DAFTAR ISI...............................................................................................................................1
BAB I LATAR BELAKANG.....................................................................................................2
A. Kondisi Ekonomi Indonesia di Tahun 2013.....................................................................2
B. Perkembangan Ekonomi Global, Khususnya Asia...........................................................4
C. Persiapan Indonesia yang Kurang dalam Fundamental Ekonomi....................................5
D. Perbandingan antara Krisis Ekonomi Tahun 1998 & 2008 dengan Tahun ini.................6
BAB II I S I................................................................................................................................9
A. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang, Pelaku, dan Pengelolaan Risikonya........................9
B. Penyebab Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah di Tahun 2013......................................15
C. Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah....................................................................18
D. Alternatif Kebijakan Ekonomi untuk Mengatasi Jatuhnya Nilai Rupiah.......................20
E. Merananya Suku Bunga Bank Indonesia (BI) sebagai Upaya Penyelamatan Ekonomi 22
F.
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Kondisi Ekonomi Indonesia di Tahun 2013
Keadaan ekonomi Indonesia ditahun 2013 kondisinya terpuruk bahkan menjelang
akhir tahun semakin krisis, tergambar pada tingkat nilai tukar rupiah yang melemah
hingga di level Rp 12.100/ Dollar, beban perekonomian di pengaruhi juga oleh Pemilu
tahun 2014, banyak pihak penggerak ekonomi dan pemerintahan negara Indonesia yang
tidak fokus dalam menjalankan tugasnya dalam menstabilkan perekonomian Indonesia,
dan lebih mengutamakan kepentingan politik untuk meraih jabatan di tahun 2014.
Indonesia sudah beberapa kali mengalami guncangan dalam perekonomian nasional,
yakni tahun 1998 dan 2008. Guncangan terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri saat ini
di kawatirkan akan seperti saat guncangan melanda perekonomian Indonesia pada krisis
1998 yang merupakan guncangan ekonomi terparah dalam sejarah perekonomian
nasional.
Faktor ekonomi global yang dilanda Krisis adalah faktor terbesar yang sedang
dihadapi Indonesia meliputi sistem ekonomi dunia merosot drastis. Selain itu faktor
ketidak mapanan industri industri dalam negri yang tidak mampu untuk hanya sekedar
memenuhi kebutuhan dalam negri, apalagi melakukan eksport. Ditambah birokrasi
pemerintahan yang lemah terhadap korupsi sehingga banyak regulasi yang ditetapkan
merugikan masa depan banyak orang demi menguntungkan segelintir diri sendiri dan
pengusaha importir yang sangat egois mengisi kekayaan diri sendiri tanpa memikirkan
efek masa depan yang buruk, akhibat terlalu banyak mengandalkan barang import dan
melemahkan industri lokal.
Sumber: Wells Fargo Securities Economics Group, LLC, Weekly Economic & Financial
Commentary, 30 Agustus 2013, hlm.4
bahan baku pembuatan barang-barang elektronik dan otomotif. Sementara batubara untuk
bahan bakar pembangkit listrik, di mana listrik itu sendiri tentunya sangat dibutuhkan
bagi segala jenis industri. RRC sebenarnya memiliki batubaranya sendiri, namun karena
berbagai macam industrinya berkembang lebih cepat dari kemampuan perusahaanperusahaan tambang setempat dalam menggali batubara, maka jadilah RRC perlu juga
mengimpor batubara dari luar, salah satunya tentu saja dari Indonesia.
Indonesia dan India juga sama-sama mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
pada dekade terakhir ini, tetapi kalah dengan RRC, dan tidak pernah sampai menyentuh
rekor 13% per tahun seperti yang pernah dicapai RRC. Wajar, karena sesungguhnya
industri di dua negara ini belum benar-benar berkembang. Di Indonesia yang para pelaku
ekonominya justru terlena dengan mudahnya mengambil keuntungan dari mengeruk
batubara, sehingga lupa untuk mengembangkan industri.
kali dicetuskan oleh Presiden SBY pada tahun 2008, ketika krisis global mencapai
puncaknya.
Sayangnya, sebelum MP3EI tersebut benar-benar diselesaikan perencanaanya,
pada awal tahun 2010, harga crude palm oil (CPO) alias minyak sawit mentah mulai
melejit, dan hal ini segera memberikan peningkatan keuntungan yang besar bagi
perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Karena bisnis batubara sendiri pada
saat itu juga belum meredup, maka jadilah pertumbuhan ekonomi Indonesia melaju
kencang lagi, menyebabkan Pemerintah maupun para pelaku ekonomi kembali terlena,
dan tidak mengimplementasi kebijakan tersebut.
Namun pasca tahun 2011, keadaan seketika berbalik arah ketika harga-harga
komoditas dunia, termasuk CPO dan batubara sebagai andalan utama ekspor Indonesia,
menurun. Nilai ekspor Indonesia kemudian tertekan, dan karena ditambah oleh
meningkatnya arus impor, neraca pedagangan nasional akhirnya menjadi defisit, dan hal
ini perlahan tapi pasti menggerus pertumbuhan ekonomi hingga terakhir menjadi hanya
5.8% pada Kuartal I 2013. Sebenarnya sejak tahun 2011, draft MP3EI resmi disahkan
sekaligus menjadi penanda bahwa Pemerintah bersama-sama BUMN dan pihak swasta
mulai membangun infrastruktur dan lain-lain. Namun sebelum beberapa infrastruktur
tersebut selesai dibangun dan mulai memberikan kontribusi positif terhadap
perkembangan industri dan perekonomian itu sendiri, ekonomi Indonesia telanjur
tertekan.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun penanaman Modal asing (PMA)
meningkat terus menerus. Stabilnya nilai rupiah ini membuat para investor dan
pemerintah selaku pihak yang berperan besar dalam pembangunan ekonomi cenderung
mengabaikan pinjaman terhadap mata uang asing, khususnya Dollar Amerika Serikat.
Dengan tidak adanya perlindungan terhadap rupiah itu, belakangan membawa dampak
yang kurang baik pada saat terjadinya resesi ekonomi secara global pada tahun 1998.
Krisis ekonomi global adalah peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia
mengalami keruntuhan atau degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.
Sebagai contoh bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia
yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Peristiwa ini mengakibatkan
rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per
satu. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh
dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Australia,
Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7-10%.
Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan
Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, para investor di Bursa Wall Street
mengalami kerugian besar.
Permasalahan krisis moneter ini bermula dari gonjang-ganjing krisis di sejumlah
negara-negara Asia, seperti Jepang, Thailand, Malaysia dan sebagainya, termasuk
Indonesia.Krisis di negara-negara maju dan berkembang pada masa itu diawali
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat. Gejolak ini
membuat banyak bank-bank di Indonesia mengalami kerugian, terutama yang
mempunyai pinjaman uang dalam bentuk mata uang asing. Kerugian ini di dukung pula
oleh kurang tanggapnya pemerintah dalam mengantisipasi resesi ekonomi yang ditambah
dengan memburuknya arus kas (cash flow) bank-bank selaku penyimpan dana
7
masyarakat. Kenyataan ini berakibat pada sulitnya bank-bank untuk melakukan likuidasi,
sehingga mendorong sejumlah nasabah menarik dananya dari bank secara bersama-sama.
Kepercayaan masyarakat terhadap bank pun menjadi suatu pertanyaan besar, khususnya
Bank Indonesia selaku Bank Sentral yang bertugas melakukan pengawasan terhadap
bank-bank konvensional maupun bank perkreditan, sebagaimana diatur dalam UU No. 10
Tahun 1998 Jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan .
Ada perbedaan gejolak ekonomi di tahun 1998, 2008 dan saat ini menurut
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah.
Menurutnya, pada waktu pengembalian dana investasi asing di tahun 1998, baik BI dan
pemerintah tidak punya statistik yang lengkap atas utang luar negeri, dan ternyata jumlah
utang luar negeri sangat besar sehingga saat itu Bank Indonesia harus melakukan
intervensi besar-besaran, sebab nilai tukar Rupiah anjlok dari yang dipatok pemerintah di
angka tertentu. Permasalahan krisis moneter pada tahun 1998 itu memang tidak mudah
untuk diatasi oleh pemerintah, mengingat bahwa pemerintah pada saat yang bersamaan
harus pula memikirkan permasalahan lain yang menjadi tuntutan perubahan masyarakat,
seperti : reformasi hukum, sosial, kesejahteraan, dan sebagainya.
Sedangkan saat krisis ekonomi kembali menghantam di 2008, ini dikenal sebagai
krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Di mana kredit perumahan di AS diberikan
kepada debitur-debitur yang memiliki portofolio kredit yang buruk. Menurut Difi
Ahmad, sumber masalahnya ada di negara lain tapi Indonesia terkena imbasnya, jadi
disebut sebagai krisis sektor keuangan. Akan tetapi, kondisi perbankan Indonesia sudah
kuat pada saat itu, sehingga secara umum di tahun 2008 perekonomian Indonesia
selamat.
Sedangkan saat ini, yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang
sangat cepat, namun di saat yang sama impor meningkat. Akibatnya, defisit neraca
perdagangan dan neraca berjalan makin lebar dan tak terkendali.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Nilai
Tukar
Mata
Uang,
Pelaku,
dan
Pengelolaan Risikonya
Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as the
amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the
price of one currency in items of another currency.
Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai
dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya
nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain
sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu
(Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti
inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi
pasar dan intervensi Bank Sentral.
2. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa
pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara
penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.
10
3. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita
politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik
atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau beritaberita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
Mata uang sebuah negara diperdagangkan atau lebih tepat dipertukarkan pada
apa yang umum disebut Pasar Valuta Asing atau Foreign Exchange Market
(selanjutnya disebut FX Market).
FX Market tidak memiliki lokasi fisik seperti pasar tradisional, tetapi sebuah
sistem perdagangan melalui jaringan komputer antarbank dan broker dealer. Selain itu
FX Market beroperasi secara bebas hampir 24 jam setiap hari, dan tidak ada satupun
otoritas di dunia yang melakukan kontrol dan regulasi. Khusus untuk Rupiah, sejak
1997 otoritas Indonesia melarang Rupiah diperdagangkan secara bebas di luar negeri
sehingga FX Market untuk USD-IDR hanya ada antarbank di Indonesia sepanjang
siang hari waktu kerja perbankan Indonesia.
Nilai mata uang USD menggambarkan keadaan ekonomi negara, pemerintah
dan rakyat Amerika Serikat (AS) dan kebijakan moneter Bank Sentral, the Fed.
Dengan demikian BI dan pemerintah RI tidak bisa mempengaruhi nilai USD dan
sebaliknya pemerintah AS dan the Fed tidak dapat menentukan nilai Rupiah. Nilai
tukar Rupiah dikatakan melemah atau USD-IDR naik hanya terjadi bilamana nilai
Rupiah tetap dan USD menguat, atau Rupiah melemah dan USD tetap atau Rupiah
melemah melebihi USD yang juga melemah atau Rupiah melemah dan USD menguat.
11
Pada umumnya ada empat Pelaku dalam transaksi valas dengan tujuan
berbeda, sbb :
1. Kelompok pertama terdiri dari korporasi, perusahan asing dan pemerintah
untuk keperluan bisnis ril. Perusahaan eksportir menukar hasil ekspor
dalam USD menjadi Rupiah untuk dibelanjakan di dalam negeri
sedangkan perusahan importir menukar Rupiah menjadi USD untuk
dibelanjakan di luar negeri. Perusahan asing menukar USD menjadi
Rupiah untuk melakukan bisnis ril di Indonesia. Pemerintah menukar USD
menjadi Rupiah bilamana hasil penjualan Surat Utang dalam USD atau
pinjaman luar negeri akan dibelanjakan di dalam negeri. Bilamana utang
USD itu jatuh tempo, pada umumnya pemerintah membuat utang baru
dalam USD sehingga tidak perlu menukar Rupiah menjadi USD untuk
membayar utang dalam bentuk USD yang jatuh tempo itu.
2. Kelompok kedua adalah para investor asing menukar USD menjadi
Rupiah untuk membeli instrumen investasi portofolio di Indonesia dalam
bentuk saham dan obligasi. Sebaliknya mereka akan menukar kembali
Rupiah menjadi USD bilamana mereka menjual kembali saham dan
obligasi dan berhenti melakukan investasi portofolio di Indonesia.
3. Kelompok ketiga adalah individu atau korporasi yang memiliki kelebihan
dana Rupiah dan menyimpannya dalam bentuk USD atau mata uang asing
lainnya dengan tujuan untuk menjaga purchasing power uang mereka.
Kegiatan ini umum disebut lindung nilai atau hedging.
4. Kelompok keempat adalah para trader sebut saja para spekulan yang
membeli atau menjual USD-IDR dengan tujuan memperoleh keuntungan
12
dari pergerakannya. Bilamana seorang trader berpendapat bahwa USDIDR akan naik, mereka akan membeli dan bilamana sebaliknya mereka
akan menjual.
Keempat kelompok ini yang berpartisipasi secara teratur di FX Market dan
karena memiliki tujuan berbeda maka mereka menciptakan situasi supply dan demand
atas USD. Ketika demand USD melampaui supply, maka Rupiah melemah atau nilai
USD-IDR akan naik. Pada situasi ini BI ikut melibatkan diri menjadi pelaku pasar
dengan menjadi pemasok kekurangan USD ke FX Market melalui kegiatan yang
umum disebut intervensi yaitu menjual USD yang diambil dari cadangan devisa.
Tetapi karena BI melakukannya terlalu sering, maka BI dapat dikatakan sebagai
Kelompok kelima pelaku FX Market di Indonesia. Dengan demikian nilai USD-IDR
ditentukan oleh situasi supply dan demand oleh kelima kelompok itu. Demand USD
akan meningkat tajam bilamana Kelompok kedua yaitu investor asing melikuidasi
portofolio mereka dan menukar Rupiah kembali menjadi USD.
Investor asing sangat menyadari bahwa investasi di emerging market seperti
Indonesia risikonya sangat tinggi dan mereka menerapkan manajemen risiko yang
sangat ketat. Ada tiga pedoman atau kriteria yang umum diterapkan dalam manajemen
risiko investor asing:
1. Bilamana terjadi peristiwa-peristiwa global maupun domestik yang
memiliki potensi mempengaruhi nilai investasi, INVESTOR GET OUT.
2. Bilamana nilai USD-IDR mencapai harga tertentu, INVESTOR GET
OUT.
13
14
Rupiah.
Peristiwa-peristiwa
ini
menjadi
pemicu
untuk
akan likuidasi secara total portofolio mereka dan menukar Rupiah kembali
menjadi USD. Tindakan ini menimbulkan demand USD melonjak tajam
dan BI tidak akan sanggup lagi menjadi pemasok dan akibatnya USD-IDR
naik tajam.
16
(IHSG)
yang
cenderung
menurun
seiring
dengan
karena
rencana
the
Fed
(bank
sentral
AS)
untuk
18
Kenaikan harga komoditi impor ini tentu akan berdampak bagi bangsa
Indonesia, yaitu :
1. Konsumen, terutama konsumen kelas bawah, dikarenakan pendapatan
mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang.
2. Pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir
sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang
menyusut. Misalnya, belakangan ini, para importir bahan kebutuhan
pokok di Batam sudah menghentikan aktivitas usahanya.
3. Para usahawan yang berorientasi pasar dalam negeri, namun alat-alat
produksinya, terutama bahan bakunya, impor, seperti pengusaha tekstil,
alas kaki, kemasan, dan sebagainya.
4. Rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan
harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit
oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar
negeri, dan penyusutan pasar dalam negeri.
Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga
komoditi impor saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal
Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang
asing. Logikanya sama dengan dampak pelemahan Rupiah pada komoditi impor. Jika
di Indonesia, nilai tukar Rupiah berbanding Dollar AS jatuh sebesar 30%, maka
nominal Rupiah dari utang yang dipatok dalam Dollar AS akan naik sebesar 30%.
Sampai dengan Maret 2013, total utang luar negeri Indonesia adalah 254,295 miliar
Dollar AS, dengan utang pemerintah dan bank sentral sebesar 124,151 miliar Dollar
AS serta utang swasta sebesar 130,144 miliar Dollar AS.
Pihak mana saja yang akan terpukul oleh kenaikan nominal Rupiah dari utang
luar negeri Indonesia ini :
20
1. Utang swasta, baik pengusaha yang berutang dan para pekerjanya yang
akan ditekan oleh pengusaha yang berutang tersebut.
2. Utang pemerintah, anggaran negara atau APBN, dimana ketika anggaran
terjepit, rezim neoliberal biasanya akan mengurangi atau mencabut subsidi
untuk rakyat,
3. Rakyat secara umum juga akan terkena dampaknya.
4. Pembayaran utang luar negeri cenderung akan meningkatkan penawaran
atas Rupiah, karena uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar
dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa
semakin lemah.
21
mereka berupaya mengurangi defisit transaksi berjalan yang masih 8,4 miliar dollar
AS pada triwulan III-2013, atau turun dari 9,9 miliar dollar AS pada triwulan II.
Di tahun 2013 ini, BI sudah menaikkan BI rate hingga 5 kali, sebesar 150 bps,
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
BI RATE
5.75 %
5.75 %
6.00 %
6.50 %
6.50 %
7.00 %
7.25%
7.25%
7.50 %
7.50 %
Sumber : http://www.bi.go.id/web/en/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/
Terdapat transmisi yang erat di antara kedua variabel tersebut, yaitu jika suku
bunga naik, hasrat untuk berkonsumsi (propensity to consume) akan berkurang,
demikian pula hasrat investasi. Selanjutnya, melemahnya konsumsi (C) dan investasi
(I) akan mengurangi permintaan agregat (aggregate demand). Karena struktur industri
Indonesia sensitif terhadap barang dan jasa impor, selanjutnya impor barang dan jasa
akan berkurang. Pengurangan ini akan menurunkan defisit perdagangan dan defisit
transaksi berjalan.
23
kepercayaan para pelaku ekonomi juga mulai goyah. Ekspresinya, para pelaku
ekonomi mulai mengerem konsumsi. Dua industri yang biasanya bisa menjadi
indikator bergairah atau tidaknya perekonomian adalah industri otomotif dan properti.
Sejauh ini, pada industri otomotif belum ada tanda-tanda melemah.
Kemampuan para produsen melakukan inovasi, misalnya dengan produksi mobil yang
irit dan murah, serta sepeda motor yang hemat, berhasil menumbuhkan penjualan.
Penjualan mobil tahun ini diperkirakan 1,2 juta unit, sedangkan sepeda motor kembali
ke level 8 juta unit.
Namun, untuk sektor properti, mulai ada tanda-tanda melemah. Di beberapa
kota besar (terutama Jakarta dan Surabaya) mulai dikeluhkan gejala gelembung
properti, harga properti melambung tinggi, tetapi kemudian pemilik kesulitan
menjualnya kembali jika diperlukan. Aset ini menjadi berkurang derajat likuiditasnya.
Meski demikian, asalkan para pengembang jeli mencari segmen pasar dan lokasi yang
tepat, sebenarnya industri properti masih terbuka ekspansi, mengingat masih banyak
keluarga yang belum memiliki rumah pertama.
Upaya mengerem pertumbuhan ekonomi tak hanya oleh Indonesia. China
mulai menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi hingga dua digit (periode 20012008) membawa beberapa dampak negatif. Sektor properti terlalu menggelembung
sehingga rawan meletus. Upah buruh naik, harga tanah di kota-kota industri sepanjang
pantai timur naik drastis. Jika tidak dikendalikan, itu akan merusak daya saing China
di kemudian hari. Solusinya, pertumbuhan ekonomi diperlambat. Itulah sebabnya,
perekonomian China tahun ini diperkirakan tumbuh 7,6 persen-7,8 persen. Kendati
demikian, level pertumbuhan ini tetap yang tertinggi di dunia.
24
menstabilkan rupiah yang saat ini di level Rp 11.600 per dollar AS. Stabilisasi rupiah
merupakan tujuan terpenting, melebihi prioritas lainnya. Di sisi lain, BI tetap harus
berhitung, kenaikan suku bunga lebih lanjut hanya akan memicu kenaikan suku bunga
kredit sehingga menyengsarakan dunia usaha.
Ada tanda kebijakan kenaikan suku bunga ini masih dilanjutkan. Alasannya,
mengantisipasi kenaikan suku bunga di AS. Jika suku bunga AS naik (kini suku bunga
acuan The Fed hanya 0,25 persen), akan rawan terjadinya aliran modal keluar dari
Indonesia.
Namun, tahun depan kita punya modal inflasi yang lebih rendah. Harga
minyak mentah dunia hingga tahun depan rasanya masih akan bergerak di antara 100
dollar AS per barrel (minyak West Texas Intermediate) hingga 110 dollar AS (Brent),
ditambah lagi pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM (mesti subsidi sudah di
atas Rp 300 triliun), maka inflasi pun akan turun ke level 5,5 hingga 6,5 persen.
Dalam kondisi ini, mestinya BI menurunkan BI Rate.
Keinginan BI agar penyaluran kredit pada industri perbankan hanya tumbuh
15-17 persen tahun depan, dirasa terlalu konservatif. Pertumbuhan kredit selevel itu
hanya akan memacu pertumbuhan ekonomi 5,5 persen. Jika ingin pertumbuhan
ekonomi sekitar 6 persen, pertumbuhan kredit seharusnya antara 18 hingga 20 persen.
Indonesia tidak harus mengikuti jejak China untuk mengerem pertumbuhan
ekonomi karena situasinya berbeda. Data pengangguran terakhir China adalah 4
persen, atau jauh lebih rendah daripada Indonesia yang sekitar 6 persen. Artinya, bagi
Indonesia masih lebih urgen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar tercipta
kesempatan kerja baru daripada menaikkan BI Rate terus-menerus.
26
27
menunjukkan
solidnya
pemulihan
ekonomi Amerika
yang
merupakan ekonomi terbesar di dunia dan pasar bagi ekspor negara berkembang.
Pemulihan ekonomi Amerika tersebut juga akan mendorong ekspor negara
berkembang dan mendorong pemulihan ekonomi dunia bersama dengan pulihnya
ekonomi Eurozone, Cina dan Jepang. Sisi positif pengumuman tapering tersebut
adalah dari trade channel, di mana sebenarnya bagi Indonesia, hal ini memberikan
dampak positif untuk meningkatkan ekspor Indonesia dan Indonesia harus
memanfaatkannya dengan strategi meningkatkan dan diversifikasi ekspor, khususnya
produk manufaktur.
28
Paket
Kebijakan
Pemerintah
yang
dicanangkan
untuk
menyederhanakan
perizinan
dan
29
14.
15.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16.
Sejak Juni 2013, nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang
sama juga dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets (negara
berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya.
17.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan penyebab-penyebab melemah
nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat (USD), yaitu :
1. Neraca perdagangan 2013 defisit, lebih besar impor daripada ekspor
2. Neraca transaksi berjalan juga mengalami defisit karena pembayaranpembayaran utang luar negeri yang banyak jatuh tempo.
3. Keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia.
4. Pasar yang membaca bahwa dengan akan di terapkannya tight money
policy atau penghentian stimulus (tapering) oleh Bank Sentral Amerika
Serikat The FED, kurs rupiah akan tidak dapat langsung menguat dan
cenderung melemah selama Indonesia belum mampu memperkuat
keseimbangan perdagangan ekspor impornya. Yang akan berakibat laju
inflasi akan berlanjut.
5. Pasar juga membaca secara jelas dan khawatir bahwa para petinggi negeri
yang bertanggung jawab atas ekonomi sibuk dengan urusannya masingmasing.
6. Ekspektasi pasar bahwa cadangan devisa yang menurun karena faktorfaktor tersebut cenderung akan terus menurun sampai tahun depan.
7. Paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah tidak efektif.
8. Program MP3EI yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
9. Defisit APBN untuk membayar utang luar negeri dan bunga yang
bertambah hingga 25%, karena nilai tukar rupiah yang turun.
30
10. Prospek ekonomi pada tahun 2014 sebagai tahun politik dinilai suram dan
berisiko.
18.
Jika mata uang suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah
sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalam negeri.
Namun, ini tidak berarti seluruh sektor ekspor Indonesia untung, karena banyak
komoditi ekspor kita yang ditopang oleh bahan baku impor, sehingga keuntungan
yang didapat dari kenaikan harga barang ekspor itu dibatalkan oleh harga bahan
baku impornya yang mahal.
19.
Beberapa dampak yang mencolok akibat melemahnya Rupiah adalah :
1. Industri Penerbangan terpukul
2. Tiket kereta api dan transportasi lainnya naik
3. Jika ongkos transportasi naik, seluruh barang komoditi akan ikut naik
harganya
4. Harga barang elektronik melonjak
5. Bahan bangunan dan material melonjak
20.
Kenaikan harga komoditi impor ini tentu akan berdampak bagi bangsa
21.
dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing.
Pihak mana saja yang akan terpukul oleh kenaikan nominal Rupiah dari utang luar
negeri Indonesia ini :
1. Utang swasta, baik pengusaha yang berutang dan para pekerjanya yang
akan ditekan oleh pengusaha yang berutang tersebut.
2. Utang pemerintah, anggaran negara atau APBN, dimana ketika anggaran
terjepit, rezim neoliberal biasanya akan mengurangi atau mencabut subsidi
untuk rakyat,
3. Rakyat secara umum juga akan terkena dampaknya.
4. Pembayaran utang luar negeri cenderung akan meningkatkan penawaran
atas Rupiah, karena uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar
dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa
semakin lemah.
22.
B. Saran
23.
produk investasi yang ada di tanah air. Inflasi yang melonjak ini juga turut
menurunkan pertumbuhan ekonomi karena sebagian besar kontribusinya masih
ditopang dari konsumsi domestik dan investasi. Jika risiko inflasi tinggi, maka daya
konsumsi masyarakat juga menurun. Ini juga yang menyebabkan penurunan
32
membutuhkan
kepemimpinan
mengeksekusi kebijakan.
28.
29.
30.
33
dan
kapasitas
birokrasi
yang
serius
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
DAFTAR PUSTAKA
50.
1. UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
2. Perpres No. 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang
Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
3. Perpres No. 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
4. http://petanitangguh.blogspot.com/2010/06/penanaman-modal-asing.html
5. www.winterthur.co.id/id/winpens3.html
51.
34