TESTS
TESIS
NPM 1406590066
Tanda tangan
l1
Pengaruh penggunaan..., Kadek Dian Widiari, FEB UI, 2015.
Pengaruh penggunaan..., Kadek Dian Widiari, FEB UI, 2015.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh
Pengungkapan Non Financial Measures dan Financial Measures terhadap Cost of
Equity (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2014)”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Magister Akuntansi Program Studi Magister
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam saya
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1) Dr. Gede Harja Wasistha, CMA selaku Ketua Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.
2) Ibu Rafika Yuniasih, MSM selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.
3) Dr. Ludovicus Sensi Wondabio, CPA selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar.
4) Dr. Lianny Leo, CPA., selaku dosen penguji yang memberikan saran dan
kritik yang bermanfaat untuk menyempurnakan penelitian ini.
5) Bapak Agustinus Nicholas Tobing, MA., CIA., CFE., CRMA., Ak, selaku
dosen penguji yang memberikan masukan dalam pembahasan penelitian ini.
6) Bapak Made Oka Andika (Bapak), Ibu Putu Sucitrawati (Ibu), Putu Ayu Wati,
Amd. Keb., S.S.T (Kakak), dan Komang Dewi Puspita (Adik) yang senantiasa
memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak terhingga serta materi
selama menempuh perkuliahan dan kehidupan di Jakarta.
7) Bapak Dewa Gede Nuaba, S.E., yang selalu mendukung dan mendoakan
disetiap waktu dan kesempatan sampai dengan saat ini.
8) Sahabat seperjuangan merantau selama kuliah di Magister Akuntansi
Universitas Indonesia, Hip Hip Hura yang terdiri dari Uni Tania, Yola, Niki,
iv
bawah ini:
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :28 Desember 2015
Yang menyatakan
V1
Pengaruh penggunaan..., Kadek Dian Widiari, FEB UI, 2015.
ABSTRAK
Kata kunci:
Cost of equity; financial measures; non financial measures; pengungkapan;
pengungkapan sukarela; pengungkapan wajib.
The aims of this study are to determine whether there are significant differences
between company characteristic on company total disclosure and whether there
are significant differences between non financial measures disclosure and
financial measures disclosure on cost of equity. This research is an empirical
study and conducted on manufacture companies listed on Indonesia Stock
Exchange during the years of 2013-2014. Independent variable of this study are
company size, company age, percentage of public ownership, company growth,
company leverage, and company profitability. This study concludes that the
company characteristic show a significant effect on company total disclosure and
company disclosure show a negative coleration on company cost of equity.
Keywords:
Cost of equity; disclosure; financial measures; mandatory disclosure; non
financial measures; voluntary disclosure.
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan sektor lainnya, pada tahun 2012 sebesar 336.939.536 Barrel Oil
Equivalent (BOE) dan pada tahun 2013 sebesar 355.314.465 Barrel Oil
Equivalent (BOE). Dengan adaya konsumsi energi yang besar ini perusahaan
yang berada pada sektor manufaktur diharapkan memberikan kontribusi yang
besar pula terhadap lingkungan dan masyarakat. Informasi ini menjadi salah satu
tekanan bagi perusahaan manufaktur untuk mengungkapkan informasi non
keuangan yang lebih banyak dibanding sektor yang lainnya.
Berdasarkan beberapa alasan di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk
memperluas penelitian-penelitian empiris yang telah dilakukan sebelumnya
dengan mengkaji pengungkapan non keuangan dan keuangan dengan
menggunakan peraturan OJK sebagai otoritas tertinggi dan regulator bagi
perusahaan yang go public dan pedoman pengungkapan yang dikeluarkan oleh
Global Reporting Initiative (GRI). Penelitian ini juga memasukkan sebagian besar
variabel-variabel yang dipakai pada penelitian sebelumnya terkait dengan faktor-
faktor karakteristik perusahaan yang dapat menemukan luasnya tingkat
pengungkapan baik non keuangan dan keuangan dan memodifikasi beberapa
proxy yang digunakan pada penilaian.
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian ini bermaksud untuk meneliti faktor-faktor karakteristik
perusahaan yang menentukan luasnya tingkat pengungkapan baik non keuangan
maupun keuangan serta pengaruhnya terhadap cost of equity. Untuk itu penelitian
ini mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh terhadap total
pengungkapan, pengungkapan non financial measures dan pengungkapan
financial measures pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2014?
2) Apakah tingkat pengungkapan informasi non financial measures dan
financial measures berpengaruh terhadap cost of equity suatu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Messier et al. (2006) permasalahan itu bisa berupa informasi yang asimetris
(asymmetry information), salah satu pihak baik principal atau agent memiliki
lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan posisi operasi suatu perusahaan
serta terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat adanya
ketidaksamaan tujuan antara pihak-pihak yang terlibat.
Pada dasarnya perusahaan adalah kumpulan kontrak (nexus of contract)
antara berbagai pihak seperti kontrak antara pihak manajemen dengan pemilik
perusahaan, kontrak antara perusahaan dengan karyawan, kontrak antara
perusahaan dengan pemasok, antara perusahaan dengan kreditur, perusahaan
dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Hubungan dalam kontrak
akan bermasalah jika terdapat informasi yang bersifat asimetri, baik yang berupa
adanya kegiatan tersembunyi (hidden control) dari masing-masing pihak maupun
informasi yang tersembunyi (hidden information) yang dimiliki oleh manajemen
yang bertindak sebagai agen. Tindakan yang disembunyikan akan memunculkan
beberapa hal berikut ini, yaitu: Adverse Selection, hal ini terjadi karena manajer
atau beberapa orang yang ada di perusahaan mengetahui lebih banyak tentang
keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor dari pihak luar.
Manajemen memilih-milih informasi yang akan dibagikan pada investor.
Berikutnya adalah Moral Hazard, yang terjadi karena kegiatan yang dilakukan
oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi pinjaman, sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara
etika atau norma mungkin tidak layak untuk dilakukan. Serta adanya konflik
kepentingan, Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan adanya konflik
kepentingan dalam hubungan keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara
principal dan agent karena kemungkinan agent bertindak tidak sesuai dengan
kepentingan principal.
Untuk meminimalisir terjadinya berbagai masalah di atas, investor dapat
melakukan tindakan terkait meminimalisir konflik keagenan ini, maka akan
muncul agency cost yang terdiri dari Monitoring Cost (biaya pengawasan oleh
principal), Bonding Cost (biaya untuk menjamin agency bond oleh agent) dan
Residual Loss (kerugian principal karena agent salah mengambil keputusan).
Universitas Indonesia
Pada penelitian ini semua variabel berkaitan erat dengan teori keagenan ini.
Jumlah pengungkapan laporan tahunan dapat mengurangi adanya informasi
asimetri sedangkan proporsi kepemilikan publik berhubungan dengan fungsi
pengawasan.
2.2. Teori Signaling
Teori signaling pertama kali digagas karena adanya asimetri informasi
antara pihak manajemen dan pemangku kepentingan. Pihak manajemen memiliki
informasi penuh (well informed) sedangkan pihak investor atau pemangku
kepentingan lainnya memiliki informasi yang lebih sedikit (poorly informed)
(Scott, 2006).
Berdasarkan teori ini, jika pihak manajemen memiliki informasi yang baik
(good news) tentang perusahaan, maka pihak manajemen akan segera
mengumumkan informasi kepada pemegang saham atau pemangku kepentingan
agar harga saham perusahaan meningkat. Informasi yang baik (good news) ini
memberikan sebuah sinyal kepada para pemegang saham atau pemangku
kepentingan, namun ada beberapa sinyal-sinyal yang relevan dengan informasi
keuangan contohnya adalah pengungkapan langsung (direct disclosure)
menyatakan bagaimana pengungkapan secara langsung dapat memberikan sinyal
yang andal sehingga nilai pasar saham dapat mencerminkan nilai dari sebuah
perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Leland dan Pyle (1977) dalam
Wondabio (2010), terbukti bahwa pada perusahaan yang go public, komposisi
ekuitas adalah sebuah sinyal bagi perusahaan. Dengan adanya hal ini maka, jika
manajemen memiliki informasi yang buruk (bad news) pihak manajemen akan
menahan informasi tersebut dengan tujuan menjaga harga saham dan jika
manajemen memiliki informasi yang baik (good news) akan segera
mengumumkannya kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan untuk
meningkatkan harga saham (Scott, 2006).
Pada penelitian ini digunakan teori signaling karena teori ini relevan
digunakan sebagai referensi dan erat hubungannya dengan tingkat pengungkapan
yang dilakukan oleh perusahaan. Variabel pada penelitian ini juga memiliki
hubungan yang erat dengan teori ini, yaitu: tingkat utang yang dimiliki oleh
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Serta pada Tabel 2.2. pada halaman 15 (lima belas) akan menjelaskan
mengenai 4 (empat) manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan pada
operasionalnya dengan menerapkan pengukuran non keuangan.
Universitas Indonesia
yang menyeluruh baik yang bersifat keuangan dan non keuangan melalui value
platform, seperti inovasi, pelanggan, sumber daya manusia, brand, reputasi
perusahaan dan supply chain (DiPiazza dan Eccles, 2002).
Banyak pihak mulai meragukan pelaporan yang menggunakan informasi
keuangan mulai dari nilai pelaporan yang dianggap mulai menurun sampai dengan
tidak ternilai sehingga banyak organisasi yang menuntut perusahaan untuk
melakukan pelaporan yang lebih luas dengan melaporkan informasi non keuangan
(AICPA, 1994; Ecless et al., 2001; Maines et al., 2002). FASB (2001)
menunjukkan reaksinya dengan menerbitkan laporan “Improving Business
Reporting; Insights into Enhancing Voluntary Disclosure” terkait dengan
pengungkapan sukarela perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelaporan
perusahaan. Serta dibentuk komite yang mengkaji beberapa penelitian-penelitian
tentang informasi non keuangan, kajian ini menyimpulkan bahwa untuk mencapai
kriteria yang disyaratkan dalam Statement of Financial Concept (SFAC) No. 2
yaitu Qualitative Characteristics of Accounting Information yaitu relevance,
reliability dan comparability diperlukan adanya pengungkapan keuangan dan non
keuangan (AAA FASC, 2002).
Pada Tabel 2.3. di halaman 17, Enterprise Belgia melakukan survey pada
tahun 2000 dan 2005 (Gadzar, 2007) mengenai peringkat laporan tahunan terbaik
perusahaan di dunia (World Ranking Annual Report on Annual Report), terdapat
hasil yang menunjukkan bahwa peraih top twenty perusahaan yang memiliki
laporan tahunan terbaik pada tahun 2000 didominasi oleh perusahaan dari
Amerika Serikat, namun 5 tahun berikutnya yaitu pada tahun 2005 keadaan
berbalik tidak ada satupun perusahaan Amerika Serikat yang masuk dalam top
twenty tersebut. Perusahaan-perusahaan yang mendapat predikat The Top Twenty
of Annual Report The Top Twenty of Annual Report pada tahun 2005 adalah
perusahaan-perusahaan Eropa. Ini dikarenakan perusahaan-perusahaan yang
terdapat di kawasan Eropa, Australia, Asia dan Afrika lebih banyak
mengungkapkan informasi non keuangan kepada pemangku kepentingan dan
dinilai sebagai informasi yang relevan bagi pemangku kepentingan (Gadzar,
2007).
Universitas Indonesia
Tabel 2.3. Results of the Annual Report on Annual Reports Award, Run by
Enterprise.com in Vilvoorde, Belgium, Since 1996.
2000 Top Twenty 2005 Top Twenty
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan:
Rft adalah return asset bebas risiko pada periode t
Βjt adalah beta saham j pada periode t
Rmt adalah return pada portofolio pasar pada periode t
CAPM banyak digunakan untuk menghitung cost of equity. Pada beberapa
penelitian terdahulu disimpulkan bahwa semakin luas dan berkualitas
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan, maka akan berdampak pada
semakin rendahnya cost of equity yang dimiliki oleh perusahaan (Mardiyah, 2001;
Juniarti dan Yunita, 2003). Pada penelitian kali ini risk free rate yang digunakan
dalam perhitungan CAPM akan di-proxy dengan data bulanan tingkat bunga
tahunan obligasi pemerintah (government bond) Indonesia yang datanya tersedia
di website resmi Bank Indonesia (Suku Bunga Obligasi Pemerintah Republik
Indonesia) dan Bursa Efek Indonesia (Indonesian Government Securities Yield
Curve). Sedangkan untuk βft yang merupakan risiko sistematis saham yang diukur
dengan market model berdasarkan observasi mingguan. Untuk perhitungan market
risk premium tahunan (Rmt – Rft) diperoleh dari Damodaran.
Universitas Indonesia
Variabel kontrol pada penelitian ini yaitu (i) variabel Standard Deviasi
Return (BETA_SDRT) bulanan sebagai proxy risiko dikarenakan BETA sudah
digunakan dalam perhitungan cost of equity hal ini dilakukan untuk menghindari
measurement bias, (ii) variabel PBV sebagai proxy terhadap growth perusahaan,
(iii) variabel tingkat utang (leverage) dan (iv) variabel total aset yang di-log
(SIZE) sebagai proksi ukuran perusahaan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan terkait dengan penelitian
ini adalah penelitian yang terkait dengan karakteristik perusahaan terhadap tingkat
pengungkapan dan penelitian yang terkait dengan pengaruh pengungkapan yang
bersifat keuangan dan non keuangan dengan cost of equity. Berikut adalah
beberapa penelitian tersebut:
2.6.1. Penelitian Terdahulu Terkait Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tingkat Pengungkapan
Penelitian yang dilakukan oleh Singhvi dan Desai (1971) mengenai
kualitas pengungkapan. Disimpulkan bahwa variabel yang mempengaruhi kualitas
pengungkapan yaitu besarnya aktiva perusahaan, jumlah pemegang saham, status
pendaftaran perusahaan (listing atau tidak), ukuran kantor akuntan publik yang
mengaudit, rate of return perusahaan, dan margin laba.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Stanga (1976) pada 80 sampel
perusahaan listing yang termasuk dalam kategori perusahaan Fortune 1000
tentang tingkat pengungkapan disimpulkan bahwa jenis industri mempengaruhi
kualitas pengungkapan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Buzby (1975) dalam
Wondabio (2010), Buzby (1975) menemukan bahwa status listing perusahaan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kualitas pengungkapan
yang dilakukan oleh perusahaan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Buzby
(1975) ini mendukung penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Singhvi dan Desai (1971) bahwa besarnya aktiva berpengaruh signifikan
terhadap luasnya pengungkapan. Sedangkan pada penelitian Stanga (1976),
menyatakan bahwa besarnya aktiva perusahaan tidak berpengaruh terhadap
kualitas pengungkapan.
Universitas Indonesia
Dengan tambahan variabel tingkat utang pada penelitian Chow dan Boren
(1987) tentang pengungkapan voluntary pada perusahaan di Mexico menemukan
bahwa tingkat utang dan besarnya aktiva perusahaan dapat berpengaruh signifikan
terhadap luasnya tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
Penelitian Cooke pada tahun 1989 dan tahun 1992 dengan sampel
perusahaan yang ada di Jepang dan Swedia mengenai luas pengungkapan
voluntary membuktikan bahwa besarnya aktiva, status pendaftaran perusahaan
(listing atau tidak) berpengaruh signifikan terhadap luasnya tingkat pengungkapan
voluntary. Serta disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan
multiple listing terbukti mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan
dengan perusahaan yang single listing.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lang dan Lundhom (1993) terhadap
faktor yang mempengaruhi daftar-daftar pengungkapan yang dibuat oleh para
analis keuangan menyimpulkan bahwa beberapa variabel yang mempengaruhi
tingkat pengungkapan adalah ukuran dari perusahaan yang dinilai dengan ukuran
aset perusahaan (assets size), kinerja perusahaan yang dinilai dengan return
saham, earning yang diperoleh oleh perusahaan serta penerbitan sekuritas
perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994) dengan sampel
penelitian perusahaan-perusahaan yang berada di Spanyol menyimpulkan bahwa
tingkat pengungkapan dipengaruhi oleh besarnya perusahaan yang diukur dengan
besarnya aktiva perusahaan dan status listing dari perusahaan, selain itu pada
penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan memiliki
hubungan negatif dengan tingkat likuiditas perusahaan, dengan kata lain, semakin
tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung
akan mengungkapkan lebih sedikit informasi dibanding perusahaan yang
likuiditasnya rendah. Penelitian Wallace et al. (1994) ini mendukung penelitian-
penelitian terkait dengan pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat
pengungkapan sebelumnya.
Meek et al. (1995) melakukan penelitian terhadap perusahaan
multinasional yang berada di kawasan Amerika Serikat (US), Inggris dan daratan
Eropa mengenai faktor-faktor penentu luasnya tingkat pengungkapan voluntary
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari atau sama 20%), medium ownership (antara 20,1% dan 50%,) dan high
ownership (lebih besar dari 50%), disimpulkan bahwa perusahaan dengan medium
ownership memiliki tingkat pengungkapan lebih rendah dari low ownership,
sementara perusahaan dengan high ownership memiliki tingkat pengungkapan
yang lebih tinggi. Sehingga kepemilikan blockholder berkisar antara 20,1%
sampai 50% cenderung menghasilkan efek keselarasan dan kepemilikan
blockholder lebih besar dari 50% cenderung menghasilkan efek entrenchment.
Serta menunjukkan bahwa leverage tidak signifikan berdampak pada
pengungkapan perusahaan.
Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
hasil yang berbeda-beda antara satu penelitian dengan penelitian lainnya
mengenai pengaruh satu variabel terhadap tingkat pengungkapan.
2.6.2. Penelitian Terdahulu Terkait Pengaruh Tingkat Pengungkapan
Perusahaan Terhadap Cost of Equity
Acuan utama dari berbagai penelitian yang terkait dengan pengaruh
tingkat pengungkapan terhadap cost of equity adalah penelitian yang dilakukan
oleh Botosan (1997). Penelitian yang dilakukan terhadap annual report
perusahaan selama tahun 1990 dengan sampel 122 perusahaan manufaktur
menghasilkan bahwa tingkat pengungkapan memiliki hubungan negatif terhadap
cost of equity. Penelitian lain juga dilakukan oleh Francis et al. (2008). Penelitian
yang menguji hubungan antara pengungkapan yang bersifat voluntary dengan cost
of capital perusahaan ini menyimpulkan bahwa terdapat hubugan positif antara
kualitas informasi dengan tingkat pengungkapan yang berifat voluntary serta
didapatkan hasil bahwa semakin luast tingkat pengungkapan yang bersifat
voluntary maka akan semakin rendah cost of equity perusahaan sampel.
Penelitian di Indonesia yang meneliti mengenai pengaruh tingkat
pengungkapan terhadap cost of equity yang mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Botosan (1997) dilakukan oleh Komalasari (2000), Madiyah
(2001), Murni (2003) dan Wondabio (2010) yang menghasilkan hasil penelitian
yang sama dengan hasil penelitian Botosan (1997) yaitu semakin luas
pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan maka semakin rendah cost
of equity perusahaan tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Age
Profitability
Universitas Indonesia
Pada model penelitian 2 ini akan dibagi menjadi 2 (dua) model yaitu
model penelitian 2.1 yaitu menguji pengaruh TDISC terhadap COE dan model
penelitian 2.2 yaitu menguji pengaruh NFM dan FM terhadap COE.
2.8. Hipotesis Penelitian
Pada kerangka konseptual penelitian di atas tergambar hubungan antara
variabel-variabel independen dengan variabel dependen pada penelitian ini baik
dalam model penelitian 1 dan model penelitian 2. Pada pengujian model
penelitian 1 dan model penelitian 2 ini dibangun hipotesis penelitian sebagai
berikut:
2.8.1. Hipotesis Model Penelitian 1
Pada model penelitian 1 akan diuji pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap tingkat pengungkapan TDISC, NFM dan FM pada perusahaan yang
terdaftar d Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014.
Variabel-variabel independen yang digunakan pada penelitian ini yang
diprediksi akan mempengaruhi besaran tingkat pengungkapan disusun
berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Variabel independen yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ukuran perusahaan (size)
b. Umur perusahaan (age)
c. Kepemilikan publik (public ownership)
d. Tingkat pertumbuhan perusahaan (price to book value)
e. Tingkat rasio utang (leverage)
f. Profitabilitas perusahaan
Penelitian ini memasukkan variabel baru yang belum digunakan pada
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu persentase kepemilikan saham publik
(public ownership) dan tingkat profitabilitas (profitability). Pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wondabio (2010) yang menjadi variabel
independennya adalah persentase kepemilikan asing (foreign ownership). Variabel
ini diprediksi dapat berpengaruh terhadap luasnya tingkat pengungkapan TDISC,
NFM dan FM perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 –
2014.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(2.2)
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
Universitas Indonesia
33 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(3.2)
(3.3)
Keterangan:
TDISCij : Total Disclosure Index perusahaan j
NFMij : Non Financial Measures Index perusahaan j
Universitas Indonesia
Keterangan:
Rft = Return Asset bebas risiko untuk periode t. Pada penelitian ini tingkat Rf
yang digunakan adalah rata-rata tingkat return atas obligasi pemerintahan
jangka panjang.
Bit = Beta saham i untuk periode t, yang dihitung dengan menggunakan teori
persamaan market model.
MRP= MRP adalah market risk premium yang diproksikan dari data risiko
investasi untuk Indonesia menurut Damodaran tahun 2013-2014.
3.3.2. Variabel Independen
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel independen yang digunakan,
berikut adalah variabel independen pada penelitian ini berdasarkan model
penelitian yang disebutkan di atas yaitu:
a. Ukuran perusahaan (size)
b. Umur perusahaan (age)
c. Kepemilikan publik (public ownership)
d. Tingkat pertumbuhan perusahaan (price to book value)
e. Tingkat rasio utang (leverage)
f. Profitabilitas perusahaan
Penjelasan masing-masing variabel independen dapat dilihat di bawah ini:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil regresi, nilai VIF yang baik harus lebih
kecil dari 15 (Nachrowi dan Usman, 2006).
3.3.5.5. Pengujian Autokolerasi
Autokorelasi muncul karena residual yang tidak bebas antar satu observasi
ke observasi lainnya (Kuncoro, 2011). Hal ini disebabkan karena error pada
individu cenderung mempengaruhi individu yang sama pada periode berikutnya.
Masalah autokorelasi sering terjadi pada data time series (runtut waktu). Deteksi
autokorelasi pada data panel dapat melalui uji Durbin-Watson. Nilai uji Durbin-
Watson dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson untuk mengetahui
keberadaan korelasi positif atau negatif (Gujarati, 2012). Keputusan mengenai
keberadaan autokorelasi sebagi berikut:
1. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif
2. Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif
3. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi
4. Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan
3.3.5.6. Pengujian Heterokedastisitas
Heterokedastisitas timbul apabila nilai residual dari model tidak memiliki
varian yang konstan. Artinya, setiap observasi mempunyai reliabilitas yang
berbeda-beda akibat perubahan kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum
dalam model. Gejala ini sering terjadi pada data cross section (Gujarati, 2012),
sehingga sangat dimungkinkan terjadi heterokedastisitas pada data panel.
Implikasi terjadi autokorelasi dan heterokedastisitas pada data panel dapat
diperbaiki dengan model Cross-section SUR. Apabila model data panel
mengalami heterokedastisitas tanpa autokorelasi dapat diatasi dengan model
Cross-section Weight.
3.3.5.7. Pemodelan Data Panel
Pemodelan menggunakan data panel sesungguhnya merupakan perluasan
dari regresi, bahkan untuk beberapa bentuk atau keadaan, modelnya persis sama
dengan regresi biasa. Oleh karena itu, nama dari model ini umumnya disebut
dengan Regresi Data Panel. Menurut Green dalam Nachrowi dan Usman (2006)
Regresi Data Panel mempunyai kelebihan adanya fleksibilitas yang lebih tinggi
Universitas Indonesia
Keterangan:
: variabel terikat pada individu ke-i waktu ke t (i=1,2,3,…..,n; t:1,2,3,…..t)
: variabel bebas pada individu ke-I waktu ke t (i=1,2,3,…..,n; t:1,2,3,…..t)
: vector slop regresi (β1, β2, β3, …, βk) yang sekaligus menunjukkan k
variabel bebas yang digunakan pada model.
: konstanta regresi untuk masing-masing individu (i=1,2,3,……,n)
: error individu ke-i untuk waktu t.
3.3.5.8. Bentuk Model Regresi Data Panel
Terdapat 3 (tiga) bentuk pada analisis data panel, yaitu Common Effects,
Fixed Effect dan Random Effect, ketiga-tiganya digunakan dalam kondisi yang
berbeda-beda (Nachrowi dan Usman, 2006).
a. Common Effect
Model ini sama persis dengan model regresi, data yang digunakan
merupakan kombinasi data cross section dan time series yang disebut pool data,
yang kemudian model dibentuk menggunakan OLS sebagaimana dilakukan dalam
regresi. Pada kondisi ini, data yang digunakan tidak dibedakan atas individu dan
Universitas Indonesia
waktu, atau mengasumsikan perilaku setiap individu sama dalam berbagai kurun
waktu (Gujarati, 2012). Model Regresi Common Effect adalah:
; i= 1,2,3,……, n dan t=1,2,3,…..,t (3.6)
Keterangan:
: variabel terikat pada individu ke-i waktu ke t (i=1,2,3,…..,n; t:1,2,3,…..t)
: variabel bebas pada individu ke-i waktu ke t (i=1,2,3,…..,n; t:1,2,3,…..t)
: vector slop regresi (β1, β2, β3, …, βk)
: konstanta regresi
: error individu ke-i untuk waktu t.
Perhatikan persamaan regresi di atas, nilai intersep regresi untuk semua
individu sama. Hal ini menunjukkan bahwa pada model ini efek individu bernilai
konstan sepanjang periode t.
b. Fixed Effect
Bila pada Model Common Effect, perbedaan (efek) dari individu diabaikan
(intersep) konstan, maka pada model ini efek tersebut diperhitungkan. Pada model
ini perbedaan antar individu diakomodasi dalam intersep model (Gujarati, 2012).
Secara umum model dapat dituliskan dengan:
; i= 1,2,3,……, n dan t=1,2,3,…..,t (3.7)
Keterangan:
: variabel terikat pada individu ke-i waktu ke t (i=1,2,3,…..,n; t:1,2,3,…..t)
: variabel bebas pada individu ke-i waktu ke t (i=1,2,3,…..,n; t:1,2,3,…..t)
: vector slop regresi (β1, β2, β3, …, βk) yang sekaligus menunjukkan k
variabel bebas yang digunakan pada model.
: konstanta (intersep) regresi untuk masing-masing individu
(i=1,2,3,……,n)
: error individu ke-i untuk waktu t.
Universitas Indonesia
Pada model Fixed Effect disebutkan bahwa ada perbedaan intersep antar
individu dengan nilai yang tetap (fixed). Sedangkan pada Random Effect,
perbedaan tersebut tidak bersifat tetap, melainkan bersifat random atau stokastik
(Gujarati, 2012).
Jika setiap individu mempunyai nilai intersep sebesar α suatu nilai
(random), maka secara umum, model regresi yang didapat mempunyai nilai
intersep sebesar α suatu nilai (random). Suatu nilai yang random sesungguhnya
merupakan error secara individu (ui). Dengan demikian, Model Random Effects
akan mempunyai intersep yang konstan antar individu, tetapi mempunyai dua
jenis error, yaitu error secara menyeluruh (eit) dan error individu (ui).
Untuk Model Random Effect ini, teknik estimasi menggunakan OLS tidak
dapat digunakan, karena estimator yang didapat tidak efisien. Hal ini dikarenakan
korelasi antara error baik cross section maupun time series tidak dapat dihindari.
Metode yang paling baik untuk mengestimasi koefisien Model Random
Effect adalah Generalized Least Square (GLS), yang merupakan hasil
transformasi variabel, sehingga model Homoskedastik dan tidak ada korelasi cross
sectional.
3.3.5.9. Pemilihan Model
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam melakukan analisis
menggunakan data panel terdapat tiga jenis model, yaitu Model Common Effect,
Fixed Effect, dan Random Effect. Pertanyaannya kemudian, model manakah yang
paling cocok dengan data yang sedang diteliti. Ada beberapa saran yang diajukan
para ahli (Nachrowi dan Usman, 2006), yaitu:
a. Jika periode waktu lebih besar dari jumlah individu (T>N), maka disarankan
untuk menggunakan Fixed Effect. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa nilai estimasi parameter Fixed Effect relative berbeda kecil (tidak
signifikan) dengan model lainnya, terutama Model Random Effect.
Mengingat teknik penghitungan koefisien Model Fixed Effect lebih sederhana
dan mudah, maka model inilah yang menjadi pilihan. Akan tetapi, dengan
perkembangan software yang sangat pesat, sehingga sangat memudahkan
perhitungan terhadap koefisien dengan model serumit apapun.
Universitas Indonesia
b. Jika periode waktu lebih kecil dibanding jumlah individu (t<n), maka hasil
estimasi terhadap koefisien Model Fixed Effect akan berbeda besar
(signifikan) dengan Model Random Effect. Sebagaimana telah dijelaskan di
atas bahwa pada Model Fixed Effect perbedaan antar individu mempunyai
nilai yang tetap, hal tersebut ditunjukkan oleh nilai konstan atau intersep
masing-masing individu (αi) yang tetap. Sedangkan Model Fixed Effect
mengganggap perbedaan antar individu random (α + ui). Keputusan memilih
model tentunya harus dilandasi oleh keyakinan apakah perbedaan antar
individu bersifat tetap (fixed) atau acak (random).
Universitas Indonesia
46 Universitas Indonesia
seluruh variabel yang digunakan pada penelitian ini. Berikut adalah analisis
deskriptif dari variabel-variabel pada penelitian ini:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara rata-rata total disclosure
(TDISC) pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan sampel yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia masih rendah yaitu sebesar 46,16%, hal ini berarti
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia masih jauh dari yang seharusnya yaitu 100%. Pada variabel total
disclosure juga dapat dilihat bahwa perusahaan sampel memiliki sebaran tingkat
pengungkapan yang tidak berbeda, dengan persentase pengungkapan minimum
adalah 32% sedangkan persentase pengungkapan maksimum adalah 65%. Hal ini
berarti perusahaan sampel yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia memiliki kemiripan kebijakan perusahaan dalam
hal pengungkapan.
Variabel pengungkapan non financial measure (NFM) dan financial
measure (FM) sebagai dekomposisi dari variabel total disclosure ternyata
menunjukkan kondisi yang hampir sama dengan total disclosure. Hal ini
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
setelah dibuat proporsi standar deviasi terhadap nilai maksimum, maka terlihat
bahwa variasi variabel AGE justru tergolong rendah.
Perusahaan yang menjadi sampel ternyata memiliki persentase
kepemilikan publik yang berbeda-beda, dengan persentase maksimum 67,06%
dan minimum 0,8%. Dengan rata-rata sebesar 23,85%, nilai rata-rata yang
cenderung mendekati nilai minimum dibandingkan nilai maksimum. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan sampel mempunyai kepemilikan
publik yang rendah.
Variabel PBV mempunyai rata-rata sebesar 2,54 dengan nilai minimum
sebesar -4,32 dan nilai maksimum sebesar 53,59. Berdasarkan nilai tersebut
terlihat bahwa sebagian besar perusahaan sampel mempunyia rata-rata PBV yang
terletak mendekati nilai minimal. Sekalipun standar deviasi menunjukkan angka
yang relatif besar dibandingkan variabel lain, namun ketika dibuat proporsi
terhadap nilai maksimum, variasi ternyata tidak berbeda dengan variabel lain.
Bariasi ini tentu akan sangat dibutuhkan dalam melakukan analisis terhadap
pengungkapan.
Variabel LEV mempunyai nilai rata-rata yang terletak sekitar antara nilai
minimum dan maksimum. Kondisi ini mengindikasikan jumlah perusahaan yang
terletak di atas dan di bawah nilai rata-rata, relatif berjumlah sama. Kondisi ini
juga diperkuat dengan nilai standar deviasi yang relatif rendah. Variasi kondisi
tingkat utang perusahaan sampel menunjukkan bahwa terdapat perusahaan sampel
yang mengalami kondisi financial distress. Bervariasinya kondisi perusahaan ini
tentu akan sangat penting untuk meninjau tingkat pengungkapan.
Variabel BETA mempunyai rata-rata 0,9718 yang berarti rata-rata
perusahaan sampel memiliki risiko sistematis sebesar 97,18% dari risiko pasar.
Nilai rata-rata ini cenderung berada di antara nilai minimum dan maksimum. Hal
ini dapat menunjukkan bahwa fluktuasi data variabel ini relatif kecil, sehingga
standar deviasi variabel inipun relatif kecil. Kondisi di atas juga dapat dimaknai
bahwa perusahaan sampel mempunyai BETA lebih rendah dari rata-rata, dan lebih
tinggi dari rata-rata, berjumlah relatif sama. Kondisi ini tentu akan berguna pada
analisis lebih lanjut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Semakin tua umur perusahaan, maka akan semakin tinggi pula tingkat
pengungkapannya. Hubungan variabel independen umur perusahaan (AGE)
juga memiliki kolerasi positif signifikan terhadap variabel dependen TDISC,
NFM dan FM.
e. Variabel tingkat utang (LEV) memiliki kolerasi positif signifikan terhadap
variabel dependen TDISC, NFM dan FM. Pada variabel ini terjadi hubungan
searah, semakin tinggi utang perusahaan sampel, maka akan semakin tinggi
pula tingkat pengungkapannya.
f. Variabel profitabilitas (PROF) memiliki kolerasi positif signifikan terhadap
variabel dependen TDISC, NFM dan FM. Pada variabel ini terjadi hubungan
searah, semakin tinggi profitabilitas perusahaan sampel, maka akan semakin
tinggi pula tingkat pengungkapannya.
4.3.2. Penanganan Masalah Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian terhadap model penelitian 1, secara individu
semua variabel bebas tersebut tidak mempunyai masalah kolinearitas yang tinggi,
karena nilai Variance Inflation Factor (VIF) sangat rendah. Hasil pengujian
multikolinearitas dapat dilihat pada lampiran 5.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bahwa semakin besar ukuran perusahaan tidak menentukan tinggi atau rendahnya
tingkat pengungkapan informasi bagi pemangku kepentingan karena perusahaan
besar cenderung memiliki jumlah pemangku kepentingan yang lebih banyak.
Usia perusahaan (AGE) tidak terbukti mempunyai pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan NFM. Hal ini menunjukkan semakin dewasa
perusahaan tidak terbukti semakin banyak informasi NFM. Umur merupakan
variabel yang baik untuk menganalisis pengungkapan, karena untuk variabel
TDISC dan variabel NFM, ternyata menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Kepemilikan publik (OWN) terbukti tidak berpengaruh signifikan baik
terhadap tingkat pengungkapan non keuangan. Hal ini tidak sejalan dengan
hipotesis bahwa semakin besar proporsi kepemilikan publik suatu perusahaan.
Semakin luas kepemilikan saham oleh publik, seharusnya dapat mendorong
perusahaan untuk memperluas pengungkapan karena adanya tekanan kebutuhan
informasi yang lebih banyak.
Pertumbuhan perusahaan (PBV) terbukti mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan non keuangan (NFM). Hal ini sejalan
dengan hipotesis bahwa semakin tumbuh suatu perusahaan semakin tinggi tingkat
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Pola ini sama dengan
pengungkapan secara total (TDISC). Dengan demikian PBV merupakan variabel
yang lebih baik untuk menganalisis pola pengungkapan dibandingkan variabel
SIZE
Tingkat utang (LEV) tidak terbukti mempunyai pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan non keuangan (NFM). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki persentase tingkat utang yang
tinggi terbukti akan lebih banyak mengungkapkan.
Profitabilitas perusahaan (PROF) terbukti mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan non keuangan (NFM). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi
terbukti akan lebih banyak mengungkapkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel tersebut di atas menyajikan model regresi berganda model COE. Uji
F dari model tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Model COE memiliki
nilai F yang signifikan sebesar 40,94322, F kritis adalah sebesar 2,40459. Dimana
F hitung ≥ F kritis, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen
yaitu BETA, PBV, LEV, dan SIZE secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu COE. Koefisien determinasi
(adjusted R2) untuk COE adalah sebesar 0.163273. Berarti semua variabel
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini memiliki (2) dua tujuan penelitian yaitu: 1) untuk
mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap total pengungkapan,
pengungkapan non keuangan dan pengungkapan keuangan pada perusahaan
publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014; 2) untuk
mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan informasi non keuangan dan
keuangan terhadap cost of equity perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2014.
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat
Pengungkapan Total Disclosure, Non Financial Measures dan
Financial Measures
Hasil penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
tingkat pengungkapan total disclosure, non financial measures dan financial
measures adalah sebagai berikut:
a. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengungkapan non financial measures dan terbukti memiliki pengaruh terhadap
tingkat pengungkapan total disclosure dan financial measures. Hal ini sesuai
dengan hipotesis pada penelitian ini yaitu semakin besar ukuran perusahaan maka
akan semakin tinggi tingkat pengungkapan total disclosure dan financial
measures pada perusahaan tersebut, serta tidak mendukung hipotesis semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi tingkat pengungkapan non
financial measures.
b. Umur perusahaan
Umur perusahaan tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengungkapan non financial measures, dan terbukti berpengaruh terhadap total
disclosure dan financial measures. Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian
61 Universitas Indonesia
ini yaitu semakin besar lama usia perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat
pengungkapan non financial measures, total disclosure, financial measures pada
perusahaan tersebut, serta tidak mendukung hipotesis semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin tinggi tingkat pengungkapan non financial measures.
c. Kepemilikan publik
Kepemilikan publik tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap tingkat
pengungkapan total disclosure, non financial measures dan financial measures.
Hal ini tidak mendukung hipotesis semakin besar persentase kepemilikan publik
maka semakin tinggi tingkat pengungkapan total disclosure, non financial
measures dan financial measures.
d. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Tingkat pertumbuhan perusahaan terbukti mempunyai pengaruh terhadap
tingkat pengungkapan total disclosure dan non financial measures tidak terbukti
memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan financial measures. Hal ini
sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yaitu semakin besar tingkat
pertumbuhan perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan total
disclosure dan non financial measures pada perusahaan tersebut, serta tidak
mendukung hipotesis semakin besar persetingkat pertumbuhan perusahaan maka
semakin tinggi tingkat pengungkapan financial measures.
e. Tingkat utang perusahaan
Tingkat utang perusahaan tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap
tingkat pengungkapan total disclosure, non financial measures dan financial
measures. Hal ini tidak mendukung hipotesis semakin besar tingkat utang
perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan total disclosure, non
financial measures dan financial measures.
f. Tingkat profitabilitas perusahaan
Tingkat profitabilitas terbukti mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengungkapan total disclosure, non financial measures dan financial measures.
Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yaitu semakin besar tingkat
profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan total
disclosure, non financial measures dan financial measures pada perusahaan
tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Astria, Teti dan Siti Kahirani. (2013). Pengaruh Tingkat Pengungkapan Sukarela
dan Beta Pasar Terhadap Cost of Equity Capital (Studi Kasus Perusahaan
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi STIE MDP.
Black, Bernard S., Inessa Love and Andrei Rachinsky. (2006). Corporate
Governance Indices and Firms Market Values: Time Series Evidence from
Russia. Emerging Market Review, Vol. 7, 361-379.
64 Universitas Indonesia
Botosan, Christine A. (1997, July). Disclosure Level and the Cost of Equity
Capital. The Accounting Review, Vol. 72, No. 3, p. 323.
Buzby, SephenCL. (1975). Company Size, Listed versus Unlisted Stocks and The
Extent of Financial Disclosure. Journal of Accounting Research, Vol. 13,
16-37.
Chow, C.W. and Adrian Wong Boren. (1987, July). Voluntary Financial
Disclosure by Mexican Corporation. Accounting Review, Vol. 62, 523-
541.
Cooke, T.E. (1992). The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type
on Disclosure in the Annual Reports of Japanese Listed Corporation.
Accounting and Business Research. Vol. 22, No. 87, p.229.
Dempsey, Stephen J., James F. Gatti, D. Jacque Grinnell and William L. Cats-
Baril. (1997). The Use of Strategic Performance Variables as Leading
Indicators in Financial Analyst Forecasts. Journal of Financial Statement
Analysis, Summer 1997, 1-24.
Djalal, Nachrowi dan Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonomemtrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit
FEUI: Jakarta.
Universitas Indonesia
DiPiazza Jr and Eccles Robert G. (2002). Building Public Trust, the Future of
Corporate Reporting. John Wiley and Sons. Inc: New York.
Eccles, R., R. Hertz, E. Keegan and Phillips D.M.H. (2001). The Value Reporting
Revolution. John Wiley and Sons: New York.
Elliot, Robert K, and Pieter D. Jacobson. (1994). Commentary Cost and Benefit of
Business Information Disclosure. American Accounting Association.
Accounting Horizon, Vol. 8, No. 4, 80-88.
Elkington, John. (1997). Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st
Century Business. Oxford. 402 pp.
Gadzar, Kaevan. (2007). Reporting Nonfinancials. John Willey and Sons: New
York.
Hartono, Jogiyanto. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE UGM:
Yogjakarta.
Universitas Indonesia
Jensen, M.C. and W.H. Mecling. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behaviour. Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3, 305-360.
Juniarti dan Frency Yunita. (2003). Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya
Ekuitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 5, 150-168.
Koch, Adam S. and Amy X. Sun. (2004). Dividend Changes and the Persistence
of Past Earning Changes. The Journal of Finance, Vol. 59, 1-24.
Komalasari, Puput Tri. (2000). Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital.
Simposium Nasional Akuntansi 4, 787-819.
Komalasari, Puput Tri dan Zaki Baridwan. (2001). Asimetri Informasi dan Cost of
Equity Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4, No. 1.
Universitas Indonesia
Meek, Gary K, Clare B. Roberts and Sidney J. Gray. (1995). Factors Influencing
Voluntary Annual Report Disclosure bu US. UK and Continental
European Multinational Corporation. Journal of International Business
Studies, Vol. 26, Iss 3, 355-573.
Messier et al. (2006). Auditing and Assurance Service a Systematic Approach, 4th
edition. Salemba Empat: Jakarta.
Murni, Siti Aisiah. (2003). Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri
Informasi Terhadap Cost of Equity Capital pada Perusahaan Publik di
Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 2, 192-206.
Universitas Indonesia
Said, Amal A, Hasan R. Hassab Elnaby and Benson Wier. (2003). An Empirical
Investigation f the Performance Consequences of Nonfinancial Measures.
Journal of Management Accounting Research, Vol. 15, 193-233.
Scott, William R. (2006). Financial Accunting Theory 4th Edition. Prentice Hall:
New York.
Sangupta, Partha. (1998). Corporate Disclosure Quality and the Cost of Debt. The
Accounting Review, Vol 73, No. 4, 459-474.
U.S. Securities and Exchange Commision (SEC). (2012). Securities Exchange Act
of 1934. Versi amademen tahun 2012.
Wallace, Olusegum R.S., Naser Kamal and Areceli Mora. (1994). The
Relationship Between the Comprehensiveness of Corporate Annual Report
and Firm Characteristics in Spain. Accounting and Business Research.,
Vol. 25, No. 97, 41-53.
Universitas Indonesia
71 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a
Coefficients
a
Coefficients
Universitas Indonesia
a
Coefficients
a
Coefficients
Universitas Indonesia
Effect Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.041633 0.3288
Idiosyncratic random 0.059461 0.6972
Universitas Indonesia
Effect Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.025415 0.0949
Idiosyncratic random 0.063514 0.9015
Universitas Indonesia
Effect Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.04883 0.1922
Idiosyncratic random 0.10362 0.7671
Universitas Indonesia