Disusun Oleh :
Akuntansi / Semester V / Kelas C / Kelompok
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
UPN VETERAN JAWA TIMUR
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kami
kesehatan dan kekuatan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
PIHAK-PIHAK YANG BERELASI dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Herliana Olfah selaku dosen mata
kuliah Pemeriksaan Akuntansi I yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang telah
bekerjasama guna menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak informasi,
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas kepada kita semua. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami butuhkan demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.
Transaksi pihak pihak dalam hubungan istimewa dewasa ini mendapat perhatian yang
sangat serius baik dari dalam kalangan dunia bisnis maupun dari pihak otoritas perpajakan. Pada
dasarnya transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu kesepakatan
atau pengaturan bisnis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang saling tidak bebas satu dengan
lainnya untuk tujuan tertentu. Unsur kesepakatan dalam menentukan harga transaksi adalah hal
yang paling menjadi perhatian, karena kesepakatan dalam penentuan harga dapat membawa
dampak keuntungan maupun kerugian bagi pihak-pihak terkait (stake holder). Stake holder yang
perlu mendapat informasi yang transparan dari transaksi di atas antara lain, investor, kreditor,
pemegang saham (share holder).
Yang wajib dilaporkan meliputi hakikat hubungan istimewa, jenis transaksi serta nilainya.
PSAK ini mengacu pada Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standard)
No. 24.
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa memiliki dua hipotesis yang
bertolak belakang yaitu sebagai transaksi opportunis atau sebagai transaksi yang efisien. Sebagai
transaksi yang opportunis dalam hal transaksi dengan yang memiliki hubungan istimewa
menyebabkan conflict of interest yang konsisten dengan agency theory, seperti yang
dikemukakan oleh Berle dan Means (1932) dan Jensen dan Meckling (1976). Transaksi dengan
yang memiliki hubungan istimewa dapat digunakan sebagai alat untuk expropriation of the firms
resources. Hipotesis yang lain bahwa transaksi dengan yang memiliki hubungan istimewa
merupakan transaksi yang dilakukan dalam pertimbangan efisiensi untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja Cakupan dan ISA yang menjadi Acuan Bab 11 ini?
2. Bagaimana prosedur menilai dan menanggapi resiko?
3. Bagaimana tahapan pelaporan?
4. Apa yang dimaksud dengan pihak-pihak yang berelasi?
5. Apa saja factor resikonya?
6. Bagaimana cara mempertimbangkan transaksi pihak berelasi?
7. Mengapa menanggapi resiko dapat menjadi kewajiban auditor?
8. Bagaiamana kewajiban auditor dalam pelaporan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Cakupan dan ISA Acuan
ISA yang menjadi acuan untuk pembahasan dalam bab ini ialah ISA 550. ISA menggunakan
beberapa istilah yang akan dibahas berikut ini (lihat ISA 550.10).
1. Arms length transaction adalah transaksi diantara pihak-pihak (pembeli dan penjual)
yang bebas, tidak saling terkait dan bertindak independen satu terhadap yang lain. Oleh
karena itu, transaksi ini dijalankan dengan syarat dan kondisi yang terbaik untuk mereka
masing-masing pihak (in their best interest).
2. Related party , Dalam mendefinisikan istiulah ini, ISA 550.10 mengembalikannya kepada
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (applicable financial reporting framework).
Namun, jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak mengaturnya (atau
menyebutnya secara sambil lalu, dan sangat minim), maka ISA memaknai related party
sebagai:
a. Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh, secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap entitas
pelapor.
b. Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruh, secara langsung atau tidak
langsung melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor atau
c. Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melalui :
1) Pemilikan dibawah kendali bersama.
2) Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat atau
3) Anggota manajemen kunci yang sama.
Menurut ISA 550.10, entitas dibawah pengendalian bersama pemerintah pusat (BUMN)
atau daerah (BUMD) tidak dianggap pihak berelasi, kecuali jika mereka terlibat transaksi
signifikan (diantara mereka) atau saling menggunakan sumber daya signifikan diantara mereka.
Prosedur audit untuk bertransaksi pihak-pihak yang berelasi tersebar diketiga tahap
proses audit. Dalam setiap tahap dari ketiga tahap dalam proses audit, yaitu Risk Assessment
(Penilaian Risiko), Risk Response (Menaggapi Risiko),dan Reporting (Pelaporan) ada sejumlah
prosedur dan pertanyaan yang relevan dengan audit pihak-pihak yang berelasi dan transaksi
berelasi.
Tahap Pelaporan
1. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
2. Apakah terjadi salah saji yang material karena adanya transaksi hubungan pihak berelasi?
3. Apakah pengungkapan dalam laporan keuangan, benar dan cukup?
4. Dapatkan representasi/pernyataan manajemen.
5. Laporkan temuan audit tentang pihak-pihak yang berelasi.
ISA 550.9 menegaskan tujuan auditor dalam mengaudit pihak-pihak yang berelasi. Lepas dari
apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan mengenai pihak
berelasi, auditor wajib memahami hubungan pihak yang berelasi yang cukup untuk :
a) Mengenal faktor risiko kecurangan yang timbul dari hubungan pihak berelasi dan
transaksi hubungan pihak berelasi sesuai identifikasi dan penilaian risiko salah saji
material karena kecurangan.
b) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sepanjang dipengaruhi oleh hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak
berelasi:
i. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan penyajian
yang layak) atau
ii. Tidak menyesatkan (kerangka pelaporan keuangan kepatuhan)
Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan tentang pihak
terkait, tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
hubungan istimewa dan transaksi hubungan istimewa sudah diidentifikasi, dipertanggung
jawabkan dan diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
Pihak berelasi tidak independen satu dengan yang lain. Oleh karena itu ,risiko terjadinya salah
saji material melalui transaksi hubungan pihak berelasi umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan transaksi diantara pihak-pihak yang bebas (unrelated parties). Dampak transaksi
hubungan pihak yang berelasi, bisa berupa laba yang dinyatakan terlalu tinggi (overstated) atau
rendah (understated) karena harga yang diatur (transfer pricing).
Auditor harus senantiasa waspada terhadap informasi pihak-pihak yang berelasi ketika
mereview catatan atau dokumen selama audit berlangsung. Auditor menginspeksi dokumen
penting tertentu, tetapi bukan melakukan investigasi yang ekstensif terhadap catatan dan
dokumen yang secara khusus diarahkan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi.
Karena pihak-pihak yang berelasi tidak independen satu sama lain, banyak kerangka
pelaporan keuangan menetapkan persyaratan akuntansi dan pengunngkapan yang spesifik untuk
hubungan pihak berelasi, serta transaksi saldo-saldonya.
Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan tertentu
untuk akuntansi dan pengungkapan pihak-pihak yang berelasi, auditor bertanggungjawab untuk
melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi,menilai dan menanggapi risiko salah saji
material karena entitas tidak membukukan dan mengungkapkan pihak-pihak yang berelasi,
transaksi, saldo-saldonya yang sesuai.
Dalam Hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan yang
sangat minim atau bahkan tidak menetapkan persyaratan apa pun tentang pihak-pihak yang
berelasi, auditor tetap harus memperoleh pemahaman yang cukup tentang hubungan dan
transaksi pihak-pihak yang berelasi agar ia dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan,
sepanjang dipengaruhi hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi :
1. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan penyajian yang
layak) atau
2. Tidak menyesatkan (kerangka pelaporan keuangan kepatuhan).
2.3. Tahap 1 Menilai risiko
Untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material berkenaan dengan
hubungan pihak-pihak berelasi, auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal.
Pertimbangan mengenai transaksi pihak yang berelasi
MASALAH PERTIMBANGAN UNTUK MELAKUKAN
Ketahui sifat dan Tanyakan :
dampak hubungan dan 1. Identitas pihak-pihak yang berelasi.
transaksi pihak pihak 2. Sifat hubungn antara entitas dan pihak-pihak yang
yang berelasi berelasi.
3. Jenis dan tujuan dari setiap transaksi dengan pihak-pihak
yang berelasi.
4. Pengendalian,jika ada, yang dibangun manajemen untuk:
a. Mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan (account
for), dan mengungkapkan hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi sesuai kerangka
pelaporankeuangan yang berlaku.
b. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan
dan pengaturan dengan pihak-pihak yang berelasi;
dan
c. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan di
luar jalur bisnis yang normal.
Lihat kemungkinan 1. Diskusikan diantara anggota tim audit kerentanan
adanya kecurangan laporan keuangan terhadap salah saji material karena
kecurangan atau kesalahan yang berasal dari hubungan
dan transaksi pihak-pihak yang berelasi.
2. Perhatikan dominasi satu atau beberapa orang terhadap
manajemen, tanpa diimbangi pengendalian, indikator
pengaruh yang mendominasi, antara lain :
a. Pihak-pihak yang berelasi memveto keputusan bisnis
yang signifikan, yang dibuat manajemen atau TCWG
(those charged with governance)
b. Transaksi yang signifikan diminta persetujuan final
dari pihak-pihak yang berelasi.
c. Tidak ada/hanya sedikit perdebatan/tukar pendapat
diantara manajemen dan TCWG mengenai proposal
bisnis yang disponsori pihak-pihak yang berelasi.
d. Transaksi yang melibatkanpihak-pihak yang berelasi.
3. Pengaruh yang mendominasi sering terlihat dalam kasus
dimana pihak-pihak yang berelasi sangat berperan dalam
berdirinya entitas dan melanjutkan peran tersebut
sebagai pengelola entitas.
4. Jika faktor risiko kecurangan ditemukan, buatlah
penilaian risiko salah saji material.
Waspada selama Selama audit, auditor harus senantiasa waspada terhadap
menginspeksi catatan informasi yang belum diungapkan tentang adanya hubungan
atau dokumen atau transaksi pihak-pihak yang berelasi. Inspeksi dokumen
berikut :
a. Konfirmasi bank dan pengacara/penasihat hukum yang
diperoleh sebagai bagian dari prosedur audit.
b. Risalah rapat umum/khusus pemegang saham dan
TCWG.
c. Catatan atau dokumen lain yang menurut auditor perlu
diinspeksi.
Identifikasi risiko yang Transaksi pihak-pihak yang berelasi yang signifikan diluar jalur
signifikan bisnis yang normal akan dapat menimbulkan risiko signifikan.
Kotak 11-5 menyajikan kutipan dari ISA 550 mengenai kewajiban auditor dalam menanggapi risiko yang
diidentifikasi dan dinilainya.
ISA TERJEMAHAN
550.20 Sebagai bagian dari persyaratan/ketentuan dalam ISA 330 bahwa auditor menanggapi
risiko yang dinilai-(nya), auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko salah
saji material yang dinilai terkait dengan hubungan atau transaksi pihak-pihak yang
berelasi. Prosedur audit ini wajib meliputi prosedur audit yang diharuskan dalam alinea
21-24.
550.21 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang
sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor,
auditor wajib menentukan apakah situasi yang mendasarinya menegaskan adanya
hubungan dan transaksi tersebut.
550.22 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang
sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor,
auditor wajib:
a) segera mengomunikasikan informasi yang relevan kepada anggota tim audit yang
lain;
b) dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan
tentang pihak-pihak yang berelasi:
i. minta manajemen mengidentifikasi semua transaksi pihak-pihak yang berelasi
yang baru diidentifikasi untuk evaluasi selanjutnya oleh auditor; dan
ii. tanyakan mengapa pengendalian entitas atas hubungan atau transaksi pihak-
pihak berelasi gagal membantu (manajemen) mengidentifikasi atau
mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi;
c) laksanakan prosedur audit substantif yang tepat berkenaan dengan hubungan atau
transaksi pihak-pihak yang berelasi yang baru diidentifikasi;
d) pertimbangkan kembali kemungkinan adanya transaksi pihak-pihak yang berelasi
lain atau yang signifikan yang masih belum diidentifikasi atau diungkapkan oleh
manajemen kepada auditor, dan laksanakan prosedur audit tambahan yang
diperlukan; dan
e) jika tidak diungkapkannya (hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi)
oleh manajemen agaknya merupakan kesengajaan (dan karenanya merupakan
indikasi risiko salah saji material karena kecurangan), evaluasi implikasinya
terhadap audit.
550.23 Untuk transaksi pihak-pihak yang berelasi signifikan di luar jalur bisnis normal, yang
diidentifikasi, auditor wajib:
a) menginspeksi kontrak atau perjanjian yang mendasari (transaksi pihak-pihak yang
berelasi) dan mengevaluasi apakah:
i. alasan bisnis yang sehat (atau ketiadaan alasan bisnis yang sehat) dari transaksi
tersebut yang mengarah pada dugaan bahwa transaksi itu dibuat (semata-mata)
untuk pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau
menyembunyikan penjarahan aset;
ii. syarat-syarat transaksi memang sesuai dengan penjelasan manajemen; dan
iii. transaksi sudah dicatat dan dilaporkan dengan benar dan diungkapkan sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b) memperoleh bukti audit bahwa transaksi (pihak-pihak yang berelasi) telah
diotorisasi dan disetujui dengan benar.
550.24 Jika manajemen membuat asersi dalam laporan keuangan bahwa transaksi pihak-pihak
yang berelasi dibuat dengan syarat-syarat yang setara dengan transaksi bebas, auditor
wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang asersi tersebut.
Dalam menanggapi risiko salah saji material yang diidentifikasi berkenaan dengan hubungan
dan transaksi pihak-pihak yang berelasi, auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal yang
disebutkan dalam kutipan ISA di atas.
Kotak 11-7 menyajikan kutipan dari ISA 550 mengenai kewajiban auditor dalam tahap ini.
ISA TERJEMAHAN
550.25 Dalam merumuskan pendapat atas laporan keuangan sesuai ISA 700, auditor wajib
mengevaluasi apakah:
a) hubungan dan transaksi pihak berelasi yang diidentifikasi sudah dicatat, dilaporkan,
dan diungkapkan dengan tepat sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku; dan
b) dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
i. menghalangi laporan keuangan dalam mencapai penyajian yang layak (untuk
kerangka penyajian yang layak); atau
ii. menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan).
550.26 Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan mengenai
pihak berelasi, auditor wajib memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika
tepat, TCWG, bahwa:
a) mereka sudah mengungkapkan kepada auditor, identitas pihak-pihak yang berelasi
dan semua hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi yang mereka ketahui;
dan
b) mereka sudah mencatat, melaporkan, dan mengungkapkan hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi sesuai ketentuan kerangka pelaporan keuangan.
550.27 Kecuali jika semua TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib
mengomunikasikan hal-hal yang timbul selama audit berkenaan dengan pihak-pihak
yang berelasi.
550.28 Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi auditnya, nama-nama dari pihak -
pihak yang berelasi yang diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-pihak yang berelasi
tersebut.
Dalam tahap audit terakhir berkenaan dengan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi,
auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal yang dlsebutkan dalam kutipan ISA di atas.
Pertimbangan mengenai transaksi pihak yang berelasi
MASALAH PERTIMBANGKAN UNTUK MELAKUKAN
Dokumen dan laporan 1. Dokumentasikan nama-nama dari pihak-pihak yang berelasi yang
diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-pihak yang berelasi tersebut.
2. Komunikasikan kepada TCWG hal-hal signifikan yang timbuI selama
audit berkenaan dengan pihak-pihak yang berelasi.
Representasi Peroleh representasi tertulis dari manajemen (dan TCWG), bahwa:
manajemen 1. semua pihak berelasi dan transaksinya sudah diungkapkan; dan
2. hubungan dan transaksi pihak berelasi sudah dicatat, dilaporkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan, dengan benar
Tentukan apakah Modifikasi laporan auditor jika:
laporan auditor harus 1. tidak mungkin mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat
dimodifikasi mengenai pihak berelasi dan transaksi pihak berelasi; atau
2. pengungkapan manajemen dalam laporan keuangan (seperti diharuskan
dalam pelaporan keuangan yang berlaku) tidak cukup.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
3.2. Saran
Saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Pihak otoritas pajak dan Wajib Pajak harus saling bekerjasama dalam memecahkan
permasalahan dokumentasi untuk menghindari adanya persyaratan dokumentasi yang
berlebihan. Selain itu, juga untuk memberikan informasi yang memadai untuk menerapkan
prinsip kewajaran.
2. Metode untuk menyelidiki adanya prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arms length
principle) dalam praktik perlu dipahami oleh investor. Dengan begitu, investor bisa menilai
apakah transaksi yang dilakukan oleh perusahaan publik dengan perusahaan afiliasinya
mengandung unsur transfer pricing atau tidak.