Anda di halaman 1dari 26

BAB 10

ESTIMASI AKUNTANSI
Prosedur audit yang berhubungan dengan audit atas estimasi akuntansi (accounting estimates),
termasuk audit atas estimasi akuntansi dengan nilai wajar (fair value accounting estimates) dan
disclosures atau pengungkapannya dalam laporan keuangan. Pembahasan dalam bab ini akan
mengacu kepada ISA 540.

Audit atas estimasi akuntansi tersebar di ketiga tahap dalam proses audit. Kotak 10-1 menyajikan
proses ini dengan serangkaian pertanyaan dan satu perintah (peroleh representasi manajemen
atau obtain management representations).

Kotak 10-1

Tahap Risk Assesment (Penilaian Risiko)


 Estimasi akuntansi apa aja yang diperlukan dalam laporan keuangan?
 Bagaimana estimasi ini dibuat?
 Berapa signifikannya estimasi ini?
 Apakah auditor memerlukan bantuan tenaga ahli?
 Berapa akuratnya estimasi di tahun yang lalu?
 Apaka ada bukti mengenai biasnya manajemen dalam proses estimasi?
 Berapa besarnya ketidakpastian proses estimasi ini?

Tahap Risk Response (Menangggapi Risiko)


 Apakah estimasi dibuat dengan cara yang benar, dengan metedologi yang konsisten?
 Apakah bukti pendukung untuk melakukan estimasi dapat diandalkan?
 Apakah ada bukti tentang terjadinya kecurangan?

Tahap Reporting (Pelaporan)


o Apakah disclosures mengeai estimasi akuntansi dalam laporan keuangan (sudah) sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan?
o Jika hal ini merupakan risiko yang signifikan, ketidakpastian proses estimasi
diungkapkan (sebagai disclosure dalam laporan keuangan)?
o Peroleh representasi manajemen
Tujuan Auditor dalam ISA 540 alinea 6

Kotak 10-2

Tujuan Auditor-Estimasi Akuntansi

Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah:
a) Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi dengan nilai wajar, dalam laporan
keuangan, yang diakui taua yang diungkapkan, adalah wajar; dan
b) Pengungkapan atau disclosures (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam
laporan keuangan (sudah) cukup, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.

Ada istilah tertentu yang digunakan dalam ISA sehubungan dengan estimasi akuntansi. ISA
540.7 memberikan definisi terhadap istilah-istilah tersebut.

Kotak 10-3

Estimasi Akuntasi-Definisi Istilah

Untuk keperluan ISAs, istilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan di bawah.

a) Accounting estimate- Nilai yang mendekati suatu nilai uang, yang digunakan jika tidak
ada pengukuran yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah (uang) yang
diukur dengan nilai wajar (fair value) di mana ada ketidakpastian dalam estimasi
(estimation uncertainty), maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan estimasi. Dalam
hal ISA hanya membahas estimasi akuntansi (accounting estimates) dengan pengukuran
nilai wajar, istilah “fair value accounting estimates” (“estimasi akuntansi nilai wajar”)
yang digunakan.
b) Auditor’s point estimate atau auditor’s range-Jumlah, atau rentang jumlah, yang diambil
dari bukti audit untuk digunakan dalam mengevaluasi management’s point estimate.
c) Estimation uncertainty-Kerentanan estimasi akuntansi dan disclosures (pengungkapan)
terkait dengan estimasi akuntansi itu karena ketiadaan presisi yang melekat dalam
pengukuran (pada setiap estimasi).
d) Management bias-Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan
informasi.
e) Management’s point estimate-Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan
(terhadap) atau disclosure (mengenai) estimasi akuntansi.
f) Outcome of an accounting estimate-Jumlah/nilai uang sebenarnya dari penyelesaian
transaksi, peristiwa, atau kondisi yang mendasari estimasi akuntansi.
Tinjauan Umum

Tujuan audit estimasi adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah:

a) Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi dengan nilai wajar, dalam laporan
keuangan, yang diakui atau yang diungkapkan, adalah wajar; dan
b) Disclosures (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam laporan keuangan (sudah)
cukup, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Beberapa item dalam laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat dan karenanya, harus
diestimasi atau diperkirakan jumlahnya. Estimasi akuntansi beraneka ragam tingkat
kerumitannya, dan berkisar dari yang paling sederhana (seperti net realizable values atau nilai
yang dapat direalisasi untuk persediaan barang dan piutang dagang) sampai yang lebih kompleks
(seperti dalam hal pendapatan yang harus dicatat dari kontrak jangka panjang dan kewajiban di
masa yang akan dating dalam hal produk yang dijual dengan jaminan tertentu).

Pengukuran estimasi akuntansi bisa berbeda-beda tergantung ketentuan yang ditetapkan dalam
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan item dalam laporan keuangan. Tujuan
pengukuran dari suatu estimasi bisa untuk:

 Membuat prakiraan atau forecast mengenai outcome satu atau lebih transaksi, peristiwa,
atau kondisi yang menyebabkan estimasi akuntansi perlu dibuat; atau
 Menetukan nilai dari transaksi berjalan atau item laporan keuangan berdasarkan kondisi
yang ada pada tanggal pengukuran, seperti taksiran harga pasar (estimated market price)
dari suatu jenis asset atau kewajiban tertentu. Ini dapat meliputi pengukuran nilai wajar
(fair value measurements).

Risiko salah saji yang material karena estimasi sering kali didasarkan pada tingkat ketidakpastian
estimasi (estimation uncertainty) dalam membuat estimasi.

Dengan kearifan profesionalnya, auditor harus menetukan apakah etimasi akuntansi dengan
ketidakpastian estimasi yang tinggi mengandung risiko yang signifikan. Jika auditor
mengidentifikasi adanya risiko yang signifikan, ia juga harus memperoleh pemahaman mengenai
pengendalian entitas, termasuk kegiatan pengendalian.

Tabel 10-1

Tingkat Ketidakpastian Estimasi


Tingkat ketidakpastian rendah (RMM rendah). Tingkat ketidakpastian tinggi (RMM tinggi)
Aktivitas bisnis tidak kompleks. Sangat tergantung pada judgment, misalnya
putusan majelis hakim dalam perkaratuntutan
atau timing dari arus kas di kemudian hari,
menyangkut ketidakpastian mengenai peristiwa
di periode yang akan datang.
Berhubungan dengan transaksi rutin. Tidak dihitung dengan teknik pengukuran yang
diakui.
Diambil dari data (yang di dalam fair value Telaahan auditor terhadap estimasi serupa di
accounting diistilahkan sebagai “observable” tahun yang lalu menunjukkan perbedaan yang
atau dapat diamati) yang tersedia, seperti data besar antara estimasi akuntansi dan hasil
mengenai tingkat bunga yang dipublikasi atau sebenarnya (actual outcome).
harga saham di bursa.
Metode pengukuran menurut kerangka Estimasi akuntansi nilai wajar (fair value
pelaporan keuangan yang berlaku adalah accounting estimates) untuk instrumen
sederhana dan mudah diterapkan. keuangan derivatif yang idak diperdagangkan
secara umum (not publicy traded).
Estimasi akuntansi nilai wajar yang Estimasi akuntansi nilai wajar yang
menggunakan model (untuk mengukur menggunakan model dari entitas yang
estimasi akuntansi) yang populer atau telah berspesialisasi dalm bidan itu, atau yang
diterima umum, di mana asumsi atau input menggunakan asumsi atau input untuk model
untuk model itu dapat diamati di pasar itu yang tidak dapat diamati di pasar (misalnya
(misalnya di bursa saham). di bursa saham).
RMM = Risiko of Material Misstatement (Risiko Salah Saji Material)

Ketika bukti audit sudah diperoleh, kewajaran estimasi dievaluasi dan luasnya salah saji
diidentifikasi.

 Dalam hal bukti mendukung suatu point estimate, perbedaan antara auditor’s point
estimate dan management’s point estimate merupakan suatu salah saji.
 Dalam hal auditor menyimpulkan bahwa dengan menggunakan auditor’s range of
reasonableness (kisaran yang menurut auditor adalah wajar) memberikan bukti audit
yang cukup dan tepat, maka management’s point estimate diluar kisaran tersebut tidaklah
didukung oleh bukti audit. Dalam hal itu, salah saji tidak lebih kecil dari perbedaan antara
management’s point estimate dan titik terdekat dari kisaran perkiraan auditor.

Penilaian Risiko

Untuk entitas yang lebih kecil, membuat estimasi tidak terlalu rumit, karena kegiatan bisnis
terbatas dan transaksinya juga tidak kompleks. Kadang-kadang, satu orang (biasanya pemilik
merangkap pengelola), akan mengidentifikasi kebutuhan akan estimasi akuntansi, dan auditor
dapat memusatkan pertanyaannya pada orang tersebut. Entitas kecil jarang menggunakan
management’s expert yang dapat menggunakan pengetahuan dan keahliannya untuk membuat
point estimates. Dalam hal ini, risiko salah saji material akibat estimasi akuntansi, malah
meningkat.
BUTIR PERTIMBANGAN

Jika penggunaan management expert (tenaga ahli untuk membantu manajemen) bermanfaat
dalam proses estimasi, auditor perlu , membahas kebutuhan ini dengan manajemen sedini
mungkin dalam proses audit agar tindakan yang tepat dapat diambil.

Kotak 10-6 Perhatian Auditor dalam Tahap Penilaian Risiko

Perhatian auditor pada Penjelasan


Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan entitas Bisa berawal dari kerangka akuntansi yang
melakukan estimasi digunakan atau dari transaksi, peristiwa, dan
kondisi dimana entitas perlu membuat estimasi
akuntansi yang kemudian diakui dan
diungkapkan dalam laporan keuangan.
Proses manajemen membuat estimasi Reviu dan evaluasi proses estimasi
manajemen, ternasuk penyusunan asumsi yang
menjadi dasar estimasi, keandalan data yang
digunakan, dan proses persetujuan atau reviu
intern.
Hasil akhir/realisasi/outcome dari entitas yang Reviu outcome dari estimasi yang dibuat tahun
dibuat tahun lalu lalu. pahami alasan mengenai selisih antara
estimasi tahun lalu dengan realisasi (actual
amount).
Seberapa luasnya ketidakpastian estimasi Tentukan apakah estimasi akuntansi dengan
dalam proses estimasi ini ? ketidakpastian estimasi yang tinggi juga
merupakan risiko signifikan yang harus
diperhatikan auditor
Pentingnya estimasi Dalam menilai risiko salah saji material,
pertimbangkan:
 hal-hal yang disajikan dalam tabel ini
 besarnya estimasi
 apakah estimasi itu merupakan risiko
signifikan.
Tanggapan atas Risiko
Dalam tahap ini, auditor memberi tanggapan atas risiko yang dinilai (assesed risk) pada tahap
sebelumnya. Kotak 10-7 menyajikan kutipan dari ISA 540.12 yang relevan untuk tahap ini Risk
Response.
Kotak 10-7
Estimasi Akuntansi dalam Tahap Menanggapi Risiko
ISA Pokok Bahasan Penjeasan 540 Untuk AlineaYang Bersangkutan
540.12 Kewajiban auditor pasca Berdasarkan risiko salah saji material yang dinilai (dalam tahap
tahap penilaian risiko penilaian risiko) auditor wajib menentukan:
1) apakah manajemen sudah menerapkan dengan tepat
persyaratan (tentang estimasi akuntansi) dalam kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku
2) apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi sudah
tepat dan telah diterapkan secara konsisten, dan apakah
perubahan, jika ada, dalam estimasi akuntansi atau dalam
metode untuk membuat estimasi akuntansi ditahun lalu
masih tepat dalam situasi (tahun berjalan)
540.13 Kewajiban auditor dalam Dalam menaggapi risiko salah saji material yang dinilai,
menanggapi risiko bagaimana diterapkan ISA 300, auditor wajib melaksanakan
satu atau lebih hal dibawah, dengan mempertimbangkan sifat
estimasi akuntansi
a. menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai
tanggal laporan auditor memberikan bukti audit mengenai
estimasi akuntansi
b. menguji bagaimana manjeman membuat estimasi
akuntansi dan menguji data yang digunakan. Dengan
demikian, auditor wajib mengevaluasi apakah:
i. metode pengukuran yang digunakan adalah tepat
untuk situasi yang dihadapi
ii. unakan manajeman adalah wajar sehubungan
dengan tujuan pengukuran menurut kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
c. menguji efektifnya pengendalian menganai bagaimana
manjeman estimasi akuntansi, bersama dengan prosedur
substantive yang tepat.
i. metode pengukuran yang digunakan adalah tepat
untuk situasi yang dihadapi
ii. unakan manajeman adalah wajar sehubungan
dengan tujuan pengukuran menurut kerangka
pelaporan yang berlaku
d. mengembangkan suatu point estimate atau suatu kisaran
(range) untuk mengevaluasi management’s point estimatr.
Untuk tujuan ini:
i. jika auditor menggunakan asumsi untuk metode
yang berbeda dari manajeman, auditor wajib
memperoleh pemahaman mengenai asumsi atau
metode manajeman yang cukup untuk memastikan
bahwa auditor’s point estimate atau kisarannya, telah
memperhitungkan variebel yang relevan dan untuk
mengevaluasi perbedaan yang signifikan dengan
mangement’s point estimate
ii. jika auditor menyimpulkan bahwa tepat
menggunakan suatu kisaranm auditor wajib
menyempitkan kisaran tersebut, berdasarkan bukti
audit yang tersedia, sampai semua outcome di dalam
kisaran itu dipandang wajar
540.14 Mempertimbangkan Dalam menentukan hal-hal yang disebutkan dalam alinea 12
perlunya keterampilan atau dalam menanggapi risiko salah saji material yang dinilai,
terspesialisasi (specialized yang disebutkan dalam alinea 13, auditor wajib
skills) mempertimbangkan apakah keterampilan
terspesialisasi(specialized skills) atau pengetahuan yang terkait
dengan satu atau lebih estimasi akuntansi, diperlukan
untukmemperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

540.15 Kewajiban auditor dalam Untuk estimasi akuntansi yang merupakan risiko signifikan,
menghadapi risiko sebagai tambahan terhadap prosedur susbtantif lain yang
signifikan dilaksanaan untuk memenuhi persyaratan ISA 330, auditor
wajib mengevaluasi hal-hal berikut
a. bagaimana manajeman mempertimbangkan asumsi
atau outcome lain, dan mengapa manajeman
menolaknya, atau bagaimanamanajeman manangani
ketidakpastian estimasi dapat membuat estimasi
akuntansi.
b. apakah asumsi signifikan yang digunakan manajeman
adalah wajar.
niat manajeman mengambil tindakan/langkah tertentu Dan
kemampuan bertindak, dalam hal-hal yangrelevan untuk
kewajaran asumsi signifikan yang digunakan manajeman atau
penerapan yang tepat dari kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku
540.16 Kewajiban auditor jika Jika menurut auditor, manajeman belum cukup memperhatikan
manajeman belum cukup dan menangani dampak dari ketidakpastian estimasi terhadap
menangani risiko estimasi akuntansi yang merupakan risiko signifikan, auditor
signifikan wajib, jika perlu, mengembangkan suatu kisaran yang
digunakan untuk mengevaluasi kewajaran estimasi akuntansi

Tanggapan atas Risiko


dalam tahap ini, auditor memberi tanggapan atas risiko yang dinilai (assesed risk) pada tahap
sebelumnya.
tanggapan auditor-entitas yang lebih kecil
Perhatian auditor pada Penjelasan
Apakah estimasi dibuat dengan benar ?  Uji bagaimana manajemen menbuat
estimasi akuntansi dan uji data yang
digunakan.
 Uji efektifnya pengendalian mengenai
bagaimana manajemen membuat estimasi
akuntansi, bersama dengan prosedur
substantif yang tepat.
 Kembangkan suatu point estimate suatu
kisaran (range) untuk mengevaluasi
management’s point estimate.

Berapa andalnya bukti pendukung ? Laksanakan satu atau lebih hal dibawah,
dengan mempertimbangkan sifat estiamsi
akuntansi, sifat bukti yang diperoleh, dan
risiko salah saji material yang dinilai:
 Reviu peristiwa yang terjadi sampai tanggal
laporan auditor
 Khususnya dalam entitas kecil yang dikelola
pemiliknyadimana tidak ada prosedur
pengendalian formal atas estimasi akuntansi
 Uji informasi, pengendalian, metode, dan
asumsi yang digunakan
 Berdasarkan bukti yang tersedia dan diskusi
dengan manajemen, kembangkan suatu point
estimate atau suatu kisaran (range) untuk
mengevaluasi management’s point estimate
 Dalam hal periode antara tanggal neraca dan
tanggal laporan auditor, lebih panjang, reviu
auditoratas peristiwa dalam periode ini bisa
memberikan tanggapanyang lebih efektif
terhadap estimasi akuntansi
Kemungkinan adanya management bias ? Ini mungkin terlihat dari perubahan cara
menghitung estimasi, atau pemilihan point
estimate yang berindikasi pola (terlalu) optimis
atau pesimis.

Pelaporan
Pembahasan mengenai estimasi akuntansi di dalam bagian ini,masuk dalam tahap ketiga
dari proses audit, yakni tahap reporting.kotak 10-9 menyajikan kutipan dari ISA 540 yang
relevan untuk pembahasan pada tahap ini.

1. Dalam ISA 540.19, Auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup tepat mengenai
apakah pengungkapan dalam laporan keuangan mengenai akuntansi sesuai dengan
persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yangberlaku.
2. Dalam ISA 540.20, Untuk estimasi akuntansi yang berisiko signifikan, auditor juga
wajib mengevaluasi kecukupan dari pengungkapan mengenai ketidakpastian estimasi
dalam laporan keuangan, dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Langkah terakhir adalah menentukan apakah:


 Bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh.
 Estimasi akuntansi adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporankeuangan yang
berlaku, atau disalahsajikan; dan
 Disclosures (pengungkapan) dalam laporan keuangan mengenai estimasi akuntansi:
1. Sesuai dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan
2. Ketidakpastian estimasi diungkapkan dengan cukup, jika ketidakpastian estimasi
itu berisiko signifikan
Representasi Tertulis
Auditor meminta (dan harus memperoleh) representasi tertulis (written representations)
dari manajemen mengenai kewajaran dari asumsi-asumsi signifikan yang digunakan.

BAB 11

PIHAK PIHAK YANG BERELASI

ISA yang menjadi acuan untuk pembahasan dalam bab ini ialah ISA 550. ISA menggunakan
beberapa istilah yang akan dibahas berikut ini (lihat ISA 550.10).

1. Arm’s length transaction adalah transaksi diantara pihak-pihak (pembeli dan penjual)
yang bebas, tidak saling terkait dan bertindak independen satu terhadap yang lain. Oleh
karena itu, transaksi ini dijalankan dengan syarat dan kondisi yang terbaik untuk mereka
masing-masing pihak (in their best interest).
2. Related party , Dalam mendefinisikan istiulah ini, ISA 550.10 mengembalikannya
kepada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (applicable financial reporting
framework). Namun, jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak mengaturnya
(atau menyebutnya secara sambil lalu, dan sangat minim), maka ISA memaknai related
party sebagai:
a. Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh, secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap entitas
pelapor.
b. Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruh, secara langsung atau tidak
langsung melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor atau
c. Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melalui :
1) Pemilikan dibawah kendali bersama.
2) Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat atau
3) Anggota manajemen kunci yang sama.

Menurut ISA 550.10, entitas dibawah pengendalian bersama pemerintah pusat (BUMN)
atau daerah (BUMD) tidak dianggap pihak berelasi, kecuali jika mereka terlibat transaksi
signifikan (diantara mereka) atau saling menggunakan sumber daya signifikan diantara mereka.

Prosedur audit untuk bertransaksi pihak-pihak yang berelasi tersebar diketiga tahap
proses audit. Dalam setiap tahap dari ketiga tahap dalam proses audit, yaitu Risk Assessment
(Penilaian Risiko), Risk Response (Menaggapi Risiko),dan Reporting (Pelaporan) ada sejumlah
prosedur dan pertanyaan yang relevan dengan audit pihak-pihak yang berelasi dan transaksi
berelasi.

Prosedur dan Pertanyaan Audit


Tahap Menilai Risiko
1. Identifikasi siapa pihak-pihak yang berelasi, apakah ada perubahan mengenai siapa pihak-pihak
yang berelasi sejak audit yang lalu.
2. Pahami sifat, luasnya, dan tujuan transaksi dan hubungan diantara pihak-pihak yang berelasi
3. Lihat potensi terjadinya kecurangan, misalnya karena adanya tekanan atau dominasi pihak-pihak
yang berelasi.
4. Senantiasa waspada terhadap kemungkinan adanya transaksi dan hubungan diantara pihak-pihak
yang berelasi, selama audit berlangsung.
5. Lihat ada atau terjadinya risiko signifikan.

Tahap Menanggapi Risiko


1. Apakah situasi berisiko yang diidentifikasi auditor, member petunjuk keterlibatan pihak-pihak
yang berelasi?
2. Dapatkan bukti untuk mendukung atau menyanggah asersi manajemen tentang sifat, luas, dan
tujuan transaksi hubungan pihak berelasi atau hubungan di antara pihak-pihak yang berelasi.
3. Jika berada diluar jalur bisnis normalnya entitas, lihat pentingnya transaksi hubungan pihak
berelasi ini dalam konteks seluruh bisnis, misalnya % transaksi hubungan pihak berelasi dari total
penjualan.
4. Perhatikan cara pengukuran/penilaian (misalnya adanya transfer pricing) dan pengakuan transaksi
hubungan pihak berelasi.
5. Lihat kemungkinan ada atau terjadinya kecurangan untuk merancang dan mengimplementasikan
prosedur audit yang tepat.

Tahap Pelaporan
1. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
2. Apakah terjadi salah saji yang material karena adanya transaksi hubungan pihak berelasi?
3. Apakah pengungkapan dalam laporan keuangan, benar dan cukup?
4. Dapatkan representasi/pernyataan manajemen.
5. Laporkan temuan audit tentang pihak-pihak yang berelasi.

ISA 550.9 menegaskan tujuan auditor dalam mengaudit pihak-pihak yang berelasi. Lepas dari
apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan mengenai pihak
berelasi, auditor wajib memahami hubungan pihak yang berelasi yang cukup untuk :
a) Mengenal faktor risiko kecurangan yang timbul dari hubungan pihak berelasi dan
transaksi hubungan pihak berelasi sesuai identifikasi dan penilaian risiko salah saji
material karena kecurangan.
b) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sepanjang dipengaruhi oleh hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak
berelasi:
i. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan “penyajian
yang layak”) atau
ii. Tidak menyesatkan (kerangka pelaporan keuangan “kepatuhan”)

Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan tentang pihak
terkait, tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
hubungan istimewa dan transaksi hubungan istimewa sudah diidentifikasi, dipertanggung
jawabkan dan diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

Selayang Pandang

Pihak berelasi tidak independen satu dengan yang lain. Oleh karena itu ,risiko terjadinya salah
saji material melalui transaksi hubungan pihak berelasi umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan transaksi diantara pihak-pihak yang bebas (unrelated parties). Dampak transaksi
hubungan pihak yang berelasi, bisa berupa laba yang dinyatakan terlalu tinggi (overstated) atau
rendah (understated) karena harga yang “diatur” (transfer pricing).

Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengungkap pihak-pihak yang


berelasi dan akuntansi atas transaksi hubungan pihak berelasi. Tanggung jawab ini
mengharuskan manajemen mengimplementasikan pengendalian intern yang mampu
mengidentifikasi dan mencatat transaksi hubungan pihak berelasi dengan benar.

Auditor harus senantiasa waspada terhadap informasi pihak-pihak yang berelasi ketika
mereview catatan atau dokumen selama audit berlangsung. Auditor menginspeksi dokumen
penting tertentu, tetapi bukan melakukan investigasi yang ekstensif terhadap catatan dan
dokumen yang secara khusus diarahkan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi.

Karena pihak-pihak yang berelasi tidak independen satu sama lain, banyak kerangka
pelaporan keuangan menetapkan persyaratan akuntansi dan pengunngkapan yang spesifik untuk
hubungan pihak berelasi, serta transaksi saldo-saldonya.

Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan tertentu
untuk akuntansi dan pengungkapan pihak-pihak yang berelasi, auditor bertanggungjawab untuk
melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi,menilai dan menanggapi risiko salah saji
material karena entitas tidak membukukan dan mengungkapkan pihak-pihak yang berelasi,
transaksi, saldo-saldonya yang sesuai.

Dalam Hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan yang
sangat minim atau bahkan tidak menetapkan persyaratan apa pun tentang pihak-pihak yang
berelasi, auditor tetap harus memperoleh pemahaman yang cukup tentang hubungan dan
transaksi pihak-pihak yang berelasi agar ia dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan,
sepanjang dipengaruhi hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi :
1. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan “penyajian yang
layak”) atau
2. Tidak menyesatkan (kerangka pelaporan keuangan “kepatuhan”).

Kewajiban auditor dalam tahap penilaian risiko:


550.11 Sebagai bagian dari penilaian risiko dan kegiatan terkait yang diwajibkan oleh ISA
315 dan ISA 240 dilakukan auditor selama auditnya, auditor wajib melaksanakan
prosedur audit dan kegiatan dalam alinea 12-17 untuk memperoleh informasi yang
relevan dalamm mengidentifikasi risiko salah saji material terkait dengan hubungan
pihak-pihak yang berelasi dan transaksi-transaksinya.
550.12 Diskusi tim audit yang diwajibkan meliputi pertimbangan mengenai kerentanan
laporan keuangan terhadap salah saji material karena kecurangan atau keslahan
yang mungkin terjadi karena hubungan pihak-pihak yang berelasi dan transaksi-
transaksinya.
550.13 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen mengenai:
a) Identitas pihak yang berelasi;
b) Hubungan antara entitas dan pihak yang berelasi; dan
c) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak yang berelasi dalam periode
berjalan dan, jika demikian, jenis dan tujuan transaksi.
550.14 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen dan pegawai lain dalam entitas dan
melaksanakan prosedur penilaian risiko lain yang dipandang tepat, untuk
memperoleh pemahaman mengenai pengendalian yang dibangun manajemen untuk:
a) mengidentifikasi, mencatat, dan melaporkan pihak yang berelasi dan
transaksinya-transaksinya sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
b) mengontorisasi dan menyetujui transaksi signifikan dan peraturan dengan
pihak-pihak yang berelasi;
c) mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan di luar jalur bisnis yang
normal
550.15 Auditor wajib senantiasa waspada ketika menginspeksi catatan atau dokumen
mengenai pengaturan atau informasi lain yang bisa mengindikasikan adanya
hubungan atau transasi pihak-pihak yang berelasi yang sebelumnya tidak
diidentifikasi manajemen kepada auditor. Khususnya hal-hal seperti:
a) konfirmasi bank dan pengacara/penasihat hukum;
b) risalah rapat umum/khusus pemegang saham dan TCWG;
c) catatan lain yang menurut auditor perlu diinspeksi.
550.16 Jika auditor mengidentifikasi transaksi signifikan di luar jalur bisnis yang normal,
ketika melaksanakan prosedur audit yang diwajibkan oleh alenia 15 atau melalui
prosedur lain, auditor wajib menanyakan tentang:
a) sifat transaksi ini
b) apakah transaksi ini melibatkan pihak-pihak yang berelasi
550.17 Auditor wajib membagi informasi yang relevan yang diperolehnya mengenai pihak-
pihak yang berelasi entitas dengan anggota tim audit lainnya.
550.18 Dalam memenuhi kewajiban ISA 315 untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji material, auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
material terkait dengan hubungan pihak-pihak yang berelasi dan menentukan
apakah risiko tersebut adalah risiko signifikan. Dalam menentukan hal ini, auditor
wajib memperlakukan transaksi pihak-pihak yang berelasi signifikan yang
diidentifikasi di luar jalur bisnis yang normal, menyebabkan resiko signifikan.
550.19 Jika auditor mengidentifikasi faktor resiko kecurangan (termasuk situasi yang
berhubungan dengan pihak-pihak yang berelasi yang mempunyai pengaruh
dominan) ketika melakukan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang terkait
pihak yang berelasi, auditor wajib mempertimbangkan informasi tersebut ketika
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material karena kecurangan sesuai
dengan ISA 240.

Untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material berkenaan dengan
hubungan pihak-pihak berelasi, auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal.
Pertimbangan mengenai transaksi pihak yang berelasi
MASALAH PERTIMBANGAN UNTUK MELAKUKAN
Ketahui sifat dan dampak Tanyakan :
hubungan dan transaksi 1. Identitas pihak-pihak yang berelasi.
pihak pihak yang berelasi 2. Sifat hubungn antara entitas dan pihak-pihak yang
berelasi.
3. Jenis dan tujuan dari setiap transaksi dengan pihak-pihak
yang berelasi.
4. Pengendalian,jika ada, yang dibangun manajemen untuk:
a. Mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan (account
for), dan mengungkapkan hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi sesuai kerangka
pelaporankeuangan yang berlaku.
b. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan
dan pengaturan dengan pihak-pihak yang berelasi;
dan
c. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan di
luar jalur bisnis yang normal.
Lihat kemungkinan 1. Diskusikan diantara anggota tim audit kerentanan
adanya kecurangan laporan keuangan terhadap salah saji material karena
kecurangan atau kesalahan yang berasal dari hubungan
dan transaksi pihak-pihak yang berelasi.
2. Perhatikan dominasi satu atau beberapa orang terhadap
manajemen, tanpa diimbangi pengendalian, indikator
pengaruh yang mendominasi, antara lain :
a. Pihak-pihak yang berelasi memveto keputusan bisnis
yang signifikan, yang dibuat manajemen atau TCWG
(those charged with governance)
b. Transaksi yang signifikan diminta persetujuan final
dari pihak-pihak yang berelasi.
c. Tidak ada/hanya sedikit perdebatan/tukar pendapat
diantara manajemen dan TCWG mengenai proposal
bisnis yang “disponsori” pihak-pihak yang berelasi.
d. Transaksi yang melibatkanpihak-pihak yang berelasi.
3. Pengaruh yang mendominasi sering terlihat dalam kasus
dimana pihak-pihak yang berelasi sangat berperan dalam
berdirinya entitas dan melanjutkan peran tersebut
sebagai pengelola entitas.
4. Jika faktor risiko kecurangan ditemukan, buatlah
penilaian risiko salah saji material.
Waspada selama Selama audit, auditor harus senantiasa waspada terhadap
menginspeksi catatan atau informasi yang belum diungapkan tentang adanya hubungan
dokumen atau transaksi pihak-pihak yang berelasi. Inspeksi dokumen
berikut :
a. Konfirmasi bank dan pengacara/penasihat hukum yang
diperoleh sebagai bagian dari prosedur audit.
b. Risalah rapat umum/khusus pemegang saham dan
TCWG.
c. Catatan atau dokumen lain yang menurut auditor perlu
diinspeksi.
Identifikasi risiko yang Transaksi pihak-pihak yang berelasi yang signifikan diluar jalur
signifikan bisnis yang normal akan dapat menimbulkan risiko signifikan.

Kotak 11-5 menyajikan kutipan dari ISA 550 mengenai kewajiban auditor dalam menanggapi risiko
yang diidentifikasi dan dinilainya.
ISA TERJEMAHAN
550.20 Sebagai bagian dari persyaratan/ketentuan dalam ISA 330 bahwa auditor menanggapi
risiko yang dinilai-(nya), auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko salah
saji material yang dinilai terkait dengan hubungan atau transaksi pihak-pihak yang
berelasi. Prosedur audit ini wajib meliputi prosedur audit yang diharuskan dalam alinea
21-24.
550.21 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang
sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor,
auditor wajib menentukan apakah situasi yang mendasarinya menegaskan adanya
hubungan dan transaksi tersebut.
550.22 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang
sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor,
auditor wajib:
a) segera mengomunikasikan informasi yang relevan kepada anggota tim audit yang
lain;
b) dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan
tentang pihak-pihak yang berelasi:
i. minta manajemen mengidentifikasi semua transaksi pihak-pihak yang berelasi
yang baru diidentifikasi untuk evaluasi selanjutnya oleh auditor; dan
ii. tanyakan mengapa pengendalian entitas atas hubungan atau transaksi pihak-
pihak berelasi gagal membantu (manajemen) mengidentifikasi atau
mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi;
c) laksanakan prosedur audit substantif yang tepat berkenaan dengan hubungan atau
transaksi pihak-pihak yang berelasi yang baru diidentifikasi;
d) pertimbangkan kembali kemungkinan adanya transaksi pihak-pihak yang berelasi
lain atau yang signifikan yang masih belum diidentifikasi atau diungkapkan oleh
manajemen kepada auditor, dan laksanakan prosedur audit tambahan yang
diperlukan; dan
e) jika tidak diungkapkannya (hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi)
oleh manajemen agaknya merupakan kesengajaan (dan karenanya merupakan
indikasi risiko salah saji material karena kecurangan), evaluasi implikasinya
terhadap audit.
550.23 Untuk transaksi pihak-pihak yang berelasi signifikan di luar jalur bisnis normal, yang
diidentifikasi, auditor wajib:
a) menginspeksi kontrak atau perjanjian yang mendasari (transaksi pihak-pihak yang
berelasi) dan mengevaluasi apakah:
i. alasan bisnis yang sehat (atau ketiadaan alasan bisnis yang sehat) dari transaksi
tersebut yang mengarah pada dugaan bahwa transaksi itu dibuat (semata-mata)
untuk pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau
menyembunyikan penjarahan aset;
ii. syarat-syarat transaksi memang sesuai dengan penjelasan manajemen; dan
iii. transaksi sudah dicatat dan dilaporkan dengan benar dan diungkapkan sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b) memperoleh bukti audit bahwa transaksi (pihak-pihak yang berelasi) telah
diotorisasi dan disetujui dengan benar.
550.24 Jika manajemen membuat asersi dalam laporan keuangan bahwa transaksi pihak-pihak
yang berelasi dibuat dengan syarat-syarat yang setara dengan transaksi bebas, auditor
wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang asersi tersebut.
Dalam menanggapi risiko salah saji material yang diidentifikasi berkenaan dengan hubungan
dan transaksi pihak-pihak yang berelasi, auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal yang
disebutkan dalam kutipan ISA di atas.
Pertimbangan mengenai transaksi pihak yang berelasi
MASALAH PERTIMBANGKAN UNTUK MELAKUKAN
Dugaan adanya 1. Pastikan bahwa dugaan itu benar, lihat situasi yang mendasari dugaan
kecurangan berkenaan itu.
dengan hubungan dan 2. Secepatnya komunikasikan informasi ini kepada anggota tim audit.
transaksi pihak berelasi 3. Minta manajemen mengidentifikasi semua transaksi dengan pihak
berelasi.
4. Jika transaksi dengan pihak berelasi tidak teridentifikasi sebelumnya,
tanyakan mengapa? Apakah pengendalian untuk mengidentifikasi
transaksi pihak berelasi, tidak berfungsi? Atau memang manajemen
dengan sengaja tidak berniat mengungkapkannya (potensi
kecurangan)?
5. Pertimbangkan kembali kemungkinan adanya transaksi pihak-pihak
yang berelasi lain atau yang signifikan yang masih belum diidentifikasi
atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor.
6. Laksanakan prosedur audit tambahan yang diperlukan.
Transaksi pihak 1. lnspeksi kontrak atau perjanjian tentang transaksi pihak berelasi.
berelasi yang signifikan Evaluasi apakah transaksi mengarah pada dugaan pelaporan keuangan
di luar jalur bisnis yang curang atau menyembunyikan penjarahan aset; syarat transaksi
normal sesuai penjelasan manajemen; dan transaksi sudah dicatat dan
dilaporkan serta diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
2. Pastikan bahwa transaksi pihak berelasi telah diotorisasi dan disetujui.
Asersi manajemen 1. Peroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang asersi tersebut, sifat
dan luasnya transaksi pihak berelasi.
2. Apakah konfirmasi eksternal memberikan bukti yang andal?
3. Apakah piutang transaksi pihak berelasi dapat ditagih?

Kotak 11-7 menyajikan kutipan dari ISA 550 mengenai kewajiban auditor dalam tahap ini.

ISA TERJEMAHAN
550.25 Dalam merumuskan pendapat atas laporan keuangan sesuai ISA 700, auditor wajib
mengevaluasi apakah:
a) hubungan dan transaksi pihak berelasi yang diidentifikasi sudah dicatat, dilaporkan,
dan diungkapkan dengan tepat sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku; dan
b) dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
i. menghalangi laporan keuangan dalam mencapai penyajian yang layak (untuk
kerangka penyajian yang layak); atau
ii. menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan).
550.26 Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan
mengenai pihak berelasi, auditor wajib memperoleh representasi tertulis dari
manajemen dan, jika tepat, TCWG, bahwa:
a) mereka sudah mengungkapkan kepada auditor, identitas pihak-pihak yang berelasi
dan semua hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi yang mereka ketahui;
dan
b) mereka sudah mencatat, melaporkan, dan mengungkapkan hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi sesuai ketentuan kerangka pelaporan keuangan.
550.27 Kecuali jika semua TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib
mengomunikasikan hal-hal yang timbul selama audit berkenaan dengan pihak-pihak
yang berelasi.
550.28 Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi auditnya, nama-nama dari pihak -
pihak yang berelasi yang diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-pihak yang berelasi
tersebut.

Dalam tahap audit terakhir berkenaan dengan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi,
auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal yang dlsebutkan dalam kutipan ISA di atas.
Pertimbangan mengenai transaksi pihak yang berelasi
MASALAH PERTIMBANGKAN UNTUK MELAKUKAN
Dokumen dan laporan 1. Dokumentasikan nama-nama dari pihak-pihak yang berelasi yang
diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-pihak yang berelasi tersebut.
2. Komunikasikan kepada TCWG hal-hal signifikan yang timbuI selama
audit berkenaan dengan pihak-pihak yang berelasi.
Representasi Peroleh representasi tertulis dari manajemen (dan TCWG), bahwa:
manajemen 1. semua pihak berelasi dan transaksinya sudah diungkapkan; dan
2. hubungan dan transaksi pihak berelasi sudah dicatat, dilaporkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan, dengan benar
Tentukan apakah Modifikasi laporan auditor jika:
laporan auditor harus 1. tidak mungkin mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat
dimodifikasi mengenai pihak berelasi dan transaksi pihak berelasi; atau
2. pengungkapan manajemen dalam laporan keuangan (seperti diharuskan
dalam pelaporan keuangan yang berlaku) tidak cukup.

BAB 12

PERISTIWA KEMUDIAN
Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah peristiwa
kemudian yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya
pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent period) kemungkinan terjadi
peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material terhadap penyajian informasi yang
tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya
peristiwa kemudian ini di dalam laporan auditornya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap
laporan keuangan aufitan material, sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian,
pemakai laporan keuangan akan melakukan keputusan yang salah.
ISA 560 alinea 4 memerinci tujuan auditor dalam mengaudit peristiwa kemudian, yakni
untuk:

- Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah peristiwa antara tanggal
laporan keuangan (date of the financial statements) dan tanggal laporan auditor (date of
the auditor’s report) yang memerlukan penyesuaian/ adjustment atau pengunggkapan/
disclosure telah ditunjukkan dengan benar dalam laporan keuangan, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
- Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan auditor
yang jika diketahui sebelumnya dapat menyebabkan auditor mengubah (amend) laporan
auditornya.

ISA 560 alinea 5 memberikan beberapa definisi sebagai berikut:

a. Date of the financial statements (tanggal laporan keuangan)—Tanggal terakhir dalam


periode yang dicakup oleh laporan keuangan.
b. Date of approval of the financial statements (tanggal persetujuan atas laporan
keuangan)—Tanggal pada waktu seluruh laporan keuangan, termasuk catatan atas
laporan keuangan, selesai dibuat dan mereka yang bertanggung jawab atas laporan
keuangan tersebut memnberikan persetujuannya
c. Date of the auditor’s report (tanggal laporan auditor)—Tanggal yang dibubuhkan auditor
pada laporannya atas laporan keuangan sesuai dengan ISA 700.
d. Date the financial statements are issued (tanggal diterbitkannya laporan keuangan)—
Tanggal pada waktu laporan auditor dan laporan keuangan yang diaudit tersedia untuk
pihak ketiga
e. Subsequent events (peristiwa kemudian)—Peristiwa antara tanggal laporan keuangan dan
tanggal laporan auditor dan fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan auditor.

Tinjauan Umum

Garis waktu (timelines) dalam gambar dibawah menunjukkan tanggal-tanggal pentingdalam


definisi ISA 560.5.dalam gambar ini tanggal-tanggal ini diberi kode sebagai berikut:
- A= tanggal laporan keuangan
- B= tanggal persetujuan atas laporan keuangan
- C=tanggal laporan audior
- D=tanggal diterbitkannya laporan keuangan

A B C D

Dapatkan bukti tentang perestiwa


kemudian
Tanggapi fakta-fakta baru

Gambar diatas menunjukkan dua jenis peristiwa kemudian.Pertama, peristiwa-peristiwa antara


titik A sampai dengan C di mana kewajiban auditor ialah mengumpulkan bukti audit yang dapat
menekan risiko salah saji yang mungkin ada dalam peristiwa kemudian. Kedua, fakta-fakta
sesudah/pasca-titik C; dimana kewajiban auditor ialah memberi tanggapan audit (audit response)
yang tepat terhadap fakta-fakta baru.

ISA 560 memberi petunjuk mengenai prosedur audit untuk peristiwa kemudian:

Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk memastikan perlunya


ISA 560.6
adjustment dan/atau disclosure . ISA 560.6 menegaskan bahwa auditor tidak
diharapkan melaksanakan prosedur audit tambahan atas hal-hal yang sudah
diauditnya dan memberikan kesimpulan audit yang memuaskan
Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk mencakup periode antara
ISA 560.7
tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor (atau tanggal yang
sedekat mungkin dengan tanggal laporan auditor). Auditor wajib
memperhitungkan penilaian risiko dalam menentukan sifat dan luasnya prosedur
audit, seperti:

a. Memahami prosedur yang dibuat manajemen untuk memastikan bahwa


peristiwa kemudian telah diidentifikasi
b. Tanyakan kepada manajemen dan TCWG (those charged with
governance) apakah peristiwa kemudian yang ada/terjadi, berdampak
terhadap laporan keuangan
c. Membaca risalah rapat (pemilik/pemegang saham, manajemen dan
TCWG), sesudah tanggal laporan keuangan dan tanyakan hal-hal yang
dibahas dalam rapat yang belum ada risalah rapatnya
d. Membaca laporan keuangan interim sesudah tanggal laporan keuangan,
jika ada.

Auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apa pun atas laporan
ISA 560.10
keuangan sesudah tanggal laporan auditor. Namun, jika sesudah tanggal laporan
auditor tapi sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor
mengetahui adanya fakta yang jika diketahuo pada tanggal laporan auditor,
mungkin akan membuat auditor mengubah laporannya. Dalam hal ini auditor
wajib:

a. Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCWG


b. Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah, dan jika
demikian
c. Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam
laporan keuangan.

Jika manajemen mengubah laporan keuangan, auditor wajib:


ISA 560.11
a. Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam situasi tersebut,
b. Jika ketentuan perundang-undangan tidak melarang manajemen
mengubah laporan keuangan (lihat ISA 560.12 yang tidak dikutip
disini):
I. Perluas prosedur audit yang disebut dalam ISA 560.6 dan ISA
560.7 (lihat diatas) ke tanggal laporan auditor yang baru (date
of the new auditor’s report)
II. Berikan laporan auditor yang baru. Laporan auditor yang baru
tidak boleh diberi tanggal lebih awal dari tanggal persetujuan
atas laporan keuangan yang diubah

Auditor wajib mencamtumkan dalam laporan auditor yang baru suatu Emphasis
ISA 560.16
of Matter paragraph atau Other Matter(s) paragraph yang menunjuk kepada
suatu catatan atas laporan keuangan yang membahas secara lebih ekstensif
alasan perubahan terhadap laporan keuangan dan laporan auditor yang
diterbitkan sebelumnya.

ISA 560.17
Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan bahwa penerima laporan keuangan diinformasikan mengenai situasi
yang dihadapi dan tidak mengubah laporan keuangan terdahulu yang menurut
auditor perlu diubah, auditor wajib memberi tahu manajemen dan TCWG
(kecuali jika semua TCWG terlibat dalam pengelolaan entitas), bahwa auditor
berupaya mencegah (pihak lain) di kemudian hari mengandalkan laporan
auditornya. Jika sesudah diberitahukan, manajemen dan TCWG tidak
mengambil langkah-langkah yang diperlukan, auditor wajib mengambil tindakan
yang tepat untuk mencegah (pihak lain) mengandalkan laporan auditornya.

Peristiwa Kemudian Sampai Tanggal Laporan Auditor

Di bawah ini disajikan beberapa contoh peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal
laporan keuangan dan tanggal laporan auditor.

- Komitmen baru/tambahan dalam bidang keuangan seperti peminjaman, penjaminan,


restrkturisasi
- Penjualan dan akuisisi aset yang direncanakan atau telah terjadi
- Peningkatan modal atau penerbitan instrumen utang
- Perjanjian untuk penggabungan atau pembubaran usaha
- Penyitaan aset oleh lembaga keuangan, penegak hukum, atau hancur karena bencana.
- Litigasi, tuntutan hukum lainnya, dan berbagai contingencies.
- Jurnal penyesuaian yang luar biasa (unusual accounting adjustment) yang sudah atau
direncanakan akan dibuat.
- Setiap peristiwa yang sudah atau sangat mungkin akan terjadi yang menimbulkan
keraguan mengenai asumsi kesinambungan usaha (going concern assumption) atau
keraguan terhadap penggunaan kebijakan akuntansi lainnya
- Setiap peristiwa yang relevan untuk mengukur suatu estimasi atau penyisihan
(provisions) dalam laporan keuangan.
- Setiap peristiwa yang relevan dengan recoverabilityof assets (contoh: piutang dapat
ditagih, persediaan dapat dijual, nilai aset tidak berwujud masih bisa dipertahankan, dan
seterusnya).

Pemberian Dua Tanggal (Dual Dating)

Peristiwa kemudian yang diketahui sesudah tanggal laporan auditor sering kali
menyebabkan pekerjaan audit tambahan yang diperlukan karena peristiwa kemudian itu
berdampak terhadap saldo akun, estimasi akuntansi, penyisihan, dan berbagai pengungkapan
dalam laporan keuangan. Dalam situasi seperti itu, laporan auditor yang baru akan diterbitkan.
Laporan baru ini tidak diberi tanggal lebih awal dari tanggal persetujuan laporan keuangan.

Namun, untuk peristiwa kemudian tertentu, pekerjaan audit tambahan dapat dibatasi
hanya pada perubahan laporan keuangan seperti dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan
terkait.Dalam situasi ini (jika ketentuan perundang-undangan membolehkannya), tanggal laporan
auditor semula.Akan tetapi suatu tanggal baru ditambahkan, sehingga ada dua tanggal laporan
auditor. Pemberian dua tanggal (dual dating)menginformasikan kepada pembaca bahwa prosedur
audit sesudah tanggal laporan auditor semula terbatas pada perubahan yang dibuat kemudian.
Contoh situasi yang menggunakan dual dating.Tanggal laporan auditor semula adalah 24
Maret 2015.Pada tanggal 17 Mei 2015, perusahaan mengumumkan penjualan aset
utamanya.Suatu catatan (baru) atas laporan keuangan dibuat (misalnya Catatan Nomor 21) yang
menjelaskan peristiwa tersebut. Pekerjaan audit atas hal-hal yang dijelaskan dalam Catatan
Nomor 21, selesai pada tanggal 31 Mei 2015. Kalimat yang menjelaskan pemberian dua tanggal
pada laporan auditor (dual dating) adalah sebagai berikut: “24 Maret 2015 kecuali mengenai
Catatan Nomor 21, yang bertanggal 31 Mei 2015.”

BAB 13

KESINAMBUNGAN USAHA

Tiga tahap dalam proses audit atas kesinambungan usaha

Tahap 1 – Risk assessment (menilai risiko)

a. Pertimbangkan dan Tanya kepada manajemen apakah ada peristiwa atau kondisi yang
mungkin menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan.
b. Reviu penilaian yang dilakukan manajemen tentang kemungkinan adanya peristiwa atau
kondisi tersebut di atas, dan tanggapan atau rencana manajemen menghadapi peristiwa
atau kondisi tersebut.
c. Tetap waspada terhadap peristiwa atau kondisi selama berlangsungnya audit.
Tahap 2 – Risk response (menanggapi risiko)

a. Jika peristiwa atau kondisi telah diidentifikasi:


1) Tanya kepada manajemen, apa rencana tindakan mereka;
2) Evaluasi rencana tindakan manajemen tersebut;
3) Reviu keandalan data yang digunakan dan pendukung asumsi prakiraan arus kas
b. Tanya kepada manajemen tentang peristiwa atau kondisi di luar/sesudah periode
penilaian yang dilakukan manajemen.
c. Pertimbangkan fakta atau informasi tambahan yang masuk secara bertahap; waspada
selama berlangsungnya audit.
Tahap 3 – Reporting (Pelaporan)

a. Tentukan apakah:
1) Terjadi ketidakpastian yang material, berkenaan dengan peristiwa atau kondisi yang
diidentifikasi;
2) Asumsi kesinambungan usaha, masih tepat.
b. Apakah laporan keuangan menjelaskan secara utuh “kekhawatiran” akan peristiwa atau
kondisi, dan mengungkapkan setiap ketidakpastian yang material?
c. Peroleh representasi manajemen (management representations)
Tujuan auditor dalam kesinambungan usaha :

a) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang tepat/tidaknya penggunaan asumsi
kesinambungan usaha oleh manajemen dalam membuat laporan keuangan;
b) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah ada ketidakpastian
material mengenai peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan
mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan; dan
c) Menentukan implikasinya terhadap laporan auditor
Rangkuman ISA 570.10 dan 570.11

Sudahkah Identifikasi
Apakah manajemen peristiwa yang
peristiwa/kondi melakukan menimbulkan
si yang penilaian keraguan dan
menimbulkan mengenai dapatkan
keraguan kemampuan rencana
tentang kesinambung tanggapan
kesinambungan an usaha manajemen
entitas?

Evaluasi rencana
tanggapan
Bahas dengan manajemen
manajemen
adanya peristiwa/kondisi, dan
dan/atau
dapatkan tanggapan
dokumen
manajemen
pendukungnya

Selama audit, tetap waspada terhadap


Simpulkan apakah ada
peristiwa yang menimbulkan keraguan tentang
ketidakpastian material
kesinambungan usaha entitas.
atau jika penggunaan
asumsi kesinambungan
usaha tidak tepat

Anda mungkin juga menyukai