Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau
moral. Etika secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang
menjelaskan tentang batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak
bisa, akan suatu hal untuk dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu. Istilah kode etik
kemudian muncul untuk menjelaskan tentang batasan yang perlu diperhatikan oleh
seorang profesional ketika menjalankan profesinya.
Seperti halnya profesi-profesi yang lain, Akuntan juga mempunyai kode etik
yang digunakan sebagai rambu-rambu atau batasan-batasan ketika seorang Akuntan
menjalankan perannya. Pemahaman yang cukup dari seorang Akuntan tentang kode
etik, akan menciptakan pribadi Akuntan yang profesional, kompeten, dan berdaya
guna. Tanpa adanya pemahaman yang cukup tentang kode etik, seorang Akuntan akan
terkesan tidak elegan, bahkan akan menghilangkan nilai esensial yang paling tinggi
dari profesinya tersebut.
Dalam proses auditing, seorang auditor haruslah bekerja dan bertindak secara
professional sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Etika dan regulator itu telah
ditetapkan oleh pasar modal dan BAPEPAM. Pengambilan keputusan seorang auditor
nantinya sangat berpengaruh kepada public dan para pengguna keputusan. Untuk itu
dalam makalah ini akan dibahas mengenai etika dalam auditing. Akan dibahas pula
bagaimana regulasi etika profesi seorang auditor.
B. Rumusan Masalah
Pada penulisan sebuah makalah, akan menimbulkan beberapa pertanyaan yang
pada bab ini akan dicari pemecahan dengan penjelasan dan penjabarannya.
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan Etika dalam Auditing ?


Bagaimana tanggung jawab auditor kepada public ?
Bagaimana hubungan etika dalam auditing dengan kepercayaan public?
Apa saja tanggung jawab dasar seorang auditor ?
Bagaimana regulator tentang independensi seorang akuntan public ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Etika
Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau
nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam
masyarakat sangat mendesak sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai
etika ini ke dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku di negara kita.
Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat dijadikan undang-undang atau peraturan
karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada pertimbangan seseorang.
B. Definisi Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria kriteria yang
dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
C. Kode Etik
Pengertian Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk
mengatur perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yg
harus dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi.

Isi Kode Etik


Karena kode etik merupakan wujud dari komitmen moral organisasi, maka
kode etik harus berisi : mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan oleh anggota profesi, apa yang harus didahulukan dan apa yang
boleh dikorbankan oleh profesi ketika menghadapi situasi konflik atau
dilematis, tujuan dan cita-cita luhur profesi, dan bahkan sanksi yang akan
dikenakan kepada anggota profesi yang melanggar kode etik.

Tujuan Utama Kode Etik


Terdapat dua tujuan utama dari kode etik, yaitu: Kode etik bertujuan
melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelalaian, kesalahan
atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh anggota profesi,

dan Kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku perilaku
menyimpang oleh anggota profesi.

Syarat Kode Etik Optimal


Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat
yang harus dipenuhi.
1. Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri. Kode etik tidak akan
efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atauinstansi di luar profesi
itu.
2. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap
pelanggaran akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan

yang khusus dibentuk.


D. Peranan Etika Dalam Auditor
Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen
moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik
dengan

standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia

mengorbankan diri.
Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika
yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit. Standar
etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang
kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil
keputusan-keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut,
maka telah terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang
dianut oleh profesi.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga
kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang
membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika
profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu
etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang
tepat.

E. Nilai Etika Dalam Auditing


Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
auditing. Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan halhal kecil yang tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata
hanya menumpuknya hingga menjadi suatu kesalahan yang besar dan merupakan
pelanggaran serius terhadap kepercayaan yang diberikan.
Untuk itu pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan
memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri, dan pada saat yang sama, akan
membangun suasana etis di lingkungan kerja. Masalah-masalah etika yang dapat
dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan atau tekanan untuk:

Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya


Mengungkapkan informasi rahasia
Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,

penyuapan dan sebagainya.


Mendistorsi obyektivitas

dengan

menerbitkan

laporan-laporan

yang

menyesatkan.
F. Kepercayaan Publik
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh
seorang yang kompeten dan independen.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga
menimbulkan

ketergantungan

dalam

hal

tanggung-jawab

akuntan

terhadap

kepentingan publik. Kepentingan Publik merupakan kepentingan masyarkat dan


institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan
sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
G. Tanggung Jawab Auditor Kepada Publik
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga
menimbulkan

ketergantungan

dalam

hal

tanggung-jawab

akuntan

terhadap

kepentingan publik. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki
tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki
tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan
akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya serta sesuai
dengan kode etik professional AKDA. Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang
ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik, antara lain:
1) Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
2) Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
3) Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan
tanggung jawab mereka kepada publik.
H. Tanggung Jawab Dasar Auditor
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing
Practices Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab
auditor:
1) Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan: Auditor perlu merencanakan,
mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
2) Sistem Akuntansi: Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan
dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan.
3) Bukti Audit: Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable
untuk memberikan kesimpulan rasional
4) Pengendalian Intern: Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan
pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi
pengendalian itu dan melakukan compliance test.
5) Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan: Auditor melaksanakan
tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya
dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat,
dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
I. Kode Etik Akuntan
Prinsip etika profesi akuntan antara lain menyebutkan bahwa dengan seorang
akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri melebihi yang disyaratkan
oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Selain itu prinsip ini meminta komitmen
untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

Sementara itu prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi
delapan butir pernyataan (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir
pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang
akuntan. Delapan butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut :
1) Tanggung

jawab

profesi:

Bahwa

akuntan

tanggungjawabnya

sebagai

profesional

harus

di

dalam

melaksanakan

senantiasa

menggunakan

pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.


2) Kepentingan publik: Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas: Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan
meningkatkan

kepercayaan

publik,

harus

memenuhi

tanggung

jawab

profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin.


4) Obyektifitas: Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai
anggota IAI harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.
5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional: Akuntan dituntut harus melaksanakan
jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
6) Kerahasiaan: Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Perilaku profesional: Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk
berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.
8) 8. Standar teknis: Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus
mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.
J. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap


mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam
Standar Profesional Akuantan Publik yang ditetapkan olh IAI. Sikap mental
independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (infacts)maupun dalam
penampilan (inappearance). Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Tiga aspek dalam
independensi auditor, yaitu:
1. Independensi dalam diri auditor (independence in fact): kejujuran dalam diri
auditor dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding.
2. Independensi dalam penampilan (perceived independence). Independensi ini
merupakan tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan
dengan diri auditor.
3. Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Keahlian juga merupakan faktor
independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah
disebutkan. Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik
yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahliam
mengenai hal tersebut.
K. Integritas dan Obyektivitas
Integritas adalah auditor yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan apa
yang diyakini kebenarannya tersebut kedalam kenyataan. Obyektifitas adalah unsur
karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang maupun menyatakan kenyataan
sebagaimana adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun kpentingan pihak lain.
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dn
obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak
boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak
lain.
L. Standar Umum Akuntansi
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interprestasi yang terkait
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI, antara lain:

1) Kompetensi Profesional: Anggota IAI hanya boleh melakuan pemberian jasa


profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan
dengan kompetensi profesional.
2) Kecermatan dan keseksamaan profesional: Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
3) Perencanaan dan Supervisi: Anggota KAP wajib merencanakan dan
mensuvervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian profesi jasa
profesional.
4) Data relevan yang memeadai: Anggota KAP wajib memperoleh data relevan
yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi kesimpulan atau
rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
5) Kepatuham terhadap standar: Anggota KAP yang melaksanakan penugasan
jasa audititing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan
atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
M. Prinsip-prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau
2) Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak
material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.
Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan
seperti tersebut di atas. Dalam kondisi tersebut anggota KAP dapat tetap
mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan
bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila memuat penyimpangan seperti
itu, dengan cara serta alasan mengapa kepatuhan prinsip akuntansi yang berlaku
umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
N. Tanggungjawab kepada Klien
Informasi klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan dari klien. Ketentuanya tidak dimaksudkan untuk:

1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan


aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundangan-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan peraturan yang berlaku,
3) Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAI atau
4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP

dalam rangka pengecekan disiplin anggota.


Fee profesional
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya.

Fee kontinjensi
Fee kontinjensi adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Fee dianggap tidak kontinjensi jika ditetapkan oelh pengadilan atau badan
pengatur atau dalam hal perpajkan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian
hukum atau temuan dadan pengatur. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
menetapkan fee kontinjensi apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
independensi.

O. Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi


Dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan
seprofesi.
1) Komunikasi antar akuntan publik: Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan
akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.

Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secra tertulis permintaan


komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
2) Perikatan Atestasi: Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan
atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan
oleh akuntan yang lebih dahulu di tunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut
dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau aturan yang di
buat oleh badan berwenang.
P. Tanggung jawab dan praktik lain
1) Perbuatan dan Perkataan yang Mendeskreditkan: Anggota tidak diperkenankan
melakukan tindakan dan/ atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan
profesi.
2) Iklan, Promosi dan Kegiatan Pemasaran Lainnya: Anggota dalam menjalankan
praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan,
melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
tidak merendahkan citra profesi.
3) Komisi dan Fee referal: Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang
atau bentuk lainnya yang diberikan atau diterima kepada/ dari klien/ pihak lain
untuk memperoleh penugasan dari klien/ pihak lain. Fee referal (rujukan) adalah
imbalan yang dibayarkan/ diterima kepada/ dari sesama penyedia jasa profesional
akuntan publik.
4) Bentuk Organisasi dan nama KAP: Anggota hanya dapat berpraktik dalam bentuk
organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/
atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi.
Q. Contoh Kasus
Auditor BPKP Akui Terima Duit dari Kemendikbud
Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Tomi Triono mengaku
menerima duit dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan pemeriksaan di
Kemendikbud. Tomi mengaku sudah mengembalikan duit ke KPK. Tomi saat bersaksi untuk
terdakwa mantan Irjen Kemendikbud Mohammad Sofyan mengaku bersalah dengan
penerimaan duit dalam kegiatan warsik sertifikasi guru (sergu) di Inspektorat IV
Kemendikbud. Duit yang dikembalikan Rp. 48 juta.
Saudara dari BPKP, seharusnya melakukan pengwasan, tegur hakim ketua Guzrizal di
Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (25/07/13). Kami bertugas sebagai tim pengendali pusat,
jadi harus monitoring. Jadi memang ada kesalahan, ujar Tomi yang tidak melanjutkan

jawabannya. Menurutnya ada 10 auditor BPKB yang ikut dalam joint audit. Mereka bertugas
untuk 6 program, diantaranya penyusunan SOP warsik, penyusunan monitoring, dan evaluasi
sertifikasi guru. Dari hasil audit nasional, kita bikin summary terhadap sertifikasi. Kita
simpulkan apa permasalahan permasalahan dari sasaran auditnya, jelas Tomi.
Tomi juga ditanya penuntut umum KPK terkait adanya penyimpangan penggunaan anggaran
dalam joint audit Kemendikbud-BPKP. Itu memang kesalahan kami, ujar dia. Adanya
aliran duit ke Auditor BPKP juga terungkap dalam persidangan dengan saksi Bendahara
Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud, Tini Suhartini pada 11 Juli 2011. Sofyan
didakwa memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan memerintahkan pencairan anggaran
dan menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan. Dia juga memerintahkan
pemotongan sebesar 5 persen atas biaya perjalanan dinas yang diterima para peserta pada
program joint audit Inspektorat I, II, III, IV dan investigasi Irjen Depdiknas tahun anggaran
2009. Dari perbuatannya, Sofyan memperkaya diri sendiri yakni Rp 1,103 miliar. Total
kerugian negara dalam kasus ini mencapai Rp 36,484 miliar.
Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus di atas: Auditor BPKP merupakan
auditor pemerintah yang merupakan akuntan, anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang
dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang menerbitkan laporan keuangan
yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (BUMN/BUMD)
sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena itu
auditor pemerintah tersebut wajib pula mengetahui dan menaati Kode Etik Akuntan Indonesia
dan Standar Audit sebagai mana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh IAI.
Dari uraian penjelasan kode etik diatas kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran kode etik
prinsip Tanggungjawab Profesi, integritas, objektivitas, perilaku profesional. Hal ini
menunjukan bahwa auditor tersebut tidak bekerja secara prinsip kode etik seorang auditor,
sehingga terjadinya penyimpangan yang melanggar hukum.
Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif agar
ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
meneapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah) ini, antara lain:

Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, meskipun dengan
alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau diperintahkan oleh
pejabat yang lebih tinggi. Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa
karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis. Pimpinan APIP harus
melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada pimpinan organisasi.
Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh Badan
Kehormatan Profesiyang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah ganjil
dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan profesi diangkat dan
diberhentikan oleh APIP.
Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh pimpinan APIP
atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk bentuk sanksi yang
direkomendasikan oleh badan kehormatan profesi, yakni:
1.
2.
3.
4.

Teguran tertulis
Usulan pemberhentian dari tim audit
Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu
Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
kebiasaan sedangkan etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral
dimana dalam penyelidikan tersebut dilakukan dengan tiga pendekatan. Tiga
pendekatan tersebut adalah pendekatan etika deskriftif, etika normatif dan metaetika.
Kode etik harus memiliki empat komponen, yaitu Prinsip prinsip, Peraturan
perilaku, Interprestasi dan Ketetapan etika. Sementara itu prinsip etika akuntan atau
kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir pernyataan (IAI, 1998, dalam
Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya

dimiliki

oleh

seorang

akuntan. Delapan

butir

tersebut

adalah

tanggungjawab profesi, kepentingan publik, intergritas, obyektifitas, kompetensi dan


kehati hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.

Dalam hal ini auditor juga harus memiliki etika-etika perilaku profesional
yang sangat penting dalam lingkup auditing sebagai panduan mereka agar
meminimalisir kecurangan dan kesalahan. Kualitas audit yang di ukur KAP yang telah
menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang harus dipenuhi oleh kantor akuntan
dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten dan independen.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.akuntansiku.com
http://tikuw.blogspot.com/2010/04/auditing-audit-quality.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Pengendalian_Mutu
http://marisaicha.blogspot.co.id/2009/12/kode-etik-auditor.html
https://datakata.wordpress.com/2013/12/04/etika-dalam-auditing/
https://joshuaig.wordpress.com/2016/01/05/etika-profesi-auditor/
https://www.academia.edu/5346009/Auditing_-_pelanggaran_kode_etik_dan_analisis
http://m-fahli.blogspot.co.id/2014/11/etika-dalam-auditing.html
http://emidiawati.blogspot.co.id/2014/11/tugas-2-etika-dalam-auditing.html

http://news.detik.com/read/2013/07/25/190845/2314690/10/auditor-bpkp-akui-terima-duitdari-kemendikbud
http://niaveby.blogspot.co.id/2015/11/etika-dalam-auditing.html

Anda mungkin juga menyukai