Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH AUDIT TENURE, AUDITOR SWITCHING,

PERGANTIAN MANAJEMEN DAN KOMPLEKSITAS


OPERASI PERUSAHAAN TERHADAP KETEPATAN
WAKTU PELAPORAN KEUANGAN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018)

SKRIPSI

Oleh:

SINTIA RIKARDO
1510011311048

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2019
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sintia Rikardo

NPM : 1510011311048

Tempat Tanggal Lahir : Gurun Panjang, 06 Juli 1997

Alamat : Perumahan Puri Suma Kencana Blok F4 Pasir

Putih Tabing, Padang.

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip dan
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti
sebagai hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Padang, 15 Agustus 2019

Sintia Rikardo
NPM. 1510011311048
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat,

rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Audit Tenure, Auditor Switching, Pergantian

Manajemen dan Kompleksitas Operasi Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2014-2018). Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam. Allahumma

Sholli ‘ala Muhammad.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari arahan, masukan dan kerja sama

berbagai pihak yang telah turut membantu selama penyelesaian skripsi ini. Pada

kesempatan ini, perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan do’a dan

kasih sayang serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat

terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Azwar Ananda, MA, selaku Rektor Universitas Bung

Hatta.

3. Ibu Dr. Listiana Sri Mulatsih, S.E., M.M., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Bung Hatta.

4. Bapak Drs. Meihendri M.Si., Ak., CA selaku Wakil Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Bung Hatta.

i
5. Ibu Herawati, S.E., M.Si., Ak., CA dan Bapak Nurhuda, S.E, M.Si., Ak, CA

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Bung Hatta.

6. Ibu Dr. Dwi Fitri Puspa, S.E., M.Si., Ak, CA dan Ibu Yeasy Darmayanti,

SE., M.Si., Ak., CA sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama pembuatan skripsi.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen pengajar di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Bung Hatta.

8. Semua teman-teman mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2015.

9. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan skripsi sampai

dengan selesai yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas segala arahan dan bantuannya selama ini, semoga arahan

dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah serta mendapat balasan

yang lebih dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, 7 Agustus 2019

Sintia Rikardo
NPM. 1510011311048

ii
PENGARUH AUDIT TENURE, AUDITOR SWITCHING, PERGANTIAN
MANAJEMEN DAN KOMPLEKSITAS OPERASI PERUSAHAAN
TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014 – 2018)

Sintia Rikardo1, Dwi Fitri Puspa, Yeasy Darmayanti


1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Email: sintiarikardo06@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris pengaruh audit tenure,
auditor switching, pergantian manajemen dan kompleksitas operasi perusahaan
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2014-2018. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan metode purposive
sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 110 perusahaan manufaktur.
Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis
regresi logistik dengan menggunakan software SPSS versi 21. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa audit tenure dan pergantian manajemen berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan auditor switching dan
kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.

Kata Kunci: Audit Tenure, Auditor Switching, Pergantian Manajemen,


Kompleksitas Operasi Perusahaan, Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan.

iii
THE EFFECT OF AUDIT TENURE, AUDITOR SWITCHING,
MANAGEMENT TURN OVER AND COMPLEXITY OF THE COMPANY’S
OPERATIONS ON THE FINANCIAL REPORTING TIMELINESS
(Study Of Manufacturing Companies Listed on the Indonesian Stock Exchange
Period 2014 – 2018)

Sintia Rikardo1, Dwi Fitri Puspa, Yeasy Darmayanti


1
Accounting Department, Faculty of Economics and Business, Bung Hatta
University
Email: sintiarikardo06@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to examine empirically the effect of audit tenure, auditor
switching, management turn over and complexity of the company's operations on
the financial reporting timeliness. This research was conducted at manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2014-2018. Sampling
in the study used a purposive sampling method, so that a sample of 110
manufacturing companies was obtained. The data analysis technique used to test
the hypothesis is logistic regression analysis using SPSS version 21 software. The
results of this study indicate that audit tenure and management turnover influence
the financial reporting timeliness, while auditor switching and the complexity of
the company's operations do not affect the financial reporting timeliness.

Keywords: Audit Tenure, Auditor Switching, Management Turn Over, Complexity


of Company's Operations, Financial Reporting Timeliness

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


ABSTRAK ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................10
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................10
1.5. Sistematika Penulisan .....................................................................11
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori ...............................................................................12
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ..........................................12
2.1.2 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan .................................14
2.1.3 Audit Tenure ..........................................................................17
2.1.4 Auditor Switching ..................................................................20
2.1.5 Pergantian Manajemen ..........................................................21
2.1.6 Kompleksitas Operasi Perusahaan ........................................23
2.2. Pengembangan Hipotesis................................................................25
2.2.1 Pengaruh Audit Tenure terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan .............................................................25
2.2.2 Pengaruh Auditor Switching terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan .............................................................26
2.2.3 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan ..................................................27
2.2.4 Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan.................................29
2.3. Kerangka Pemikiran .......................................................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian......................................................31
3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................32
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................32
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................32
3.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) ................................32
3.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable) ................................33
3.4.2.1 Audit Tenure..............................................................33
3.4.2.2 Auditor Switching ......................................................34
3.4.2.3 Pergantian Manajemen ..............................................34
3.4.2.4 Kompleksitas Operasi Perusahaan ............................34
3.5. Teknik Analisis Data ......................................................................35
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................35

iv
3.5.2 Pengujian Hipotesis ..............................................................35
3.5.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi (Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test) ..................36
3.5.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall
Model Fit Test)........................................................37
3.5.2.3 Koefisien Determinasi..............................................37
3.5.2.4 Model Regresi Logistik yang Terbentuk .................37
3.5.2.5 Uji Hipotesis ............................................................38
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .........................................39
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ...........................................................39
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................40
4.3 Analisis Regresi Logistik ...............................................................41
4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ......................................41
4.3.2 Menilai Keseluruhan Model.................................................41
4.3.3 Koefisien Determinasi (Cox and Snell’s R Square) .............42
4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis ....................................................43
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................44
4.4.1 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan ............................................................44
4.4.2 Pengaruh Auditor Switching Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan ............................................................45
4.4.3 Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan .................................................47
4.4.4 Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan Terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan................................48
BAB V PENUTUP ............................................................................................50
5.1. Kesimpulan .....................................................................................50
5.2 Implikasi Hasil Penelitian...............................................................51
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran .................................................53
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................54
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perusahaan tercatat di BEI yang belum menyampaikan laporan

keuangan auditan 2017 dan belum membayar denda ..............................6

Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel Penelitian .................................................39

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................................40

Tabel 4.3 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ...................................................41

Tabel 4.4 Hasil Uji Overall Model Fit Test ...........................................................42

Tabel 4.5 Hasil Uji Nagelkerke R Square ..............................................................42

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .....................................................43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………….30

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Nama Perusahaan

Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Lampiran 3. Hasil Olah Data Regresi

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan bisnis di pasar modal berlangsung sangat kompleks dan memiliki

tingkat persaingan yang tinggi, sehingga ketersediaan informasi menjadi hal yang

sangat penting dalam setiap pengambilan keputusan. Salah satu informasi penting

dalam bisnis adalah laporan keuangan. Dalam kerangka kerja konseptual

akuntansi, terdapat beberapa karakteristik kualitatif dari laporan keuangan yang

berguna, yaitu: dapat dipahami, relevansi, reliabilitas, komparabilitas dan

konsistensi. Adapun relevansi digambarkan sebagai sesuatu yang dapat

membedakan. Informasi keuangan dikatakan relevan jika dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan user atau dengan kata lain mampu membuat beda hasil

dari berbagai alternatif keputusan yang ada. Karakteristik kualitatif dari informasi

yang relevan adalah bahwa informasi tersebut memiliki nilai umpan balik

(feedback value), prediktif (predictive value), dan ketepatan waktu (timeliness)

(Hery, 2015:9-10).

Menurut IAI (2012) ketepatan waktu adalah informasi yang ada siap untuk

digunakan sebelum kehilangan makna oleh pemakai laporan keuangan serta

kapasitasnya masih tersedia dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut

Suwardjono (2005:170), ketepatan waktu pelaporan keuangan didefinisikan

sebagai tersedianya informasi pada saat yang dibutuhkan oleh pembuat keputusan

sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuan untuk dapat mempengaruhi

1
keputusan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan berarti bahwa informasi harus

tersedia pada saat dibutuhkan, terutama dalam setiap pengambilan keputusan

bisnis (ekonomis). Informasi yang baru tersedia setelah sebuah keputusan diambil,

akan menjadi sia-sia karena menjadi tidak terpakai. Oleh karena itu, informasi

tersebut dikatakan tidak lagi relevan dalam pengambilan keputusan (Hery,

2010:152)

Ketepatan waktu merupakan faktor penting dalam penyampaian laporan

keuangan untuk mendapatkan kualitas informasi yang relevan dan dapat

diandalkan. Ketepatan waktu ini menjadi penting karena informasi dalam laporan

keuangan digunakan oleh para pengguna (pimpinan perusahaan, pemilik saham,

analisis saham, supplier, kreditur, para pekerja, government dan masyarakat

umum) untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan yang disampaikan tepat

waktu akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang lebih baik bagi para

penggunanya.

Selain memenuhi kriteria informasi yang relevan, laporan keuangan yang

disampaikan tepat waktu akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien

terhadap pasar saham untuk fungsi evaluasi dan penetapan harga (pricing) serta

membantu mengurangi tingkat insider trading, kebocoran dan rumor di pasar

saham (Owusu-Ansah, 2000). Jika laporan keuangan terlambat dipublikasikan, hal

ini dapat menjadi indikasi bahwa ada masalah dalam laporan keuangan sehingga

memerlukan waktu yang lebih lama untuk menerbitkan laporan keuangan

tersebut. Semakin panjang waktu publikasi laporan keuangan tertunda, maka

2
semakin banyak kemungkinan berkembangnya rumor-rumor negatif (bad news)

mengenai perusahaan dan hal ini berpengaruh pada keputusan yang akan di ambil.

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian

laporan keuangan publik di Indonesia telah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) yang diresmikan sejak tanggal 29 Juli 2016 dengan mengeluarkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.04/2016 tentang

Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan ini menyatakan

bahwa bagi setiap emiten dan perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada OJK

paling lambat akhir bulan keempat (120 hari) setelah tahun buku berakhir.

Perusahaan yang melanggar ketentuan peraturan OJK ini, termasuk pihak

yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi

administratif oleh OJK. Sanksi tersebut berupa: (a) peringatan tertulis, (b) denda,

(c) pembatasan kegiatan usaha, (d) pembekuan kegiatan usaha, (e) pencabutan

izin usaha, (f) pembatalan persetujuan dan (g) pembatalan pendaftaran. Dengan

adanya regulasi ini mencerminkan bahwa pihak pembuat peraturan (OJK) cukup

serius menanggapi kasus ketidakpatuhan perusahaan publik dalam hal ketepatan

waktu penyampaian laporan keuangan. Namun pada dasarnya peraturan dibuat

agar perusahaan publik dapat tepat waktu dalam melaporkan keuangan mereka

kepada publik.

Keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan tidak hanya

disebabkan karena keterlambatan pengeluaran laporan keuangan oleh perusahaan.

Hal ini juga karena laporan keuangan perusahaan publik harus terlebih dahulu

3
diaudit oleh kantor akuntan publik untuk mendapatkan pendapat atau opini atas

kewajaran laporan keuangan. Lamanya waktu akuntan publik dalam

mengeluarkan opini akan mempengaruhi ketepatan penyampaian laporan

keuangan sebuah perusahaan publik.

Lamanya waktu akuntan publik dalam mengeluarkan opini salah satunya

disebabkan oleh audit tenure atau masa perikatan audit. Audit tenure adalah

jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan

auditee yang sama Ardiani (2012). Menurut Anggreni & Latrini (2016) semakin

lama suatu perusahaan menjadi klien dari suatu kantor akuntan publik, maka akan

semakin pendek waktu keterlambatan pengeluaran opini. Hal ini dikarenakan

akuntan publik telah memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian

internal perusahaan dan sebagainya. Menurut Lee et al. (2009) semakin meningkat

audit tenure maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem

akuntansi perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit

yang lebih efisien. Sebaliknya, apabila auditor melakukan perikatan audit pada

klien yang baru maka rentang waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal

ini terjadi karena pada awal perikatan dengan klien auditor membutuhkan waktu

lebih lama untuk beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali

internal, serta kertas kerja periode lalu perusahaan.

Selain audit tenure, faktor lain yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu

adalah pergantian auditor atau auditor switching. Auditor switching adalah

pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) atau auditor yang dilakukan oleh klien

perusahaan Wea (2015). Perusahaan yang mengalami pergantian auditor pada

4
suatu periode akan mengalami proses penyesuaian terhadap auditor baru, yang

mana hal ini akan memakan waktu jika dibandingkan dengan pada waktu

perusahaan belum berganti auditor (Budiyanto & Aditya, 2015).

Selain ditentukan oleh proses audit, ketepatan waktu pelaporan keuangan

juga ditentukan oleh manajemen perusahaan yaitu pergantian manajemen.

Menurut Wea (2015) pergantian manajemen merupakan pergantian direksi

perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) atau kemauan sendiri dari direksi untuk berhenti. Dengan adanya

pergantian manajemen, maka diharapkan manajer baru tersebut dapat memberikan

pandangan segar terhadap sebab-sebab penurunan dan memberikan kemampuan

serta motivasi yang diperlukan dalam perubahan organisasi. Dengan adanya

pergantian manajemen maka seharusnya mampu memicu peningkatan kinerja

perusahaan tersebut. Sehingga akan berpengaruh terhadap ketepatan pelaporan

keuangan perusahaan (Mareta, 2015).

Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan

adalah kompleksitas operasi perusahaan. Kompleksitas operasi perusahaan

merupakan hubungan antara unit-unit perusahaan yang saling bekerjasama dan

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan perusahaan (Innayati, 2015).

Menurut Che-ahmad & Abidin (2008) kompleksitas operasi perusahaan yang

dilihat dari diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak perusahaan klien

berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan yang memiliki

banyak anak cabang akan memakan waktu lebih lama untuk menyusun laporan

5
keuangan sehingga akan mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam

menyampaikan laporan keuangan kepada public (Novatiani & Asri, 2016).

Pada tahun 2018, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan terdapat

sepuluh perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan auditan

per 31 Desember 2017 dan/atau belum melakukan pembayaran denda atas

keterlambatan penyampaian laporan keuangan tersebut. Sepuluh perusahaan

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1
40Perusahaan Tercatat di BEI yang belum menyampaikan Laporan
Keuangan Auditan 2017 dan belum membayar denda

Keterangan
No. Kode Nama Perusahaan Status
Perdagangan Efek
1 APEX PT Apexindo Belum menyampaikan Laporan Aktif di seluruh
Pratama Duta Tbk. Keuangan Auditan 2017 dan pasar
belum melakukan pembayaran
denda Rp150 juta
2 ATPK PT Bara Jaya Belum menyampaikan Laporan Suspensi di seluruh
Internasional Tbk. Keuangan Auditan 2017 dan pasar sejak 28
belum melakukan pembayaran Agustus 2015
denda Rp150 juta
3 BORN PT Borneo Telah menyampaikan Laporan Suspensi di Pasar
Lumbung Energi & Keuangan Auditan 2017 namun Reguler dan Pasar
Metal Tbk. belum melakukan pembayaran Tunai sejak tanggal
denda Rp200juta 30 Juni 2015
4 MTFN PT Capitalinc Belum menyampaikan Laporan Suspensi di seluruh
Investment Tbk. Keuangan Auditan 2017 dan pasar sejak 3 Juli
belum melakukan pembayaran 2017
denda
5 TRUB PT Truba Alam Belum menyampaikan Laporan Suspensi di Pasar
Manunggal Keuangan Auditan 2017 dan Reguler dan Pasar
Engineering Tbk. belum melakukan pembayaran Tunai sejak tanggal
denda 1 Juli 2013
6 CKRA PT Cakra Mineral Telah menyampaikan Laporan Suspensi di seluruh
Tbk. Keuangan Auditan 2017 namun pasar sejak 5 Juni
belum melakukan pembayaran 2018
denda Rp150juta

6
7 GREN PT Evergreen Belum menyampaikan Laporan Suspensi di Pasar
Invesco Tbk. Keuangan Auditan 2017 dan Reguler dan Pasar
belum melakukan pembayaran Tunai sejak tanggal
denda Rp200juta 19 Juni 2018
8 SCPI PT Merck Sharp Telah menyampaikan Laporan Suspensi di seluruh
Dohme Parma Tbk. Keuangan Auditan 2017 namun pasar sejak 1
belum melakukan pembayaran Februari 2013
denda Rp150juta
9 SSTM PT Sunson Textile Belum menyampaikan Laporan Aktif di seluruh
Manufacturer Tbk. Keuangan Auditan 2017 dan pasar
belum melakukan pembayaran
denda Rp150juta
10 ZBRA PT Zebra Telah menyampaikan Laporan Suspensi di Pasar
Nusantara Tbk. Keuangan Auditan 2017 namun Reguler dan Pasar
belum melakukan pembayaran Tunai sejak tanggal
denda Rp200juta 3 Juli 2017
Sumber: www.idx.co.id

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan TRUB dan SCPI

bahkan sudah mendapatkan suspensi sejak 2013 silam. TRUB hingga tanggal

tersebut belum menyampaikan laporan keuangan audit 2017 serta belum

melakukan pembayaran denda, sementara SCPI sudah melaporkan laporan

keuangan auditan tetapi belum melakukan pembayaran denda sebesar Rp 150 juta.

Selain dua emiten tersebut, dua emiten lain yakni ATPK dan BORN juga sudah

lama mendapatkan suspensi dari bursa yakni sejak 2015 silam karena belum

menyerahkan laporan keuangan audit serta belum membayar denda. Sementara

perusahaan CKRA dan GREN baru mendapatkan suspensi di pasar tunai dan

reguler bulan Juni tahun 2018 lalu. Untuk perusahaan APEX dan SSTM, bursa

melakukan penghentian sementara perdagangan efek di Pasar Reguler dan Pasar

Tunai sejak sesi 1 Perdagangan Efek tanggal 2 Juli 2018. Fenomena ini

membuktikan bahwa setelah peraturan tersebut diberlakukan dari tahun ke tahun

masih saja terjadi keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan.

7
Penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut telah mencoba

melihat beberapa faktor-faktor di atas (audit tenure, auditor switching, pergantian

manajemen dan kompleksitas operasi perusahaan). Dari berbagai penelitian ini

diperoleh hasil yang berbeda-beda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi

(2016) dan Jeva & Ratnadi (2015) lamanya suatu perusahaan menjadi klien suatu

KAP (audit tenure) ditemukan berpengaruh negatif terhadap kecepatan publikasi

laporan keuangan. Sementara menurut hasil penelitian Susilawati, dkk (2012)

tidak berpengaruh. Auditor switching atau pergantian auditor ditemukan Putra dkk

(2013) tidak berpengaruh signifikan terhadap timeliness, sementara oleh

Budiyanto dan Aditya (2015) ditemukan berpengaruh. Pergantian manajemen

menurut penelitian Mareta (2015) ditemukan tidak berpengaruh terhadap

timeliness. Sementara menurut Artaningrum, dkk (2017) pergantian manajemen

ditemukan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Variabel kompleksitas operasi perusahaan ditemukan berpengaruh terhadap

timeliness oleh Owusu-Ansah (2000), sedangkan menurut Novatiani (2016)

ditemukan berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial.

Penelitian terdahulu di atas menunjukkan hasil yang belum konsisten

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Oleh karena itu penulis ingin

menguji kembali variabel-variabel tersebut terhadap ketepatan waktu. Penelitian

ini merupakan modifikasi yang dilakukan oleh Anggreni, dkk (2016), Budiyanto,

dkk (2015), Mareta (2015) dan Novatiani, dkk (2016). Penelitian ini

terkonsentrasi pada perusahaan manufaktur untuk periode 2014-2018 sebagai

8
objek penelitian. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis mengangkat judul

skripsi “Pengaruh Audit Tenure, Auditor Switching, Pergantian Manajemen

dan Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap Financial Reporting

Timeliness (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2014-2018)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Audit Tenure berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan?

2. Apakah Auditor Switching berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan?

3. Apakah Pergantian Manajemen berpengaruh terhadap Ketepatan

Waktu Pelaporan Keuangan?

4. Apakah Kompleksitas Operasi Perusahaan berpengaruh terhadap

Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

meneliti secara empiris bahwa:

1. Audit Tenure berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan.

9
2. Auditor Switching berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan.

3. Pergantian Manajemen berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan.

4. Kompleksitas Operasi Perusahaan berpengaruh terhadap Ketepatan

Waktu Pelaporan Keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat

antara lain:

1. Bagi Peneliti

Untuk memperluas wawasan peneliti di bidang akuntansi keuangan

dan audit khususnya ketepatan waktu pelaporan keuangan, serta

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di

Universitas Bung Hatta.

2. Bagi Akademisi

Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi pihak akademisi

untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang audit.

3. Bagi Praktisi

Menjadi referensi yang dapat digunakan dalam menjalankan praktik

jasa audit, khususnya dalam usaha untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pelaksanaan audit melalui pengelolaan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

10
sehingga penyelesaian audit dapat ditingkatkan dan akhirnya dapat

mempercepat publikasi laporan keuangan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab. Bab

I tentang pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II tentang

landasan teori dan pengembangan hipotesis. Bab ini menguraikan landasan teori

yang membahas tentang variabel berkaitan dengan judul penelitian dan

pengembangan masing-masing hipotesis. Bab III metode penelitian, menguraikan

tentang sumber data, populasi dan sampel, definisi operasional variabel dan teknik

analisis data. Bab IV menjelaskan tentang analisis data dan pembahasan yang

menjelaskan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan. Dan bab V tentang

penutup yang menjelaskan kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan saran

penelitian di masa akan datang.

11
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan salah satu cara untuk lebih memahami

informasi ekonomi dengan memperluas satu individu menjadi dua individu yaitu

agen dan prinsipal. Menurut Meckling (1976), teori ini menjelaskan hubungan

antara agen (manajemen usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Didalam hubungan

keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal)

memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal

dan memberi wewenang kepada agent untuk membuat keputusan terbaik bagi

principal.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik

(pemegang saham). Oleh sebab itu, manajer mempunyai kewajiban memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat

dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan

perusahaan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai

pihak, termasuk manajemen perusahaan. Namun yang paling berkepentingan

dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen)

karena pengguna laporan keuangan di luar manajemen berada dalam kondisi yang

paling besar ketidakpastian. Sedangkan para pengguna internal (manajemen

12
perusahaan) memiliki kontak langsung dengan perusahaan dan mengetahui

peristiwa yang terjadi sehingga tingkat ketergantungan terhadap informasi

akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.

Situasi ini akan memicu timbulnya suatu kondisi yang disebut sebagai

asimetri informasi (information asymmetry), yaitu suatu kondisi di mana prinsipal

tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen dan tidak pernah

dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil

aktual perusahaan.

Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen

memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda dikarenakan semua individu

bertindak atas kepentingan individu sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal

diasumsikan hanya tertarik kepada pengembalian keuangan yang diperoleh dari

investasi mereka di perusahaan tersebut, sedangkan para agen diasumsikan tidak

hanya menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan akan tetapi juga dari

tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang

banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang

fleksibel (Meckling, 1976)

Dalam pelaksanaan teori agensi mengharuskan agen memberikan

informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan. Pada

kenyataannya, tidak semudah itu prinsipal memperoleh informasi yang

dibutuhkan atau agen memberikan informasi tersebut kepada prinsipal. Perbedaan

kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan

infomasi yang diminta prinsipal bila menguntungkan bagi agen, walaupun sudah

13
menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

prinsipal. Oleh karena itu, penelitian mengenai ketepatan waktu merupakan

pengembangan lebih lanjut dari teori keagenan yang menunjukkan adanya

perbedaan pandangan dan kepentingan antara principal dan agent (Jensen dan

Mekling, 1976 dalam Ukago, 2004). Pandangan yang mendukung konsep ini

adalah pendapat Kim dan Verrechia yang mengemukakan bahwa ketepatan waktu

akan mengurangi informasi asimetri tersebut (Ukago, 2004).

2.1.2 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Conseptual framework for financial reporting merupakan salah satu dari

tiga pernyataan utama yang mengatur pelaporan keuangan dan standar akuntansi

yang diterbitkan oleh IASB (International Accounting Standars Board) sebagai

badan standar akuntansi internasional. Conseptual framework for financial

reporting atau kerangka kerja konseptual ini berguna untuk menstandarisasi

penyusunan pelaporan keuangan agar dapat memberikan informasi yang berguna

dan konsisten dari laporan keuangan.

Adapun kerangka konseptual pelaporan keuangan terbagi ke dalam tiga

level. Di level kedua mengatur tentang konsep fundamental yaitu elemen dasar

dan karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Karakteristik kualitatif ini

merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi

para pemakainya. Menurut Hery (2015:7), karakteristik kualitatif pelaporan

keuangan tersebut terbagi atas lima yaitu dapat dipahami, relevansi, reliabilitas,

komparabilitas dan konsistensi. Untuk mendapatkan informasi yang relevan,

terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu.

14
Ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah rentang waktu antara tanggal

laporan keuangan dengan pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah

diaudit kepada publik atau lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan

laporan keuangan yang telah diaudit ke publik sejak tanggal tutup tahun buku

(Murtini dan Tirtaningrum, 2013). Rentang waktu antara tanggal laporan

keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke

publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (McGee

& Yuan, 2009). Konseptual framework paragraf 43 di dalam PSAK menyebutkan

jika terdapat penundaaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi

yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

Menurut Scott (2015) relevansi laporan keuangan merupakan salah satu

karakteristik utama laporan keuangan supaya bermanfaat dalam pengambilan

keputusan. Untuk dapat memenuhi karakteristik tersebut laporan keuangan harus

diterbitkan sesegera mungkin agar kandungan nilai informasinya memiliki

manfaat untuk penggunanya. Menurut Baridwan (2004:112) bahwa Informasi

yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia tepat waktu

sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi

keputusan yang akan diambil. Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus

disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk

membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk

menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

Menurut Hendriksen dan Michael (2000:47) Jika informasi keuangan

dapat memengaruhi pengambilan keputusan atau mampu membuat hasil yang

15
berbeda dari berbagai alternatif keputusan yang ada, maka informasi tersebut

dikatakan relevan. Informasi baru yang tersedia setelah pengambilan sebuah

keputusan dikatakan sebagai informasi yang tidak relevan, sehingga informasi

tersebut tidak dapat dipakai dalam pengambilan keputusan karena telah hilang

kapasitasnya untuk memengaruhi keputusan pemakai.

Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, namun relevansi tidaklah

mungkin tanpa ketepatan waktu. Ketepatan waktu merupakan batasan penting

pada publikasi laporan keuangan. Informasi akuntansi harus dilakukan secepat

mungkin untuk menjamin tersedianya informasi sekarang kepada pemakai.

Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus disajikan pada

kurun waktu yang teratur agar dapat memperlihatkan perubahan keadaan

perusahaan yang akan memengaruhi prediksi dan keputusan pemakai (Hendriksen

dan Michael, 2000: 47).

Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor

29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,

peraturan ini menyatakan bahwa bagi setiap emiten dan perusahaan yang telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan

kepada OJK paling lambat akhir bulan keempat (120 hari) setelah tahun buku

berakhir. Laporan tahunan disampaikan dalam bentuk dokumen fisik (hard copy)

paling kurang 2 (dua) eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli dan disertai

dengan laporan dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy). Selain itu emiten

atau perusahaan publik wajib memuat laporan tahunan dalam laman (website)

emiten atau perusahaan publik bersamaan dengan disampaikannya laporan

16
tahunan tersebut kepada OJK disertai laporan Akuntan dalam rangka audit atas

laporan keuangan.

Bila didapati adanya pihak yang melanggar ketentuan Peraturan OJK,

maka OJK berwenang mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis;

denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; pembatasan

kegiatan usaha; pembekuan kegiatan usaha; pencabutan izin usaha; pembatalan

persetujuan; dan pembatalan pendaftaran.

2.1.3 Audit Tenure

Menurut Pernyataan Standar Audit (PSA), audit adalah suatu proses

sistematik yang bertujuan untuk mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas

pernyataan atau asersi mengenai berbagai aksi ekonomi, kejadian-kejadian dan

melihat tingkat hubungan antara pernyataan atau asersi dengan kenyataan, serta

mengomunikasikan hasilnya kepada yang berkepentingan. Sedangkan menurut

Arens (2011: 4) audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi

untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan

kriteria yang sudah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang – orang

kompeten dan independen.

Menurut Mulyadi (2013: 30) jenis – jenis audit ada tiga yaitu: a) audit

laporan keuangan (financial statement audit), 2) audit kepatuhan (compliance

audit), dan 3) audit operasional (operational audit). Audit atas laporan keuangan

ialah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan

yang disajikan oleh klien untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran

17
laporan keuangan tersebut. Standar audit dibutuhkan dalam melakukan audit

laporan keuangan.

Pada tahun 2002, terjadi pembaruan tatanan dan kondisi maupun regulasi

praktik bisnis di Amerika Serikat melalui Sarbanes Oxley Act (SOX) dimana

Sarbanes Oxley Act melakukan perbaikan dan penataan pada komponen audit

maupun pendukungnya, diantaranya adalah membatasi masa perikatan (tenure)

auditor dengan kliennya. Menurut Dewi & Ratnadi (2016), audit tenure atau masa

perikatan audit adalah lamanya masa sebuah perusahaan memakai jasa audit pada

kantor akuntan publik yang tetap dalam waktu tertentu. Sedang menurut Arens et

al. (2008) audit tenure adalah panjang hubungan kerja antara auditor dan klien

dalam memeriksa laporan keuangan.

Di Indonesia, peraturan mengenai audit tenure dimuat dalam Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang jasa

akuntan publik (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum

atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan

Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama 5 tahun buku berturut-turut dan

oleh seorang Akuntan Publik (selanjutnya disebut AP) paling lama 3 tahun buku

berturut-turut.

Peraturan ini kemudian mengalami pembaharuan dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008

tentang jasa akuntan publik Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa pemberian

jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP

18
paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan

publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan

kantor akuntan publik dapat memberikan kembali jasa audit umum untuk klien

tersebut setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan

keuangan klien.

Namun pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yaitu

PP No. 20/2015 tentang Praktik Akuntan Publik. Dalam PP No. 20/2015 pasal 11

ayat (1) dijelaskan bahwa KAP tidak lagi dibatasi dalam melakukan audit atas

suatu perusahaan. Pembatasan hanya berlaku bagi AP, yaitu selama 5 tahun buku

berturut-turut. Setelah memberikan jasa audit atas informasi keuangan historis

terhadap suatu perusahaan selama 5 tahun buku berturut-turut AP diwajibkan

melakukan cooling-off selama 2 (dua) tahun berturut-turut. Setelah

periode cooling-off selesai, maka AP dapat kembali memberikan jasa audit pada

perusahaan tersebut. Perusahaan yang dimaksud disini adalah industri di sektor

pasar modal, bank umum, dana pensiun perusahaan asuransi/reasuransi, atau

BUMN, sebagaimana dijelaskan pada pasal 11 ayat (2).

Untuk memperketat pengawasan terhadap AP yang melakukan audit

terhadap perusahaan penyelenggara jasa keuangan, OJK mengeluarkan POJK

Nomor 13 Tahun 2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor

Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan. Dalam peraturan tersebut, diatur

bahwa institusi jasa keuangan wajib membatasi penggunaan jasa penggunaan jasa

audit dari AP paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Sedangkan

pembatasan penggunaan jasa dari KAP tergantung pada hasil evaluasi Komite

19
Audit. Selain itu, institusi jasa keuangan harus menggunakan akuntan publik dan

kantor akuntan publik (KAP) yang terdaftar di OJK.

2.1.4 Auditor Switching

Peraturan di Indonesia mengenai adanya pembatasan masa audit dan

mengharuskan adanya rotasi auditor (auditor switching) diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008. Menurut

Syofiana, Suwarno, & Hariyono (2017) Pergantian auditor atau auditor switching

merupakan keputusan perusahaan untuk mengganti auditor yang lama dengan

auditor yang baru. Sedangkan menurut Ni Kadek (2010) auditor switching adalah

tindakan perpindahan auditor yang dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu

upaya dalam menjaga independensi dan objektivitas auditor dan menjaga

kepercayaan publik dalam fungsi audit akibat masa perikatan yang lama.

Pergantian auditor bisa disebabkan oleh kewajiban rotasi audit yang diatur oleh

pemerintah (mandatory) atau pergantian secara sukarela (voluntary).

Peraturan auditor switching secara mandatory seperti yang telah dijelaskan

diatas yakni adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang

mengharuskan adanya rotasi auditor. Sedangkan auditor switching secara

voluntary terjadi atas 2 kemungkinan yaitu: perusahaan yang memberhentikan

auditor atau auditor yang mengundurkan diri.

Penerapan tentang ketentuan adanya auditor switching dengan tujuan

supaya dapat meningkatkan independensi auditor baik secara tampilan maupun

secara fakta. Pergantian auditor dalam waktu yang singkat mungkin dapat

menghambat perkembangan hubungan kerja yang efektif antara auditor dengan

20
manajemen. Pergantian auditor kemungkinan dapat meningkatkan risiko

kegagalan audit karena auditor tidak dapat mengembangkan pengetahuan terhadap

klien yang diaudit, sehingga membutuhkan waktu audit yang lebih lama untuk

memahami klien (Knauer, et al. 2012). Pergantian auditor bisa mempunyai

pengaruh terhadap pelaksanaan audit, karena adanya suatu pertukaran informasi

antara auditor pendahulu dengan auditor yang akan menangani, yang

menyebabkan pelaksanaan audit membutuhkan suatu waktu tambahan dalam

menyelesaikan penilaian yang akurasi. Auditor yang akan menggantikan pada

penilaian mendatang tentu harus mempelajari secara langsung data-data laporan

keuangan yang dahulu dan sekarang diaudit. Sebab peraturan dan kebijakan

perusahaan bisa saja berubah maupun tetap pada periode penyelesaian laporan

keuangan tersebut. Hal tidak terduga tersebut harus dinilai kembali berdasarkan

standar peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan,

PABUI, maupun IFRS. Karakteristik perusahaan akan dipelajari kembali,

sehingga membutuhkan interval waktu bagi auditor yang akan menggantikan

untuk memahaminya. Sehingga hal ini berdampak pada ketepatan waktu

pelaporan keuangan.

2.1.5 Pergantian Manajemen

Teori yang berkaitan dengan pergantian manajemen adalah teori agensi

yang menyatakan bahwa hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal)

menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan

hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen

tersebut. Dalam hubungan agensi terdapat tiga masalah utama yaitu pertama

21
masalah pengendalian yang dilakukan oleh principal terhadap agen. Kedua,

masalah biaya yang menyertai hubungan agensi. Dan yang ketiga adalah tentang

bagaimana menghindari dan meminimalisasi biaya agensi. Pada masalah yang

ketiga ini, usaha yang dapat dilakukan oleh principal untuk memperkecil biaya

agensi (karena tidak dapat dihilangkan sama sekali) adalah dengan mencari

manajer yang benar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas kapabilitas

dan personalitas.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat tiga unsur yang

dapat membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh agen. Unsur-unsur

tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal dan

bekerjanya pasar bagi keinginan menguasai dan memiliki kepemilikan perusahaan

(market for corporate control). Agen (manajemen) bisa tidak mempunyai masa

depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham. Pasar

tenaga manajerial akan menghapus kesempatan agen yang tidak mempunyai

kinerja baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham

perusahaan yang dikelola oleh agen. Bekerjanya pasar modal secara efisien bisa

menjadi cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Bekerjanya

market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri

manajemen sendiri, dalam hal menghentikan manajemen dari jabatannya jika

perusahaan yang dikelolanya mempunyai kinerja rendah yang memungkinkan

pemegang saham menggantinya dengan manajemen lain.

Menurut Ni Kadek (2010) pergantian manajemen adalah adanya

perubahan komposisi manajerial pada perusahaan, perubahan yang terjadi dapat

22
berupa perubahan dewan direksi maupun dewan komisaris. Sedangkan menurut

Damayanti & Sudarma (2007) pergantian manajemen adalah pergantian direksi

perusahaan yang dapat disebabkan oleh hasil keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) atau karena pengunduran diri. Dari beberapa pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa pergantian manajemen merupakan pergantian dewan

direksi suatu entitas perusahan atau pergantian CEO (Chief Executive Officer)

yang diakibatkan oleh hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

atau dewan direksi melakukan pengunduran diri.

Pergantian manajemen seharusnya mampu memicu peningkatan kinerja

perusahaan tersebut. Menurut Mareta (2015), perubahan tim manajemen senior

adalah usaha dalam memperbaiki kepercayaan stakeholders yaitu usaha menjaga

dukungan dari mereka. Diharapkan manajer senior yang baru dapat memberikan

pandangan segar terhadap sebab-sebab penurunan dan memberikan kemampuan

serta motivasi yang diperlukan dalam perubahan organisasi.

2.1.6 Kompleksitas Operasi Perusahaan

Menurut Maemunah (2014), kompleksitas operasi merupakan akibat yang

ditimbulkan dari pembentukan departemen dan pembagian pekerjaan yang

memiliki fokus terhadap jumlah unit yang berbeda-beda. Menurut Suwardjono

(2014), kompleksitas operasi perusahaan berkaitan dengan penggabungan usaha

yang dilakukan oleh dua perusahaan. Adapun penggabungan/perluasan usaha ini

merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan

laba.

23
Perluasan usaha bisa dilakukan secara internal dan eksternal. Ekspansi

internal dilakukan perusahaan jika perusahaan tersebut mendirikan perusahaan

baru atau melakukan perluasan dari perusahaan yang sudah ada. Sementara itu,

perusahaan dapat dikatakan melakukan ekspansi eksternal jika perusahaan

menggabungkan kegiatan operasionalnya dengan perusahaan lain yang sudah ada

sebelumnya (Sudana, 2015).

Menurut Sudana (2015), diversifikasi adalah salah satu alasan perusahaan

untuk melakukan penggabungan usaha. Diversifikasi dicapai melalui

penggabungan dua perusahaan atau lebih yang bergerak dalam industri berbeda.

Dengan adanya penggabungan usaha, ketika nantinya ada salah satu perusahaan

mengalami kerugian maka perusahaan lain masih memperoleh laba sebagaimana

mestinya. Sehingga secara keseluruhan laba yang diperoleh setelah penggabungan

menjadi lebih stabil dan risikonya menjadi lebih kecil. Namun penggabungan

usaha ini berefek pada kecepatan auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya.

Dengan meningkatnya suatu kompleksitas, maka suatu penetapan akan resiko

audit, resiko inheren dan resiko kontrol akan semakin dipengaruhi dan

dipertimbangkan dengan matang. Pertimbangan tersebut mungkin akan

menimbulkan suatu tenggang waktu yang lama bagi auditor dalam menyelesaikan

tugasnya.

Perusahaan yang memiliki anak perusahaan cenderung akan memiliki

tingkat kompleksitas yang tinggi. Menurut Saputri (2012), antara kompleksitas

perusahaan yang dilihat dari diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak

perusahaan klien berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, hal

24
tersebut dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk

menyelesaikan tugas audit pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan

kompleksitas perusahaan.

2.2 Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Audit Tenure terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan

Kantor Akuntan Publik dalam proses pengauditan suatu perusahaan untuk

pertama kalinya perlu melakukan pemahaman yang memadai tentang bisnis utama

klien, pengendalian intern, struktur organisasi, dan lain sebagainya. Semakin lama

perusahaan diaudit oleh suatu KAP yang sama, maka KAP tersebut tidak perlu

lagi melakukan pemahaman-pemahaman mendasar mengenai bisnis klien.

Sehingga hal ini berdampak pada kecepatan penyelesaian laporan keuangan dan

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ke publik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggreni & Latrini (2016)

membuktikan bahwa audit tenure berpengaruh positif terhadap kecepatan

publikasi laporan keuangan auditan. Semakin lama perikatan klien dengan auditor

yang sama menyebabkan kecepatan publikasi laporan keuangan meningkat atau

cenderung cepat. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristiantini &

Sujana (2017) audit tenure memiliki pengaruh positif pada ketepatwaktuan

publikasi laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode

2013 – 2015. Ini berarti semakin tinggi atau semakin lama audit tenure KAP dan

auditor dengan perusahaan, maka perusahaan akan semakin tepat waktu

25
mempublikasikan laporan keuangannya. Hasil yang sama ditemukan oleh Dewi &

Ratnadi (2016) yang menemukan bahwa bahwa audit tenure berpengaruh

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Semakin lama masa

perikatan auditor atau semakin jarang perusahaan mengganti auditornya

menyebabkan semakin cepat perusahaan memublikasikan laporan keuangannya.

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Audit tenure berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan

2.2.2 Pengaruh Auditor Switching terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan

Pergantian akuntan publik dilakukan karena telah berakhirnya kontak kerja

yang disepakati antara kantor akuntan publik dengan pemberi tugas dan telah

memutuskan untuk memperpanjang dengan penugasan baru. Penugasan terjadi

karena berapa alasan: (1) Perusahaan klien merupakan merger antar beberapa

perusahaan yang semula memiliki auditor masing masing yang berbeda, (2)

Kebutuhan akan adanya jasa profesional yang lebih luas, (3) Tidak puas terhadap

akuntan publik yang lama, (4) Keinginan untuk mengurangi pendapatan audit, (5)

Merger antara beberapa kantor akuntan publik. Perusahaan yang mengalami

pergantian auditor pada periode tersebut akan mengalami proses penyesuaian

terhadap auditor baru, yang mana hal ini akan memakan waktu jika dibandingkan

dengan pada waktu perusahaan belum berganti auditor. Sehingga hal ini

berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan.

26
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aliffianti, Suzan, & Zultilisna (2017)

menunjukkan bahwa auditor switching berpengaruh terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Hasil yang senada ditemukan oleh Budiyanto &

Aditya (2015) bahwa auditor switching berpengaruh positif terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan. Hal ini berarti terjadinya auditor switching justru

memicu perusahaan untuk menyiapkan laporan dengan lebih baik jika

dibandingkan ketika perusahaan masih diaudit oleh auditor sebelumnya.

Sementara hasil penelitian Oktahamikga (2017) menunjukkan hasil yang berbeda,

yakni bahwa auditor switching tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H2 : Auditor switching berpengaruh terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan

2.2.3 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan

CEO mempunyai peranan penting dalam hal pengambilan keputusan

strategis bagi perusahaan. Seorang CEO harus memiliki kompetensi yang baik

dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, dapat meminimalisir risiko

bisnis dan meningkatkan profit perusahaan. Jika terjadi pergantian CEO atau

pergantian pada tingkatan top management tentunya akan mempengaruhi kinerja

perusahaan, karena masing-masing CEO tentu memiliki kompetensi yang

27
berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil pengambilan keputusan

perusahaan.

Menurut Wijaya (2013) pergantian manajemen terjadi karena adanya

pertimbangan terhadap kondisi perusahaan, di mana struktur manajemen yang ada

ternyata tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik sehingga kondisi

perusahaan menjadi kurang baik, untuk itu kemudian struktur yang ada diganti

dengan struktur manajemen yang baru dengan harapan akan membawa perbaikan

pada pengelolaan perusahaan. Dengan pergantian manajemen ini ketika

perusahaan mengalami kondisi yang kurang baik bisa menghambat dalam

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Begitu pula sebaliknya ketika perusahaan

mengalami kondisi yang baik maka perusahaan tersebut akan tepat waktu dalam

pelaporan keuangannya agar publik juga segera mendapatkan kabar baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Artaningrum, Budiartha, &

Wirakusuma (2017) menunjukkan bahwa pergantian manajemen berpengaruh

positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Pergantian manajemen ini

dilakukan karena adanya pertimbangan terhadap kondisi perusahaan. Struktur

manajemen yang ada ternyata tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik

sehingga kondisi perusahaan menjadi kurang baik. Ketika perusahaan mengalami

kondisi yang kurang baik ini yang dapat menghambat dalam ketepatan waktu

dalam menyampaikan laporan keuangannya ke publik. Sehingga perusahaan

melakukan pergantian manajemen dengan harapan menciptakan kondisi yang baik

sehingga mampu menyampaikan laporan keuangan ke publik secara tepat waktu.

Berbeda dengan hasil penelitian ini, Mareta (2015) menemukan bahwa pergantian

28
manajemen secara signifikan ditemukan tidak berpengaruh terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H3 : Pergantian Manajemen berpengaruh terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan

2.2.4 Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap Ketepatan

Waktu Pelaporan Keuangan

Menurut Saputri (2012), antara kompleksitas perusahaan yang dilihat dari

diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak perusahaan klien berdampak

pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, hal tersebut dikarenakan auditor akan

menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada

perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas perusahaan. Apabila

perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan

mengkonsolidasikan laporan keuangannya.

Hasil penelitian Novatiani (2016) menunjukkan bahwa kompleksitas

operasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan. Tingkat kompleksitas kegiatan perusahaan adalah salah satu unsur yang

dapat mempengaruhi waktu. Perusahaan yang memiliki banyak anak cabang akan

mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan

keuangan kepada publik. Semakin besar kompleksitas operasi perusahaan, maka

semakin besar kemungkinan perusahaan terlambat dalam menyampaikan laporan

keuangan. Hasil yang sama juga ditemukan oleh penelitian Widyastuti & Astika

29
(2017) dimana kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh negatif dan

signifikan pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Kompleksitas operasi

perusahaan cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk

menyelesaikan pekerjaan auditnya, sehingga hal tersebut juga mempengaruhi

dalam ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik.

Hasil senada juga ditemukan oleh Susilawati, Maslichah, & Mawardi (2018)

bahwa kompleksitas operasi perusahaan memberikan pengaruh terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan, jika semakin meningkat kompleksitas operasi

perusahaan maka akan mengalami proses audit yang cukup lama.

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H4 : Kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan

2.3 Kerangka Pemikiran

Audit Tenure (X1)

Auditor Switching (X2)


Ketepatan Waktu

Pergantian Manajemen Pelaporan Keuangan

(X3) (Y)

Kompleksitas Operasi
Perusahaan (X4)
(X4)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018. Digunakan lima periode ini dengan

pertimbangan yaitu: 1) Untuk melihat konsistensi pengaruh masing-masing

variable independen terhadap variable dependen; 2) Data pada tahun tersebut

termasuk data baru; dan 3) Sebagai lanjutan dari periode penelitian terdahulu yang

dijadikan acuan penelitian ini.

Metode pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini adalah

pemilihan sampel dengan pertimbangan (judgement/purposive sampling)), yaitu

tipe pemilihan sampel tidak secara acak yang informasinya diperoleh dengan

menggunakan pertimbangan tertentu dan umumnya disesuaikan dengan tujuan

atau masalah penelitian. Adapun syarat yang ditetapkan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara

berturut-turut selama periode penelitian 2014-2018

2. Perusahaan menyajikan laporan keuangan auditan untuk tahun 2014-

2018

3. Perusahaan menyertakan laporan auditor independen dalam laporan

keuangan auditan periode 2014-2018

4. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah

31
3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari situs resmi BEI di

www.idx.co.id.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Tahap pertama,

peneliti akan melakukan studi pustaka, yaitu dengan mencari literatur yang

berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Tahap kedua, peneliti

memperoleh data dari media internet melalui situs www.idx.co.id berupa laporan

keuangan yang dipublikasikan, kemudian diolah dengan menggunakan software

pengolah data statistik untuk menganalisis dan mengambil kesimpulan.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel dependen disebut juga variabel terikat yaitu variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Menurut Sekaran (2011) variabel terikat

merupakan variabel utama menjadi faktor berlaku dalam penelitian. Variabel

terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah ketepatan waktu pelaporan

keuangan (financial reporting timeliness). Ketepatan waktu pelaporan keuangan

32
adalah rentang waktu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah

diaudit kepada publik sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai tanggal

penyerahan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam penelitian ini variabel ketepatan waktu pelaporan keuangan diukur

dengan skala nominal. Pengukuran ketepatan waktu pelaporan keuangan diukur

dengan menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang melaporkan

laporan keuangan tepat waktu diberi nilai 1 dan perusahaan yang melaporkan

laporan keuangan tidak tepat waktu diberi nilai 0 (Saputra & Ramantha, 2017).

3.4.2 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas dilambangkan dengan X. Menurut Sekaran (2011) variabel

independen disebut juga variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, baik secara negatif maupun positif. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Audit Tenure (X1), Auditor Switching (X2), Pergantian

Manajemen (X3) dan Kompleksitas Operasi Perusahaan (X4).

3.4.2.1 Audit Tenure

Audit tenure atau disebut juga masa perikatan audit adalah lamanya

hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun (Anggreni &

Latrini, 2016). Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun

dimana auditor yang sama telah melakukan perikatan audit terhadap klien.

Tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan

satu untuk tahun-tahun berikutnya.

33
3.4.2.2 Auditor Switching

Auditor switching atau perpindahan auditor (voluntary) yang

dimaksud adalah perubahan auditor yang terjadi antara tahun t-1 dan tahun

t. Apabila ada perubahan auditor maka terjadi auditor switching di tahun t,

dan sebaliknya apabila tidak ada perubahan auditor maka tidak terjadi

auditor switching di tahun t.

Auditor switching menggunakan variable dummy dimana hanya

ada dua kemungkinan, yaitu terjadi auditor switching atau tidak terjadi

auditor switching. Apabila perusahaan mengganti auditornya, maka diberi

nilai 1. Sedangkan bila perusahaan tidak mengganti auditornya, maka

diberikan nilai 0 (Budiyanto & Aditya, 2015).

3.4.2.3 Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen ditandai dengan pergantian direksi yang

disebabkan oleh RUPS atau kemauan sendiri untuk mengundurkan diri.

Skala data pergantian manajemen ialah skala nominal dengan

menggunakan variabel dummy. Apabila terdapat pergantian direksi dalam

perusahaan maka diberi nilai 1, sedangkan jika tidak terjadi pergantian

direksi dalam sebuah perusahaan diberikan nilai 0 (Artaningrum et al.,

2017).

3.4.2.4 Kompleksitas Operasi Perusahaan

Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung

pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur

produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang

34
dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan proses audit. Sehingga hal

tersebut juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan perusahaan kepada publik. Menurut Novatiani & Asri (2016)

pengukuran untuk kompleksitas operasi perusahaan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan (cabang) diberi kode 1

2. Perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan (cabang) diberi kode

0.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel penelitian dilakukan untuk menganalisa data

dengan cara memberikan gambaran penjelasan yang menginterpretasikan hasil

dari analisis data yang telah terkumpul dan diteliti. Statistik deskriptif

mengumpulkan data, meringkas data serta menyampaikan hasil dari peringkasan

data tersebut dalam bentuk tabel atau persentasi grafis, yang digunakan sebagai

dasar untuk pengambilan keputusan.

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik.

Regresi logistik digunakan karena penelitian ini menguji apakah probabilitas

terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Menurut

Ghozali (2016), metode ini cocok digunakan untuk penelitian yang variabel

dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan variabel

35
independennya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik seperti halnya

dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, tidak melakukan uji normalitas data

karena menurut Ghozali (2016) regresi logistik tidak memerlukan asumsi

normalitas pada variabel bebasnya. Asumsi multivariate normal disini tidak dapat

dipenuhi karena variabel bebasnya merupakan campuran antara metrik dan

nominal (non metrik). Gujarati (1995) menyatakan bahwa logistic regression juga

mengabaikan masalah heteroscedacity, artinya disini variabel dependen tidak

memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya.

Sedangkan uji autokorelasi tidak dilakukan karena variabel dependen dalam

penelitian ini merupakan variabel dummy. Pengujian model regresi logistik

meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

3.5.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test)

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan

menggunakan Hosmer dan Lemeshow Test. Hipotesis yang diajukan

adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang

diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

H1: Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi

dengan klasifikasi yang diamati.

Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan memperhatikan nilai

goodness of fit yang diukur dengan nilai chi-square pada bagian bawah uji

Hosmer dan Lemeshow:

36
a. Jika probabilitas > 0,05 H0 diterima

b. Jika probabilitas < 0,05 H1 ditolak

3.5.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)

Pengujian model fit dengan membandingkan nilai antara -2 Log

Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2

Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya penurunan nilai

antara -2LL (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah

berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan

fit dengan data.

3.5.2.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R square)

Nilai Nagelkerke’s R square dapat diinterpretasikan seperti R

square pada regresi berganda (Ghozali, 2016). Koefisien determinasi

menunjukkan persentase besarnya pengaruh semua variabel independen

terhadap nilai variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi dari 0

sampai 1. Semakin mendekati nol, maka semakin kecil pengaruhnya,

sebaliknya semakin mendekati satu maka besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

3.5.2.4 Model Regresi Logistik yang Terbentuk

Model regresi logistik yang akan digunakan dalam penelitian ini

dapat dijabarkan sebagai berikut :

In (FRT) = α + β1 (AUTE) + β2 (AUSW) + β3 (PMEN) + β4 (KOP) + ε

Keterangan:

In (FRT) = Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

37
α = Konstanta

β1 – β5 = Koefisien regresi

AUTE = Audit Tenure

AUSW = Auditor Switching

PMEN = Pergantian Manajemen

KOP = Kompleksitas Operasi Perusahaan

ε = Koefisien error

3.5.2.5 Uji Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen, kriterianya adalah sebagai berikut:

- Apabila p-value > 5% , maka hipotesis ditolak yang berarti variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

- Apabila p-value < 5% maka hipotesis diterima yang berarti variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

38
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 – 2018. Data sekunder yang digunakan

berupa data dari laporan keuangan auditan dan laporan tahunan (annual report)

dalam website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.com. Berdasarkan

kriteria pemilihan sampel yang ditetapkan maka terdapat 110 perusahaan sampel

dari 140 perusahaan populasi yang memenuhi persyaratan sampel. Hasil

pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2014 sampai dengan 2018 140
2 Perusahaan yang mengalami delisting (6)
3 Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan auditan secara
lengkap (0)
4 Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tidak dalam mata
uang rupiah (24)
Jumlah sampel 110
Sumber: Data Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumah perusahaan yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 110 perusahaan sektor manufaktur

yang terdaftar di BEI periode 2014 – 2018. Sehingga jumlah sampel yang

digunakan untuk 5 tahun amatan berjumlah 550 sampel.

39
4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini

adalah program SPSS versi 21. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran atas deskripsi mengenai nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, maksimum dan minimum dari variabel-variabel penelitian. Statistik

deskriptif dari variabel-variabel penelitian disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
FRT 550 0 1 0.91 0.285
AUTE 550 1 9 3.87 2.199
AUSW 550 0 1 0.46 0.499
PMEN 550 0 1 0.13 0.334
KOP 550 0 1 0.68 0.466
Valid N
550
(listwise)
Sumber: Data diolah SPSS 21, 2019

Dari analisis statistik deskriptif pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah

sampel (N) adalah sebanyak 550 sampel. Ketepatan waktu pelaporan keuangan

memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan rata-rata 0,91 dan

standar deviasi 0,285. Nilai minimum dari audit tenure adalah 1 dan nilai

maksimum 9 dengan rata-rata 3,87 dan standar deviasi 2,199. Nilai minimum dari

auditor switching adalah 0 dan nilai maksimum 1 dengan rata-rata 0,46 dan

standar deviasi 0,499. Nilai minimum dari pergantian manajemen adalah 0 dan

nilai maksimum adalah 1 dengan rata-rata 0,13 dan standar deviasi 0,334. Nilai

minimum dari kompleksitas operasi perusahaan adalah 0 dan nilai maksimum

adalah 1 dengan rata-rata 0,68 dan standar deviasi 0,466.

40
4.3 Analisis Regresi Logistik

4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi

Langkah awal dalam pengujian hipotesis adalah menilai kelayakan model

regresi. Untuk menilai kelayakan model regresi digunakan Goodness of fit test

yang diukur dengan nilai Chi-Square yang terletak pada uji Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil dari penilaian kelayakan model regresi

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 5,075 8 0,749
Sumber: Data diolah SPSS 21, 2019

Dapat dilihat pada tabel 4.3 bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and

Lemeshow Goodness of Fit Test sebesar 5,075 dengan nilai probabilitas

seignifikansi 0,749 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat diketahui

bahwa data empiris cocok dan sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara

model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit atau model mampu

memprediksi nilai observasinya).

4.3.2 Menilai Keseluruhan Model

Menilai keseluruhan model (Overall Model Fit) dapat dilakukan dengan

memperhatikan angka awal -2 Log Likehood (-2LL) block number = 0 dan angka

akhir -2 Log Likehood (-2LL) block number = 1. Berikut hasil pengujian model

fit:

41
Tabel 4.4
Hasil Uji Overall Model Fit Test
Iteration -2 Log Likehood
Step 0 330,472
Step 1 296,073
Sumber: Data diolah SPSS 21, 2019

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui nilai -2Log Likelihood block Number = 0

sebesar 330,472, dan angka pada akhir pada -2Log Likehood block Number = 1

sebesar 296,073. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan nilai -2 Log Likehood

di block 0 dan block 1 sebesar 330,472 – 296,073 = 34,399. Karena terjadi

penurunan nilai maka model dapat dikatakan diterima karena cocok dengan data

(model fit dengan data) dan hal ini mengindikasikan bahwa model regresi adalah

model regresi yang baik.

4.3.3 Koefisien Determinasi (Cox dan Snell’s R square)

Dalam regresi logistik, dapat digunakan statistik Nagelkerke’s untuk

mengukur kemampuan model regresi logistik dalam mencocokkan atau

menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistik dari Nagelkerke’s dapat

diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang mengukur kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan atau menerangkan variabel dependen. Tabel 4.5

menyajikan nilai statistik dari Nagelkerke’s.

Tabel 4.5
Hasil Uji Nagelkerke R Square
Step -2 Log Likehood Cox & Snell R Nagelkerke R
Square Square
1 296,073a 0,061 0,134
Sumber: Data diolah SPSS 21, 2019

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai statistik Nagelkerke R

Square 0,134 atau 13,4% yang artinya nilai tersebut diinterpretasikan sebagai

42
kemampuan variabel audit tenure, auditor switching, pergantian manajemen dan

kompleksitas operasi perusahaan menjelaskan variabel ketepatan waktu pelaporan

keuangan sebesar 13,4% dan sisanya 86,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain

yang tidak digunakan dalam penelitian.

4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis

Tahap akhir dalam pengujian hipotesis adalah uji koefisien regresi. Hasil

dari uji koefisien regresi logistik pada tingkat signifikansi 5% dapat dilihat pada

tabel 4.6

Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
β
Sig.
Variabel Penelitian (Koefisien Hasil
(Probabilitas)
Regresi)
Step 1a AUTE 0,430 0,000 H1 Diterima
AUSW 0,093 0,776 H2 Ditolak
PMEN -1,033 0,005 H3 Diterima
KOP 0,122 0,712 H4 Ditolak
Constant 1,038 0,019
Sumber: Data diolah SPSS 21, 2019

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa masing-masing variabel memiliki

koefisien regresi yang dapat dibentuk ke dalam model regresi logistik yang telah

ditransformasikan seperti di bawah ini:

FRT = 1,038 + 0430AUTE + 0,093AUSW – 1,033PMEN + 0,122KOP

43
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan

Hasil pengujian regresi logistik pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa

variabel audit tenure berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan. Hal ini dapat terlihat dari uji hipotesis dimana nilai profitabilitas

signifikan pada 0,000 dan nilai koefisien regresi senilai 0,430. Tingkat

signifikansi yang digunakan adalah pada level kesalahan 5% (0,05), berarti nilai

0,000 < 0,05. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis pertama (H1)

yang menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anggreni & Latrini (2016), Kristiantini & Sujana (2017) serta Dewi & Ratnadi

(2016) yang membuktikan bahwa audit tenure berpengaruh positif signifikan

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Namun hasil penelitian ini tidak

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rustiarini & Sugiarti (2013)

yang memberikan hasil bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

Proses audit yang efisien dapat dihasilkan seiring dengan bertambahnya

audit tenure, karena pengetahuan auditor mengenai operasional, karakteristik,

tantangan bisnis, serta penerapan akuntansi perusahaan akan turut bertambah.

Adanya pemahaman yang baik tentang bisnis klien akan sangat membantu auditor

dalam melakukan perencanaan audit, sehingga auditor dapat menentukan sifat dan

44
ruang lingkup audit. Dengan begitu, waktu penyelesaian audit akan menjadi lebih

efektif. Bila perusahaan mengganti auditornya, pada awal tahun perikatan auditor

baru tersebut harus menyesuaikan diri dan mencari banyak informasi untuk

memahami operasi bisnis perusahaan tersebut, sehingga memerlukan waktu yang

lebih lama untuk melakukan audit. Jika proses audit lebih efisien maka auditor

dapat menyelesaikan laporan auditor independennya lebih cepat sehingga

perusahaan dapat mempublikasikan laporan keuangannya tepat waktu (Lee et al.,

2009).

4.4.2 Pengaruh Auditor Switching terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan

Hasil pengujian regresi logistik pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa

variabel auditor switching tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan. Hal ini dapat terlihat dari uji hipotesis dimana nilai

profitabilitas signifikan pada 0,776 dan nilai koefisien regresi senilai 0,093.

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah pada level kesalahan 5% (0,05),

berarti nilai 0,776 > 0,05. Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis

kedua (H2) yang menyatakan bahwa auditor switching berpengaruh terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Oktahamikga (2017)

yang meneliti pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang

menyatakan bahwa auditor switching tidak berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan yang melakukan auditor

switching dan yang tidak melakukan auditor switching tidak mempengaruhi

45
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Aliffianti, Suzan, & Zultilisna (2017) yang

meneliti pada perusahaan transportasi di BEI, serta Budiyanto & Aditya (2015)

yang meneliti pada perusahaan makanan dan minuman yang menunjukkan hasil

bahwa auditor switching berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan logika teori dalam penelitian ini

yang menyebutkan bahwa banyaknya prosedur yang ditempuh dan adanya proses

penyesuaian auditor pengganti dalam proses pengauditan memerlukan waktu yang

lebih lama bagi auditor untuk menyelesaikan audit dibandingkan jika auditor

tersebut melanjutkan penerimaan penugasan. Kondisi ini terjadi dikarenakan

sebagian besar perusahaan pada objek penelitian ini menggunakan jasa auditor

yang berkompeten. Terbukti dengan banyaknya perusahaan yang menggunakan

jasa kantor akuntan publik yang professional seperti the big four. Selain itu,

auditor pengganti memiliki akses yang cukup baik dengan auditor terdahulu

karena masih berasal dari KAP yang sama sehingga dapat lebih mudah untuk

meminta informasi mengenai keseluruhan usaha perusahaan. Sehingga adanya

pergantian auditor tidak membuat auditor pengganti terlambat dalam

menyelesaikan proses audit dan laporan keuangan auditan tetap dapat

disampaikan secara tepat waktu.

46
4.4.3 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian regresi logistik pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa

variabel pergantian manajemen berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan. Hal ini dapat terlihat dari uji hipotesis dimana nilai

profitabilitas signifikan pada 0,005 dan nilai koefisien regresi senilai -1,033.

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah pada level kesalahan 5% (0,05),

berarti nilai 0,005 < 0,05. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis

ketiga (H3) yang menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Arah koefisien regresi bertanda negatif pada

variabel pergantian manajemen mengindikasikan bahwa jika terjadi pergantian

manajemen pada perusahaan maka akan menyebabkan perusahaan semakin

terlambat dalam menyampaikan pelaporan keuangannya ke publik. Sebaliknya,

jika tidak terjadi pergantian manajemen maka perusahaan akan semakin tepat

waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya ke publik.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Artaningrum, Budiartha, & Wirakusuma (2017) yang meneliti pada perusahaan

perbankan di BEI periode 2009-2013 yang menunjukkan hasil bahwa pergantian

manajemen berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Namun

hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mareta

(2015) yang meneliti seluruh perusahaan di BEI pada tahun 2009-2010 dimana

menunjukkan hasil bahwa pergantian manajemen secara signifikan tidak

berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

47
Seorang CEO mempunyai peranan penting dalam hal pengambilan

keputusan strategis perusahaan. Seorang CEO harus memiliki kompetensi yang

baik dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, dapat meminimalisir

risiko bisnis dan meningkatkan profit perusahaan. Pergantian manajemen

dilakukan karena dalam perusahaan tersebut adanya suatu pertimbangan terhadap

kondisi perusahaan, yaitu struktur manajemen yang ada ternyata tidak mampu

mengelola perusahaan dengan baik. Jika terjadi pergantian CEO atau pergantian

pada tingkatan top management tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan,

karena masing-masing CEO tentu memiliki kompetensi yang berbeda, sehingga

akan berpengaruh kepada hasil pengambilan keputusan perusahaan. Jika

pengambilan keputusan perusahaan terganggu maka hal ini juga berdampak pada

ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan ke publik

(Artaningrum, dkk., 2017).

4.4.4 Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap Ketepatan

Waktu Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian regresi logistik pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa

variabel kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hal ini dapat terlihat dari uji hipotesis

dimana nilai profitabilitas signifikan pada 0,712 dan nilai koefisien regresi senilai

0,122. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah pada level kesalahan 5%

(0,05), berarti nilai 0,712 > 0,05. Dengan demikian penelitian ini menolak

hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa kompleksitas operasi perusahaan

berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

48
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh

Angruningrum & Wirakusuma (2013) yang menunjukkan hasil bahwa

kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

hasil penelitian yang didapatkan oleh Novatiani (2016), Widyastuti & Astika

(2017) serta Susilawati, Maslichah, & Mawardi (2018) yang menunjukkan hasil

bahwa kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan logika teori dalam penelitian ini

yang menyebutkan bahwa diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak

perusahaan klien akan berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan,

dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan

tugas audit pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas

perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya kompleksitas operasi perusahaan sudah

diiringi dengan perencanaan perhitungan yang lebih dini. Auditor telah

memperhitungkan waktu yang diperlukan dalam perencanaan audit mengenai

kompleksitas operasi perusahaan. Sehingga walaupun perusahaan memiliki unit

operasi yang lebih banyak yang harus diperiksa setiap transaksi dan catatan yang

menyertainya, auditor tetap dapat menyelesaikan proses audit secara tepat waktu.

49
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh audit tenure, auditor

switching, pergantian manajemen dan kompleksitas operasi perusahaan terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2018. Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) adalah audit tenure berpengaruh

signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Dengan

demikian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini diterima.

2. Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) adalah auditor switching tidak

berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Dengan demikian hipotesis kedua (H2) pada penelitian ini ditolak.

3. Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) adalah pergantian manajemen

berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) pada penelitian ini

diterima.

4. Hasil pengujian hipotesis keempat (H4) adalah kompleksitas operasi

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) pada

penelitian ini ditolak.

50
5.2 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa implikasi

yaitu sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan implikasi terhadap pengembangan ilmu

ekonomi khususnya di bidang akuntansi pemeriksaan (auditing) dan

manajemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit tenure dan

pergantian manajemen mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan

keuangan. Hal ini sesuai dengan prinsip teori keagenan (agency theory)

yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak pengelola

perusahaan dan prinsipal sebagai pemilik perusahaan. Agen semestinya

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh prinsipal, namun karena

preferensi yang berbeda antara kedua belah pihak menyebabkan terjadinya

asimetri informasi. Salah satu pencegahan atas terjadinya asimetri

informasi ini adalah dengan menyampaikan laporan keuangan yang telah

diaudit oleh auditor independen secara tepat waktu. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa audit tenure atau masa perikatan audit yang lama

merupakan salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan untuk

meminimalisir terjadinya masalah agensi dan asimetri informasi. Selain

itu, dalam mengatasi masalah agensi ini prinsipal akan melakukan

pengendalian terhadap agen yaitu dengan mencari manajer yang benar-

benar dapat dipercaya dan memiliki kapabilitas dan personalitas yang baik.

Prinsipal tentu menginginkan manajer bekerja semaksimal mungkin untuk

51
meningkatkan laba perusahaan. Jika manajer memiliki kinerja yang buruk

maka pemegang saham akan melakukan pergantian manajemen.

2. Implikasi Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan dalam

mempertimbangkan masa perikatan audit dengan suatu kantor akuntan

publik (KAP). Karena masa perikatan audit yang panjang terbukti

dapat membuat perusahaan semakin tepat waktu dalam menyampaikan

pelaporan keuangannya ke publik. Dengan begitu perusahaan dapat

melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik dan terhindar dari

rumor negatif (bad news) mengenai kinerja perusahaan di pasar saham.

b. Bagi Pemegang Saham

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemegang saham dalam

menilai dan mempertimbangkan keputusan untuk mengganti

manajemen perusahaan. Karena pergantian manajemen terbukti

berpengaruh terhadap ketepatan waktu perusahaan dalam

menyampaikan pelaporan keuangannya ke publik. Jika terjadi

pergantian manajemen, maka perusahaan cenderung semakin tidak

tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan. Begitupun

sebaliknya. Maka dari itu pemegang saham perlu untuk

mempertimbangkan dengan matang dan memberikan keputusan yang

tepat mengenai pergantian manajemen di perusahaan.

52
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan dan mengusulkan saran untuk

penelitian selanjutnya, antara lain sebagai berikut:

1. Banyak perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini,

namun peneliti hanya menganalisis perusahaan manufaktur. Peneliti

menyarankan untuk memilih objek selain perusahaan di sektor

manufaktur, seperti perusahaan sektor jasa, sektor utama atau perusahaan

LQ45.

2. Pada penelitian ini, kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen sangat kecil yaitu sebesar 13,4% sehingga dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini belum memasukkan faktor-faktor lain

yang diduga dapat berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan. Peneliti menyarankan untuk menambah variabel lain yang dapat

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, seperti rasio

keuangan, struktur dewan, kepemilikan perusahaan, dan lain-lain.

3. Pengukuran variabel pada penelitian ini banyak menggunakan pengukuran

secara dummy. Peneliti menyarankan untuk menggunakan pengukuran

lain, seperti pada variabel kompleksitas operasi perusahaan dapat diukur

menggunakan jumlah anak perusahaan.

4. Periode waktu penelitian tergolong singkat, yakni dari tahun 2014 – 2018.

Peneliti menyarankan untuk dapat menambah periode penelitian misalnya

10 tahun agar dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka

waktu panjang, baik beberapa tahun sebelumnya maupun sesudahnya.

53
DAFTAR PUSTAKA

Aliffianti, W., Suzan, L., & Zultilisna, D. (2017). The Influence Of Profitability,
Firm Size and Auditor Switching Into The Timeliness Submission Of
Financial Statements. In e-Proceeding of Management (Vol. 4, pp. 1620–
1627).
Anggreni, N. K. A. A., & Latrini, M. Y. (2016). Pengaruh Audit Tenure pada
Kecepatan Publikasi Laporan Keuangan Auditan dengan Spesialisasi Industri
Auditor Sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
15(2), 832–846.
Angruningrum, S., & Wirakusuma, M. G. (2013). Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Kompleksitas Operasi, Reputasi KAP dan Komite Audit pada
Audit Delay. E-Journal Universitas Udayana, 5(2), 251–270.
Ardiani, N., Nur DP, E., & Azlina, N. (2012). Pengaruh Audit Tenure, Disclosure,
Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi Keuangan
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Real
Estate dan Property Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, 20(4), 1–21.
Arens, A.A., Elder, R.J., & Beasley, M.S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Arens, Alvin A, et al. (2011). Jasa Audit dan Assurance. Salemba Empat. Jakarta.
Artaningrum, R. G., Budiartha, I. K., & Wirakusuma, M. G. (2017). Pengaruh
Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Pergantian
Manajemen pada Audit Report Lag Perusahaan Perbankan. E-Journal
Universitas Udayana, 6(3), 1079–1108.
Baridwan, Zaki. (2004). Intermediate Accounting “Pengantar Akuntansi”. Buku 2.
Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat.
Budiyanto, S., & Aditya, E. M. (2015). Faktor - Faktor Yang Memengaruhi
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Studi Empiris Perusahaan Food and
Beverages Periode 2010 - 2012). Fokus Ekonomi, 10(1), 77–87.
Che-ahmad, A., & Abidin, S. (2008). Audit Delay of Listed Companies : A Case
of Malaysia. International Business Research, 1(4), 32–39.
https://doi.org/10.5539/ibr.v1n4p32
Dewi, K. I. K., & Ratnadi, N. M. D. (2016). Pengaruh Umur Perusahaan, Audit
Tenure dan Good Corporate Governance Pada Kecepatan Publikasi Laporan
Keuangan. E-Journal Universitas Udayana, 15(1), 463–494.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. (2012). Econometrics by Example. London: Palgrave Macmillan.
Hendriksen, Eldon S, dan Michael F. V. B. (2000). Teori Akunting (Terjemahan).
Edisi Kelima, Buku Kesatu, Batam Centre, Interaksa.
Hery. (2010). Akuntansi Intermediate Ilustrasi Problem dan Solusi. Gramedia
Widisarana Indonesia.
__________. (2015a). Analisis Kinerja Manajemen, The Best Financial Analysis
(Menilai Kinerja Manajemen Berdasarkan Rasio Keuangan. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
__________. (2015b). Praktis Menyusun Laporan Keuangan: Cepat dan Mahir
Menyajikan. Gramedia Widisarana Indonesia.
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi XI Pontianak.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.
Jakarta: IAI
Innayati, C. D., & Susilowati, E. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Auditor Terhadap Audit Delay (Studi Kasus Pada Perusahaan Hotel,
Restoran, dan Pariwisata di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, XIX(3),
449–461.
IPOTNEWS. (2018). Tunggak Laporan Keuangan, BEI Hentikan Sementara
Perdagangan 10 Saham. Diakses 27 Februari 2019, dari
https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Tunggak_Lapor
an_Keuangan__BEI_Hentikan_Sementara_Perdagangan_10_Saham.
Jago Akuntansi. (2017). Auditor Switching. Diakses 12 juni 2019, dari
https://jagoakuntansi.com/2017/11/14/auditorswitching/.
Jensen. M.C dan Meckling. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
3:305-360.
Kontan.co.id. (2018). BEI: Jumlah Emiten IPO Tahun 2018 Tertinggi Sejak 1998.
Diakses 8 Maret 2019, dari https://investasi.kontan.co.id/news/bei-jumlah-
emiten-ipo-tahun-2018- tertinggi-sejak-1998.
__________. (2018). BEI Perpanjang Suspensi Delapan Emiten. Diakses 27
Februari 2019, dari https://investasi.kontan.co.id/news/bei-perpanjang-
suspensi-delapan-emiten,
Kristiantini, M. D., & Sujana, I. K. (2017). Pengaruh Opini Audit, Audit Tenure,
Komisaris Independen, dan Kepemilikan Manajerial Pada Ketepatwaktuan
Publikasi Laporan Keuangan. E-Journal Universitas Udayana, 20(1), 729–
757.
Lee, H-Y, V. ande & M. Son. (2009). Do Lengthy Auditor Tenure and The
Provision of Non-Audit Services by The External Auditor Reduce Audit
Report Lags?. International Journal of Auditing. Vol. 13, pp. 87-104.
Mareta, S. (2015). Analisis Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Timeliness
Publikasi Laporan Keuangan Periode 2009-2010 ( Studi Empiris Pada Bursa
Efek Indonesia ). Jurnal Akuntansi, XIX(1), 93–108.
McGee, R. W., & Yuan, X. (2009). Corporate Governance and The Timeliness of
Financial Reporting: An Empirical Study of The People's Republic of China.
International Journal of Business, Accounting and Finance, 3(1), 19-27.
Mulyadi. (2013). Auditing. Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.
Murtini, Umi., & Tirtaningrum, Yusefin Puspa. (2013). Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Kepemilikan Publik dan Reputasi KAP Terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan. Vol.
9(1).
Ni Kadek, Sinarwati. (2010). "Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?." Simposium Nasional
Akuntansi XIII: 1-20.
Novatiani, R. A., & Asri, N. P. (2016). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan,
Opini Auditor dan Kompleksitas Operasi Perusahaan Terhadap Ketepatan
Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Bisnis
Dan Ekonomi, 2(1), 417–430.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Oktahamikga, R. H. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Owusu-Ansah, S. (2000). Timeliness of corporate financial reporting in emerging
capital markets : empirical evidence from the Zimbabwe Stock Exchange.
Accounting and Business Research, 30(3), 241–254.
Republik Indonesia. (2003). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 359/KMK.06/2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik.
__________. (2008). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik.
__________. (2015). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2015 Tentang Praktik Akuntan Publik.
Rustiarini, N. W., & Sugiarti, N. W. M. (2013). Pengaruh Karakteristik Auditor,
Opini Audit, Audit Tenure,, Pergantian Auditor pada Audit Delay. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Dan Humanika JINAH2, 2(2), 657–675.
SahamOK. (2018). Daftar IPO. Diakses pada 26 Februari 2018, dari
https://www.sahamok.com/emiten/ipo.
Saputra, K. W. S., & Ramantha, I. W. (2017). Pengaruh Profitabilitas Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Dengan Opini
Audit Sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20(2),
1592–1620.
Saputri, Oviek Dewi. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Scott, W. R. (2015). Financial Accounting Theory (7th ed.). Canada: Pearson.
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sudana, I. Made. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik.
Surabaya: Erlangga.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.
Susilawati, C.D.K., Agustina, L., & Prameswari, T. (2012). Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Audit Delay Pada Perusahaan
Consumer Good Industry di Bursa Efek Indonesia (Periode Tahun 2008-
2010). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol.10, 19-30.
Susilawati, D., Maslichah, & Mawardi, M. C. (2018). Pengaruh Opini Audit,
Ukuran KAP, Laba Rugi dan Kompleksitas Operasi Perusahaan Terhadap
Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2016. Jurnal Riset Akuntansi, 14–26.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
__________. (2014). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE.
Syofiana, E., Suwarno, & Hariyono, A. (2017). Pengaruh Financial Distress,
Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia. Jurnal
Akuntansi Bisnis Dan Ekonomi UMG, (X), 1–21.
Ukago, Kristianus & Imam Ghozali. (2005). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Bukti Empiris Emiten di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi, Vol.5, pp. 13-33.
Wea, A. N. S., & Murdiawati, D. (2015). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Auditor Switching Secara Voluntary Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal
Bisnis Dan Ekonomi (JBE), 22(2), 154–170.
Widyastuti, M. T., & Astika, I. B. P. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kompleksitas Operasi Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Audit Delay.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(2), 1082–1111.
Wijaya, R. M. A. P. (2013). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian
Auditor Oleh Klien. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.
Lampiran 1
Data Nama Perusahaan

Kode
No. Nama Perusahaan
Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
3 SMCB Solusi Bangun Indonesia Tbk
4 SMGR Semen Indonesia Persero Tbk
5 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
7 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
8 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
9 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
10 MLIA Mulia Industrindo Tbk
11 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
12 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
13 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
14 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
15 CTBN Citra Turbindo Tbk
16 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
17 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
18 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
19 ITMA Sumber Energi Andalan Tbk
20 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
21 LION Lion Metal Works Tbk
22 LMSH Lionmesh Prima Tbk
23 MYRX Hanson International Tbk
24 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
25 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
26 BRPT Barito Pasific Tbk
27 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk
28 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
29 EKAD Ekadharma International Tbk
30 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
31 INCI Intan Wijaya International Tbk
32 SRSN Indo Acitama Tbk
33 AKKU Angerah Kagum Karya Utama Tbk
34 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
35 APLI Asiaplast Industries Tbk
36 BRNA Berlina Tbk
37 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
38 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
39 SIMA Siwani Makmur Tbk
40 TRST Trias Sentosa Tbk
41 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
42 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
43 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
44 MAIN Malindo Feedmill Tbk
45 SIPD Sierad Produce Tbk
46 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
47 ALDO Alkindo Naratama Tbk
48 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
49 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
50 SPMA Suparma Tbk
51 KRAH Grand Kartech Tbk
52 ASII Astra International Tbk
53 AUTO Astra Auto Part Tbk
54 GJTL Gajah Tunggal Tbk
55 IMAS Indomobil Sukses International Tbk
56 INDS Indospring Tbk
57 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
58 NIPS Nippres Tbk
59 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
60 SMSM Selamat Sempurna Tbk
61 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk
62 MYTX Asia Pacific Investama Tbk
63 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
64 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk
65 TRIS Trisula International Tbk
66 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
67 BATA Sepatu Bata Tbk
68 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
69 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
70 JECC Jembo Cable Company Tbk
71 KBLI KMI Wire And Cable Tbk
72 KBLM Kabelindo Murni Tbk
73 SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk
74 VOKS Voksel Electric Tbk
75 ADES Akasha Wira International Tbk
76 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
77 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
78 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
79 DLTA Delta Djakarta Tbk
80 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
81 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
82 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
83 MYOR Mayora Indah Tbk
84 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
85 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
86 SKBM Sekar Bumi Tbk
87 SKLT Sekar Laut Tbk
88 STTP Siantar Top Tbk
89 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
90 GGRM Gudang Garam Tbk
91 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
92 RMBA Bentoel International Investama Tbk
93 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
94 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
95 INAF Indofarma Tbk
96 KAEF Kimia Farma Tbk
97 KLBF Kalbe Farma Tbk
98 MERK Merck Tbk
99 PYFA Pyridam Farma Tbk
100 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
101 SIDO Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk
102 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
103 MBTO Martina Berto Tbk
104 MRAT Mustika Ratu Tbk
105 TCID Mandom Indonesia Tbk
106 UNVR Unilever Indonesia Tbk
107 CINT Chitose International Tbk
108 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
109 KICI Kedaung Indag Can Tbk
110 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
Lampiran 2
Hasil Analisis Statistik Deskiprif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FRT 550 0 1 ,91 ,285


AUTE 550 1 9 3,87 2,199
AUSW 550 0 1 ,46 ,499
PMEN 550 0 1 ,13 ,334
KOP 550 0 1 ,68 ,466

Valid N (listwise) 550


Lampiran 3
Hasil Olah Data Regresi

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Tidak Tepat Waktu 0
Tepat Waktu 1

a,b,c
Iteration History
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
1 355,449 1,644
2 331,438 2,181
Step 0 3 330,475 2,317
4 330,472 2,325
5 330,472 2,325

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R
Square Square
a
1 296,073 ,061 ,134

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 5,075 8 ,749

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
AUTE ,430 ,098 19,147 1 ,000 1,538
AUSW ,093 ,326 ,081 1 ,776 1,097
a
Step 1 PMEN -1,033 ,369 7,827 1 ,005 ,356
KOP ,122 ,331 ,136 1 ,712 1,130
Constant 1,038 ,442 5,508 1 ,019 2,824

Anda mungkin juga menyukai