Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN

PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI
Anak Agung Ketut Agus Suardika,
SE.,M.Si,BKP,CMA,CAPF
KELOMPOK 6
 Tiara Kusuma Dewi 2107611006 (06)
 Yoani Angelsista A.D 2107611029 (29)
 Harry Soemarno 2107611030 (30)
 A.A Gd Wisnu Adhimatra2107611031 (31)
 Ni Wayan Yusy Martha 2107611032 (32)
WAJIB PAJAK
UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UU No.16 Tahun 2009

KUP

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan


subyektif dan obyektif wajib mendaftarkan diri pada
kantor Ditjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
(Pasal 2 ay 1)
PAJAK PENGHASILAN
Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama 1 tahun pajak atau untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak

DIKENAKAN

Subjek Pajak Atas Yang diterima


PENGHASILAN atau diperoleh
dalam tahun pajak
• Orang Pribadi berjalan
• Badan
Subjek Pajak
Subyek Pajak Dalam Negeri Subyek Pajak
LN
Badan swasta
Warisan di Luar Negeri
belum terbagi
OP WNI & Obyek:
OP WNA Penghasilan
BUT
>183 di
hari Indonesia
Badan WNA &
swasta OP WNI
<183
hari
Obyek
:
Potput
Bendahara
Organisasi Badan Perwa- Pemerintah
Internasional kilan Asing Dikecualikan dari
Bukan Subyek Pajak Subyek Pajak
Perbedaan Subjek Pajak DN - LN

Wajib Pajak Wajib Pajak


No.
Dalam Negeri (WPDN) Luar Negeri (WPLN)
1. Dikenakan pajak atas penghasilan yang Dikenakan pajak hanya atas penghasilan
diterima atau diperoleh dari Indonesia yang berasal dari sumber penghasilan di
maupun dari luar Indonesia (world wide Indonesia.
income)
2. Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dari Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dari
Penghasilan Netto Penghasilan Bruto
3. Penghasilan yang dikenakan pajak adalah Penghasilan yang dikenakan pajak adalah
penghasilan netto dengan tarif umum penghasilan bruto dengan tarif sepadan,
kecuali WPLN tersebut menjalankan usaha
melalui Bentuk Usaha tetap di Indonesia
dimana BUT memiliki kewajiban pajak yang
sama dengan WPDN.
4. Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
pemotongan pajak yang bersifat final.
OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Yang menjadi objek  PENGHASILAN


(Pasal 4 ayat 1)

 Setiap tambahan kemampuan ekonomis


yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Sumber
Penghasilan

Dari
Dari pemberi penghasilan
kerja lain-lain
Sumber
Penghasilan
Dari harta Dari kegiatan
yang dimiliki usaha
Penghasilan yang merupakan
Objek PPh

Jenis Penghasilan Keterangan


Penghasilan dari pekerjaan seperti : gaji, honor, Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh pemberi
tunjangan, bonus, insentif, gratifikasi, komisi, uang kerja. Harus dilaporkan dan dihitung kembali
pensiun besarnya PPh dalam SPT Tahunan

Hadiah dari Undian atau pekerjaan atau kegiatan, Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh pemberi
dan penghargaan kerja. Harus dilaporkan dan dihitung kembali
besarnya PPh dalam SPT Tahunan
Laba usaha Dapat diperoleh melalui hasil pembukuan dan
pencatatan. Harus dilaporkan dan di hitung
besarnya PPh di SPT Tahunan
Imbalan dalam bentuk lainnya Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan
Keuntungan karena penjualan harta, misalnya
penjualan perhiasan, kendaraan dsb Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan

Royalti, keuntungan karena pembebasan utang,


keuntungan selisih kurs Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan

Tambahan kekayaan neto yg berasal dari


penghasilan yg belum dikenakan PPh Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan

Bunga, dividen, sewa, premi asuransi , dll Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan
Penghasilan yang dikenai pajak
bersifat FINAL

FINAL

Pasal 4 ayat 2
Penghasilan yang bukan merupakan
Objek PPh

Jenis Penghasilan Keterangan

Bantuan atau sumbangan bagi pihak yang  Harus dilaporkan


dalam SPT Tahunan
menerima bukan merupakan objek pajak
PPh
Sepanjang tidak
Harta hibahan bagi pihak yang menerima ada hubungan
 Namun tidak
bukan merupakan objek pajak apabila diterima dengan usaha, diperhitungkan
pekerjaan, dalam penentuan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus kepemilikan, atau
pajak
satu sederajat, badan keagamaan, badan penguasaan
diantara pihak- terutang/pajak
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, pihak yang yang dibayarkan
koperasi atau OP yg menjalankan usaha mikro bersangkutan

dan kecil yang di ketentuannya diatur dengan


PMK
Warisan, Klaim Asuransi, Beasiswa
Beasiswa tidak dikecualikan dari Objek PPh jika penerima beasiswa mempunyai
hub. Istimewa dengan : Pemilik, Komisaris, Direksi, Pengurus – dari WP
pemberi beasiswa.

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan


atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
Penghasilan yang bukan merupakan
Objek PPh

Jenis Penghasilan Keterangan

pembayaran dari perusahaan asuransi kepada  Harus dilaporkan dalam


SPT Tahunan PPh
orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
 Namun tidak
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
diperhitungkan dalam
dan asuransi bea siswa;
penentuan pajak
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari terutang/pajak yang

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas dibayarkan

saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan


kongsi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak


(PKP) dari Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri,
penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Di samping untuk dirinya,
kepada Wajib Pajak yang sudah kawin diberikan
tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak. 

PKP Ph Neto PTKP


Yang berhak atas PTKP

Dalam garis keturunan lurus


Anggota keluarga a.
a. Lurus
Lurus satu
satu derajat
derajat :: Ayah,
Ayah, Ibu,
Ibu, Anak
Anak kandung
kandung
sedarah b.
b. Kesamping
Kesamping satu
satu derajat
derajat :: Saudara
Saudara Kandung
Kandung
(kakak, Adik kandung)  tidak berhak
(kakak, Adik kandung)  tidak berhak

Dalam garis keturunan lurus


Anggota keluarga a.
a. Lurus
Lurus satu derajat :: Mertua, Anak Tiri
satu derajat
semenda b.
b. Kesamping
Kesamping satu derajat :: Saudara Ipar (Adik
satu derajat
Ipar, kakak Ipar)  tidak berhak

Paling banyak 3 (tiga) orang dan menjadi tanggungan sepenuhnya bagi Wajib Pajak

a. Belum dewasa,
ANAK ANGKAT b. Menjadi tanggungan sepenuhnya
(tinggal bersama-sama Wajib Pajak)
(S-112/PJ.41/1995)
(S-112/PJ.41/1995)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Mulai Mulai
Kondisi 1 Januari 2015
PMK- 122/PMK.010/2015
1 Januari 2016
PMK- 101/PMK.010/2016

Untuk Diri Wajib Pajak 36.000.000 54.000.000

Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin 3.000.000 4.500.000

Tambahan Untuk Seorang Istri Yang


Penghasilannya Digabung Dengan 36.000.000 54.000.000
Penghasilan Suami

Tambahan Untuk Setiap Anggota


Keluarga Yang menjadi Tanggungan 3.000.000 4.500.000
Sepenuhnya, (Paling Banyak 3 Orang)
PTKP
Penghasilan Tidak Kena Pajak

Penghasilan = Penghasilan
WP OP : - PTKP
Kena Pajak Neto

PTKP BARU
Mulai 1-1-2016
Keterangan SETAHUN SEBULAN
(Rp) (Rp)
Untuk Diri Pegawai (Tk/-) 54.000.000 4.500.000
Untuk Diri Pegawai Yg Kawin/Nikah (K/-) 58.500.000 4.875.000

Untuk Pegawai Yg Kawin & Memiliki 1 63.000.000 5.250.000


Tanggungan (K/1)
Untuk Pegawai Yg Kawin & Memiliki 2 67.500.000 5.625.000
Tanggungan (K/2)
Untuk Pegawai Yg Kawin & Memiliki 3 72.000.000 6.000.000
Tanggungan (K/3)
PTKP WANITA KAWIN
Penghasilan Tidak Kena Pajak
menerang PTKP yang dapat menerang
kan dikurangkan : kan

Tidak Menunjukkan
menunjukkan Bagi Diri Sendiri + Ketr Tertulis
Suami Surat Keterangan minimal dari Suami
Sendiri Tanggungan
kecamatan

Tidak Tidak
menerima menerima
Penghasilan Penghasilan

Bagi Wanita yang tidak kawin


Wanita Disamping PTKP bagi diri sendri dapat ditambah PTKP bagi
Tidak Kawin anggota keluarga sedarah yang menjadi tanggungannya
TARIF PAJAK

NO LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF

1. s.d. Rp 50.000.000 5%

2. > Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%

3. > Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%

4. > Rp 500.000.000 30%


Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
dan Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghitungan Penghasilan
Kena Pajak (PKP)

Karyawan Pekerjaan Bebas


Bukti Pemotongan, 1721 A1/A2

Pembukuan Norma
• Peredaran Bruto < 4,8 Milyar
• Wajib menyelenggarakan pencatatan
• Memberitahukan dlm jk waktu 3 bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
dan Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Tata cara pencatatan


(Peraturan Dirjen Pajak No: PER-4/PJ/2009

 Dalam hal Wajib Pajak orang Pribadi mempunyai beberapa jenis kegiatan usaha
dan/atau pekerjaan bebas dan/atau beberapa tempat usaha dan/atau pekerjaan bebas
maka pencatatan dibuat secara terpisah untuk masing-masing jenis kegiatan usaha
dan/atau pekerjaan bebas, dan/atau beberapa tempat usaha dan/atau pekerjaan bebas.
 Wajib Pajak orang pribadi wajib menyimpan semua dokumen yang berkaitan dengan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, baik mengenai peredaran dan/atau penerimaan
bruto maupun mengenai pembelian, biaya usaha, dan pengeluaran lainnya
TARIF NORMA
PER17/PJ/2015 pengganti KEP-536/PJ/2000

Norma yang digunakan adalah norma berdasarkan kota wilayah usaha


• Yang dimaksud 10 ibukota propinsi: Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, Pontianak.
• Kota propinsi lainnya adalah ibukota propinsi selain 10 yang disebutkan.
• Daerah lainnya adalah daerah selain yang dimaksud diatas.
Contoh Soal :
 Dokter Bagus belum berkeluarga, memperoleh penghasilan dari praktek di
Denpasar dengan peredaran bruto (omzet) setahun Rp.300.000.000, dan
dari Rumah sakit Z sebagai dokter tamu (praktek) Rp200.000.000,-
(PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Rumah Sakit Z sebesar Rp5.000.000,-).

PPh Terutang :
Peredaran bruto setahun : Rp.300.000.000 + Rp.200.000.000 = Rp.500.000.000

Penghasilan Neto Rp500.000.000 x 50% 250.000.000


PTKP 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 196.000.000
PPh Terutang : 5% x 50.000.000 : 2.500.000

15% x 146.000.000 : 21.900.000


Total : 24.400.000
PPh yang harus disetor Dr. Bagus ke Bank Persepsi atau Kantor Pos ( diasumsikan
Dr. Bagus tidak memperoleh penghasilan lain pada tahun tersebut ) adalah
sebesar : Rp.24.400.000 – Rp.5.000.000,- = Rp. 19.400.000,-
Wajib Pajak menggunakan Pembukuan

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebesar
penghasilan neto setelah kompensasi kerugian dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Contoh cara perhitungan :


Peredaran Bruto Rp. 400.000.000
Biaya M3 Rp. 255.000.000
Laba usaha Rp. 145.000.000
Penghasilan lain Rp. 5.000.000
Biaya M3 Phs lain Rp. 3.000.000
Jumlah Penghasilan Rp. 147.000.000
Kompensasi kerugian Rp. 2.000.000
Penghasilan Netto Rp. 145.000.000
PTKP (K/2) Rp. 67.500.000
PKP orang pribadi Rp. 77.500.000
PPh Ps 25 Rp. 6.625.000
Wajib Pajak menggunakan Pembukuan

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian :


I. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (3M) :
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:pembelian bahan,biaya yang berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk; Bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan;pengolahan
limbah;premi asuransi;biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan berdasarkan PMK; biaya adm dan pajak, kecuali pajak penghasilan.
b. Biaya Penyusutan dan amortisasi
c. Iuran kepada dan pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh MENKEU
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan
e. Kerugian selisih KURS Mata Uang Asing
f. Biaya LITBANG Perusahaan yang dilakukan di INDONESIA
g. Biaya Beasiswa, magang dan pelatihan

Pasal 6 ayat 1
Wajib Pajak menggunakan Pembukuan

... lanjutan

h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu


dan pelaksanaanya diatur lebih lanjut dengan PER MENKEU
i. Sumbangan dalam rangka penangulangan bencana nasional yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah
j. Sumbangan dalam rangka Penelitian dan Pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan PP
k. Sumbangan Fasilitas Pendidikan yang ketentuannya diatur dengan PP
l. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dalam PP

Pasal 6 ayat 1
Wajib Pajak menggunakan Pembukuan

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian :


II. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung Penghasilan Kena
Pajak :
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
c. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
Wajib Pajak menggunakan Pembukuan
e. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
f. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan Kecuali zakat
yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
g. Pajak Penghasilan;
h. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
i. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
j. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Pasal 9 ayat 1
Penghasilan Kena Pajak
Dalam Hubungan Suami Isteri
Penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah jika :
 Telah hidup berpisah (berdasarkan putusan hakim),
 Dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan, atau
 Dikehendaki oleh istri yang memilih menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri.

Contoh perhitungan :
Penghasilan Netto suami Rp. 100.000.000,-
Penghasilan Netto istri :
sbg karyawan : Rp. 70.000.000,-
usaha Rp. 80.000.000,-
Total Rp.150.000.000,-
misalkan pajak yang terutang sebesar : Rp. 27.550.000,- , maka :
Tarif Khusus
Pajak Penghasilan
bagi UMKM
Peraturan Pemerintah Republik
UMKM Indonesia Indonesia
Nomor 23 Tahun 2018
Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

PJ.091/PPh/S/003/2018-02
Pokok Pengaturan
Subjek Pajak Objek Pajak Pemberitahuan ke DJP
Penghasilan dari usaha, Bila WP memilih untuk
• WP OP
termasuk cabang dikenai PPh sesuai
• WP Badan tertentu
(Koperasi, CV, Firma) Kecuali : ketentuan umum.
• PT dgn peredaran bruto a) Jasa sehubungan
s/d Rp 4,8 Milyar / Tahun Pekerjaan Bebas
Pajak. b) Penghasilan di LN Pelunasan Pajak
c) Penghasilan yg dikenai Disetor sendiri oleh WP;
Kecuali: PPh Final tersendiri atau
a. Yang memilih untuk d) Penghasilan yang bukan Dipotong atau dipungut
dikenai PPh umum; Objek Pajak
oleh pihak lain.
b. WP Badan yang
memperoleh fasilitas PPh Terutang
Tax Holiday dan Tax PPh Final = 0,5% X Surat Keterangan
Allowance; Peredaran Bruto
c. BUT; atau Bila WP menerima
d. CV, Firma yang Jangka Waktu penghasilan dari
dibentuk: PT 3Tahun Pajak pemotong atau
• beberapa WPOP pemungut PPh
CV, Firma,
dengan keahlian 4 Tahun Pajak
Koperasi
khusus dan
• menyerahkan jasa WP OP 7 Tahun Pajak
sejenis dengan
pekerjaan bebas.
Ketentuan Peralihan
Bagi Wajib Pajak yang sebelumnya dikenai tarif 1%
namun tidak memenuhi kriteria WP yang dikenai
PPh Final menurut PP ini, berlaku ketentuan
sebagai berikut :

1. Masa Januari – Juni Tarif 1 % x omzet


2018

2. Masa Juli – Desember Tarif 0,5 % x


2018 omzet

Dikenai PPh sesuai


3. Tahun Pajak 2019 dst ketentuan umum
oh 1
Penentuan Peredaran Bruto
Co nt
Peredaran Bruto Tuan X
Tahun 2019

Pasar C
Pasar B Rp 2 Milyar
Pasar A
Rp 2 Milyar
Rp 1 Milyar

Tuan X pada tahun 2020 tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan final,
karena peredaran bruto usaha Tuan X dari seluruh tempat usaha
pada tahun 2019 melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
o nt oh 2
C

Tuan A telah terdaftar tahun 2013 dan telah


dikenai PPh final berdasarkan PP 46 2013
sebesar 1% selama bulan Januari s.d Juni
2018.

Peredaran bruto bulan Juli s.d Desember 2018


akan dikenai PPh final sebesar 0,5% sampai dengan
akhir Tahun Pajak 2018.
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

1. DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN


PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
2. DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA
3. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
4. DARI PENGHASILAN LAIN

1. DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA


2. DALAM NEGERI LAINNYA
3. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU PEMBERI KERJA (JUMLAH


PENGHASILAN BRUTO Rp.60.000.000,-) DAN TIDAK MEMPUNYAI
PENGHASILAN LAINNYA KECUALI BUNGA BANK DAN/ATAU BUNGA KOPERASI
Dasar Hukum
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang
Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara
Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009;
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang
Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta
Petunjuk Pengisiannya sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
19/PJ/2014.
SPT 1770
(SPT PPh WP Orang Pribadi)

Diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang


Pribadi yang mempunyai penghasilan:
 dari usaha/pekerjaan bebas;
 dari satu atau lebih pemberi kerja;
 yang dikenakan Pajak Penghasilan
Final dan/atau bersifat Final; dan/atau
 dalam negeri lainnya/luar negeri.
SPT 1770 S
(SPT PPh WP Orang Pribadi Sederhana)

Diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang


Pribadi yang mempunyai penghasilan:
 dari satu atau lebih pemberi kerja;
 dalam negeri lainnya; dan/atau
 yang dikenakan Pajak Penghasilan
Final dan/atau bersifat Final.
Wajib Pajak yang telah Kawin
Status Kewajiban Penghitungan
Perpajakan PPh dan Pelaporan SPT
Suami-Istri Tahunan PPh
KK Pihak suami atau Kepala
Keluarga
HB Masing-Masing
PH Masing-Masing
(dengan menggabungkan terlebih
MT dahulu penghasilan neto suami dan
istri,
PPh masing-masing dihitung
berdasarkan perbandingan
penghasilan neto)
Wajib Pajak yang telah Kawin
Wajib Pajak yang
telah kawin
dengan status
perpajakan PH
atau MT, wajib
melampirkan
Penghitungan
PPh terutang
bagi Wajib
Pajak dengan
status
perpajakan
suami-istri PH
atau MT.
Wajib Pajak yang telah Kawin

Wajib Pajak yang telah kawin dengan status


perpajakan HB:

 PTKP bagi masing-masing suami-isteri


diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak
Kawin (TK);
 tanggungan sesuai dengan kenyataan
sebenarnya yang diperkenankan.
Wajib Pajak yang Dikenai PPh
berdasarkan PP No.23 Tahun 2018
 Melaporkan jumlah
peredaran bruto dan PPh
Final terutang pada
Lampiran – III SPT 1770
(Formulir 1770 – III)
bagian A nomor 16,
digabungkan dengan
penghasilan lain yang
dikenai PPh Final yang
belum tercakup dalam
nomor 1 s.d. 15 ;
 wajib melampirkan
rincian jumlah
peredaran bruto dan
pembayaran PPh Final
per Masa Pajak dari
masing-masing tempat
usaha.
Pelaporan Harta

Wajib Pajak wajib melaporkan


harta yang dimiliki atau dikuasai
pada akhir Tahun Pajak disertai
pencantuman kode harta.
Kode Harta
Kas dan Setara Kas:
011 : uang tunai
012 : tabungan
013 : giro
014 : deposito
019 : setara kas lainnya

Piutang:
021 : piutang
022 : piutang afiliasi (piutang kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (4) Undang-Undang PPh)
029 : piutang lainnya
Kode Harta
Investasi:
031 : saham yang dibeli untuk dijual kembali
032 : saham
033 : obligasi perusahaan
034 : obligasi pemerintah Indonesia (Obligasi Ritel Indonesia atau
ORI, surat berharga syariah negara, dll)
035 : surat utang lainnya
036 : reksadana
037 : Instrumen derivatif (right, warran, kontrak berjangka, opsi, dll)
038 : penyertaan modal dalam perusahaan lain yang tidak atas
saham meliputi penyertaan modal pada CV, Firma, dan sejenisnya
039 : Investasi lainnya

Alat Transportasi:
041 : sepeda
042 : sepeda motor
043 : mobil
049 : alat transportasi lainnya
Kode Harta
Harta Bergerak Lainnya:
051 : logam mulia (emas batangan, emas perhiasan, platina
batangan, platina perhiasan, logam mulia lainnya)
052 : batu mulia (intan, berlian, batu mulia lainnya)
053 : barang-barang seni dan antik (barang-barang seni,
barang-barang antik)
054 : kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski,
peralatan olahraga khusus
055 : peralatan elektronik, furnitur
059 : harta bergerak lainnya

Harta Tidak Bergerak


061 : tanah dan/atau bangunan untuk tempat tinggal.
062 : tanah dan/atau bangunan untuk usaha (toko, pabrik,
gudang, dan sejenisnya)
063 : tanah atau lahan untuk usaha (lahan pertanian,
perkebunan, perikanan darat, dan sejenisnya)
069 : harta tidak gerak lainnya
Pelaporan Utang/Kewajiban
Wajib Pajak wajib melaporkan utang/kewajiban
yang dimiliki pada akhir Tahun Pajak disertai
pencantuman kode utang.
KODE UTANG
101 : Utang Bank / Lembaga Keuangan Bukan
Bank (KPR, Leasing Kendaraan Bermotor,
dan sejenisnya)
102 : Kartu Kredit
103 : Utang Afiliasi (Pinjaman dari pihak yang
memiliki hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-
Undang PPh)
109 : Utang Lainnya
1770
1770
S
SPT 1770 SS
(SPT PPh WP Orang Pribadi Sangat Sederhana)

Diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang


Pribadi yang mempunyai penghasilan:
 mempunyai penghasilan selain dari
usaha dan/atau pekerjaan bebas;
 jumlah penghasilan bruto tidak lebih
dari Rp 60.000.000 (enam puluh juta
rupiah) setahun.
Wajib Pajak yang telah Kawin
Suami-istri yang mempunyai penghasilan:
 selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas,
 dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari
Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)
setahun,
namun memiliki status perpajakan PH atau MT
wajib melaporkan penghasilan dan penghitungan
Pajak Penghasilan dengan menggunakan
Fomulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S,
bukan menggunakan Formulir SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi 1770 SS.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai