Anda di halaman 1dari 29

RESUME AUDIT I

Pt. 13 ESTIMASIAKUNTANSI, PIHAK-PIHAK TERKAIT/HUBUNGAN ISTIMEWA,


KEBERLANGSUNGAN USAHA

Dosen : Delfi Panjaitan, S.E.,M.Si.,Ak.,BKP., CA.,CPA.,CLI.,ASEAN CPA.

Nama : Natachia Novridi A.

NIM : 2121083

Kelas : SA401

A. ESTIMASI AKUNTANSI
Audit atas estimasi akuntansi tersebar di ketiga tahap dalam menyajikan proses ini dengan
serangkaian pertanyaan dan satu perintah (peroleh representasi manajemen).

Audit atas Estimasi Akuntansi


Tahap Risk Assessment (Penilaian Risiko)
Estimasi akuntansi apa saja yang diperlukan dalam laporan keuangan?
Bagaimana estimasi ini dibuat?
Berapa signifikannya estimasi ini?
Apakah auditor memerlukan bantuan tenaga ahli?
Berapa akuratnya estimasi di tahun yang lalu?
Apakah ada bukti mengenai biasnya manajemen dalam proses estimasi?
Berapa besarnya ketidakpastian proses estimasi ini?

Tahap Risk Response (Menanggapi Risiko)


Apakah estimasi dibuat dengan cara yang benar, dengan metodologi yang konsisten?
Apakah bukti pendukung untuk melakukan estimasi dapat diandalkan?
Apakah ada bukti tentang terjadinya kecurangan?

Tahap Reporting (Pelaporan)


Apakah pengungkapan (disclosures) mengenai estimasi akuntansi dalam laporan keuangan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan?
Jika hal ini merupakan risiko yang signifikan, apakah ketidakpastian proses estimasi
diungkapkan (ada disclosure) dalam laporan keuangan?
Peroleh representasi manajemen.

Tujuan Auditor-Estimasi Akuntansi


Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah:
a) estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi dengan nilai wajar, dalam laporan keuangan,
baik yang diakui atau yang diungkapkan, adalah wajar; dan
b) pengungkapan atau disclosures (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam laporan
keuangan (sudah) cukup, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Ada istilah tertentu yang digunakan dalam ISA sehubungan dengan estimasi akuntansi. ISA 540.7
memberikan definisi terhadap istilah-istilah tersebut.
Estimasi Akuntansi-Definisi Istilah
Untuk keperluan ISAs, istilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan di bawah.
a) Accounting estimate  Nilai yang mendekati suatu nilai uang, (yang digunakan) dalam
ketiadaan pengukuran yang tepat. Istilah (estimasi) ini digunakan untuk jumlah (uang)
yang diukur dengan nilai wajar (fair value) di mana ada ketidakpastian dalam estimasi
(estimation uncertainty), maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan estimasi. Dalam
hal ISA hanya membahas estimasi akuntansi (accounting estimates) dengan pengukuran
nilai wajar, istilah “fair value accounting estimates” (“estimasi akuntansi nilai wajar”) yang
digunakan.
b) Auditor’s point estimate atau auditor’s range  Jumlah, atau rentang jumlah, yang diambil
dari bukti audit untuk digunakan dalam mengevaluasi management’s point estimate.
c) Estimation uncertainty  Kerentanan estimasi akuntansi dan disclosures (pengungkapan)
terkait (dengan estimasi akuntansi itu) karena ketiadaan presisi yang melekat dalam
pengukuran (pada setiap estimasi).
d) Management bias  Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan
informasi.
e) Management’s point estimate  Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan
(terhadap) atau disclosure (mengenal) estimasi akuntansi.
f) Outcome of an accounting estimate  Jumlah/nilai uang sebenarnya dari penyelesaian
transaksi, peristiwa, atau kondisi yang mendasari estimasi akuntansi.

Selayang Pandang
Ketika mengaudit estimasi, tujuannya adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
mengenai apakah:
1. Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi dengan nilai wajar, dalam laporan
keuangan, baik yang diakui atau yang diungkapkan, adalah wajar, dan
2. Pengungkapan (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam laporan keuangan
(sudah) cukup, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Pengukuran estimasi akuntansi bisa berbeda-beda tergantung persyaratan atau kewajiban


dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan item dalam laporan keuangan. Tujuan
pengukuran dari suatu estimasi bisa untuk:
1. Membuat prakiraan atau forecast mengenai outcome satu atau lebih transaksi, peristiwa,
atau kondisi yang menyebabkan estimasi akuntansi perlu dibuat; atau
2. Menentukan nilai dari transaksi berjalan atau item laporan keuangan berdasarkan kondisi
yang ada pada tanggal pengukuran, seperti taksiran harga pasar (estimated market price)
dari suatu jenis aset atau kewajiban tertentu. Ini dapat meliputi pengukuran nilai wajar
(fair value measurements).
Risiko salah saji yang material karena estimasi sering kali didasarkan pada tingkat
ketidakpastian estimasi (estimation uncertainty) dalam membuat estimasi. Beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan disajikan dalam kotak tingkat ketidakpastian estimasi yang menggunakan
singkatan RMM, dari risk of material misstatements atau risiko salah saji yang material.
Dengan kearifan profesionalnya, auditor harus menentukan apakah estimasi akuntansi
dengan ketidakpastian estimasi yang tinggi (high estimation uncertainty) mengandung risiko yang
signifikan. Jika auditor mengidentifikasi adanya risiko yang signifikan, ia juga harus memperoleh
pemahaman mengenai pengendalian entitas, termasuk kegiatan pengendalian (control activities).

TINGKAT KETIDAKPASTIAN ESTIMASI


Tingkat Ketidakpastian Rendah (RMM Tingkat Ketidakpastian Tinggi (RMM
rendah) tinggi)
Aktivitas bisnis tidak kompleks. Sangat bergantung pada judgment, misalnya
putusan majelis hakim dalam perkara tuntutan
atau timing dari arus kas di kemudian hari,
menyangkut ketidakpastian mengenai
peristiwa di periode yang akan datang.
Berhubungan dengan transaksi rutin. Tidak dihitung dengan teknik pengukuran
yang diakui.
Diambil dari data (yang di dalam fair value Telaahan auditor terhadap estimasi serupa
accounting diistilahkan sebagai “observable” ditahun yang lalu menunjukkan perbedaan
atau dapat diamati) yang tersedia, seperti data yang besar antara estimasi akuntansi dan hasil
mengenai tingkat bunga yang dipublikasi atau sebenarnya (actual outcome).
harga saham di bursa.
Metode pengukuran menurut kerangka Estimasi akuntansi nilai wajar (fair value
pelaporan keuangan yang berlaku adalah accounting estimates) untuk instrumen
sederhana dan mudah diterapkan. keuangan derivatif yang tidak diperdagangkan
secara umum (not publicly traded).
Estimasi akuntansi nilai wajar yang Estimasi akuntansi nilai wajar yang
menggunakan model (untuk mengukur menggunakan model dari entitas yang
estimasi akuntansi) yang populer atau telah berspesialisasi dalam bidang itu, atau yang
diterima umum, di mana asumsi atau input menggunakan asumsi atau input untuk model
untuk model itu dapat diamati di pasar itu yang tidak dapat diamati di pasar (misalnya
(misalnya di bursa saham). di bursa saham).

Ketika bukti audit sudah diperoleh, kewajaran estimasi dievaluasi dan luasnya salah saji
diidentifikasi:
1. dalam hal bukti mendukung suatu point estimate, perbedaan antara auditor’s point estimate dan
management’s point estimate merupakan suatu salah saji;
2. dalam hal auditor menyimpulkan bahwa dengan menggunakan auditor’s range of
reasonableness (kisaran yang menurut auditor adalah wajar) memberikan bukti audit yang cukup
dan tepat, maka management’s point estimate di luar kisaran tersebut tidaklah didukung oleh bukti
audit. Dalam hal itu, salah saji tidak lebih kecil dari perbedaan antara management’s point estimate
dan titik terdekat dari kisaran perkiraan auditor.
Perbedaan antara hasil akhir dari suatu estimasi akuntansi (outcome of an accounting
estimate) dan jumlah yang semula diakui dan diungkapkan dalam laporan keuangan tidak serta-
merta merupakan salah saji. Ini sering terjadi dalam fair value accounting estimates, di mana
outcome dipengaruhi oleh peristiwa atau kondisi sesudah tanggal pengukuran untuk tujuan
penyajian laporan keuangan.

Penilaian Risiko
Disajikan alinea-alinea dari ISA 540 yang relevan dengan estimasi akuntansi dalam tahap
penilaian risiko (risk assessment) sebagai berikut.
ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Penilaian Risiko
ISA POKOK PENJELASAN ISA 540 UNTUK ALINEA YANG
BAHASAN BERSANGKUTAN
540.8 Pemahaman Sewaktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan
auditor mengenai terkait untuk memperoleh pemahaman mengenai entitas dan
entintas & lingkungannya, termasuk pengendalian intern entitas
lingkungannya. sebagaimana disyaratkan oleh ISA 315, auditor wajib
memperoleh pemahaman mengenai hal-hal berikut sebagai
dasar untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
material berkenaan dengan estimasi akuntansi:
a) Persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
yang relevan dengan estimasi akuntansi, termasuk
disclosures (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi).
b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi,
peristiwa, dan kondisi yang menimbulkan kebutuhan akan
estimasi akuntansi yang harus diakui/dinyatakan atau
diungkapkan dalam laporan keuangan. Dalam memperoleh
pemahaman ini, auditor wajib menanyakan kepada
manajemen mengenai perubahan dalam situasi yang
menimbulkan kebutuhan akan estimasi akuntansi baru, atau
kebutuhan untuk merevisi estimasi akuntansi.
c) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan
pemahaman mengenai data yang menjadi dasar dari estimasi
akuntansi tersebut, termasuk:
i. metode, termasuk model, jika ada, yang digunakan
untuk membuat estimasi akuntansi;
ii. pengendalian yang relevan (dengan estimasi
akuntansi);
iii. apakah manajemen menggunakan management
expert;
iv. asumsi yang mendasari estimasi akuntansi;
v. apakah ada atau seharusnya ada perubahan dalam
metode untuk membuat estimasi akuntansi, dari yang
digunakan tahun lalu;
vi. apakah ada ketidakpastian estimasi, dan jika ada,
bagaimana manajemen menilai dampak
ketidakpastian tersebut.
540.9 Reviu hasil akhir Auditor wajib mereviu hasil akhir (outcome) estimasi akuntansi
(outcome) estimasi dalam laporan keuangan tahun lalu, atau jika ada, estimasi ulang
akuntansi kemudian (subsequent re-estimation) untuk tujuan tahun
berjalan. Sifat dan luasnya reviu auditor memperhitungkan sifat
estimasi akuntansi, dan apakah informasi yang diperoleh dari
reviu ini akan relevan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji material akibat) estimasi akuntansi yang dibuat dalam
laporan keuangan tahun berjalan. Namun, reviu ini tidak
dimaksudkan untuk mempertanyakan judgments yang dibuat
tahun lalu berdasarkan informasi yang ada pada waktu itu.
540.10 Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material,
sebagaimana disyaratkan ISA 315, auditor wajib mengevaluasi
tingkat ketidakpastian estimasi terkait dengan estimasi
akuntansi.
540.11 Auditor wajib menentukan apakah, dalam pandangannya, semua
estimasi yang telah diidentifikasi mempunyai ketidakpastian
estimasi yang tinggi, menimbulkan risiko yang signifikan.

Berikut ini disajikan area utama yang menjadi perhatian auditor dalam estimasi akuntansi pada
tahap pertama suatu proses audit, yakni tahap penilaian risiko.
Perhatian Auditor dalam Tahap Penilaian Risiko
PERHATIAN AUDITOR PADA PENJELASAN
Bagaimana mengidentifikasi Bisa berasal dari kerangka akuntansi yang digunakan
kebutuhan entitas melakukan atau dari transaksi, peristiwa, dan kondisi di mana entitas
estimasi? perlu membuat estimasi akuntansi yang kemudian diakul
atau diungkapkan dalam laporan keuangan, Auditor juga
bertanya kepada manajemen tentang perubahan situasi
yang memerlukan estimasi akuntansi yang baru, atau
perlunya revisi atas estimasi akuntansi yang ada.
Proses manajemen membuat Reviu dan evaluasi proses estimasi manajemen,
estimasi termasuk penyusunan asumsi yang menjadi dasar
estimasi, keandalan data yang digunakan, dan proses
persetujuan atau reviu internal. Juga kalau ada, reviu atas
penggunaan management expert.
Kebutuhan akan management expert timbul, misalnya
karena:
1. kekhususan masalah yang memerlukan estimasi;
2. sifat teknis dari model-modal yang digunakan untuk
memenuhi ketentuan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku (misalnya beberapa pengukuran yang
menggunakan fair value); dan
3. transaksi, peristiwa, dan kondisi yang memerlukan
estimasi akuntansi, merupakan hal yang tidak biasa
atau jarang terjadi di entitas itu.
Hasil akhir/realisasi Reviu/outcome Reviu outcome dari estimasi yang dibuat tahun lalu.
dari estimasi yang dibuat tahun lalu. Pahami alasan mengenai selisih antara estimasi tahun
lalu dengan realisasi (actual amount). Prosedur ini akan
membantu memahami:
1. efektif/tidaknya proses estimasi manajemen;
2. adanya kemungkinan management bias (reviu atas
estimasi untuk melihat kemungkinan fraud,
diharuskan dalam ISA 240);
3. adanya bukti audit yang penting untuk estimasi
tersebut; dan
4. luasnya ketidakpastian estimasi, yang mungkin
perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
Seberapa luasnya ketidakpastian Pertimbangkan hal-hal berikut.
estimasi dalam proses estimasi ini? 1. Luasnya management's judgment yang digunakan.
2. Sensitivitas asumsi-asumsi yang digunakan,
terhadap perubahan.
3. Adanya teknik pengukuran yang diakui, yang dapat
mengurangi ketidakpastian.
4. Panjangnya forecast period dan relevansi data yang
digunakan.
5. Tersedianya data andal dari sumber eksternal
6. Seberapa banyaknya estimasi itu menggunakan
masukan yang dapat/ tidak dapat diamati
(observable/ unobservable inputs).
7. Kerentanan terhadap management bias.
Catatan: Tentukan apakah estimasi akuntansi dengan
ketidakpastian estimasi yang tinggi juga merupakan
risiko signifikan yang harus diperhatikan auditor.
Pentingnya estimasi Dalam menilai risiko salah saji material, pertimbangkan:
- hal-hal yang disajikan dalam kotak ini
- besarnya estimasi, baik yang berkenaan dengan
besaran outcome sesungguhnya maupun jumlah
ekspektasi; dan
- apakah estimasi itu merupakan risiko signifikan.
(lihat pembahasan di atas)

Tanggapan atas Risiko


Pembahasan mengenai estimasi akuntansi di dalam bagian ini, masuk dalam tahap kedua
dari proses audit, yakni tahap Risk Response. Dalam tahap ini auditor memberi tanggapan atas
risiko yang dinilai (assessed risks) pada tahap sebelumnya. Kotak berikut ini menyajikan kutipan
dari ISA 540.12 yang relevan untuk tahap ini Risk Response.
Kotak 10-7 ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Menanggapi Risiko
ISA POKOK PENJELASAN ISA 540 UNTUK ALINEA YANG
PEMBAHASAN BERSANGKUTAN
540.12 Kewajiban auditor Berdasarkan risiko salah saji material yang dinilai (dalam
pasca tahap penilaian tahap penilaian risiko), auditor wajib menentukan:
risiko a) apakah manajemen sudah menerapkan dengan tepat
persyaratan (tentang estimasi akuntansi) dalam kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b) apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi sudah
tepat dan telah diterapkan secara konsisten, dan apakah
perubahan, jika ada, dalam estimasi akuntansi atau
dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi di
tahun lalu masih tepat dalam situasi (tahun berjalan).
540.13 Kewajiban auditor Dalam menanggapi risiko salah saji material yang dinilai,
dalam menanggapi sebagaimana ditetapkan ISA 330, auditor wajib
risiko melaksanakan satu atau lebih hal di bawah, dengan
mempertimbangkan sifat estimasi akuntansi.
a) Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai
tanggal laporan auditor memberikan bukti audit
mengenal estimasi akuntansi.
b) Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi
akuntansi dan menguji data yang digunakan. Dengan
demikian, auditor wajib mengevaluasi apakah:
i. metode pengukuran yang digunakan adalah tepat
untuk situasi yang dihadapi; dan
ii. asumsi yang digunakan manajemen adalah wajar
sehubungan dengan tujuan pengukuran menurut
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
c) Menguji efektifnya pengendalian mengenai bagaimana
manajemen membuat estimasi akuntansi, bersama
dengan prosedur substantif yang tepat.
i. metode pengukuran yang digunakan adalah tepat
untuk situasi yang dihadapi; dan
ii. asumsi yang digunakan manajemen adalah wajar
sehubungan dengan tujuan pengukuran menurut
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
d) Mengembangkan suatu point estimate atau suatu kisaran
(range) untuk mengevaluasi management’s point
estimate. Untuk tujuan ini:
i. jika auditor menggunakan asumsi atau metode
yang berbedadari manajemen, auditor wajib
memperoleh pemahamanmengenai asumsi atau
metode manajemen yang cukup untukmemastikan
bahwa auditor’s point estimate atau kisarannya,
telah memperhitungkan variabel yang relevan dan
untuk mengevaluasi perbedaan yang signifikan
dengan management’s point estimate;
ii. jika auditor menyimpulkan bahwa tepat
menggunakan suatu kisaran, auditor wajib
menyempitkan kisaran tersebut, berdasarkan bukti
audit yang tersedia, sampai semua outcome di
dalam kisaran itu dipandang wajar.
540.14 Mempertimbangkan Dalam menentukan hal-hal yang disebutkan dalam alinea 12
perlunya keterampilan atau dalam menanggapi risiko salah saji material yang dinilai,
terspesialisasi yang disebutkan dalam alinea 13, auditor wajib
mempertimbangkan apakah keterampilan terspesialisasi
(specialized skills) atau pengetahuan yang terkait dengan satu
atau lebih estimasi akuntansi, diperlukan untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat.
Kewajiban auditor Untuk estimasi akuntansi yang merupakan risiko signifikan,
540.15 dalam menghadapi sebagai tambahan terhadap prosedur substantif lain yang
risiko signifikan dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan ISA 330, auditor
wajib mengevaluasi hal-hal berikut.
a) Bagaimana manajemen mempertimbangkan asumsi atau
outcome lain, dan mengapa manajemen menolaknya,
atau bagaimana manajemen menangani ketidakpastian
estimasi dalam membuat estimasi akuntansi.
b) Apakah asumsi signifikan yang digunakan manajemen
adalah wajar.
c) Niat manajemen mengambil tindakan/langkah tertentu
dan kemampuannya bertindak, dalam hal-hal yang
relevan untuk kewajaran asumsi signifikan yang
digunakan manajemen atau penerapan yang tepat dari
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
540.16 Kewajiban auditor Jika menurut auditor, manajemen belum cukup
jika manajemen belum memperhatikan dan menangani dampak dari ketidakpastian
cukup menangani estimasi terhadap estimasi akuntansi yang merupakan risiko
risiko signifikan signifikan, auditor wajib, jika perlu, mengembangkan suatu
kisaran yang digunakan untuk mengevaluasi kewajaran
estimasi akuntansi.

Pelaporan
Pembahasan mengenai estimasi akuntansi di dalam bagian ini, masuk dalam tahap ketiga dari
proses audit, yakni tahap Reporting. Kotak berikut ini menyajikan kutipan dari ISA 540 yang
relevan untuk pembahasan pada tahap ini.
ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Pelaporan
ISA PENJELASAN ISA 540 UNTUK ALINEA YANG BERSANGKUTAN
540.19 Auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah
pengungkapan dalam laporan keuangan mengenai estimasi akuntansi sesuai dengan
persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
540.20 Untuk estimasi akuntansi yang berisiko signifikan, auditor juga wajib mengevaluasi
kecukupan dari pengungkapan mengenai ketidakpastian estimasi dalam laporan
keuangan, dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Langkah terakhir adalah menentukan apakah:


1. Bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh. Dalam hal bukti audit yang cukup dan
tepat tidak tersedia atau bukti yang ada justru bertentangan dengan management’s
estimates, auditor perlu membahas temuannya dengan manajemen dan
mempertimbangkan perlunya mengubah penilaian risiko dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya;
2. Estimasi akuntansi adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, atau disalahsajikan; dan
3. Disclosures (pengungkapan) dalam laporan keuangan mengenai estimasi akuntansi;
a) sesuai dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan
b) ketidakpastian estimasi diungkapkan dengan cukup, jika ketidakpastian estimasi itu
berisiko signifikan.

B. PIHAK-PIHAK TERKAIT
Prosedur audit untuk transaksi pihak-pihak yang berelasi tersebar di ketiga tahap proses
audit. Dalam setiap tahap dari ketiga tahap dalam proses audit, yakni Risk Assessment (Penilaian
Risiko), Risk Response (Menanggapi Risiko), dan Reporting (Pelaporan) ada sejumlah prosedur
dan pertanyaan yang relevan dengan audit pihak-pihak yang berelasi dan transaksi berelasi.
Prosedur dan pertanyaan audit ini dirangkum dalam kotak berikut ini.
Prosedur dan Pertanyaan Audit
Tahap Menilai Risiko
1. Identifikasi siapa pihak-pihak yang berelasi, apakah ada perubahan mengenai siapa pihak-
pihak yang berelasi sejak audit yang lalu.
2. Pahami sifat, luasnya, dan tujuan transaksi dan hubungan di antara pihak-pihak yang
berelasi.
3. Lihat potensi terjadinya kecurangan, misalnya karena adanya tekanan atau dominasi pihak-
pihak yang berelasi.
4. Senantiasa waspada terhadap kemungkinan adanya transaksi dan hubungan di antara
pihak-pihak yang berelasi, selama audit berlangsung.
5. Lihat kemungkinan ada atau terjadinya risiko signifikan.

Tahap Menanggapi Risiko


1. Apakah situasi berisiko yang diidentifikasi auditor, memberi petunjuk keterlibatan pihak-
pihak yang berelasi?
2. Dapatkan bukti untuk mendukung atau menyanggah asersi manajemen tentang sifat, luas,
dan tujuan transaksi hubungan pihak berelasi atau hubungan di antara pihak-pihak yang
berelasi.
3. Jika berada di luar jalur bisnis normalnya entitas, lihat pentingnya transaksi hubungan
pihak berelasi ini dalam konteks seluruh bisnis, misalnya berapa % transaksi hubungan
pihak berelasi dari total penjualan.
4. Perhatikan cara pengukuran/penilaian (misalnya adanya transfer pricing) dan pengakuan
transaksi hubungan pihak berelasi.
5. Lihat kemungkinan ada atau terjadinya kecurangan untuk merancang dan
mengimplementasikan prosedur audit yang tepat.

Tahap Pelaporan
1. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
2. Apakah terjadi salah saji yang material karena adanya transaksi hubungan pihak berelasi?
3. Apakah pengungkapan dalam laporan keuangan, benar dan cukup?
4. Dapatkan representasi/pernyataan manajemen.
5. Laporkan temuan audit tentang pihak-pihak yang berelasi dan berelasi.

ISA 550.9 menegaskan tujuan auditor dalam mengaudit pihak-pihak yang berelasi. Lepas
dari apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan mengenai pihak
berelasi, auditor wajib memahami hubungan diantara pihak-pihak yang berelasi (hubungan pihak
berelasi) dan transaksi hubungan pihak berelasi yang cukup untuk:
a. Mengenal faktor risiko kecurangan yang timbul dari hubungan pihak berelasi dan
transaksi hubungan pihak berelasi atau identifikasi dan penilaian risiko salah saji
material/karena kecurangan.
b. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sepanjang dipengaruhi oleh hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak
berelasi:
 Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan “penyajian
yang layak”) atau
 Tidak menyesatkan (kerangka palaporan keuangan “kepatuhan”).
Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan tentang
pihak berelasi, tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentanga pakag
hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak berelasi sidah diidentifikasi.
dipertanggungjawabkan, dan diungkapkan dengan tepat dalam lapiran keuangan sesuai dengan
kerangak pelaporan keuangan yang berlaku.

Selayang Padang
Pihak berelasi tidak independen satu dengan yang lain. Oleh karena itu, risiko terjadinya salah saji
meterial melalui transaksi hubungan pihak berelasi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
transaksi diantara pihak-pihak yang bebas (unrelated parties).
Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku seringkali menetapkan persyaratan akuntansi dan
pengungkapan mengenai transaksi hubungan pihak berelasi. Persyaratan ini dimaksudkan agar
pemakai laporan keuangan memahami sifat transaksi ini, sifat saldo dalam laporan keuangan, dan
dampak hubungan pihak berelasi. Dampak transksi hubungan pihak berelasi, bisa berupa laba
yang dinyatakan terlalu tinggi (overstated) atau terlalu rendah (understated) karena harga yang
“diatur” (transfer princing).

Faktor Risiko
Transaksi yang sangat rumit
Pihak-pihak yang berelasi beroperasi melalui jaringan dan struktur yang sangat ekstensif dan
rumit.

Hubungan dan transaksi tidak diungkap


 Hubungan pihak berelasi ini sering disembunyikan, karena berpeluang digunakan
manajemen pemilik untuk kolusi dan manipulasi.
 Sistem informasi entitas mungkin tidak berfungsi (atau sengaja dibuat tidak berfungai)
untuk mengidentifikasi dan melaporkan transaksi hubungan pihak berelasi dan saldonya
(hasil dari transaksi hubungan pihak berelasi).
 Manajemen mungkin tidak mengetahui adanya pihak-pihak yang berelasi dan hubungan
istimewa yang diatur pemilik.

Diluar jalur bisnis normal


Sangat boleh jadi transaksi hubungan pihak berelasi tidak dilakukan dengan syarat dan
kondisi yang ada dipasar ebas, misalnya nilai transaksi ditetapkan dibawah atau diatas nilai
wajar (fail values).
Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengungkap pihak-pihak
yang berelasi dan akuntansi atas transaksi hubungan pihak berelasi. Tanggung jawab ini
mengharuskan manajemen mengimplementasikan pengendalian intern yang mampu
mengidentifikasi dan mencatat transaksi hubungan pihak berelasi dengan benar, dan
mengungkapkannya secara lengkap dan benar dalam laporan keuangan.
Auditor harus senantiasa waspada terhadap informasi pihak-pihak yang berelasi ketika
mereviu catatan atau dokumen selama audit berlangsung. Auditor menginspeksi dokumen penting
tertentu, tetapi bukan melakukan investigasi yang ekstensif terhadap catatan dan dokumen yang
secara khusus diarahkan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi.
Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan
yangsangat minim atau bahkan tidak menetapkan persyaratan apapun tentang pihak-pihak yang
berelasi, auditor tetap harus memperoleh pemahaman yang cukup tentang hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi agar ia dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan, sepanjang
dipengaruhi hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berclasi:
1. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan “penyajian yang
layak”); atau
2. Tidak menyesatkan (kerangka pelaporan keuangan “kepatuhan”).
Dalam hal diperolehnya informasi yang mengarah kepada adanya hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi (yang sebelumnya tidak diketahui atau diungkupkan oleh manajemen),
auditor harus memastikan kebenaran informasi tersebut.

Tahap 1 – Menilai risiko


Kewajiban auditor dalam tahap penelian risiko ( Kutipan dari ISA 550)
ISA TERJEMAHAN
550.11 Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait yang diwajibkan
oleh ISA 315 dan ISA 240 dilakukan auditor selama auditnya, auditor wajib
melaksanakan prosedur audit dan kegiatan seperti disebutkan dalam alinea 12-17
untuk memperoleh informasi yang relevan dalam mengidentifikasi risiko salah saji
material terkait dengan hubungan pihak-pihak yang berelasi dan transaksi-
transaksinya.
550.12 Diskusi tim audit yang diwajibkan oleh ISA 315 dan ISA 240 meliputi
pertimbangan mengenai kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji material
karena kecurangan atas kesalahan yang mungkin terjadi karena hubungan pihak-
pihak yang berelasi dan transaksi-transaksinya.
550.13 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen mengenai:
a) Identitas pihak-pihak yang berelasi, termasuk perubahan dari periode yang
lalu;
b) Sifat hubungan antara entitas dan pihak-pihak yang berelasi ini; dan
c) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi dalam
periode berjalan dan jika demikian, jenis dan tujuan transaksi.
550.14 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen dan (pegawai) lain dalam entitas,
dan melaksanakan prosedur penilaian risiko lai yang dipandang tepat, untuk
memperoleh pemahaman mengenai pengendalian yang dibangun manajemen untuk:
a) Mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan, dan mengungkapkan hubungan
pihak-pihak yang berelasi dan transaksi-transaksinya sesuai kerangka
pelaporan kerugian yang berlaku;
b) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan dan pengaturan dengan
pihak-pihak yang berelsasi;
c) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan di luar jalur bisnis yang
normal.
550.15 Selama audit, auditor wajib senantiasa waspada, ketika menginspeksi catataniatau
dokumen, menenai peraturan atau informasi lain yang bisa mengindikasikan adanya
hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang sebelumnya tidak
diidentifikasi atau diungkapkan manajemen kepada auditor.
a) Konfirmasi bank dan pengacara penasihat hukum yang diperoleh sebagai
bagian dari prosedur audit.
b) Risalah rapat umm/khusus pemegang saham dan TCWG (Those Changed With
Governance).
c) Catatan atau dokumen lain yang menurut auditor perlu (diinspeksi) dalam
situasi entitas itu.
550.16 Jika auditor mengidentifikasi transaksi transaksi signifikan di luar jalur bisnis yang
normal, ketika melaksanakan prosedur audit yang diwajibkan oleh alinea 15 atau
melalui prosedur audit lain, auditor wajib menanyakan tentang:
a) Sifat transaksi-transaksi ini; dan
b) Apakah transaksi-transaksi ini melibatkan pihak-pihak yang berelasi.
550.17 Auditor wajib membagi informasi yang relevan yang diperolehnya mengenai pihak-
pihak yang berelasi entitas itu dengan anggota tim audit lainnya.
550.18 Dalam memenuhi kewajiban ISA 315 untuk mengidentifikasi dengan menilai risiko
salah saji material, auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
material terkait dengan hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi dan
menentukan apakah masing-masing risiko tersebut adalah risiko signifikan.
550.19 Jika auditor mengidentifikasi faktor risiko kecurangan (termasuk situasi yang
berhubungan dengan pihak-pihak yang berclasi yang mempunyai pengaruh
dominan) ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait
mengenai pihak-pihak yang berelasi, auditor wajb mempertimbangkan informasi
tersebut ketika mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material karena
kecurangan sesuai dengan ISA 240.
Pertimbangan mengenai Transaksi Pihak Berelasi
 Ketahui sifat dan dampak hubungan dan transaksi pihak- pihak berelasi.
 Lihat kemungkinan adanya kecurangan.
 Waspada selama menginspeksi catatan atau dokumen.
 Identifikasi risiko yang signifikan.

Tahap 2 – Menanggapi Risiko


550.20 Sebagai bagian dari persyaratan/ketentuan dalam ISA 330 bahwa auditor
menanggapi risiko yang dinilainya, auditor merancang dan melaksanakan prosedur
audit selanjutnya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
risiko salah saji material yang dinilai terkait dengan hubungan atau transaksi pihak-
pihak yang berelasi.
550.21 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang
sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor,
auditor wajib menentukan apakah situasi yang mendasarinya menegaskan adanya
hubungan dan transaksi tersebut.
550.22 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi yang
sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada auditor,
auditor wajib:
a) Segera mengomunikasikan informasi yang relevan kepada anggota tim audit
yang lain;
b) Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan
tentang pihak-pihak yang berelasi:Minta manajemen mengidentifikasi semua
pihak-pihak yang berelasi yang baru diidentifikasi untuk dievaluasi selanjutnya
oleh auditor.
c) Laksanakan prosedur audit yang substantive berkenaan dengan hubungan atau
transaksi pihak-pihak yang baru diidentifikasi.
d) Pertimbangkan kembali kemungkinan adanya transaksi pihak-pihak yang
berelasi lain atau yang signifikan yang masih belum diidentifkasi atau
diungkapkan oleh manajemen kepada auditor, dan laksanakan prosedur audit
tambahan yang diperlukan; dan
e) Jika tidak diungkapkannya (hubungan atu pihak-pihak berelasi) oleh
manajemen agaknya merupakan kesengajaan dan karenanya merupakan
indikasi risiko salah saji material karena kecurangan). evaluasi
implikasinya terhadap audit.
550.23 Untuk transaksi pihak-pihak yang berelasi signifikan di luar jalur bisnis normal.
yang diidentifikasi, auditor wajib menginspeksi kontrak atau perjanjian yang
mendasari (transaksi pihak-pihak yang berelasi) dan mengevaluasi apakah:
 Alasan bisnis yang sehat (atau ketiadaan alasan bisnis yang sehat) dari
transaksi tersebut yang mengarah pada dugaan bahwa transaksi itu dibuat
(semata-mata) untuk pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau
menyembunyikan penjarahan aset.
 Syarat-syarat transaksi memang sesuai dengan penjelasan manajemen, dan
transaksi sudah dicatat dan dilaporkan dengan benar dan diungkapkan dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Memperoleh bukti audit bahwa transaksi (pihak-pihak yang berelasi) telah
diotorisasi dan disetujui dengan benar.
550.24 Jika manajemen membuat asersi dalam laporan keuangan bahwa transaksi pihak-
pihak yang berelasi dibuat dengan syarat-syarat yang setara dengan transaksi bebas,
auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang asersi tersebut.

Pertimbangan Mengenai Transaksi Pihak Berelasi


 Dugaan adanya kecurangan berkenaan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
 Transaksi pihak berelasi yang signifikan di luar jalur bisnis normal.
 Asersi manajemen.

Tahap 3 – Pelaporan
550.25 Dalam merumuskan pendapat atas laporan keuangan sesuai dengan ISA 700. auditor
wajib mengevalusi apakah:
a) Hubungan dan transaksi pihak yang berelasi yang diidentifikasi sudah dicatat
dan diungkapakn dengan tepat sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku; dan
b) Dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
 Mengahalangi laporan keuangan dalam mencapai penyajian yang layak
untuk (kerangka penyajian yang layak): atau
 Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka
kepatuhan).
550.26 Dalam hal kernagka pelaporan keuanganyang berlaku menetapkan ketentuan
mengenai pihak berelasi, auditor wajib memeproleh representasi tertulis dari
manajemen dan, jika tepat, TCWG, bahwa:
a) Mereka sudah mengungkapkan kepada auditor, identitas pihak-pihak yang
berelasi yang mereka ketahui: dan
b) Mereka sudah mencatat, melaporkan dan mengungkapkan hubungan dan
transaksi pihak-pihak yang berelasi sesuai kerangka pelaporan keuangan.
550.27 Kecuali jika semua TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib
mengkomunikasikan hal-hal yang timbul selama audit berkenaan dengan pihak-
pihak yang berelasi.
550.28 Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi auditnya, nama-nama dari pihak
yang berelasi yang diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-pihak yang
berelasi tersebut.

Pertimbangan Mengenai Transaksi Pihak Berelasi


 Dokumen dan Laporan.
 Representasi Manajemen.
 Tentukan Apakah Laporan Auditor Dimodifikasi.

C. PERISTIWA KEMUDIAN
Tujuan auditor dalam mengaudit peristiwa kemudian, diantaranya:
1. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenal apakah peristiwa antara tanggal
laporan keuangan (date of the financial statements) dan tanggal laporan auditor (date of
the auditors report) yang memerlukan penyesuaian (adjustment) atau pengungkapan
(disclosure) telah ditunjukkan dengan benar dalam laporan keuangan, sesuai dengan
kerangka pelaporan kecangan yang berlaku.
2. Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan auditor
yang jika diketahui sebelumnya dapat menyebabkan auditor mengubah (amend)
laporan auditornya.
ISA 560.6 Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk memastikan perlunya
adjustment dan/atau disclosure. ISA 560.6 menegaskan bahwa auditor tidak
diharapkan melaksanakan prosedur audit tambahan atas hal-hal yang sudah
diauditnya dan memberikan kesimpulan audit yang memuaskan.
ISA 560.7 Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk mencakup periode antara
tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor (atau tanggal yang
sedekat mungkin dengan tanggal laporan auditor). Auditor wajib
memperhitungkan penilaian risiko dalam menentukan sifat dan luasnya prosedur
audit, seperti:
a) Memahami prosedur yang dibuat manajemen untuk memastikan bahwa
peristiwa kemudian telah diidentifikasi;
b) Tanyakan kepada manajemen dan TCWG (those chorged with governance)
apakah peristiwa kemudian yang ada/terjadi, berdampak terhadap laporan
keuangan;
c) Membaca risalah rapat (pemilik pemegang saham, manajemen dan TCWG),
sesudah tanggal laporan keuangan dan tanyakan hal-hal yang dibahas dalam
rapat yang belum ada risalah rapatnya;
d) Membaca laporan keuangan interim sesudah tanggal laporan keuangan, jika
ada.
ISA Auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apa pun atas laporan
560.10 keuangan sesudah tanggal laporan auditor. Namun, jika sesudah tanggal laporan
auditor tapi sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor mengetahui
adanya fakta yang jika diketahui pada tanggal laporan auditor, mungkin akan
membuat auditor mengubah laporannya.
Dalam hal ini auditor wajib:
a) Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCWG;
b) Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah, dan jika demikian;
c) Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan
keuangan.
ISA Jika manajemen mengubah laporan keuangan, auditor wajib:
560.11 a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam situasi tersebut.
b) Jika ketentuan perundang-undangan tidak melarang manajemen mengubah
laporan keuangan.
 Perluas prosedur audit yang disebut dalam ISA 560.6 dan ISA S60.7 ke
tanggal laporan auditor yang baru (date of the new auditor’s report);
 Berikan laporan auditor yang baru. Laporan auditor yang haru tidak
boleh diberi tanggal lebih awal dari tanggal persetujuan atas laporan
keuangan yang diubah.
ISA Auditor wajib mencantumkan dalam laporan auditor yang baru suatu Emphasis of
560.16 Matter paragraph atau Other Matter(s) paragraph yang menunjuk kepada suar
catatan atas laporan keuangan yang membahas secara lebih ekstensif atas
perubahan terhadap laporan keuangan dan laporan auditor yang diterbitkan
sebelumnya.
ISA Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
560.17 memastikan bahwa penerima laporan keuangan diinformasikan mengenai situasi
yang dihadapi dan tidak mengubah laporan keuangan terdahulu yang menurut
auditor perlu diubah, auditor wajib memberi tabu manajemen dan TCWG (kecuali
jika semua TCWG terlibat dalam pengelolaan entitas), bahwa auditor berupaya
mencegah (pihak lain) di kemudian hari mengandalkan laporan auditorya.
Peristiwa Kemudian Sampai Tanggal Laporan Auditor
Di bawah ini disajikan beberapa contoh peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal laporan
keuangan dan tanggal laporan auditor:
1. Komitmen baru/tambahan dalam bidang keuangan seperti peminjaman, penjaminan
restrukturisasi.
2. Penjualan dan akuisisi aset yang direncanakan atau telah terjadi.
3. Peningkatan modal atau penerbitan instrumen utang.
4. Perjanjian untuk penggabungan atau pembubaran usaha.
5. Penyitaan aset oleh lembaga keuangan, penegak hukum, atau hancur karena bencana.
6. Litigasi, tuntutan hukum lainnya, dan berbagai contingencies.
7. Jurnal penyesuaian yang luar biasa (unusual accounting adjustments) yang sudah atau
direncanakan akan dibuat.
8. Setiap peristiwa yang sudah atau sangat mungkin akan terjadi yang menimbulkan
keraguan mengenai asumsi kesinambungan usaha (going concern assumption) atau
keraguan terhadap penggunaan kebijakan akuntansi lainnya.
9. Setiap peristiwa yang relevan untuk mengukur suatu estimasi atau penyisihan (provision)
dalam laporan keuangan.
10. Setiap peristiwa yang relevan dengan recoverability of assets (contoh: piutang dapat
ditagih, persediaan dapat dijual, nilai aset takberwujud masih bisa dipertahankan, da
seterusnya).

Pemberian Dua Tanggal (Dual Dating)


Peristiwa kemudian yang diketahui sesudah tanggal laporan auditor sering kali
menyebabkan pekerjaan audit tambahan yang diperlukan karena peristiwa kemudian itu
berdampak terhadap saldo akun, estimasi akuntansi, penyisihan, dan berbagai pengungkapan
dalam lapor keuangan. Dalam situasi seperti itu, laporan auditor yang baru akan diterbitkan
Laporan baru ini tidak diberi tanggal lebih awal dari tanggal persetujuan laporan keuangan .
Namun, untuk peristiwa kemudian tertentu, pekerjaan audit tambahan dapat dibata hanya
pada perubahan laporan keuangan seperti dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan terkait.
Dalam situasi ini (jika ketentuan perundang-undangan membolehkannya) tanggal laporan auditor
semula. Tetapi suatu tanggal baru ditambahkan, sehingga ada dua tanggal laporan auditor.
Pemberian dua tanggal (dual dating) menginformasikan kepada pembaca bahwa prosedur audit
sesudah tanggal laporan auditor semula terbatas pada perubahan yang dibuat kemudian.
Contoh situasi yang menggunakan dual dating. Tanggal laporan auditor semula adalah 24
Maret 2015. Pada tanggal 17 Mei 2015, perusahaan mengumumkan penjualan aset utamanya
Suatu catatan (baru) atas laporan keuangan dibuat (misalnya Catatan Nomor 21) yang menjelaskan
peristiwa tersebut. Pekerjaan audit atas hal-hal yang dijelaskan dalam Catatan Nomor 21, rampung
pada tanggal 31 Mei 2015. Kalimat yang menjelaskan pemberian dat tanggal pada laporan auditor
(dual dating) adalah sebagai berikut: "24 Maret 2015 lecual mengenal Catatan Nomor 21, yang
bertanggal 31 Mei 2015.

D. KESINAMBUNGAN USAHA
Tiga Tahap dalam Proses Audit atas Kesinambungan Usaha
Tahap 1 - Risk Assessment (Menilai Risiko)
a. Pertimbangkan dan tanya kepada manajemen apakah ada peristiwa (events) atau kondisi
(conditions) yang mungkin menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuK
melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan.
b. Reviu penilaian yang dilakukan manajemen (management assessment) tentang
kemungkinan adanya peristiwa atau kondisi tersebut di atas, dan tanggapan atau rencana
manajemen menghadapi peristiwa atau kondisi tersebut.
c. Tetap waspada terhadap peristiwa atau kondisi selama berlangsungnya audit.

Tahap 2 - Risk Response (Menanggapi Risiko)


a. Jika peristiwa atau kondisi telah diidentifikasi:
1) tanya kepada manajemen, apa rencana tindakan mereka;
2) evaluasi rencana tindakan manajemen tersebut;
3) reviu keandalan data yang digunakan dan pendukung asumsi prakiraan arus kas.
b. Tanya kepada manajemen tentang peristiwa atau kondisi di luar sesudah periode penilaian
yang dilakukan manajemen.
c. Pertimbangkan fakta atau informasi tambahan yang masuk secara bertahap, waspada
selama berlangsungnya audit.

Tahap 3 - Reporting (Pelaporan)


a. Tentukan apakah
1) terjadi ketidakpastian yang material, berkenaan dengan peristiwa atau kondisi yang
diidentifikasi;
2) asumsi kesinambungan usaha, masih tepat.
b. Apakah laporan keuangan menjelaskan secara utuh “kekhawatiran” akan peristiwa atau
kondisi dan mengungkapkan setiap ketidakpastian yang material?

Tujuan Auditor dalam Audit Kesinambungan Usaha


Tujuan auditor adalah:
a) memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang tepat/tidaknya penggunaan asumsi
kesinambungan usaha oleh manajemen dalam membuat laporan keuangan;
b) menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah ada ketidakpastian materi
mengenai peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan;
dan
c) menentukan implikasinya terhadap laporan auditor.

Asumsi Kesinambungan Usaha


Di bawah asumsi kesinambungan usaha, suatu entitas dianggap mempunyai usaha yang
berkesinambungan dalam waktu dekat di masa mendatang. Laporan keuangan yang bertujuan
umum dibuat dengan dasar kesinambungan usaha, kecuali jika manajemen mempunyai niat/
rencana melikuidasi entitas itu atau berhenti beroperasi, atau tidak ada alternatif yang realistis
kecuali membubarkannya. Laporan keuangan yang bertujuan khusus dapat atau dapat tidak dibuat
dengan kerangka pelaporan keuangan di mana dasar kesinambungan usaha itu relevan (contoh,
dasar kesinambungan usaha tidak relevan untuk laporan keuangan yang dibuat atas dasar pajak/tax
basis di negara tertentu).
Dalam hal penggunaan asumsi kesinambungan usaha itu tepat, aset dan liabilitas dicatat
atas dasar entitas itu dapat merealisasi asetnya dan menyelesaikan liabilitasnya dalam kegiatan
bisnisnya yang normal.
Dengan asumsi kesinambungan usaha, suatu entitas umumnya dipandang sebagai usaha
yang berkesinambungan untuk masa mendatang “di depan mata” tanpa niatan melikuidasi entitas
itu atau berhenti beroperasi, atau meminta perlindungan kreditur sesuai dengan ketentuan hukum
dan perundang-undangan (seperti undang-undang kepailitan). Oleh karena itu, aset dan liabilitas
dicatat atas dasar entitas itu dapat merealisasi asetnya dan menyelesaikan liabilitasnya dalam
kegiatan bisnisnya yang normal.

Prosedur Penilaian Risiko


ISA PENJELASAN ISA 570 UNTUK ALINEA YANG BERSANGKUTAN
570.10 Ketika melaksanakan prosedur penilalan risiko sesuai ISA 315, auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha
yang berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu, auditor wajib menentukan
apakah manajemen sudah melaksanakan penilaian pendahuluan tentang
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan, dan:
a) Jika penilaian (pendahuluan) itu sudah dilaksanakan, auditor wajib
membahas penilaian itu dengan manajemen dan menentukan apakah
manajemen sudah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi, yang masing-
masing atau secara bersama, mungkin menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan dan, jika demikian, rencana manajemen untuk
menangani masalah itu; atau
b) Jika penilaian (pendahuluan) itu belum dilaksanakan, auditor wajib
membahasder manajemen dasar untuk rencana penggunaan asumsi usaha
berkesinambungan, dan bertanya kepada manajemen apakah peristiwa atau
kondisi, yang masing-masing secara bersama, mungkin menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan en untuk melanjutkan usahanya sebagai
usaha yang berkesinambungan.
570.11 Auditor wajib senantiasa waspada, terhadap bukti audit mengenal peristiwa atau
kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan.

Keraguan yang Besar Mengenal Asumsi Kesinambungan Usaha


Indikator Keuangan
1. Posisi liabilitas bersih (net lobility position) atau liabilitas lancar bersih (net current
liability position).
2. Pinjaman yang mendekati tanggal jatuh tempo tanpa prospek yang realistis untuk
perpanjangan atau pelunasan, atau ketergantungan yang besar akan pinjaman jangka
pendek untuk membelanja aset tetap.
3. Indikasi penarikan dukungan dari para kreditur.
4. Arus kas operasional yang negatif seperti terlihat dalam laporan keuangan historis maupun
prospektif.
5. Rasio keuangan utama yang buruk.
6. Kerugian operasional yang besar.
7. Penurunan nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas, secara signifikan.
8. Menunggak membayar dividen atau bahkan menghentikannya sama sekali.
9. Ketidakmampuan membayar para kreditur pada tanggal jatuh temponya utang.
10. Ketidakmampuan memenuhi syarat-syarat pinjaman.
11. Perubahan transaksi pembelian dari transaksi kredit ke tunai transaksi.
12. Ketidakmampuan memperoleh pendanaan untuk mengembangkan produk baru atau
investasi yang sangat penting.

Indikator Operasional
1. Niat/rencana manajemen untuk melikuidasi entitas atau berhenti beroperasi.
2. Hilangnya anggota (tim inti) manajemen, tanpa pengganti.
3. Kehilangan pasar yang sangat penting, pelanggan utama, waralaba, lisensi, atau pemasok
utama.
4. Kesulitan dengan SDM, mogok kerja berkepanjangan, bentrokan dalam pabrik, dan
seterusnya.
5. Kekurangan pemasok untuk bahan baku/mesin yang penting.
6. Munculnya saingan baru yang sangat sukses.

Lain-Lain
1. Ketidakpatuhan mengenai kewajiban permodalan.
2. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan atau ketentuan statuter
(anggaran dasar).
3. Tuntutan hukum terhadap entitas yang belum final (masih pending), yang jika berhasil,
dapat berdampak buruk (ketidakmampuan entitas memenuhi tuntutan tersebut).
4. Perubahan undang-undang, ketentuan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah
yang berdampak buruk bagi entitas.
5. Bencana besar yang tidak diasuransikan atau yang underinsured (asuransi terlalu rendah).

Peristiwa atau kondisi yang merupakan ancaman besar bagi entitas, kadang-kadang dapat
dimitigasi oleh faktor-faktor lain. Contoh, ketidakmampuan entitas melunasi utangnya, diatasi
dengan rencana dan realisasi penjualan aset yang tidak kritikal dalam produksi, pengetatan arus
kas keluar, penjadwalan kembali utang, atau peningkatan modal.

Evaluasi atas Penilaian Manajemen tentang Kesinambungan Usaha


ISA PENJELASAN ISA 570 UNTUK ALINEA YANG BERSANGKUTAN
570.12 Auditor wajib mengevaluasi penilaian (oleh) manajemen tentang kemampuan entiti
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.
570.13 Dalam mengevaluasi penilaian manajemen tentang kemampuan entitas melanjutkan
usahanya secara berkesinambungan, auditor wajib meliput periode yang sama
sepert yang digunakan manajemen dalam membuat penilaiannya seperti yang
disyaratkan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau oleh undang-
undang atau ketentuan perundang-undanganjika ketentuan itu menetapkan periode
yang lebih panjang. Jika penilaian manajemen tentang kemampuan entitas
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan meliputi periode kurang dari 12
bulan sejak tanggal laporan keuangan sebagaimana didefinisikan dalam ISA 560,
auditor wajib meminta manajemen memperpanjang periode penilaiannya, setidak-
tidaknya 12 bulan sejak tanggal tersebut.
Dalam mengevaluasi penilaian manajemen, auditor wajib mempertimbangkan
apakah penilaian manajemen meliputi semua informasi yang relevan yang diketahul
auditor sebagai hasil auditnya.
570.15 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen mengenai pengetahuannya tentang
peristiwa atau kondisi di luar periode yang diliput oleh penilaian manajemen, yang
menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas melanjutkan usahanya
secara berkesinambungan.

Mengevaluasi Rencana Manajemen dalam Entitas Kecil


Manajemen dalam entitas yang lebih kecil mungkin tidak menyiapkan penilaian yang sedemikian
rincinya mengenai kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Mereka
mungkin akan mengandalkan pengetahuan mereka yang mendalam tentang bisnisnya dan
prospeknya di kemudian hari.

Prosedur evaluasi yang dilakukan auditor, pada umumnya meliputi:


1. Pembahasan dengan manajemen, pembelanjaan entitas dalam jangka menengah dan
Panjang;
2. Menguji informasi tentang niat manajemen, dengan pemahaman auditor mengenai entitas
tersebut dan bukti-bukti dokumen;
3. Melihat apakah kewajiban manajemen untuk memperpanjang periode penilaiannya
setidak-tidaknya 12 bulan. Ini dapat dicapai melalui pembahasan, bertanya, dan inspeks
dokumen pendukung, dan hasil penilaian auditor apakah semua upaya ini feasible. Contoh,
prakiraan tentang penjualan di masa mendatang dapat didukung dengan order penjualan;
dan
4. Menanyakan apakah manajemen mengetahui kondisi di luar periode penilaian manajemen,
yang menimbulkan keraguan besar mengenal kemampuan entitas melanjutkan usahanya
secara berkesinambungan.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas melanjutkan
usahanya secara berkesinambungan, antara lain keterbatasan dalam:
1. Kemampuan entitas menghadapi kondisi buruk. Entitas kecil dapat bereaksi cepat untuk
menyerap peluang baru, tetapi sering kali mempunyai sumber daya terbatas untuk
melanjutkan usaha.
2. Tersedianya sumber-sumber pembelanjaan. Bank dan kreditur lain menghentikan
pinjaman atau dukungan sama sekali. Atau, pemilik (atau pihak ketiga yang masih terkait
dengan pemilik) menarik dukungan/agunan/jaminan pribadi.
3. Menghadapi perubahan besar seperti kehilangan pemasok utama, pelanggan besar,
pegawai penting, lisensi untuk beroperasi, waralaba, atau perikatan hukum lainnya.

Kewajiban Auditor Menanggapi Risiko yang ditemukan


Jika peristiwa atau kondisi sudah diidentifikasi dapat menimbulkan keraguan besar mengenai
kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara berkesinambungan, auditor wajib memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah ada ketidakpastian material, dengan
melakukan prosedur audit tambahan, termasuk mempertimbangkan faktor-faktor yang
memitigasi.

Prosedur ini meliputi:


a) Jika manajemen belum menilai kemampuan kesinambungan usahanya, minta manajemen
melakukannya.
b) Evaluasi rencana manajemen mengenai tindakan di masa mendatang, sehubungan dengan
kesinambungan usahanya. Apakah rencana ini berpeluang memperbaiki situasi? Apakah
rencana manajemen feasible?
c) Jika entitas sudah menyiapkan prakiraan arus kas yang merupakan faktor signifikan dalam
mempertimbangkan masa depan entitas, ketika mengevaluasi rencana manajemen
mengenai tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang:
(i) evaluasi keandalan data yang disiapkan untuk dan mendasari prakiraan tersebut; dan
(ii) tentukan apakah ada pendukung yang cukup untuk asumsi yang mendasari prakiraan
tersebut.
d) Pertimbangkan fakta atau informasi tambahan yang tersedia, sejak tanggal manajemen
melaksanakan penilaian.
e) Minta representasi tertulis dari manajemen dan, jika perlu, dari TCWG (those charged
with governance), tentang rencana mereka untuk tindakan di masa mendatang dan tentang
feasibility dari rencana tersebut.

Ketika auditor mengidentifikasi peristiwa atau kondisi tentang kesinambungan usaha, langkah
selanjutnya ialah melakukan prosedur audit tambahan (termasuk mempertimbangkan faktor-
faktor yang memitigasi) untuk menentukan apakah ada ketidakpastian material.

Ketidakpastian Material
Peristiwa atau kondisi dapat diidentifikasi sebagai menimbulkan keraguan besar mengenal
kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Ketidakpastian material
timbul jika besaran (magnitude) dan peluang terjadinya (likelihood of occurrence) sedemikian
rupa sehingga auditor berpendapat, harus ada pengungkapan yang tepat mengenai sifat dan
implikasi dari ketidakpastian tersebut, agar laporan keuangan disajikan secara wajar (fair
presentation), atau, agar laporan keuangan tidak menyesatkan (dalam compliance framework atau
kerangka pelaporan keuangan dengan kepatuhan).

Rencana manajemen untuk tindakan di masa mendatang, mengenai masalah kesinambungan


usaha umumnya membahas satu atau beberapa strategi tentang:
1. Melikuidasi (menjual) aset;
2. Meminjam uang atau merestrukturisasi utang:
3. Mengurangi atau menunda pengeluaran;
4. Merestrukturisasi operasi, termasuk produk dan jasa;
5. Mengupayakan merger atau acquisition;
6. Meningkatkan modal.

Langkah Auditor dalam Menangani Masalah Kesinambungan Usaha


Dapatkan Penilalan dan Rencana Manajemen Jika auditor belum memperolehnya, minta
manajemen membuat penilaian terhadap kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara
berkesinambungan.

Evaluasi Rencana Manajemen


Terdapat beberapa evaluasi rencana manajemen untuk menanggapi penilaian tentang
kesinambungan usaha, diantaranya:
1. Apakah hasil akhir (outcome) dari rencana tersebut dapat memperbaiki keadaan?
2. Apakah rencana tersebut feasible dalam situasi yang dihadapi?
3. Berapa andalnya prakiraan laba/arus kas, dan hal apa yang mendukung asumsi yang
digunakan?
4. Identifikasi, bahas, dan peroleh bukti mengenai faktor lain yang mungkin berdampak
terhadap kemampuan kesinambungan usaha entitas, seperti:
a. hasil operasi terakhir, buruk atau sangat buruk;
b. pelanggaran syarat-syarat yang ditetapkan dalam perjanjian kredit;
c. kesulitan keuangan yang diungkapkan dalam pertemuan pimpinan entitas, dan terekam
dalam risalah rapat;
d. adanya litigasi/tuntutan hukum dan taksiran mengenai implikasi keuangannya;
e. ada/tidaknya, sah/tidaknya, dan dapat dipaksakan (enforceability)/tidaknya pengaturan
yang memberikan atau mempertahankan dukungan keuangan dari pihak terkait dan
pihak ketiga;
f. kemampuan keuangan pihak terkait dan pihak ketiga untuk pendanaan tambahan atau
pemberian jaminan;
g. peristiwa kemudian (subsequent events) lainnya;
h. indikasi kecurangan seperti management override, transaksi fiktif, atau
penyembunyian fakta penting yang material.
5. Masih berlanjutnya (tidak diakhirinya) fasilitas pinjaman dan dengan syarat yang sama.
6. Laporan mengenai tindakan/sanksi yang dijatuhkan regulator.
7. Dalam hal penjualan aset, apakah ada dukungan yang cukup? Ada (calon) pembeli?
8. Juga pertimbangkan apakah fakta atau informasi tambahan tersedia, sejak tanggal
manajemen melaksanakan penilaian.

Kesimpulan Auditor dan Pelaporan Mengenai Kesinambungan Usaha


ISA PENJELASAN ISA 570 UNTUK ALINEA YANG BERSANGKUTAN
570.17 Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor wajib menyimpulkan apakah,
menunt pendapat auditor, ada ketidakpastian material terkait peristiwa atau kondisi
yang, sendiri sendiri atau bersama, dapat menimbulkan keraguan besar mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.

Ketidakpastian material ada/terjadi jika besaran dari dampak potensial dan


kemungkinan terjadinya sedemikian rupa sehingga menurut auditor, harus ada
pengungkapan yang tepat mengenai sifat dan implikasi dari ketidakpastian tersebut,
untuk:
a) Dalam hal kerangka pelaporan keuangan dengan penyajian wajar,
tercapainya penyajian yang wajar (fair presentation) dari laporan keuangan,
atau
b) Dalam hal kerangka pelaporan keuangan dengan kepatuhan, agar laporan
keuangan tidak menyesatkan.
570.18 Jika auditor menyimpulkan asumsi kesinambungan usaha memang tepat dalam
situasi tersebut, namun ada ketidakpastian material, auditor wajib menentukan
apakah laporan keuangan:
a) Menjelaskan dengan cukup peristiwa atau kondisi yang menimbulkan
keraguan besar mengenal kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya
secara berkesinambungan dan rencana manajemen untukmenyelesaikan
peristiwa atau kondisi tersebut; dan
b) Mengungkapkan dengan jelas adanya ketidakpastian material berkaitan
dengan peristiwa atau kondisi yangmenimbulkan keraguan besar mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan
dan, karenanya, entitas mungkin tidak mampu merealisasi aset dan
menyelesaikan kewajibannya dalam kegiatan bisnisnya yang normal.
570.19 Jika pengungkapan yang cukup sudah dibuat dalam laporan keuangan, auditor wajib
memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi (pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian) dan mencantumkan alinea Penekanan Mengenal Suatu Hal
(Emphasis of Matter paragraph) dalam laporan auditor untuk:
a) Menekankan adanya ketidakpastian material berkaitan dengan peristiwa
atau kondisi yang menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan
entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan: dan
b) Menarik perhatian (pembaca) pada catatan atas laporan keuangan yang
mengungkapkan hal-hal yang disyaratkan dalam alinea 18.
570.20 Jika pengungkapan tidak cukup dibuat dalam laporan keuangan, auditor wajib
memberikan pendapat Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau pendapat Tidak
Wajar (TW), tergantung mana yang tepat, sesuai dengan ISA 705. Auditor wajib
menyatakan dalam laporan auditor adanya ketidakpastian material berkaitan dengan
peristiwa atau kondisi yang menimbulkan keraguan besar mengenal kemampuan
entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.
570.21 Jika laporan keuangan dibuat dengan dasar kesinambungan usaha, yang menurut
auditor, penggunaan asumsi kesinambungan usaha oleh manajemen adalah tidak
tepat, wajib memberikan pendapat Tidak Wajar (TW).
570.22 Jika manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya ketika
diminta oleh auditor, auditor wajib mempertimbangkan implikasinya terhadap
laporan auditor.
570.23 Kecuali jika semua TCWG (those charged with governance) terlibat dalam
pengelolaan entitas, auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG peristiwa
atau kondisi yang diidentifikasikan menimbulkan keraguan besar mengenal
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan,
Komunikasi dengan TCWG itu akan meliputi:
a) Apakah peristiwa atau kondisi tersebut merupakan ketidakpastian material;
b) Apakah asumsi kesinambungan usaha sudah tepat dalam membuat dan
menyajikan laporan keuangan; dan
c) Kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan. Jika ada penundaan
dalam persetujuan mengenai laporan keuangan oleh manajemen atau
TCWG (those charged with governance) sesudah tanggal laporan keuangan,
auditor wajib menanyakan alasan untuk penundaan tersebut.
570.24 Jika auditor percaya bahwa penundaan tersebut berkaitan dengan peristiwa atau
kondisi dalam penilaian mengenai kesinambungan usaha, auditor wajib melakukan
prosedur audit lanjutan, seperti dijelaskan dalam alinea 16, dan juga
mempertimbangkan dampaknya terhadap kesimpulan auditor mengenai adanya
ketidakpastian material, seperti dijelaskan dalam alinea 17.

Anda mungkin juga menyukai