Anda di halaman 1dari 26

SA 540 dan SA 550

AUDIT DAN ASURANS

Oleh:
Desak Ketut Cahya Jayatri (2107611007)
Ni Putu Wiwik Septiani (2107611017)
Pande Gede Cahyana (2107611027)
RUANG LINGKUP SA 540

Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas estimasi
akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang
bersangkutan dalam suatu audit atas laporan keuangan. Secara spesifik, SA ini
memperluas tentang bagaimana SA 315 dan SA 330, serta SA-SA lain yang relevan
diterapkan dalam hubungannya dengan estimasi akuntansi. SA ini juga mencakup
ketentuan dan panduan atas kesalahan penyajian estimasi akuntansi secara individual,
dan indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen.
SIFAT ESTIMASI AKUNTANSI

a. Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat diestimasi. Untuk tujuan
SA ini, unsur laporan keuangan seperti itu disebut sebagai estimasi akuntansi. Sifat dan keandalan informasi yang
tersedia bagi manajemen untuk mendukung pembuatan estimasi akuntansi bervariasi secara luas, oleh karena itu
berdampak terhadap derajat ketidakpastian estimasi yang berkaitan dengan estimasi akuntansi. Derajat
ketidakpastiaan estimasi berdampak, pada gilirannya, terhadap risiko kesalahan penyajian material estimasi
akuntansi, termasuk kecurigaan terhadap keberpihakan manajemen yang disengaja atau tidak disengaja.
b. Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dan unsur keuangan yang dilaporkan. Tujuan pengukuran untuk beberapa estimasi akuntansi adalah untuk
memprakirakan hasil dari satu atau lebih transaksi. Peristiwa atau kondisi yang menimbulkan kebutuhan untuk
estimasi akuntansi. Untuk estimasi akuntansi lain, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, tujuan pengukurannya
berbeda dan dinyatakan dalam satuan nilai transaksi kini atau unsur laporan keuangan berdasarkan pada kondisi
yang umum pada saat pengukuran.
c. Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui atau diungkapkan dalam laporan
keuangan tidak selalu merupakan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Hal ini lazim dalam kasus
estimasi akuntansi nilai wajar karena hasil yang diamati dipengaruhi oleh peristiwa atau kondisi setelah tanggal
yang pada saat itu pengukuran diestimasi untuk tujuan laporan keuangan.
TUJUAN AUDITOR

Tujuan auditor adalah memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah:

a. Estimasi akuntansi termasuk estimasi akuntansi nilai wajar dalam laporan


keuangan baik yang diakui atau diungkapkan adalah wajar.
b. Pengungkapan yang bersangkutan dalam laporan keuangan adalah memadai
dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
DEFINISI
 Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
a. Estimasi akuntansi: suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode pengukuran yang
akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah yang diukur pada nilai wajar ketika
terdapat ketidakpastian estimasi dan untuk jumlah lain yang memerlukan estimasi. Ketika SA ini
hanya mengatur estimasi akuntansi yang melibatkan pengukuran pada nilai wajar, istilah “estimasi
akuntansi nilai wajar” digunakan.
b. Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor: jumlah, atau kisar jumlah, yang masing-masing
diperoleh dari bukti audit yang digunakan dalam mengevaluasi estimasi tunggal manajemen.
c. Ketidakpastian estimasi: kerentanan suatu estimasi akuntansi dan pengungkapan yang bersangkutan
terhadap suatu ketidakadaan ketepatan bawaan dalam penyusuanan informasi.
d. Keberpihakan manajemen: ketidakadaan netralitas manajemen dalam penyusunan informasi.
e. Estimasi Tunggal Manajemen: jumlah yang dipilih oleh manajemen untuk mengakui atau
mengungkapkan dalam laporan keuangan sebagai suatu estimasi akuntansi.
f. Hasil suatu estimasi akuntansi : jumlah moneter yang sesungguhnya yang merupakan hasil dari
penyelesaian transaksi yang mendasari peristiwa atau kondisi yang dituju oleh estimasi akunansi
Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang
berkaitan
Sebagaimana yang diharuskan oleh SA 315 auditor harus memperoleh suatu pemahaman
atas hal-hal dibawah ini untuk menyediakan suatu dasar untuk mengidentifikasi dan
menentukan estimasi akuntansi:
a. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi
akuntansi termasuk pengungkapannya.
b. Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi tersebut
yang mungkin menimbulkan perlunya estimasi akuntansi diakui dan diungkapkan
dalam laporan keuangan. Dalam pemerolehan pemahaman ini, auditor harus meminta
keterangan kepada manajemen tentang perubahan dalam kondisi yang dapat
menyebabkan timbulnya estimasi akuntansi baru, atau perlunya merivisi estimasi
akuntansi yang ada.
c. Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan suatu pemahaman atas data
yang dipakai sebagai dasar.
Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan
yang berkaitan
 Auditor harus menilai hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan
tujuan untuk periode kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor harus
mempertimbangkan sifat estimasi akuntansi, dan apakah informasi yang
diperoleh dari reviu tersebut relevan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material atas estimasi akuntansi yang dibuat dalam laporan
keuangan periode kini. Namun, reviu tersebut tidak dimaksudkan untuk
mempertanyakan pertimbangan yang dibuat dalam periode lalu yang didasarkan
pada informasi yang tersedia pada waktu itu.
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan penyajian
Material

 Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian


material, sebagaimana diharuskan oleh SA 315, audit harus
mengevaluasi derajat ketidakpastian estimasi yang bersangkutan
dengan estimasi akuntansi.
 Auditor harus menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor,
estimasi akuntansi yang telah diidentifikasi mempunyai
ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan risiko
signifikan.
Respon terhadap Risiko Kesalahan Penyajian
Material yang Telah Dinilai:

 Auditor berdasarkan penilaian risiko salah material, auditor harus


menentukan:
a. Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan
kerangkapelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi
akuntansi
b. Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah
diterapkan scara konsisten, dan apakah perubahan, jika ada, dalam estimai
akuntansi atau dalam metode untuk membuat estimasi tersebut dari
periode lalu sudah tepat dan sesuai dengan kondisi yang bersangkutan.
Dalam merespons risiko kesalahan penyajian
yang telah dinilai, sebagaimana yang diharuskan
oleh SA 330, auditor harus melakukan satu atau
lebih langkah-langkah di bawah ini, dengan
memperhitungkan sifat estimasi akuntansi:

a)Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai


dengan tanggal laporan auditor menyediakan bukti audit
tentang sifat estimasi akuntansi.
b)Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi
akuntansi dan data yang dipakai sebagai dasar pengujian.
Dalam melakukan hal tersebut, auditor harus
mengevaluasi apakah:
i. Metode pengukuran yang digunakan sudah tepat
dengan kondisi, dan
ii. Asumsi-asumsi yang digunakan oleh manajemen
adalah wajar dalam hubungannya dengan tujuan
pengukuran kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
c) Menguji efektivitas operasi atas pengendalian terhadap bagaimana
manajemen membuat estimasi akuntansi, bersama dengan prosedur
substantif yang tepat.
d) Mengembangkan estimasi tunggal atau suatu kisar angka untuk
mengevaluasi estimasi tunggal tersebut yang dibuat oleh manajemen.
Untuk tujuan:
i. Jika auditor menggunakan asumsi atau metode yang berbeda dengan
yang digunakan oleh manajemen, auditor harus memperoleh suatu
pemahaman yang cukup atas asumsi atau metode yang digunakan oleh
manajemen untuk menetapkan bahwa estimasi tunggal atau kisar
angka yang ditetapkan oleh auditor telah mempertimbangkan variabel
yang relevan dan mengevaluasi perbedaan signifikan yang ada dari
estimasi tunggal manajemen.
ii. Jika auditor menyimpulkan bahwa adalah tepat untuk menggunakan
suatu kisar, auditor harus mempersempit kisar, berdasarkan bukti audit
yang tersedia, sampai semua hasil dalam kisar tersebut dianggap wajar.
Pengungkapan yang Berkaitan dengan
Estimasi Akuntansi

Auditor harus memperoleh bukti audit yang


cukup dan tepat tentang apakah pengungkapan
dalam laporan keuangan yang berkaitan
dengan estimasi akuntansi telah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
Representasi Tertulis
Auditor harus memperoleh representasi
tertulis dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
apakah mereka yakin bahwa asumsi signifikan
yang digunakan dalam membuat estimasi
akuntansi adalah wajar.
Dokumentasi

Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi


auditnya:
a) Dasar kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi
akuntansi dan pengungkapannya yang menimbulkan
risiko signifikan, dan
b) Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen,
jika ada.
SA 550
Pendahuluan
Ruang Lingkup:
Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab
auditor atas hubungan dan transaksi pihak berelasi dalam
suatu audit atas laporan keuangan. Terutama, SA ini
memperluas bagamana SA 315, SA 330, dan SA 240
diterapkan dalam hubungannya dengan risiko kesalahan
penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan
transaksi pihak berelasi.
Sifat Hubungan dan Transaksi
Pihak Berelasi
Banyak transaksi pihak berelasi merupakan hal yang normal dalam bisnis, dalam
kondisi seperti itu, transaksi tersebut kemungkinan tidak membawa risiko
kesalahan penyajian material yang lebih tinggi dalam laporan keuangan daripada
transaksi sama dengan pihak tidak berelasi. Namun, sifat hubungan dan transaksi
pihak berelasi, dalam beberapa kondisi, menimbulkan risiko kesalahan penyajian
material yang lebih tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi dengan
pihak tidak berelasi. Sebagai contoh:
• Pihak-pihak berelasi dapat beroperasi melalui suatu hubungan dan struktur
yang luas dan kompleks, dengan suatu peningkatan yang sejalan dalam
kompleksitas transaksi pihak berelasi.
• Sistem informasi kemungkinan tidak efektif untuk mengidentifikasi atau
meringkas transaksi dan saldo yang belum diselesaikan antara suatu entitas
dengan pihak-pihak berelasinya.
• Transaksi pihak berelasi kemungkinan tidak dilaksanakan berdasarkan
syarat dan kondisi pasar normal, sebagai contoh beberapa transaksi pihak
berelasi dilaksanakan tanpa pertimbangan pertukaran.
Tanggung Jawab Auditor

Oleh karena pihak berelasi tidak independen satu dengan


lainnya, banyak kerangka pelaporan keuangan yang
menetapkan ketentuan akuntansi dan pengungkapan spesifik
untuk hubungan, transaksi, dan saldo pihak berelasi untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan memahami sifat
dan dampak aktual atau potensial terhadap laporan keuangan.
Ketika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menetapkan ketentuan seperti itu, auditor bertanggung jawab
untuk melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi,
menilai, dan merespons risiko kesalahan penyajian material
yang timbul dari kegagalan entitas untuk secara tepat mencatat
atau mengungkapkan hubungan, transaksi, atau saldo pihak
berelasi sesuai dengan ketentuan kerangka tersebut.
Tanggung Jawab Auditor
• Bahkan jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan
minimal atau tanpa ketentuan pihak berelasi, auditor perlu
memperoleh suatu pemahaman yang cukup tentang
hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas untuk dapat
menyimpulkan apakah laporan keuangan, sejauh ini
dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi tersebut:
a) Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian
wajar), atau
b) Tidak menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan).

• Di samping itu, suatu pemahaman tentang hubungan dan


transaksi pihak berelasi entitas adalah relevan untuk
pengevaluasian auditor terhadap apakah terdapat satu atau
lebih risiko kecurangan sebagaimana disyaratkan oleh SA
240, karena kecurangan dapat lebih mudah dilakukan
melalui pihak berelasi.
Tanggung Jawab Auditor
• Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material laporan keuangan
kemungkinan tidak dapat dideteksi, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan dengan layak berdasarkan SA-SA. Dalam konteks pihak berelasi,
dampak potensial keterbatasan inheren terhadap kemampuan auditor untuk
mendeteksi kesalahan penyajian material adalah lebih besar berdasarkan alasan
berikut:
 Manajemen mungkin tidak menyadari adanya semua hubungan dan transaksi
pihak berelasi, khususnya jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
tidak menetapkan ketentuan pihak berelasi.
 Hubungan pihak berelasi kemungkinan menyediakan peluang lebih besar
untuk kolusi, penyembunyian, atau manipulasi oleh manajemen.
• Perencanaan dan pelaksanaan audit dengan skeptisisme profesional diharuskan
oleh SA 200 oleh karena itu terutama penting dalam konteks ini, jika terdapa
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang tidak diungkapkan. Ketentuan dalam
SA ini dirancang untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi dan menilai
risiko kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi
pihak berelasi, dan dalam merancang prosedur audit untuk merespons risiko yang
telah ditentukan tersebut.
Tujuan Auditor:
• Meingidentifikasi faktor risiko kecurangan yang timbul dari hubungan/transaksi dari pihak berelasi dengan
pengidentifikasian risiko salah saji material.
• Menyimpulkan berdasarkan bukti audit apakah laporan keuangan dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi
pihak berelasi.

Definisi Transaksi Wajar: Suatu transaksi dilaksanakan berdasarkan syarat dan kondisi antara penjual
dan pembeli yang bertindak secara independen satu dengan lainnya.

Definisi Pihak Berelasi:


• Individu/entitas lain yang memiliki pengaruh pengendalian atau pengaruh signifikan (langsung/tidak
langsung) melalui satu atau lebih perantara.
• Entitas lain yang berada dibawah pengendalian Bersama dengan entitas pelapor melalui kepemilikan
seperti anggota keluarga dekat dan/atau manajemen kunci Bersama.
Ketentuan Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait

Auditor harus melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh informasi guna mengidentifikasi risiko
salah saji material berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi

• Pemahaman atas hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas


Pembahasan tim perikatan harus mencakup pertimbangan spesifik tentang kerentanan laporan keuangan
terhadap salah saji material yang disebabkan kecurangan/kesalahan yang dapat timbul dari hubungan dan
transaksi pihak berelasi entitas,

• Auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang:


(a) Identitas pihak berelasi, termasuk perubahan dari periode sebelumnya.
(b) Sifat hubungan antara pihak berelasi.
%
(c) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak berelasi pada periode tersebut, jika iya maka
auditor harus menanyakan jenis dan tujuan transaksi tersebut.
• Auditor harus meminta keterangan dari manajemen dan pihak lain dalam entitas, dan
melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian bahwa
manajemen telah menentapkan untuk:
(a) Mengidentifikasi, mencatat, mengungkapkan hubungan dan transaksi dengan pihak berelasi sesuai
kerangka pelaporan yang berlaku.
(b) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan dengan pihak berelasi dan di luar
bisnis normal.

• Menjaga Kewaspadaan Terhadap Informasi Pihak Berelasi saat mereview catatan atau
dokumen
Selama audit, auditor harus waspada saat menginspeksi catatan/dokumen yang dapat menunjukan
adanya hubungan atau transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya
oleh manajemen.
(a) Konfirmasi bank dan hukum yang diperoleh sebagai bagian dari prosedur auditor.
(b) Laporan rapat pemegang saham dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
(c) Catatan atau dokumen lain yang dipandang perlu oleh auditor.
Apabila auditor mengidentifikasi transaksi signifikan di lua bisnis normal entitas ketika melaksanakan
prosedur audit, auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
(a) Sifat transaksi tersebut;
(b) Apakah melibatkan pihak berelasi

• Berbagi Informasi Tentang Pihak Berelasi dengan Tim Perikatan, Auditor harus berbagi informasi
relevan yang diperoleh tentang pihak berelasi entitas dengan anggota lain dalam tim perikatan

• Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Terkait dengan


Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi, Apabila auditor mengidentifikasi faktor risiko kecurangan
saat melaksanakan proses penilaian risiko dan aktivitas berkaitan, auditor harus mempertimbangkan
informasi tersebut.

• Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material Terkait dengan Hubungan dan
Transaksi Pihak Berelasi, Auditor dalam merespons risiko yang dinilai, auditor akan merancang dan
melaksanakan prosedur audit lanjutan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
kesalahan penyajian material yang telah dinilai .
Transaksi Pihak Berelasi Signifikan di Luar Kegiatan Normal Bisnis Entitas yang Teridentifikasi

Untuk transaksi pihak berelasi signifikan di luar kegiatan normal bisnis entitas yang teridentifikasi, auditor harus:

(a) Menginspeksi kontrak atau perjanjian yang melandasi (jika ada) dan mengevaluasi apakah ada/tidak alas an transaksi
tersebut menunjukan bahwa mereka melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan, syarat transaksi
konsisten dengan penjelasan manajemen dan transaksi tersebut dipertanggungjawabkan secara semestinya sesuai
dengan kerangka pelaporan yang berlaku.

(b) Memperoleh bukti audit bahwa transaksi tersebut telah diotorisasi dan disetujui dengan tepat.

Dalam merumuskan suatu opini atas laporan keuangan, auditor harus mengevaluasi apakah hubungan dan transaksi
pihak berelasi yang teridentifikasi telah dicatat dan diungkapkan sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka
kepatuhan) berdampak pada penyajian wajar.
• Representasi Tertulis
Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen/pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
bahwa:
(a) Mereka telah mengungkapkan kepada auditor identifikasi pihak berelasi entitas dan semua hubungan
transaksi pihak berelasi tersebut yang entitas ketahui;
(b) Mereka telah mencatat dan mengungkapkan hubungan pihak berelasi tepat sesuai kerangka pelaporan yang
berlaku.

• Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola, Auditor harus
mengkomunikasikan hal-hal yang signifikan yang timbul selama audit yang berkaitan dengan pihak berelasi
entitas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

• Dokumentasi, Auditor harus mencantumkan dalam dokumentasi auditnya nama pihak berelasi yang
teridentifikasi dan sifat hubungan pihak berelasi tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai