Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Media yang digunakan oleh perusahaan go public untuk menyampaikan informasi
kepada investornya adalah laporan keuangan yang dipublikasikan. Melalui laporan
keuangan ini kinerja manajemen dapat ditunjukan dan dinilai oleh para stakeholder. Suatu
laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya untuk bisa
dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan yang tepat. Laporan
keuangan disusun setiap periode akuntansi selama setahun maupun dalam periode
triwulan.
Untuk mengetahui nilai kualitatif dari informasi yang disampaikan yaitu keandalan
adalah dengan melakukan audit terhadap laporan keuangan tersebut. Audit dilakukan oleh
pihak independen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP). Tugas dari auditor yaitu harus
mampu melaksanakan tugas, fungsi dan kewajibannya dengan optimal sehingga akan
berpengaruh terhadap hasil opini audit yang diharapkan oleh klien dan berkualitas
sehingga akan berguna bagi dunia bisnis dan masyarakat luas (Wibowo dan Hilda, 2009).
Jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh seorang auditor, maka perusahaan akan
mengganti dengan auditor yang memiliki independensi dan kredibilitas yang tinggi (Pratini
dan Astika, 2013).
Berkaitan untuk menjaga kredibilitas dan independensi dari auditor dan Kantor
Akuntan Publik, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Keuangan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik menyatakan
bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik maksimal enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik maksimal tiga tahun buku berturut-turut. Peraturan ini adalah hasil

pembaruan dari keputusan menteri keuangan sebelumnya yaitu Keputusan Menteri


Keuangan No. 359/KMK.06/2003.
Dengan adanya peraturan tersebut maka menyebabkan suatu fenomena yang dikenal
dengan istilah auditor switching. Auditor switching adalah pergantian KAP maupun auditor
yang dilakukan oleh perusahaan. Auditor switching yang bersifat mandatory (wajib) terjadi
karena melaksanakan kewajiban dari ketentuan regulasi yang berlaku. Sedangkan
voluntary auditor switching terjadi karena suatu alasan atau terdapat faktor-faktor tertentu
dari pihak perusahaan klien maupun dari KAP yang bersangkutan di luar ketentuan
regulasi yang berlaku (Pawitri dan Yadnyana, 2015). Terjadinya auditor switching secara
voluntary dapat menyebabkan beberapa dampak negatif seperti peningkatan biaya audit
dan juga terjadinya beberapa kekeliruan dalam penugasan pertama oleh KAP yang baru.
Melihat dari dampak negatif yang ditimbulkan, perusahaan seharusnya memiliki
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang menyebabkan diambilnya keputusan tersebut.
Faktor yang diindikasikan menyebabkan auditor switching adalah reputasi KAP yang
melakukan audit atas suatu perusahaan publik. Penelitian mengenai faktor-faktor penyebab
keputusan auditor switching sebelumnya sudah banyak dilakukan. Namun demikian, dari
setiap hasil yang didapat masih menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lain.
Seperti dalam penelitian Pawitri dan Yadnyana (2015) yang menunjukan reputasi KAP
berpengaruh signifikan. Sedangkan menurut Pratini dan Astika (2013) reputasi KAP tidak
berpengaruh. Beberapa penelitian sebelumnya juga menyarankan untuk menguji pengaruh
dari audit delay karena belum banyak dilakukan pengujian terhadap variabel ini.
Perkembangan penerapan good corporate governance (GCG) dewasa ini
diberlakukan terutama bagi perusahaan publik. Salah satu bentuk penerapannya adalah
dengan pengawasan yang lebih ketat terhadap menejemen tingkat puncak. Salah satu
bentuk pengawasannya diterapkan melalui penambahan komite audit dalam struktur
organisasi. Diindikasikan pula persentase keberadaan komite audit dalam perusahaan
memiliki pengaruh terhadap auditor switching.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk

menulis skripsi ini

dengan judul Auditor Switching: Analisis Berdasarkan Reputasi Kantor Akuntan


Publik, Audit Delay, dan Persentase Komite Audit Pada Perusahaan LQ 45 yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya dapat diidentifikasi masalahmasalah, antara lain:
1. Reputasi Kantor Akuntan Publik belum tentu menjamin terjadinya auditor switching
2. Terjadinya audit delay belum tentu menjamin terjadinya auditor switching
3. Besar atau kecilnya persentase komite audit belum tentu menjamin terjadinya auditor
switching
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan auditor switching, maka masalah yang
akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini dibatasi pada masalah faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi auditor switching antara lain: reputasi kantor akuntan publik, audit
delay, dan persentase komite audit.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah reputasi kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching?
2. Apakah audit delay berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan auditor switching?
3. Apakah persentase komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan auditor switching?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk meneliti dan menganalisis pengaruh reputasi kantor akuntan publik terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.
2. Untuk meneliti dan menganalisis pengaruh audit delay terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan auditor switching.
3. Untuk meneliti dan menganalisis pengaruh persentase komite audit terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.
3

F. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Penelitian ini diharap dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan
bagi penulis dan pembaca tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam melakukan auditor switching yang bersifat voluntary.
Manfaat praktis
Bagi penulis: Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat dalam dunia nyata khususnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan auditor switching. Bagi
mahasiswa: Penelitian ini diharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa mengenai fenomena auditor switching yang masih sering dijumpai dalam
perusahaan-perusahaan publik.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Auditing
Setiap laporan yang telah disusun oleh pihak manajemen entitas perlu diaudit oleh
pihak independen sebelum dipublikasikan kepada pemakai laporan keuangan. Pengertian
auditing itu sendiri menurut beberapa ahli antara lain:
Menurut Agoes (2000:1) auditing adalah:
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Selanjutnya menurut Arens dkk (2012: 24):
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between teh information and established
criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.
Pendapat tersebut jika diterjemahkan yaitu: auditing adalah pengumpulan dan evaluasi
bukti tentang informasi untuk menemukan derajat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Dari pendapat para ahli tersebut penulis dapat menarik kesimpulan yaitu auditing
adalah sebuah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan terhadap suatu informasi yang disusun
oleh pihak manajemen dengan panduan keseuaian informasi yang disajikan dengan
kriteria. Aktivitas ini didukung dengan kompetensi dan independensi pihak pemeriksa.

2. Keputusan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor


17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik
Bagian Kedua
Pembatasan Masa Pemberian Jasa
Pasal 3
5

(1) Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam)
tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga)
tahun buku berturut-turut.
(2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima kembali
penugasan audit umum untuk klien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu)
tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.
(3) Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang
sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak
diberikan melalui KAP tersebut.
(4) Dalam hal KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan dari
suatu entitas melakukan perubahan komposisi Akuntan Publiknya, maka terhadap KAP
tersebut tetap diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Auditor Switching
Auditor memiliki peran sebagai alat pengawasan yang digunakan oleh para
stakeholder untuk mengawasi kinerja manajemen. Dengan kata lain klien dari auditor
adalah pihak pemilik perusahaan. Akan tetapi independensi auditor dapat terganggu karena
hubungan yang panjang antara auditor dengan kliennya. Oleh sebab itu, pergantian auditor
dipandang perlu untuk mempertahankan independensi dan profesionalitas auditor.
Menurut Davis et al. dalam Sarumpaet (2012) rotasi audit perlu dilakukan karena: (1)
semakin panjang masa penugasan auditor, ia akan cenderung bertindak seperti advisor bagi
manajemen, (2) adanya kepentingan agar auditor tidak kehilangan klien memberikan
insentif bagi auditor untuk mendapatkan economic rent dengan mempertahankan kliennya
lebih lama.
Auditor switching adalah pergantian KAP maupun auditor yang dilakukan oleh
perusahaan. Auditor switching dapat bersifat mandatory (wajib) atau voluntary (sukarela).
6

Auditor switching yang bersifat mandatory (wajib) terjadi karena melaksanakan kewajiban
dari ketentuan regulasi yang berlaku. Sedangkan voluntary auditor switching terjadi karena
suatu alasan atau terdapat faktor-faktor tertentu dari pihak perusahaan klien maupun dari
KAP yang bersangkutan di luar ketentuan regulasi yang berlaku. Pergantian auditor ini
bertujuan untuk menjaga independensi dari auditor agar tetap bersikap objektif dalam
melakukan tugasnya sebagai auditor (Pawitri dan Yadnyana, 2015).

B. Model Kerangka Pikir


Dari landasan teori maka dapat dibuat suatu kerangka pikir sebagai berikut:

Reputasi KAP
Audit Delay

Auditor Voluntary Switching

Persentase Komite Audit

C. Hipotesis Penelitian
Dari kerangka pikir yang mengkonsep penelitian ini, maka dalam penelitian ini dapat
dibuat hipotesis yaitu:
H1: Reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap keputusan auditor switching.
H2: Audit delay berpengaruh signifikan terhadap keputusan auditor switching.
H3: Persentase komite audit berpengaruh signifikan pada auditor switching.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel


1. Variabel dependen:
Dalam penelitian ini digunakan auditor switching sebagai

variabel dependen.

Penghitungan variabel auditor switching menggunakan variabel dummy. Kode 1

diberikan apabila perusahaan berganti KAP, sedangkan kode 0 diberikan apabila tidak
berganti KAP (Pratini dan Astika, 2013).
2. Variabel Independen:
- Reputasi KAP. Dalam penelitian ini digunakan variabel dummy untuk mengukur
reputasi KAP. Kode 1 diberikan apabila perusahaan menggunakan KAP Big Four,
sedangkan kode 0 perusahaan menggunakan KAP non Big Four (Rasmini dan
-

Juliantari, 2013).
Audit Delay. Variabel audit delay diukur dengan melihat jumlah hari tanggal tutup
tahun buku perusahaan 31 Desember sampai tanggal penandatanganan laporan

audit oleh auditor eksternal (Pawitri dan Yadnyana, 2015).


Persentase Komite Audit. Variabel persentase komite audit diukur dengan
pengawasan. Pengukuran komite audit dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan proporsi komite audit, yaitu perbandingan jumlah komite audit
dengan
jumlah dewan komisaris (Haryani dan Wiratmaja, 2014).

B. Kategori Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian
menggunakan metode penelitian studi empiris yaitu studi yang dilakukan berdasarkan datadata eksperimental hasil pengamatan, pengalaman, uji coba dan bukan secara teoritis dan
spekulasi. Penelitain metode ini lebih untuk ilmu pengetahuan dan penelitian.

C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan metode
dokumentasi. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari literatur. Metode
dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan dan pengolahan data sekunder. Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari website resmi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
www.idx.co.id , melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan juga data yang
8

tersedia di pojok BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila. Jenis data yang
digunakan adalah data kuantitatif yaitu data berupa angka-angka yang berasal dari data
laporan keuangan.

D. Objek Penelitian, Populasi dan Sampel


Objek penelitian ini adalah 45 perusahaan go public yang memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi yang telah diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan oleh BEI atau dikenal
dengan LQ 45. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 yang secara
berkelanjutan tetap berada dalam kategori LQ 45 selama tahun 2010 sampai 2014. Dari
seluruh populasi akan diambil sampel penelitian. Dalam penentuan sampel digunakan
metode purposive yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini didapat dari laporan keuangan auditan berupa:
1. Keterangan mengenai pergantian KAP yang dapat dilihat dari laporan auditor
independen.
2. Selisih waktu antara tanggal tutup buku perusahaan dengan tanggal penanda tanganan
laporan auditor independen.
3. Keterangan mengenai reputasi KAP yang melakukan audit terhadap perusahaan
tersebut (berafiliasi dengan big four dan non big four).
4. Jumlah komite audit dan seluruh dewan komisaris dalam perusahaan tersebut.
E. Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
(logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression)
adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan auditor switching dan tidak
melakukan auditor switching). Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
atau deskripsi variabel-variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan
adalah nilai rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimumminimum. Selanjutnya dilakukan dilakukan pengujian hipotesis penelitian dengan estimasi
parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE). Tahap pertama adalah
menguji dengan menilai keseluruhan model (Overall Model Fit). Tahap kedua adalah
9

menghitung koefisien determinasi dengan Nagelkerke R Square. Tahap-tahap selanjutnya


adalah melakukan uji kelayakan model, uji multikolinearitas, menguji matriks klarifikasi,
dan membentuk model uji regresi logistik (Dwi Wijayani, 2011).

10

Anda mungkin juga menyukai