TESIS
HALAMAN JUDUL
RELEVANSI AMORTISASI DAN PENURUNAN NILAI
GOODWILL SEBELUM DAN SETELAH BERLAKUNYA PSAK
22 (REVISI 2010): BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
PUBLIK DI INDONESIA
TESIS
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 15 Juli 2015
Mengetahui,
Ketua Program
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Relevansi
Amortisasi dan Penurunan Nilai Goodwill Sebelum dan Setelah Berlakunya
PSAK 22 (Revisi 2010): Bukti Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia.“
Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Akuntansi Program Studi Magister Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan tesis ini akan sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Dr. Gede Harja Wasistha, CMA selaku Ketua Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
2) Rafika Yuniasih, MSM selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
3) Dr. Sylvia Veronica NPS selaku dosen pembimbing yang telah mau
meluangkan banyak waktu untuk berdiskusi, memberi masukan, dan
membimbing dengan sangat sabar baik melalui tatap muka secara langsung
maupun melalui media komunikasi lain.
4) Yan Rahadian, M.S.Ak dan Dr. Ratna Wardhani, S.E., M.Si. selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
5) Andhika Herdiawan Prahasto, suami tercinta yang senantiasa memberikan
dukungan moril dan materil yang tidak terhingga serta yang merupakan
motivator untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan tesis ini.
6) Dermawati Pohan (Ibu), Fachruddin Harahap (Ayah), Alfin Fardeni Harahap
(Kakak), Ivan Zulkarnaen (Kakak), Suci Oktavani Ritonga, dan Umi
Shobariati selaku keluarga terdekat yang juga selalu memberikan dukungan
penuh dalam menyelesaikan perkuliahan dan tesis ini.
iv
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasi tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 15 Juli 2015
Yang menyatakan
vi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis relevansi nilai dari
komponen goodwill sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) (yaitu amortisasi
dan penurunan nilai) dan setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) (yaitu
penurunan nilai goodwill yang diuji secara periodik). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi data panel, dengan sampel 149 perusahaan
yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2013. Hasil uji regresi menunjukkan
bahwa amortisasi goodwill tidak memiliki relevansi nilai, sedangkan relevansi
penurunan nilai goodwill terhadap harga pasar saham tidak meningkat setelah
berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010). Secara umum, penelitian ini menyimpulkan
bahwa komponen goodwill setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) tidak lebih
relevan dibandingkan dengan sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010).
Kata kunci: Amortisasi; goodwill; penurunan nilai; PSAK 22; relevansi nilai.
The purpose of this study is to analyze the value relevance of goodwill component
prior to the effective implementation of PSAK 22 (Revised 2010) (including
amortization and impairment) and after the effective implementation of PSAK 22
(Revised 2010) (including impairment test of goodwill periodically). The method
used in this research is regression using panel data, with sample of 149 companies
listed on Indonesia Stock Exchange during the years of 2008-2013. The regression
results indicate that the amortization of goodwill has no value relevance, whereas
value relevance of goodwill impairment in association to market price is not
increase after the effective implementation of PSAK 22 (Revised 2010). In
general, this study concludes that goodwill component after the periods of
effective implementation of PSAK 22 (Revised 2010) is not more value relevance
compared to the periods prior to effective implementation of PSAK 22 (Revised
2010).
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
tahun 2010 perusahaan yang melaporkan merger atau akuisisi adalah sebanyak 3
perusahaan, pada tahun 2011 terdapat 43 perusahaan, tahun 2012 ada 36
perusahaan, pada tahun 2013 meningkat sebanyak 69 perusahaan, dan selama
tahun 2014 ada sebanyak 33 merger ataupun akuisisi yang dilaporkan. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa jumlah merger dan akuisisi di Indonesia semakin
meningkat yang menjadikan nilai goodwill sebagai aset tak berwujud yang timbul
karena adanya kombinasi bisnis juga menjadi semakin material pula relevansinya
bagi para investor dalam keputusan investasinya.
Standar mengenai metode akuntansi goodwill setelah konvergensi IFRS
adalah salah satu standar yang ikut berubah. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 (Revisi 2010, hlm. 22.15), definisi goodwill
adalah “suatu aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang timbul
dari asset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat
diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah.” Dari pengertian
tersebut dapat dilihat bahwa goodwill merupakan suatu aset takberwujud yang
mencerminkan potensi masa depan dari suatu perusahaan yang diakuisi yang
sudah diidentifikasi terpisah dengan aset tak berwujud lainnya seperti merk
dagang dan paten. Informasi tentang besarnya goodwill ini merupakan salah satu
informasi yang penting bagi investor untuk melihat prospek suatu perusahaan
yang diakuisisi. Oleh karena itu, kebutuhan akan metode akuntansi untuk goodwill
yang benar-benar relevan dalam mencerminkan potensi masa depan dari suatu
perusahaan yang diakuisisi menjadi sangat penting. Metode akuntansi goodwill
telah lama menjadi kontroversi khususnya tentang klasifikasi masa manfaat dari
goodwill beserta metode akuntansi yang digunakan untuk mengukur goodwill
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan kontroversi tentang
goodwill tersebut, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sebagai tim
penyusun SAK di Indonesia melakukan adopsi IFRS 3 “Bussiness Combinations”,
IAS 36 “Impairment of Assets”, dan IAS 38 “Intangible Assets” terhadap PSAK
yang mengatur metode akuntansi untuk goodwill.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penurunan nilai, hasil penelitian yang dilakukan oleh Zadeh et al. (2013), Xu et
al. (2011), Lapointe et al. (2009) dan Laghi et al. (2013) secara umum
mengindikasikan bahwa penurunan nilai memiliki relevansi nilai. Hal ini berbeda
dengan penelitian oleh Hamberg dan Beisland (2014) yang berpendapat bahwa
setelah adopsi IFRS 3, penurunan nilai goodwill tidak lagi memiliki relevansi nilai
dengan pengembalian saham sedangkan pada periode sebelum adanya adopsi
IFRS 3 penurunan nilai memiliki relevansi nilai. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Indonesia adalah penelitain oleh Iswaraputra (2013). Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa goodwill berhubungan negatif signifikan
terhadap harga pasar saham perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa relevansi nilai goodwill meningkat setelah PSAK 19 (Revisi 2010)
mengadopsi IAS 38.
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hamberg dan Beisland (2014), dengan sampel perusahaan di Swedia. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa amortisasi goodwill sebelum adopsi IFRS
3 di Eropa tidak memiliki relevansi nilai, namun adanya tambahan penurunan
nilai goodwill pada masa sebelum adopsi IFRS memiliki relevansi nilai terhadap
pengembalian saham. Namun sebaliknya, setelah adopsi IFRS 3, penurunan nilai
goodwill tidak lagi memiliki relevansi nilai. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa konvergensi IFRS 3 yang menghentikan amortisasi dan hanya
memperkenankan pengujian penurunan nilai pada setiap periode tidak lebih
relevan daripada periode sebelum konvergensi IFRS 3 di Swedia.
Perbedaan penelitian Hambergh dan Beisland (2014) dengan penelitian ini
adalah terletak pada sampel penelitian. Penelitian Hamberg dan Beisland (2014)
menggunakan data perusahaan di Swedia dari tahun 2001-2010, sedangkan dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun (2008-2013). Selain itu, perbedaan juga terletak pada
model yang digunakan. Penelitian Hamberg dan Beisland (2008) menggunakan
return model secara dominan dalam penelitiannya, sedangkan pada penelitian ini,
model yang digunakan adalah price model yang dikembangkan oleh Ohlson
(1995). Hal ini karena price model dapat memberikan slope coefficient yang lebih
tidak bias jika dibandingkan dengan return model (Kothari dan Zimmerman,
Universitas Indonesia
1995). Selain itu Brown, Griffin, Hagerman, dan Zmijewski (1987) dalam Kothari
dan Zimmerman (1995) menjelaskan lebih jauh bahwa pada harga saham dalam
price model mencerminkan efek kumulatif dari kedua informasi laba yang
mengandung komponen surprise dan basi (stale) sehingga tidak terjadi error yang
mengakibatkan variabel menjadi bias pada regresi price model.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia adalah penelitain oleh
Iswaraputra (2013) yang meneliti tentang dampak adopsi IFRS pada PSAK
terhadap relevansi nilai goodwill pada perusahaan publik di Indonesia. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa goodwill berhubungan negatif signifikan
terhadap harga pasar saham perusahaan yang mengindikasikan investor
menggunakan informasi goodwill dalam melakukan keputasan investasi. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa relevansi nilai goodwill meningkat setelah
PSAK 19 (Revisi 2010) mengadopsi IAS 38. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian yang sekarang adalah adanya fokus terhadap perbandingan
metode akuntansi goodwill terkait dengan penurunan nilai dan amortisasi bukan
dampak IFRS terhadap relvansi goodwill secara keseluruhan. Perbedaan lainnya
dengan penelitian ini adalah terletak pada rentang tahun data yang akan diteliti
dan juga model yang akan digunakan. Selain itu, pada penelitian Iswaraputra
(2013) relevansi goodwill dianalisis secara keseluruhan namun tidak meneliti
tentang perbandingan relevansi amortisasi dan penurunan nilai sebelum dan
setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) seperti yang akan diteliti pada
penelitian sekarang.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang memiliki hasil
yang beragam, menarik untuk dilakukan penelitian untuk menganalisis masing-
masing relevansi dari metode akuntansi goodwill sebelum dan setelah berlakunya
PSAK 22 (Revisi 2010) untuk mengetahui metode mana yang paling relevan.
Pada penelitian ini metode akuntansi goodwill yang diperbandingkan berfokus
pada komponen goodwill yang terdiri dari amortisasi dan penurunan nilai (pada
periode sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010)) dan komponen penurunan
nilai secara periodik (pada periode setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010))
yang merupakan perubahan terpenting dari metode akuntansi goodwill.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
9 Universitas Indonesia
Oleh karena itu, goodwill tidak diukur secara langsung, namun diukur sebagai
nilai residual yang hanya muncul dari kelebihan biaya pembelian perusahaan yang
diakuisisi dari nilai wajar atas aset bersihnya (Kieso et al., 2011).
Universitas Indonesia
kecenderungan atau tren ekonomi yang tidak menguntungkan pada masa itu,
perubahan situasi persaingan dan hukum, dan peraturan perundangan. Faktor-
faktor tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penurunan jumlah arus kas yang
dihasilkan.
Universitas Indonesia
Nilai wajar
kepentingan ekuitas
sebelum kombinasi,
jika ada
Universitas Indonesia
kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi atau
penilaian kembali oleh pihak pengakuisisi apakah identifikasi yang dilakukan atas
semua aset yang diakuisisi dan liabilitas yang diambil-alih sudah dilakukan secara
tepat, dan apakah pengakuisisi sudah mengidentifikasi dan mengakui setiap aset
atau liabilitas tambahan atas akuisisi tersebut. Setelah dilakukan penilaian ulang
tersebut, kemudian pengakuisisi harus mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengukur jumlah yang disyaratkan untuk diakui pada tanggal
akuisisi terhadap unsur-unsur yang ada pada goodwill seperti yang ada pada
gambar 2.1. Tujuan dari pengkajian ulang tersebut adalah untuk memastikan
bahwa semua pengukuran telah dilakukan dengan tepat dan telah mencerminkan
semua informasi yang seharusnya ada pada tanggal akuisisi. Jika dari hasil
pengkajian ulang kembali masih dihasilkan selisih yang negatif, maka selisih
negatif tersebut diakui sebagai keuntungan pada tanggal akuisisi di laporan laba
rugi pihak pengakuisisi (IAI, 2013).
Universitas Indonesia
di masa yang akan datang. Berbeda dengan PSAK 48 (Revisi 2009), goodwill
tidak hanya dievaluasi atau direview indikasi penurunan nilainya, namun harus
diujii penurunan nilainya setiap akhir periode. Goodwill tersebut harus diturunkan
nilainya jika setelah diuji ditemukan bahwa nilai wajarnya yang mencerminakan
nilai ekonomis dari goodwill lebih rendah daripada nilai buku tercatatnya. Selain
itu, perbedaan penting terkait dengan penurunan nilai sebelum dan setelah
berlakunya PSAK 48 (Revisi 2009) terletak pada pembalikan rugi penurunan nilai
goodwill. Sebelum berlakunya PSAK 48 (Rvisi 2009), goodwill yang ada
pasarnya dapat dibalik bila kejadian spesifik penyebab penurunan nilai telah pulih
sedangkan setelah konvergensi IFRS pembalikan rugi penurunan nilai atas
goodwill dilarang. Untuk lebih detail, penurunan nilai goodwill akan dijelaskan
lebih lanjut pada pembahasan tentang penurunan nilai goodwill.
Perbedaan metode akuntansi goodwill sebelum dan setelah konvergensi
IFRS terlihat jelas pada penghentian amortisasi goodwill dan uji penurunan nilai
yang hanya dilakukan jika saat dievauasi pada tanggal neraca ditemukan adanya
indikasi penurunan nilai. Sebagai gantinya, goodwill harus diuji penurunan
nilainya pada setiap akhir periode dengan mengacu pada PSAK 48 (Revisi 2009).
Beberapa hal yang mendasari perubahan metode akuntansi untuk goodwill
tersebut adalah:
1. Nilai goodwill dapat berkurang dari waktu ke waktu, namun untuk
memprediksi nilai ekonomis goodwill sangat sulit. Oleh karena itu, pola
penurunan nilainya tidak dapat secara arbitrer disama-ratakan dengan metode
amortisasi dengan garis lurus atau metode amortisasi lain (Kieso et al., 2011).
Hal tersebut menyebabkan pengungkapan amortisasi goodwill secara merata
setiap periodenya tidak memenuhi karakteristik kualitatif representational
faithfulness.
2. Uji penurunan nilai pada setiap periode dinilai lebih mencerminkan nilai
ekonomis dari goodwill tersebut pada periode yang bersangkutan daripada
secara merata diamortisasi dengan metode garis lurus tanpa diukur secara
akurat berapa nilai ekonomis yang sebenarnya (Hulzen et al., 2011).
Universitas Indonesia
3. Investor tidak lagi melihat amortisasi goodwill sebagai informasi yang relevan
untuk mengambil keputusan (Hambergh dan Beisland, 2014 dan Zadeh et al.,
2013).
PSAK 22 (Revisi 2010) tersebut berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
2011. Semua entitas harus menerapkan PSAK tersebut secara prospektif untuk
semua goodwill yang diperoleh pada akuisisi sebelum tanggal efektif tersebut.
Oleh karena itu, sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011, amortisasi goodwill harus dihentikan, jumlah tercatat yang
terkait dengan akumulasi amortisasi sehubungan dengan penurunan goodwill
harus dieliminasi, dan uji penurunan nilai goodwill sesuai dengan PSAK 48 harus
dilakukan. Terkait dengan goodwill negatif yang sebelumnya telah diakui harus
dihentikan pengakuannya dengan cara melakukan penyesuaian terhadap saldo
laba awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal efektif
berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada unit penghasil kas. Tahapan selanjutnya adalah apabila nilai tercatat
goodwill telah habis, maka rugi penurunan nilai dialokasikan ke aset lainnya dari
unit penghasil kas dibagi secara rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset dalam
unit penghasil kas tersebut (PSAK 48 (Revisi 2009)).
Universitas Indonesia
manfaatnya tidak terbatas maka goodwill tidak diamortisasi. Hal ini karena, untuk
melakukan amortisasi perlu adanya masa manfaat dalam mengalokasikan biaya
dari aset takberwujud tersebut. Selain itu, lamanya amortisasi goodwill juga
berdasarkan atas estimasi masa manfaat dari goodwill yang bersangkutan.
Berdasarkan PSAK No. 22 (1994) sebelum konvergensi IFRS 3 tentang
“Akuntansi Penggabungan Usaha” yang mengacu pada International Accounting
Standard (IAS) No. 22 tentang “Bussiness Combinations” goodwill positif dicatat
sebagai aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat terbatas. Oleh karena itu,
goodwill di Indonesia sebelum konvergensi IFRS 3, diamortisasi selama lima
tahun, atau jika memang ada alasan yang tepat dapat diperpanjang sampai dua
puluh tahun. PSAK No. 22 (1994) juga menganjurkan agar goodwill diamortisasi
dengan metode garis lurus namun jika memang ada metode lain yang lebih baik
dapat pula digunakan. Pada masa sebelum konvergensi IFRS 3 tersebut,
manajemen harus mengestimasi umur manfaat goodwill ini secara handal,
sedangkan umur ekonomis goodwill tersebut sangat sulit dilakukan karena tidak
adanya faktor-faktor spesifik yang dapat membatasi umur manfaat goodwill
sehingga penentuan masa manfaat goodwill ini sering dilakukan oleh manajemen
secara arbitrer. Oleh karena itu, peluang untuk melakukan manajemen laba
menjadi lebih besar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
independen. Dalam hal ini nilai akuntansi berperan sebagai variabel independen
dan pengembalian saham atau harga saham merupakan variabel dependen, maka
R2 adalah ukuran sejauh mana harga saham atau pengembalian saham dipengaruhi
oleh nilai akuntansi tersebut.
Kothari dan Zimmerman (1995) menyebutkan bahwa penelitian dalam
akuntansi sering memilih antara return model dan price model. Return model
adalah pengembalian (return) yang diregresikan pada variabel laba, sedangkan
price model adalah harga saham yang diregresikan dengan laba per lembar saham.
Return model dan price model sama-sama berasal dari model valuasi standar yaitu
harga adalah nilai sekarang dari arus kas bersih yang didiskontokan. Kedua model
mengandung informasi tentang arus kas bersih yang diharapkan di masa depan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kothari dan Zimmerman (1995),
price model dapat menghasilkan earning response coefficient (ERC) yang kurang
bias meskipun price model memiliki lebih permasalahan ekonometrik daripada
return model. Namun begitu, masalah ekonometrik yang sering terjadi yaitu salah
satunya adalah heteroskedastisitas, dapat diatasi dengan cara pemilihan metode
statistik yang lebih berhati-hati contohnya adalah dengan menggunakan metode
white heteroscedasticity-consistent standard errors (Kothari dan Zimmerman,
1995).
Dalam suatu penelitian relevansi nilai, penting adanya kesesuaian antara
model valuasi dengan atribut dari suatu perusahaan yang akan divaluasi
(Holthausen dan Watts, 2001). Oleh karena itu, pemilihan model valuasi harus
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan atribut yang akan diteliti. Berdasarkan
Holthausen dan Watts (2001), tiga jenis model valuasi yang digunakan dalam
relevansi nilai adalah:
1. Balance sheet model
Balance sheet model merupakan model yang menunjukkan bahwa harga pasar
dari ekuitas adalah sama dengan harga pasar aset dikurangi dengan nilai pasar
liabilitas. Hubungan antara angka akuntansi dan atribut yang dinilai adalah
nilai buku dari aset dan liabilitas yang mengandung informasi tentang harga
pasar dari aset dan liabilitas yang bersangkutan.
Universitas Indonesia
2. Earnings Model
Dalam model penelitian hubungan ekuitas ini, laba (earnings) diasumsikan
secara informatif dihubungkan dengan aliran kas masa depan atau dinilai
secara langsung. Berdasarkan model ini, tingkat pengembalian pasar atau nilai
ekuitas diregresikan dengan:
a. Komponen laba dan atau perubahan komponen laba, atau
b. Pendapatan dan atau perubahan pendapatan.
3. Ohlson Model
Dalam model ini, dengan adanya model valuasi dividen dan akuntansi surplus
bersih (clean surplus accounting), harga pasar dapat dijelaskan sebagai fungsi
linier dari pendapatan dan nilai buku ekuitas. Akuntansi surplus bersih adalah
perubahan nilai buku ekuitas sama dengan laba dikurangi dividen
ditambah/dikurangi transaksi modal. Model ini menyebutkan laba abnormal
yang merupakan laba dikurangi cost of capital dapat digunakan sebagai nilai
atribut investor. Hubungan atau link dengan laba dalam model ini tidak
diperlukan. Ohlson (1995) mengembangkan model valuasi pasar yang
menghubungkan informasi akuntansi dengan harga pasar dari suatu
perusahaan. Model tersebut menjelaskan bahwa harga pasar saham (PRICE)
dari suatu perusahaan sebagai fungsi linier dari nilai buku ekuitas (BVE) dan
laba (EARN). Oleh karena itu, fungsi dasar yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
PRICE : f (BVE, EARN) (2.1)
Penelitian ini menggunakan price model yang dikembangkan oleh Ohlson
(1995) dalam metode valuasi pengujian relevansi nilai. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis relevansi nilai informasi
akuntansi terhadap harga saham. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kothari dan Zimmerman (1995), price model dapat memberikan
slope coefficient yang lebih tidak bias jika dibandingkan dengan return model.
Selain itu, price model memberikan response coefficient yang kurang bias
daripada return model. Meskipun price model memiliki lebih permasalahan
ekonometrik namun hal ini dapat diatasi dengan cara pemilihan metode statistik
yang lebih tepat dan berhati-hati, contohnya adalah dengan menggunakan metode
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ketepatan waktu metode penurunan nilai lebih tepat waktu jika dibandingakan
dengan amortisasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perubahan metode
akuntansi oleh IASB ini hanya berkontribusi sebagian saja terhadap kualitas
laporan keuangan.
Penelitian lainnya adalah dilakukan oleh Xu dan Cai (2014) terkait dengan
relevansi nilai beban amortisasi goodwill sebelum berlakunya SFAS 142 dan
penurunan nilai goodwill setelah adopsi SFAS 142 dengan sampel perusahaan Hi-
tech yang terdiri dari industri seperti obat-obatan, komputer dan pemrograman,
software, dan peralatan komputer serta data proses. Penelitian ini menemukan
bahwa relevansi nilai dari amortisasi dan penurunan nilai memiliki relevansi nilai
yang tidak dapat disimpulkan terhadap harga pasar saham. Hal ini karena
amortisasi goodwill berasosiasi positif signifikan terhadap harga pasar saham pada
4 tahun dari total 12 tahun observasinya (1990-2001) sebelum berlakunya SFAS
142. Selain itu, 4 tahun dari total 12 tahun observasi tersebut amortisasi goodwill
juga memiliki koefisien positif namun tidak signifikan dan selebihnya (4 tahun
observasi) amortisasi memiliki koefisien yang negatif. Begitu pula untuk
penurunan nilai goodwill, Xu dan Cai (2014) juga menemukan bahwa 2 tahun dari
total observasi 11 tahun (2002-2012) memiliki koefisien yang positif signifikan,
sedangakan 5 dari total observasi 11 tahun tersebut adalah positif namun tidak
signifikan dan selebihnya (4 tahun) memiliki koefisien yang negatif. Oleh karena
itu hasil penelitian secara umum meragukan bahwa adopsi SFAS 142 dapat
memberikan informasi yang lebih relevan terhadap investor.
Penelitian lainnya terkait dengan hal ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Zadeh et al. (2013). Studi ini meneliti tentang value of relevance dari
besarnya nilai goodwill dalam laporan tahunan di Inggris (United Kingdom (UK))
di bawah UK-GAAP dan IFRS. Penelitian ini menguji relevansi dari penurunan
nilai goodwill terhadap perubahan tingkat relevansi dan ketepatan waktu
(timeliness) terkait dengan besarnya nilai akuntansi goodwill yang terkait. Hasil
dari penelitian ini mengindikasikan bahwa penurunan nilai goodwill, berhubungan
negatif dengan nilai pasar (market value) dan goodwill tersebut relevan di tahun
pada saat pembelian itu dilakukan, tetapi value relevance akan berkurang pada
tahun-tahun berikutnya. Namun begitu, penurunan nilai goodwill hanya terlihat
Universitas Indonesia
sebagian tepat waktu terhadap pasar. Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan
bahwa amortisasi tidak memiliki relevansi nilai.
Penelitian yang dilakukan oleh Xu et al. (2011) yang dilakukan dengan
menggunakan data perusahaan yang ada di Ameraka Serikat pada tahun 2003-
2008 (setelah berlakunya SFAS 142) tentang Goodwill and Other Intangible
Assets menemukan bahwa beban penurunan nilai secara rata-rata dilihat secara
negatif oleh investor namun kesehatan finansial menjadi variabel moderasi
hubungan tersebut. Bagi perusahaan yang profit, pengembaliannya adalah negatif,
namun untuk perusahaan yang rugi adalah positif. Oleh karena itu, implikasi dari
penelitian tersebut adalah bahwa perubahan penurunan nilai goodwill
mengandung informasi yang relevan.
Studi tentang metode akuntansi goodwill juga dilakukan oleh Lapointe et
al. (2009) yang berfokus pada kerugian penurunan nilai goodwill dalam masa
transisi terkait dengan revisi standar atas goodwill. Lapointe et al. (2009) meneliti
tentang relevansi nilai dan ketepatan waktu (timeliness) dari perubahan wajib pada
prinsip akuntansi yang dilakukan dengan menggunakan metode retroaktif.
Penelitian ini menemukan bahwa kerugian penurunan nilai yang dilaporkan dan
harga saham berhubungan negatif. Terkait dengan ketepatan waktu, hasil
penelitian ini menunjukkan asosiasi negatif signifikan antara kerugian penurunan
nilai goodwill transisional dan pengembalian tahunan kumulatif pada saat sebelum
standar baru, namun berasosiasi signifikan positif pada tahun adopsi.
Studi lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Laghi et al. (2013).
Penelitian tentang value relevance penurunan nilai ini dilakukan terhadap
beberapa perusahaan publik yang terdaftar di beberapa negara di European Union
dengan mempertimbangkan faktor spesifik masing-masing Negara (country-
specific factors) pada masa setelah berlakunya IFRS 3 (2008-2011). Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan nilai goodwill signifikan hanya
pada dua tahun (2008 dan 2009) kecuali di Prancis, dan goodwill memiliki value
of relevance yang signifikan pada semua periode.
Adapun penelitian sebelumnya terkait dengan relevansi metode akuntansi
goodwill yang dilakukan di Indonesia adalah penelitian oleh Iswaraputra (2013).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa goodwill berhubungan negatif
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan pada hipotesis pertama, pada masa sebelum
berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010), selain diamortisasi, goodwill juga dievaluasi
penurunan nilainya setiap akhir periode. Hal ini berarti uji penurunan nilai tidak
dilakukan secara periodik, namun hanya diuji jika ada indikasi bahwa nilai
terpulihkannya lebih rendah daripada nilai bukunya. Setelah berlakunya PSAK 22
(Revisi 2010), uji penurunan nilai dilakukan secara periodik, minimal satu kali
dalam masa satu tahun. Goodwill yang harus diuji penurunan nilainya secara
periodik dinilai dapat lebih mencerminkan nilai ekonomis goodwill yang
sesungguhnya daripada hanya dievaluasi setiap akhir periode dan tidak dilakukan
uji penurunan nilai jika tidak ada indikasi penurunan nilai akan terjadi (Hambergh
dan Beisland, 2014). Dengan adanya pengujian nilai goodwill setiap periode
sekali menunjukkan adanya kontrol yang baik terhadap penilaian goodwill.
Adapun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan
penurunan nilai yang dilakukan oleh Zadeh et al. (2013), Xu et al. (2011),
Lapointe et al. (2009) dan Laghi et al. (2013) secara umum mengindikasikan
bahwa penurunan nilai setelah diberlakukannya penghentian amortisasi goodwill
dan uji penurunan nilai yang dilakukan tidak secara periodik memiliki relevansi
nilai. Hal ini diperkuat dengan penelitian oleh Iswaraputra (2013) yang dilakukan
di Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa relevansi nilai goodwill
meningkat setelah adanya adopsi IFRS pada PSAK. Unsur utama dari perubahan
tersebut adalah adanya pemberhentian amortisasi goodwill dan penurunan nilai
yang tidak secara periodik digantikan dengan penurunan nilai secara periodik saja.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat ditarik hipotesis kedua berikut ini:
Universitas Indonesia
29 Universitas Indonesia
oleh karena itu dalam penelitian ini pengurang goowill dipisahkan pula menjadi
amortisasi dan penurunan nilai goodwill, yaitu:
GWRED = GWAM + GWIMP (3.4)
Dari persamaan-persamaan di atas, maka dapat dirumuskan persamaan
berikut ini untuk menguji hipotesis penelitian ini:
PRICE = [(BVE–GW), GW, (EARN–GWRED), GWAM, GWIMP)] (3.5)
Untuk tujuan menghilangkan varians jumlah dan untuk menyeragamkan
skala pengukuran, maka semua variabel dalam penelitian ini kecuali variabel
dummy dibagi dengan total saham biasa yang beredar perusahaan i pada akhir
tahun t.
Berdasarkan penelitian Hambergh dan Beisland (2014), variabel kontrol
nilai buku ekuitas dan laba bersih dalam penelitian ini juga akan dikalikan atau
diinteraksikan dengan variabel dummy (D) yang diberi nilai 1 untuk perusahaan
yang melaporkan kerugian dan 0 untuk yang melaporkan untung. Interaksi laba
bersih dan nilai buku ekuitas dengan D dilakukan untuk menyesuaikan perbedaan
pengaruh laba positif dan negatif terhadap relevansi nilai. Dengan dugaan bahwa
laba negatif akan mengurangi relevansi nilai. Interaksi dengan variabel dummy
(D) untuk mengontrol efek laba yang negatif dilakukan dengan mengikutsertakan
nilai buku ekuitas perusahaan. Hal ini karena dengan interaksi D dengan laba saja
tidak cukup untuk mengeliminasi hubungan yang negatif antara harga dan laba
untuk perusahaan yang melaporkan rugi, oleh karena itu perlu untuk
mengikutsertakan nilai buku ekuitas perusahaan yang diinteraksikan dengan D
untuk laba negatif (Collins et al., 1999).
Sesuai dengan penelitian Hamberg dan Beisland (2014) serta Iswaraputra
(2013), variabel IFRS digunakan menjadi variabel pemoderasi dalam penelitian
ini untuk menganalisis perubahan relevansi variabel independen penurunan nilai
goodwill (GWIMP) terhadap variabel dependen harga pasar saham (PRICE)
setelah konvergensi IFRS 3. Pada penelitian ini, konvergensi IFRS 3 ditandai
dengan berlaku efektifnya PSAK 22 (Revisi 2010) yang mengatur tentang metode
akuntansi untuk goodwill pada 1 Januari 2011. Semua variabel dalam penelitian
ini kecuali amortisasi goodwill (GWAM), akan diinteraksikan dengan variabel
dummy IFRS yang merupakan indikator periode setelah berlakunya PSAK 22
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Goodwill (GWit)
Pengurang Goodwill
(GWREDit)
Amortisasi Goodwill
(GWAMit)*
Penurunan Nilai
Goodwill (GWIMPit)
Variabel Pemoderasi
(IFRS)
*Amortisasi goodwill tidak diinteraksikan dengan variabel pemoderasi IFRS karena amortisasi
goodwill hanya diperbolehkan sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
periode (Gujarati, 2003). Dengan metode ini, perbedaan tingkat relevansi variabel
independen dan variabel kontrol lainnya antara periode sebelum dan setelah
berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) dapat diestimasi. Berikut merupakan model
yang akan diuji untuk menjawab hipotesis 1 dan 2 dalam penelitian ini:
Keterangan:
PRICEit = Harga pasar saham 3 bulan setelah akhir tahun t
(harga penutupan pada 1 April t+1)
BVEit = Nilai buku ekuitas perusahaan i pada 31 Desember
tahun t
(BVE-GW)it = Nilai buku ekuitas dikurangi dengan
goodwill dari Perusahaan i pada tahun t
EARNit = Laba bersih perusahaan i pada 31 Desember tahun t
(EARN-GWRED)it = Laba bersih dikurangi pengurang goodwill dari
perusahaan i pada 31 Desember tahun t
D = 1 jika laba perusahaan (EARNit) pada 31 Desember
tahun t adalah negatif dan 0 jika sebaliknya
GWit = Goodwill perusahaan i pada 31 Desember
tahun t
GWREDit = Total dari amortisasi dan penurunan nilai goodwill
dari perusahaan i pada 31 Desember tahun t
GWAMit = Nilai amortisasi goodwill dari perusahaan i pada
31 Desember tahun t
GWIMPit = Penurunan nilai goodwill (jika ada) dari perusahaan
i pada 31 Desember tahun t
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.3.2 Goodwill
Variabel goodwill (GW) adalah variabel kontrol dalam penelitian ini yang
merupakan komponen dari nilai buku ekuitas yang dipisahkan dan diuji secara
terpisah. Hal ini karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji
metode penurunan akuntansi untuk goodwill sebelum dan setelah berlakunya
Universitas Indonesia
PSAK 22 (Revisi 2010) yang terdiri dari amortisasi dan penurunan nilai. Oleh
karena itu, perlu untuk memisahkan komponen goodwill ini dari nilai buku
ekuitas. Variabel goodwill ini adalah nilai buku bersih goodwill pada 31
Desember tahun t dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang bredar pada 31
Desember tahun t, yang dirumuskan berikut ini:
GWit=
Nilai Buku Bersih Goodwill pada Akhir Tahun t
(3.13)
Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar pada Akhir Tahun t
Universitas Indonesia
3.3.3.4 Interaksi Variabel Dummy (D) dengan Laba Bersih dan Nilai Buku
Ekuitas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk saldo goodwill, amortisasi goodwill dan penurunan nilai goodwill. Data
yang tidak lengkap tersebut dicek ulang dengan data yang terdapat pada laporan
keuangan perusahaan yang dipublikasikan di website BEI yaitu www.idx.co.id
atau yang ada pada website perusahaan.
Jika data yang telah dicek ulang tersebut masih tidak secara eksplisit
menyebutkan adanya amortisasi dan penurunan nilai goodwill, maka data akan
diasumsikan dengan menggunakan informasi-informasi yang ada pada laporan
keuangan. Asumsi tentang amortisasi dan penurunan nilai dilakukan dengan cara
menghitung selisih nilai goodwill ataupun akumulasi amortisasi goodwill pada
tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya. Jika terdapat selisih kurs
maka diasumsikan kurs yang digunakan adalah kurs tengah Bank Indonesia (BI)
pada akhir tahun yang bersangkutan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lebih kecil daripada alpha maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
dalam penelitian ini lebih tepat bila menggunakan REM.
c. Uji Hausman (Hausman Test)
Uji ini digunakan untuk menetukan apakah model yang paling tepat dalam
penelitian adalah REM atau FEM. Uji Hausman dengan program STATA
dilakukan dengan cara menyimpan masing-masing uji yaitu FEM dengan
perintah “est store fixed” dan untuk REM dengan perintah “est store random”
kemudian diikuti dengan perintah “hausman fixed random”. Hasil pengujian
dalam uji ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas chi-square. Jika probabilitas
chi-square lebih kecil daripada alpha maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini lebih tepat bila menggunakan FEM.
Universitas Indonesia
a. Uji Multikolinieritas
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya bebas dari multikolinieritas yang berarti tidak terjadi korelasi
antara variabel-variabel independennya. Dengan adanya korelasi yang
signifikan antar variabel independennya maka dapat mengganggu hubungan
antara variabel independen dan dependennya. Pengujian asumsi
multikolinieritas ini dapat dilakukan dengan melihat nilai partial collinierity
atau Variance Inflation Factor (VIF). Rule of thumb dari multikolinierity
dengan analisis partial collinierity adalah adalah 0.8, artinya jika korelasi
antara dua variabel bernilai ≥ 0.8 maka kedua variabel tersebut memiliki
hubungan linier (terdapat masalah multikolinieritas). Adapun rule of thumb
dari VIF adalah VIF ≥ 10 atau 1/VIF ≤ 0.1, jika VIF ≥ 10 atau 1/VIF ≤ 0.1
maka suatu model memiliki masalah multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui apakah varian residual atau error dari
pengamatan-pengamatan itu tidak konstan. Dengan adanya asumsi ini maka
harus dipastikan bahwa model regresi memiliki varians error yang yang
konstan untuk setiap observasi. Hal ini karena jika asumsi ini tidak dipenuhi
maka estimator pada model regresi yang digunakan tidak beada pada kondisi
varian yang minimum (Gujarati, 2003). Model regresi yang baik adalah
regresi homoskedastisitas yaitu yang bebas dari heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas yang dapat dilakukan dengan metode scatter plot, atau bisa
dilakukan dengan uji Park, uji Glejser, atau uji White. Dengan program
STATA untuk FEM uji heteroskedastisitas dilakukan dengan perintah
“xttest3”. Jika niai probabilitas chi-square lebih kecil daripada alpha, maka
model tersebut memiliki masalah heteroskedastisitas.
Universitas Indonesia
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara periode t dengan periode sebelumnya (t - 1). Model regresi
yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi, hal ini karena
adanya korelasi antara periode t dengan periode t - 1 dapat mengganggu
hubungan antara variabel independen dan variabel dependennya. Metode yang
biasanya digunakan untuk menguji autokorelasi adalah dengan menggunakan
uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test, atau uji Lagrange Multiplier jika
data observasi di atas 100 data. Dengan program STATA untuk FEM uji
autokorelasi dilakukan dengan perintah “xtserial depvar indepvar”. Jika niai
probabilitas F-stat lebih kecil daripada alpha, maka model tersebut memiliki
masalah autokorelasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Total sampel sebanyak 553 observasi di atas adalah data dari 149
perusahaan selama tahun 2008 sampai dengan 2013. Dalam proses pengumpulan
data penelitian ini, terdapat sekitar 540 dari sekitar 594 observasi (2.602 – 426 –
1.582 = 594) perusahaan nonkeuangan yang melaporkan goodwill yang datanya
diambil dari Datastream tidak lengkap. Rata-rata data yang tidak lengkap tersebut
adalah data terkait dengan amortisasi goodwill atau penurunan nilai goodwill.
Oleh karena itu, sekitar 540 observasi tersebut dicek ulang dan diambil manual
49 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rata-rata harga pasar saham (PRICE) dalam sampel penelitian ini adalah
Rp1.676,03 dengan standar deviasi mencapai Rp2.714,30. Harga pasar
perusahaan yang melaporkan goodwill atau amortisasi atau penurunan nilai
goodwill dalam penelitian ini beragam yaitu dari yang paling rendah sebesar
Rp12,65 sampai dengan terbesar yaitu Rp13.600,00.
Nilai buku ekuitas sebelum goodwill (BVE-GW) juga memiliki persebaran
data yang lebih banyak berada pada nilai buku ekuitas sebelum goodwill (BVE-
GW) yang nilainya relatif lebih kecil yaitu dalam rentang antara rata-rata
Rp667,72 dengan standar deviasi sebesar Rp920,82. Nilai minimum BVE-GW
adalah sebesar Rp2,46 yang berarti semua perusahaan sampel penelitian ini adalah
perusahaan yang melaporkan nilai buku ekuitas sebelum goodwill yang positif.
Variabel goodwill (GW) disini adalah saldo akhir goodwill per lembar
saham pada akhir tahun. Saldo goodwill memiliki nilai rata-rata Rp40,09 yaitu
lebih kecil dibandingkan dengan standar deviasinya. Hal ini berarti sama dengan
variabel-variabel sebelumnya bahwa persebaran data goodwill lebih banyak pada
nilai goodwill yang relaif kecil. Selain itu, nilai minimum dari goodwill pada
penelitian ini adalah nol (0) yang berarti bahwa ada perusahaan yang tidak
melaporkan goodwill namun pada saat yang bersamaan hanya melaporkan
amortisasi atau penurunan nilai goodwill.
Variabel laba sebelum pengurang goodwill (EARN-GWRED) memiliki
nilai minimum sebesar Rp-511,97, hal ini berarti beberapa perusahaan sampel
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Uji ini dilakukan untuk menetukan apakah model yang paling tepat dalam
penelitian adalah PLS atau FEM. Hasil pengujian ditunjukkan oleh nilai
probabilitas chi-square. Jika probabilitas chi-square lebih kecil daripada alpha
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini lebih tepat
bila menggunakan REM. Dari hasil pengujian model penelitian dapat dilihat
bahwa p-value chi-square lebih kecil daripada alpha, oleh karena itu model
penelitian ini lebih tepat menggunakan pendekatan REM daripada PLS
3. Random Effect vs Fixed Effect Model (Uji Hausman)
Uji ini digunakan untuk menetukan apakah model yang paling tepat dalam
penelitian adalah REM atau FEM. Hasil pengujian dalam uji ini ditunjukkan oleh
nilai probabilitas chi-square. Jika probabilitas chi-square lebih kecil daripada
alpha maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini lebih
tepat bila menggunakan FEM. Dari hasil pengujian model penelitian dapat dilihat
bahwa p-value chi-square lebih kecil daripada alpha, oleh karena itu kedua model
tersebut sama-sama lebih tepat menggunakan pendekatan FEM daripada
REM.Kesimpulan dari hasil semua pengujian pemilihan model panel ini adalah
model statistik pada penelitian ini lebih tepat menggunakan pendekatan fixed
effect model (FEM)
Universitas Indonesia
Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolinieritas yang berarti
tidak terjadi korelasi antara variabel-variabel independennya, oleh karena itu,
uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pengujian
asumsi multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai dari
Variance Inflation Factor (VIF). Rule of thumb dari VIF adalah VIF ≥ 10 atau
1/VIF ≤ 0.1, jika VIF ≥ 10 atau 1/VIF ≤ 0.1 maka suatu model memiliki
masalah multikolinieritas. Tabel 4.4 berikut merupakan hasil uji
multikolinieritas model penelitian ini:
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa variabel D*BVE*IFRS, D*BVE,
EARN-GWRED, BVE-GW, (EARN-GWRED)*IFRS, dan (BVE-GW)*IFRS
mengalami masalah multikolinieritas, oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa model penelitian mengalami masalah multikolinieritas. Masalah
multikolinieritas menyebabkan hasil regresi tidak dapat mencerminkan
informasi yang sesungguhnya bahkan bisa menjadi bias. Meskipun model
penelitian ini memiliki masalah multikolinieritas, namun bukan berarti
korelasi yang terjadi antara variabel-variabel bebas pada penelitian ini tidak
diperbolehkan, hanya korelasi yang sempurna saja yang tidak diperbolehkan.
Oleh karena itu, hal ini tidak termasuk dalam pelanggaran asumsi (Nachrowi
dan Usman, 2002). Selain itu, suatu model OLS masih dapat mempertahankan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan cara memodifikasi model fixed effect dengan robust standard errors
estimates yang memproduksi Driscoll and Kraay Standard Error dengan
perintah “tsset” yang kemudian dilanjutkan dengan perintah “xtscc” pada
program STATA. Dengan metode ini, masalah heteroskedastisitas dan
autokorelasi dapat diatasi dan memungkinakan dilakukan untuk model fixed
effect whithin regession dengan unbalanced data. Metode ini memungkinkan
untuk menghilangkan heteroskedastisidas dan autokorelasi dalam suatu fixed
effect model (FEM) dengan observasi yang tidak balanced karena jumlah
periode observasi tidak sama untuk tiap-tiap unit cross section-nya (Hoechle,
2007). Adapun suatu model panel disebut balanced jika tiap-tiap individu ada
datanya untuk setiap periode observasi. Jika ada satu individu saja yang tidak
ada datanya di satu periode, data tersebut menjadi unbalanced.
3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengidentifikasi apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara periode t dengan periode sebelumnya (t - 1). Model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi, hal ini
karena adanya korelasi antara periode t dengan periode t -1 dapat mengganggu
hubungan antara variabel independen dan variabel dependennya. Dalam
penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan perintah “xtserial depvar
indepvar” dengan program STATA untuk FEM. Intrepretasi dari hasil uji ini
adalah jika nilai probabilitas F-stat lebih kecil daripada alpha (5%), maka
model tersebut memiliki masalah autokorelasi. Tabel 4.6 merupakan hasil uji
autokorelasi untuk model penelitian ini:
Dari hasil uji autokorelasi yang dilakukan terhadap model penelitian pada
table 4.6 di atas dapat disimpulkan bahwa model penelitian mengalami
masalah autokorelasi yang terlihat dari nilai p-value F-stat lebih kecil daripada
alpha. Sama dengan Heteroskedastisitas, untuk mengatasi masalah
Universitas Indonesia
autokorelasi ini adalah dengan cara memodifikasi model fixed effect pada
penelitian ini dengan regresi robust dengan perintah “xtscc”. Dengan metode
ini memungkinkan untuk menghilangkan heteroskedastisidas dan autokorelasi
secara bersamaan dalam suatu fixed effect model (FEM) dengan observasi
yang tidak balanced (Hoechle, 2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
acuan bagi investor untuk menetukan harga pasar saham dari suatu perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penghentian metode amortisasi goodwill oleh
DSAK sehubungan dengan adopsi IFRS 3 terhadap PSAK 22 (Revisi 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
juga sama-sama signifikan secara statistik yaitu dengan p-value lebih kecil
dari α (5%) dengan koefisien yang negatif. Hasil uji sensitivitas pertama dapat
dilihat pada lampiran 5.
2. Uji sensitivitas kedua dilakukan dengan menguji secara terpisah data sebelum
dan setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010). Untuk sebelum berlakunya
PSAK 22 (Revisi 2010) data yang digunakan adalah sampel pada ahun 2008
sampai dengan 2010 yang terdiri dari 241 observasi, sedangkan setelah
berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) data yang digunakan adalah sampel pada
tahun 2011 sampai dengan 2013 yang terdiri dari 312 observasi. Model yang
digunakan untuk periode sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) adalah
model (3.7), sedangkan untuk setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010)
adalah model (3.15) seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3.
Hasil dari uji sensitivitas tambahan dengan menggunakan model (3.7)
menunjukkan hasil yang berbeda dengan uji regresi model utama. Untuk uji
parsial yang ditunjukkan oleh p-value variabel amortisasi goodwill (GWAM)
yang hanya terdapat pada periode sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010)
menunjukkan hasil yang signifikan pada alpha 10% yaitu 0,076 dengan
koefisien positif, sedangkan penurunan nilai GWIMP sebelum berlakunya
PSAK 22 (Revisi 2010) tidak signifikan secara statistik. Hasil tersebut
berkebalikan dengan p-value variabel GWAM dan GWIMP pada model utama.
Hasil regresi model (3.7) menunjukkan R-squared sebesar 0,2263 (22,63%)
yang lebih kecil daripada hasil regresi model utama, yaitu 39,05%. Untuk p-
value dari F-stat kurang dari alpha 1% yaitu sebesar 0,0068 yang lebih besar
daripada p-value F-stat dari model utama yaitu 0,0000. Hasil uji dengan
model (3.15) untuk setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) menunjukkan
hasil p-value dari F-stat yang tidak signifikan secara statistik, yaitu sebesar
0,1126 (lebih besar dari alpha 10%). Hal ini berarti semua variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan uji sensitivitas kedua ini dapat disimpulkan bahwa amortisasi
goodwill sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) memiliki relevansi nilai
sedangkan penurunan nilai goodwill sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi
Universitas Indonesia
2010) tidak memiliki relevansi nilai. Namun, untuk relevansi penurunan nilai
goodwill setelah berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) tidak dapat ditentukan
karena uji simultan yang ditunjukkan oleh probabilitas dari F-stat tidak
signifikan secara statistik. Hal ini berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen harga
pasar saham. Oleh karena hasil pengujian model setelah berlakunya PSAK 22
(Revisi 2010) tidak signifikan, maka hasil pengujian sensitivitas ini tidak
dapat dibandingkan dengan model utama. Hasil uji sensitivitas kedua ini dapat
dilihat pada lampiran 6.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis
relevansi komponen goodwill sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010) (yang
terdiri dari amortisasi dan penurunan nilai) dan setelah berlakunya PSAK 22
(Revisi 2010) (yang hanya terdiri dari penurunan nilai goodwill yang diuji secara
periodik). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap data panel dengan
total 553 observasi yang terdiri dari 149 perusahaan yang terdaftar di BEI selama
6 periode (antara tahun 2008 dan tahun 2013) maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
Amortisasi goodwill tidak memiliki relevansi nilai. Amortisasi tidak
dipandang investor sebagai informasi yang relevan untuk menilai harga pasar
saham perusahaan. Hal ini karena goodwill merupakan aset takberwujud yang
memiliki masa manfaat yang tidak terbatas sehingga masa manfaatnya tidak dapat
ditentuakan secara pasti. Oleh karena itu, pola penurunan nilainya tidak dapat
secara arbitrer disamakan dengan metode amortisasi dengan garis lurus atau
metode amortisasi lain (Kieso et al., 2011).
Adapun untuk penurunan nilai goodwill setelah konvergensi IFRS 3 pada
PSAK 22 (Revisi 2010) yang berlaku efektif pada tahun 2011 tidak menaikkan
relevansi penurunan nilai goodwill. Hal ini karena hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perbedaan koefisien penurunan nilai goodwill sebelum dan
setelah berlakunya PSAK (Revisi 2010) tidak signifikan secara statistik. Namun
begitu, penurunan nilai goodwill sebelum berlakunya PSAK 22 (Revisi 2010)
memiliki relevansi nilai. Relevansi penurunan nilai goodwill yang tidak
meningkat pada periode setelah adopsi IFRS 3 bisa terjadi karena nature dari nilai
wajar beban penurunan nilai memang lebih mencerminkan suatu nilai ekonomis
dan underlying economics and commercial event dari suatu aset, namun secara
bersamaan dapat membuat investor menjadi lebih sulit untuk mengintrepretasikan
suatu nilai dari angka-angka akuntansi tersebut (Huzen et al., 2011).
69 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.3 Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi DSAK
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada DSAK terkait dengan
metode akuntansi yang lebih baik untuk goodwill dengan melihat pada tingkat
relevansinya terhadap investor. Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa
amortisasi goodwill tidak memiliki relevansi nilai dapat menjadi indikator
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hoechle, D. (2007). Robust standard Errors for Panel Regressions with Cross-
Sectional Dependence. Stata Journal, 7 (3), 281-312 (32).
Holthausen, R., dan Watts, R. (2001). The Relevance of Value Relevance
Literature for Financial Accounting Standard Setting. Journal of Accounting
and Economics, 31, 3-75.
Hulzen, V., P., Alfonso, L., Georgakopolous, G., dan Sotiropoulos, I. (2011).
Amortisation Versus Impairment and Accounting Quality. International
Journal of Economic Sciences and Applied Reserach, 4 (3), 93-118.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Akuntansi Berdasarkan PSAK Revisi 2012.
Jakarta: Ikatan Akutan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2008). Siaran Pers Ikatan Akuntan Indonesia:
Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesiake International
Financial Reporting Standards (IFRS). Diambil pada tanggal 5 Maret 2015
dari http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=19.
Iswaraputra, Nico. (2013). Dampak adopsi IFRS pada PSAK terhadap Relevansi
Nilai Goodwill: Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.
Juan, Ng., Eng, dan Wahyuni, Tri, Ersa. (2012). Panduan Praktis Standar
Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, D., Weygandt, J. dan Warfield, T. (2011). Intermediate Accounting: IFRS
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons Ltd.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. (2014). Notifikasi Merger dan Akuisisi.
Diambil pada tanggal 19 Februari 2015 dari http://www.kppu.go.id/id/daftar-
notifikasi/.
Kothari, S., dan Zimmerman, J. (1995). Price and Return Models. Journal of
Accounting and Economics, 20, 155-192.
Laghi, E., Mattei, M., dan Marcantonio, M., D. (2013). Assessing the Value
Relevance of Goodwill Impairment Considering Country-Specific Factor:
Evidence from EU Listed Company. International Journal of Economic and
Finance, 5(7).
Lapointe-Antunes, P., Cormier, D. dan Magnan, M. (2009). Value Relevance and
Timeliness of Transitional Goodwill-Impairment Losses: Evidence from
Canada. The International Journal of Accounting, 44, 56-78.
Nachrowi, D.N. dan H. Usman. (2002). Penggunaan Teknik Ekonometrika.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ohlson, J., (1995). Earnings, Book Values and Dividends in Equity Valuation.
Contemporary Accounting Research, 11, 661-687.
Universitas Indonesia
Oliveira, I., Rodrigues, L. dan Craig R. (2010). Intangible Assets and Value
Relevance: Evidence from Portuguese Stock Exchange. The British
Accounting Review, 42, 241-252.
Robu, M. A. (2014). The Level of Knowledge in the Value Relevance Literature.
Iasi: Alexandru Ioan Cuza University of Iasi, Centre for European Studies.
Sekaran, U. dan Bougie, R. (2010). Research Methods for Business (5th ed). West
Sussex, UK: John Wiley & Sons Ltd.
Xu, L., dan Cai, F. (2014). High-tech valuation and goodwill. Competition Forum,
12(1), 66-72.
Xu, W., Anandrajan, A., dan Curatola, A. (2011). The Value Relevance of
Goodwill Impairment. Research in Accounting Regulation, 23, 145-148.
Zadeh, A., A., Faasse, Li, K., dan Meeks, G. (2013). Has Accounting Regulation
Secured more Valuable Goodwill Disclosures. University of Cambridge Judge
Business School.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
F(14,390) = 17.85
corr(u_i, Xb) = 0.1005 Prob > F = 0.0000
--------------------------------------------------------------------------------
price | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
ifrs | 439.8255 114.9042 3.83 0.000 213.9163 665.7348
bve_gw | 1.771074 .2813007 6.30 0.000 1.218019 2.32413
gw | -4.240502 2.061202 -2.06 0.040 -8.29296 -.1880434
earn_gwred | 2.098888 1.017259 2.06 0.040 .0988892 4.098886
gwam | 31.11007 19.26802 1.61 0.107 -6.772119 68.99226
gwimp | -25.62722 36.16495 -0.71 0.479 -96.72987 45.47543
bve_gwifrs | -.3856656 .157908 -2.44 0.015 -.6961231 -.0752081
gwifrs | 3.955539 1.477442 2.68 0.008 1.050792 6.860286
earn_gwredifrs | 1.613184 .927873 1.74 0.083 -.2110753 3.437443
gwimpifrs | 26.75045 43.07205 0.62 0.535 -57.93201 111.4329
dbve | -.405488 .6475475 -0.63 0.532 -1.678609 .8676327
dearn | -4.976252 1.906364 -2.61 0.009 -8.724288 -1.228215
dbveifrs | .2901484 .681108 0.43 0.670 -1.048955 1.629251
dearnifrs | 1.833541 2.564655 0.71 0.475 -3.208738 6.87582
_cons | 121.2169 177.5087 0.68 0.495 -227.7768 470.2107
---------------+----------------------------------------------------------------
sigma_u | 1677.9176
sigma_e | 784.7894
rho | .82050707 (fraction of variance due to u_i)
--------------------------------------------------------------------------------
F test that all u_i=0: F(148, 390) = 9.69 Prob > F = 0.0000
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Hasil Penentuan Model Penelitian (Lanjutan)
2. PLS vs REM: Breusch and Pagan LM Test
. xtreg price ifrs bve_gw gw earn_gwred gwam gwimp bve_gwifrs gwifrs
earn_gwredifrs gwimpifrs dbve dearn dbveifrs dearnifrs, re
--------------------------------------------------------------------------------
price | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
ifrs | 261.0054 127.9509 2.04 0.041 10.22617 511.7846
bve_gw | .9957803 .1843893 5.40 0.000 .634384 1.357177
gw | .6291113 1.777656 0.35 0.723 -2.85503 4.113253
earn_gwred | 7.515578 1.071256 7.02 0.000 5.415955 9.615201
gwam | -23.12067 20.55115 -1.13 0.261 -63.40018 17.15884
gwimp | -89.62573 32.94007 -2.72 0.007 -154.1871 -25.06438
bve_gwifrs | .2187454 .174129 1.26 0.209 -.1225411 .560032
gwifrs | .9164795 1.662219 0.55 0.581 -2.34141 4.174369
earn_gwredifrs | -.8976709 1.04625 -0.86 0.391 -2.948283 1.152941
gwimpifrs | 80.25508 41.4032 1.94 0.053 -.8936952 161.4039
dbve | .3593705 .7181225 0.50 0.617 -1.048124 1.766865
dearn | -8.717318 2.017401 -4.32 0.000 -12.67135 -4.763284
dbveifrs | .1985397 .7589138 0.26 0.794 -1.288904 1.685984
dearnifrs | 5.0524 2.830352 1.79 0.074 -.494988 10.59979
_cons | 82.61064 141.1534 0.59 0.558 -194.0449 359.2662
---------------+----------------------------------------------------------------
sigma_u | 846.73969
sigma_e | 784.7894
rho | .53791603 (fraction of variance due to u_i)
--------------------------------------------------------------------------------
. xttest0
Estimated results:
| Var sd = sqrt(Var)
---------+-----------------------------
price | 7367401 2714.296
e | 615894.4 784.7894
u | 716968.1 846.7397
Test: Var(u) = 0
chi2(01) = 192.11
Prob > chi2 = 0.0000
Universitas Indonesia
3. FEM vs REM: Hausman Test
. hausman fixed random
chi2(14) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 383.99
Prob>chi2 = 0.0000
(V_b-V_B is not positive definite)
Universitas Indonesia
1. Uji Multikolinieritas
. vif, uncentered
2. Uji Heteroskedastisitas
. xttest3
3. Uji Autokorelasi
.
. xtserial price ifrs bve_gw gw earn_gwred gwam gwimp bve_gwifrs gwifrs
earn_gwredifrs gwimpifrs dbve dearn dbveifrs dearnifrs
Universitas Indonesia
--------------------------------------------------------------------------------
| Drisc/Kraay
price | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
ifrs | 439.8255 121.6144 3.62 0.015 127.2057 752.4454
bve_gw | 1.771074 .0246459 71.86 0.000 1.70772 1.834428
gw | -4.240502 1.862259 -2.28 0.072 -9.02759 .5465864
earn_gwred | 2.098888 1.287586 1.63 0.164 -1.210956 5.408732
gwam | 31.11007 27.69888 1.12 0.312 -40.09217 102.3123
gwimp | -25.62722 9.413215 -2.72 0.042 -49.82466 -1.429778
bve_gwifrs | -.3856656 .1300723 -2.97 0.031 -.7200271 -.0513041
gwifrs | 3.955539 1.795239 2.20 0.079 -.6592697 8.570347
earn_gwredifrs | 1.613184 .9640385 1.67 0.155 -.8649562 4.091324
gwimpifrs | 26.75045 14.47702 1.85 0.124 -10.46392 63.96482
dbve | -.405488 .8084939 -0.50 0.637 -2.483788 1.672812
dearn | -4.976252 .5799764 -8.58 0.000 -6.467129 -3.485375
dbveifrs | .2901484 .8276326 0.35 0.740 -1.837349 2.417646
dearnifrs | 1.833541 1.322757 1.39 0.224 -1.566715 5.233797
_cons | 121.2169 146.7544 0.83 0.446 -256.0273 498.4611
--------------------------------------------------------------------------------
Universitas Indonesia
.
. xtscc price ifrs bve_gw gw earn_gwred gwam gwimp bve_gwifrs gwifrs
earn_gwredifrs gwimpifrs dbve dearn dbveifrs dearnifrs, fe
--------------------------------------------------------------------------------
| Drisc/Kraay
price | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
---------------+----------------------------------------------------------------
ifrs | 500.334 140.3135 3.57 0.016 139.6468 861.0212
bve_gw | 1.764292 .0747072 23.62 0.000 1.572251 1.956333
gw | -3.498053 2.061023 -1.70 0.150 -8.796081 1.799975
earn_gwred | 2.471165 1.644476 1.50 0.193 -1.756096 6.698425
gwam | 40.13478 30.81257 1.30 0.249 -39.07145 119.341
gwimp | -30.34589 9.897895 -3.07 0.028 -55.78924 -4.902545
bve_gwifrs | -.3837137 .1603661 -2.39 0.062 -.7959478 .0285204
gwifrs | 3.818411 1.536999 2.48 0.056 -.1325714 7.769393
earn_gwredifrs | 1.387069 .953504 1.45 0.206 -1.063991 3.83813
gwimpifrs | 34.52649 19.26939 1.79 0.133 -15.00705 84.06002
dbve | -.3776148 .8282671 -0.46 0.668 -2.506743 1.751514
dearn | -5.346022 .8705556 -6.14 0.002 -7.583856 -3.108187
dbveifrs | .2531423 .8545669 0.30 0.779 -1.943592 2.449876
dearnifrs | 2.175008 1.159271 1.88 0.119 -.8049918 5.155008
_cons | 30.15698 206.6422 0.15 0.890 -501.0337 561.3476
--------------------------------------------------------------------------------
Universitas Indonesia
------------------------------------------------------------------------------
| Drisc/Kraay
price | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
-------------+----------------------------------------------------------------
bve_gw | 1.516615 .1223824 12.39 0.006 .9900456 2.043184
gw | -4.817988 1.106192 -4.36 0.049 -9.577549 -.0584267
earn_gwred | 2.683099 1.087678 2.47 0.132 -1.9968 7.362998
gwam | 42.67143 12.46436 3.42 0.076 -10.95837 96.30122
gwimp | -31.83769 17.14951 -1.86 0.205 -105.6261 41.95071
dbve | .3778842 .385158 0.98 0.430 -1.279317 2.035085
dearn | -3.375049 .966846 -3.49 0.073 -7.535051 .784954
_cons | -5.945729 87.20492 -0.07 0.952 -381.1582 369.2668
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
| Drisc/Kraay
price | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
-------------+----------------------------------------------------------------
bve_gw | .9857349 .4410663 2.23 0.155 -.9120202 2.88349
gw | -1.408278 .7072904 -1.99 0.185 -4.451503 1.634947
earn_gwred | 1.621564 .2055768 7.89 0.016 .7370384 2.506089
gwimp | -26.15521 7.639967 -3.42 0.076 -59.02734 6.71691
dbve | -.1726818 .0879202 -1.96 0.188 -.5509718 .2056082
dearn | -1.155571 1.702286 -0.68 0.567 -8.479918 6.168776
_cons | 1258.221 420.6014 2.99 0.096 -551.4804 3067.923
------------------------------------------------------------------------------
Universitas Indonesia