)
80
60
40
20
0
2001 2002 2003 2004 2005
-20
-40
-60
d. Rasio Aktvitas
lainnya.
Berikut ini adalah Perhitungan Rasio Aktivitas pada PDAM Tirtauli untuk periode
Tabel 4.9
Perhitungan Rasio Aktivitas
1) Receivable Turnover
dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin
Dari hasil perhitungan rasio aktivitas pada tabel 4.9, receivable turnover
dengan peningkatan penjualan bersih perusahaan. Pada tahun 2002 nilai rasio ini
adalah 2,599 kali yang berarti dalam satu tahun perusahaan mampu mengkonversi
piutang menjadi kas sebesar 2,599 kali. Demikian pula untuk tahun-tahun
selanjutnya.
Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari
Dari hsil perhitungan pada tabel 4.9 rata-rata penerimaan piutang dari tahun ke
tahun censerung menurun, dimana rata-rata penerimaan piutang pada tahun 2001
sampai tahun 2005 berturut-turut adalah 140 hari, 97 hari, 63 hari, 61 hari, dan 63
hari.
Semakin cepat kinerja perusahaan dalam mengelola piutang akan semakin baik
menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini
penjualan.
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.9 TAT perusahaan cenderung meningkat dari
perusahaan.
Pada tahun 2001 diperoleh rasio TAT sebesar 0,402 kali yang berarti untuk setiap
pula tahun-tahun selanjutanya. Namun nilai dari rasio ini sangat rendah dimana
TAT bagi perusahaan yang produktif harus diatas 1. Rendahnya nilai rasio ini
Tabel 4.10
Perubahan Rasio Aktivitas
RT RPP TAT
Tahun
(kali) (hari) (kali)
2001 2,599 140 0,402
2002 3,767 97 0,582
2003 5,753 63 0,889
2004 5,956 61 0,921
2005 5,767 63 0,891
Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirtauli
7
6
5
4
3
2
1
0
2001 2002 2003 2004 2005
RPP (hari)
150
100
50
0
2001 2002 2003 2004 2005
RPP (hari)
profitabilitasnya dalam hal margin baik, tapi dalam ROA-nya buruk, sedangkan
aktivitas perusahaan dapat dikatakan baik. Likuiditas yang baik terkadang dapat
membuat profitabilitas menjadi buruk karena ada kemungkinan terdapat aset yang
PDM Tirtauli karena likuiditas yang sudah terlalu buruk, hutang melebihi aset
perputaran aktiva baik dalam menghasilkan profit. Dalam hal ini PDAM Tirtauli
rasio aktivitasnya baik dalam perputaran piutang, tapi tidak pada perputaran
juga dapat membuat profitabilitas perusahaan baik. Dalam hal ini solvabilitas
PDAM Tirtauli sangat buruk, dimana hutang pengusaha sangat tinggi dan
BAB V
A. Kesimpulan
yang berhasil dikumpulkan dan relevan dengan lingkup pembahasan skripsi ini,
dengan tahun 2005 tergolong tidak baik. Hal ini tampak dari angka current
ratio yang selalu jauh dibawah 200%, angka quick ratio dibawah 100%,
bahkan selama periode tersebut kecuali tahun 2003 nilai rasio net working
periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 juga tergolong tidak baik.
Hal ini tampak dari tingginya debt to assets ratio perusahaan yang
mencapai diatas 100% dan debt to equity ratio serta equity multiplier yang
meningkat dari tahun ke tahun serta kerugian yang dialami perusahaan dari
tahun ke tahun.
dengan tahun 2005 apabila dilihat dari gross profir margin ratio dan
83
diikutsertakan seperti pada rasio net profit margin dan return on assets
4. Ditinjau dari segi rasio aktivitas, keadaan PDAM Tirtauli selama periode
tahun 2001 sampai tahun 2005 secara umum tergolong cukup baik
dengan nilai rasio ini masih jauh dibawah nilai ideal yaitu 1. Hal ini
menghasilkan penjualan.
B. Saran
Dengan kesimpulan yang penulis peroleh tersebut, maka penulis mencoba untuk
jatuh tempo.
hutang akan mengurangi pula beban bunga hutang yang harus ditanggung
perusahaan.
biaya administrasi dan umum. Selain itu perusahaan juga sebaiknya dapat
daerah pelosok.
3. Melakukan penyesuaian tarif yang saat ini dinilai masih terlalu rendah.