Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN

PAJAK ATAS
WITHHOLDING
TAX
Our team
I Gede Bayu Widi Perdana (01)

I Gusti Lanang Widhiana Saputra (02)

Reszki Nofrald Latendengan (03)

Luh Putu Sita Dewi (04)

I Gusti Agung Arya Adityadharma (05)


DEFINISI


Sistem withholding tax (di Indonesia dikenal
dengan sistem pemotongan atau pemungutan /
pot-put) merupakan sistem perpajakan dimana
pihak ketiga baik WP orang pribadi maupun
WP badan dalam negeri diberikan kepercayaan
oleh UU untuk melaksanakan kewajiban
memotong atau memungut pajak atas
penghasilan yang dibayarkan ke penerima
penghasilan.

3
TAX
PLANNING
ATAS PPH
PASAL 21

4
OBJEK PPH PASAL 21

5
SAAT TERUTANGNYA PAJAK

Terjadinya
pembayaran

Terutangnya Tergantung peristiwa


penghasilan yang yang terjadi terlebih
bersangkutan dahulu

6
Perlakuan akuntansi untuk pph pasal 21

Pajak ditanggung
karyawan
Pajak ditanggung
perusahaan

Diberikan
tunjangan pajak
Ilustrasi perbandingan pph badan jika pph ditanggung
perusahaan & memberi tunjangan pph

Big
concept

8
Note : Angka dalam tabel hanya sebagai ilustrasi
Mengelola Pemberian Uang Tip
yang Dicatat dalam Biaya Entertainment

Pemberian uang tip, uang pengurusan dokumen atau


izin, uang jaminan pimpinan proyek dalam biaya
entertainment, namun tidak dapat melengkapi pemberian
tersebut dengan daftar nominatif, maka pemberian
tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sehingga pada akhir tahun harus dikoreksi fiscal untuk
menghitung PPh Badan.

 Agar penghematan PPh dapat dilakukan, perusahaan


dapat mereklasifikasi biaya tersebut dalam pemberian
honor atau imbalan kepada pihak ketiga. Perlakuan
atas pajaknya adalah dengan melakukan gross up
sehingga penghematan pajaknya dapat optimal.

• Namun jika perusahaan masih merugi, yang berarti


PPh Badannya nihil, maka pembebanan ke biaya
entertainment dapat dilakukan untuk melakukan
penghematan pajak.
10
Ekualisasi Biaya yang Terkait
dengan Objek PPh Pasal 21
✓ Prosedur yang perlu ditempuh untuk melakukan ekualisasi adalah:
1. Akun-akun yang merupakan objek PPh Pasal 21, khususnya yang terkait dengan pegawai
tetap,dikelompokkan dalam satu akun.
2. Setiap transaksi yang masih terkait dengan objek PPh Pasal 21 diberi kode khusus pada
deskripsinya. Ini untuk memudahkan proses ekualisasi pada akhir tahun sebelum SPT PPh Pasal 21
Masa Desember dilaporkan ke kantor pajak.
3. Pada akhir tahun, seluruh objek PPh Pasal 21 yang tersebar di akun-akun biaya menurut buku besar
dikumpulkan menjadi satu dan ditandingkan dengan penghitungan PPh Pasal 21 Masa Desember.
4. Jika masih terdapat selisih yang disebabkan oleh penghasilan pegawai tetap, maka teliti akun yang
menampung iuran Jamsostek dan pastikan bahwa iuran Jaminan Hari Tua tidak termasuk dalam obyek
PPh Pasal 21.
5. Jika selisih disebabkan dari penghasilan selain pegawai tetap, maka teliti kelompok penghasilan
yang belum dipotong pajaknya.

11
Contoh Proses Ekualisasi Biaya yang Terkait dengan
PPh Pasal 21 :

1
PT XYZ adalah perusahaan pembiayaan (leasing) dengan 2 (dua) cabang yang terdaftar di
KPP B dan KPP C. Kantor pusat terdaftar di KPP A. Tahun Buku PT XYZ sama dengan tahun
takwim. Pada awal tahun 2013, Kantor Pusat PT XYZ diperiksa all taxes oleh KPP A atas
tahun pajak 2012. Sebagai tindak lanjut pemeriksaan tersebut, terhadap kantor cabang PT
XYZ juga dilakukan pemeriksaan oleh KPP di masing- masing lokasi. Pemeriksaan oleh KPP
lokasi tersebut diselesaikan tepat waktu sebelum jangka waktu pemeriksaan selesai.
Pada pembahasan akhir hasil temuan pemeriksaan (closing conferrence), diberikan data hasil
temuan/perhitungan oleh tax auditor sebagai berikut:
- Obiek PPh Pasal 21 menurut Pemeriksa Rp22.257.844.284
- Obiek PPh Pasal 21 menurut SPT PPh Pasal 21 Desember Rp18.000.000.000
- Koreksi Rp 4.257.844.284
Terdapat koreksi atas objek PPh 21 yang dilaporkan di Kantor Pusat berdasarkan hasil
ekualisasi dengan biaya yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komersial 2012.
Pembebanan Biaya dalam Laporan Laba Rugi Komersial

No. Uraian Jumlah (Rp)


1 Gaji dan upah 7.978.566.206
2 Lembur non-staf 644.252.755

3 Honor part-timer 37.067.959


4 THR dan bonus 1.322.590.100
5 Tunjangan PPh Pasal 21 1.547.500.000

6 Medical insurance 388.902.137


7 Jamsostek (JHT dan THT) 24.743.043
8 luran pensiun 279.619.164

9 Tunjangan lain-lain 419.237.466


10 Tunjangan transport 68.477.300
11 Komisi 9.546.888.154

Jumlah 22.257.844.284
13
Note : Angka dalam tabel hanya sebagai ilustrasi
Objek PPh Pasal 21 yang dilaporkan dalam SPT
PPh Pasal 21
- Penghasilan bruto pegawai tetap Rp 15.000.000.000
- Penghasilan bruto selain pegawai tetap Rp 3.000.000.000
Jumlah Rp 18.000.000.000

Ekualisasi Objek PPh pasal 21 dengan Biaya di SPT


Tahunan PPh Badan
Jumlah beban dalam SPT Tahunan PPh Badan Rp 22.257.844.284
Dikurangi:
Pembayaran ke Jamsostek (JHT dan THT) Rp 24.743.043
I. luran pensiun Rp 279.619.164
II. Provisi atas imbalan pascakerja Rp 75.000.000
III. Pembayaran gaji honorer di bawah PTKP Rp 37.067.959
IV. Objek PPh Pasal 21 yang dilaporkan di cabang:
- KPP B Rp 2.118.058.956
- KPP C Rp 586.258.750
- Jumlah pengurangan Rp 4.120.747.872
Objek PPh Pasal 21 Kantor Pusat hasil ekualisasi Rp 18.137.096.412
Objek PPh Pasal 21 menurut SPT PPh Pasal 21 Rp 18.000.000.000
Objek PPh 21 yang belum dipotong Rp 137.096.412

Note : Angka di dalam hanya sebagai ilustrasi


JENIS-JENIS PPH POTONG PUNGUT
1
1 PPH Pasal 22

15
Pemungut Pajak
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP);
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
5. BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja
Negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD);
6. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Set (PPA), PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia,
PT Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina dan bank bank BUMN yang melakukan pembelian
barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun dari non APBN;
7. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja
(industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri antara dan industri hilir), industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri;
8. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
9. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.
No. Objek Pajak Tarif DPP
Tarif pungutan
Atas impor:
dan Dasar Pengenaan
Pajak PPH Pasal 22 Angka Pengenal Impor (API) 2.50%
Nilai impor
1 Kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0.50%
tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) 7.50% Nilai impor
Pemenang hasil lelang impor yang tak dikuasai 7.50% Harga jual lelang
Pembelian Barang Dalam Negeri :
Harga pembelian tidak termasuk
Oleh Bendaharawan pemerintah, BUMN/BUMD, dan
1,5% Pajak Pertambahan Nilai
Badan-badan tertentu.
(Terutang dan dipungut pada saat pembayaran)
2
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau
Harga pembelian tidak termasuk
ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang
0.25% Pajak Pertambahan Nilai
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
(Terutang dan dipungut pada saat pembelian)
peternakan, dan perikanan.
Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan Terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah
pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar minyak, pengeluaran barang (delivery order).
bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai berikut: Kepada agen/penyalur pajak bersifat final selain itu tidak final.
a. Bahan bakar minyak
3 Penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina; 0,25% Penjualan tidak termasuk PPN
Penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum bukan Pertamina; 0,3% Penjualan tidak termasuk PPN
Penjualan kepada pihak lain. 0.3% Penjualan tidak termasuk PPN
b. Bahan bakar gas 0,3% Penjualan tidak termasuk PPN
c. Pelumas 0,3% Penjualan tidak termasuk PPN
Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam (Terutang dan
negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha: dipungut penjualan)
industri semen, 0.25% DPP PPN
industri kertas, 0.10% DPP PPN
4 industri baja, 0.30% DPP PPN
industri otomotif, oleh Agen Tunggal Pemegang Merek
(ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir 0,45% DPP PPN
umum kendaraan bermotor.
17
industri farmasi. 0.30% DPP PPN
No Objek pajak Pemungut pajak
1 Bunga diskonto obligasi yang  Penerbit atau custodian selaku agen pembayaran yang
diperdagangkan dana tau dilaporkan ditunjuk
perdagangannya di bursa efek  Perusahaan efek,dealer, atau bank, selaku pedagang perantara
dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima
penjual obligasi pada saat transaksi
2 Penghasilan dari transaksi penjualan saham Penyelenggara bursa efek
di bursa efek
3 Bunga deposito dan tabungan serta Bank yang didirikan atau bertempat kedudukanm di Indonesia atau
diskonto SBI cabang bank luar negeri di Indonesia dan Bank Indonesia
4 Penghasilan berupa hadiah atas undian Penyelenggara undian
5 Penghasilan sewa tanah dana tau bangunan  Penyewa yang bertindak atau ditunjuk sebagai pemotong
pajak
 Hal penyewa bukan sebagai pemotong pajak maka pajak Pemungut
penghasilan yang terutang wajib dibayar sendiri oleh orang Pajak
pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan
6 Penghasilan dari usaha jasa konstruksi  Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembauaran, dalam
hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak
 Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa
bukan merupakan pemotong pajak
7 Penghasilan dari pengalihan harta berupa  Membayar sendiri pajak penghasilan yang terutang
tanah dana tau bangunan  Dipungut oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan
pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar-menukar
8 Dividen yang diterima atau diperoleh wajib Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku
pajak orang pribadi dalam negeri pembayar dividen
9 Bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada
koperasi kepada anggota koperasi orang anggota koperasi orang pribadi
pribadi

18
Objek Pajak PPh Pasal 23

Bunga, dividen dan royalty yang diterima


wajib pajak badan dan wajib pajak orang
pribadi

Penyerahan jasa yang diterima olej wajib


pajak badan.

Penyerahan jasa yang diterima oleh wajib


pajak orang pribadi selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21
TARIF DASAR No Objek Pajak Tarif DPP
PENGENAAN
PAJAK PPH 23 1. Dividen:    
 Yang diterima oleh badan dengan kepemilikan kurang dari 25% 15% Penghasilan Bruto
 Yang diterima oleh orang pribadi (pasal 17 ayat 2C) 10% Penghasilan Bruto

2. Bunga 15% Penghasilan Bruto

3. Royalti 15% Penghasilan Bruto

4. Hadiah, Penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang dipotong PPh pasal 15% Penghasilan Bruto
21
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali 2% Jumlah Bruto tidak
yang telah dikenalan PPh final termasuk PPN

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa 2% Jumlah Bruto tidak
konsultasi, selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21 termasuk PPN

7. Imbalan sehubungan dengan jasa lain (PMK No 244/PMK.03/2008) 2% Jumlah Bruto tidak
termasuk PPN
21
OBJEK PAJAK PPH PASAL 26

Secara garis besar berdasarkan penerapannya,


objek PPh Pasal 26 dibagi menjadi 2 yaitu:

Objek PPh yang dipotong sebesar 20% dari jumlah


bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.

Objek PPh yang dipotong PPh 26 yang dipotong


pajak 20% dari perkiraan penghasilan neto, yaitu:
Objek PPh yang dipotong PPh 26 yang dipotong
pajak sebesar 20% dari penghasilan kena pajak
sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia, atau yang biasa disebut Branch
Profit Tax

22
PEMUNGUT PAJAK PPH PASAL 26

Berdasarkan Peraturan Dirjen Nomor PER


– 52/PJ/2009 tentang tata cara
Bentuk Usaha Tetap
pemotongan, penyetoran dan pelaporan
pajak penghasilan pasal 26 atas (BUT) atau perwakilan
Badan Pemerintah perusahaan dalam
penghasilan dari penjualan atau
pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang negeri.
diatur dalam pasal 4 (2) Undang-Undang
Pajak Penghasilan yang diterima atau
diperoleh WajiPajak Luar Negeri selain
BUT di Indonesia, yang ditunjuk sebagai
pemotong PPh Pasal 26 adalah:

Orang Pribadi
Subjek pajak badan sebagai WPDN yang
dalam negeri ditunjuk oleh DJP

23
No Objek Pajak Tarif DPP
TARIF DASAR
1 Dividen 20% atau tarif P3B Penghasilan Bruto
PENGENAAN Bunga termasuk premium, diskonto, premi
PAJAK PPH 26 2 sawab dan imbalan sehubungan dengan 20% atau tarif P3B Penghasilan Bruto
pengembalian uang
Royalti, sewa, dan penghasilan lain
3 20% atau tarif P3B Penghasilan Bruto
sehubungan dengan penggunaan harta
4 Hadiah dan penghargaan 20% atau tarif P3B Penghasilan Bruto
5 Pensiunan dan pembayaran berkala lainya    
Penghasilan dari penjualan harta di
6 Indonesia yang diterima wajib pajak luar 20% atau tarif P3B Penghasilan Bruto
negeri selain BUT
Dibayarkan tertanggung kepada perusahaan
asuransi di luar negeri baik secara langsung 10% atau tarif P3B Penghasilan Bruto
maupun melalui pialang
     
Dibayarkan perusahaan asuransi di
  2% atau tarif P3B  Penghasilan Bruto
7 Indonesia kepada perusahaan asuransi di
luar negeri
     
Dibayarkan perusahaan reasuransi di
1% atau tarif P3B
Indonesia kepada perusahaan asuransi diluar  Penghasilan Bruto
negeri
8 Penghasilan dari penjualan 5% Penghasilan Bruto

24
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2
Penghasilan dari transaksi
Bunga deposito dan tabungan
penjualan saham di bursa efek.
Bunga dan diskonto obligasi serta diskonto SBI. Atau
Atas pengasilan yang diterima
yang diperdagangkan dan atau pengasilan berupa Bungan
atau diperoleh orang pribadi atau
dilporkan perdagangannya di deposito dan tabungan serta
badan dari taransaksi penjualn
bursa efek (PP No. 16 tahun diskonto Sertifikat Bank
saham di bursa efek dipungut
2009) Indonesia dipotong Pajak
Pajak Penghasilan yang bersifat
Pengasilan yang bersifat final.
final.

Penghasilan berupa hadianh atas Penghasilan atas sewa tanah Penghasilan dari usaha jasa
undian. dan bangunan. konstruksi.

Penghasilan dari pengalihan Dividen yang diterima atau Bunga simpanan yang
harta berupa tanah dan atau diperoleh wajib pajak orang dibayarkan oleh koperasi kepada
bangunan pribadi dalam negeri. anggota koperasi orang pribadi.

25
No Objek pajak Tariff DPP Keterangan
1 Bunga dan diskonto obligasi yang      
diperdagangkan dan atau dilaporkan
perdagangannya di bursa efek
1.a Bunga daru obligasi dengan kupon 15% Jumlah bruto bunga WPDN
  sesuai dengan masa  
  kepemilikan obligasi  
   
20% WPLN selain BUT Tarif dasar
1.b Diskonto dari obligasi dengan kupon 15% Selisih lebih harga jual WPDN pengenaan
atau nilai nominal di atas  
  harga perolehan obligasi,   pajak (DPP)
  tidak termasuk bunga  
berjalan  
  WPLN selain BUT
20%
1.c Diskonto dari obligasi tanpa bunga 15% Selisih lebih harga jual WPDN
  atau nilai nominal di atas  
20% harga perolehan obligasi  
 
 
WPLN selain BUT
  Bunga dan atau diskonto dari obligasi 0% Jumlah yang diterima Untuk tahu 2009
  dan atau diperoleh wajib sampai dengan tahun
  pajak reksadana yang 2010
  terdaftar pada badan  
5% pengawas pasar modal Untuk tahun 2011
  dan lembaga keuangan sampai dengan tahun
  2013
   
  Untuk tahun 2014 dan
15% seterusnya

26
2 Penghasilan dari transaksi      
penjualan saham di bursa efek
 
2.a Atas penghasilan yang diterima atau 0.1% Jumlah bruto nilai  
diperoleh orang pribadi atau badan transaksi penjualan Tarif dasar
  pengenaan
2.b Pemilik saham pendiri dikenakan 0.5% Dari nilai saham Dalam hal saham
tambahan pajak penghasilan perusahaan pada perusahaan
pajak (DPP)
saat penutupan diperdagangkan di
bursa trakhir tahun bursa efek setelah
1996 1 januari 1997,
maka nilai saham
ditetapkan
sebesar harga
saham pada saat
penawaran umum
perdana
 
3 Bunga deposito dan tabungna serta 20% Dari jumlah bruto WPDN dan BUT
diskonto SBI    
  WPLN
20%  

27
4 Penghasilan berupa hadiah atas 25% Daru jumlah bruto  
undian hadian undian
5 Penghasilan atas sewa tanah dan 10% Dari jumlah bruto  
atau bangunan nilai persewaan
tanah dan atas
bangunan
6 Penghasilan dari usaha jasa       Tarif dasar
kontruksi pengenaan
6.a Pelaksanaan kontruksi (a) 2%   Kualifikasi usaha pajak (DPP)
kecil
6.b Pelaksanaan kontruksi (b) 4% Jumlah pembayarn Tidak memiliki
6.c Pelaksanaan kontruksi selain (huruf a 3% atau jmlah kualifiikasi usaha
  dam b)   penerimaan  
      pembayaran atau Kualifikasi usaha
6.d Perencanaan kontruksi atau 4% jumlah yamh menengah dan
  pengawasan kontruksi   merupakan bagian besar
      dari nilai kontrak  
6.f Perencaaan kontruksi atau   jasa kontruksi Memiliki kualifikasi
pengawasan kontruksi 6% usaha
 
Tidak memiliki
kualifikasi usaha
 

28
7 Pengahasilan dari pengalihan 5% Jumlah bruto nilai -
  harta berupa tanah dan atau . penghasilan hak  
  bangunan   atas tanah dan  
      /atau bangunan  
         
      Jumlah bruto nilai  
    1% pengalihan Atas pengalihan
        hak atas rumah
        sederhana dan
        rumah susun Tarif dasar
 
 
 
 
 
 
 
 
sederhana yang
dilakukan oleh
pengenaan
        wajib pajak yang pajak (DPP)
        usaha pokoknya
        melakukan
        penglihan hak
        atas tanah dan
        atau bangunan
         
         
      Jumlah  
8 Dividen yang diterima atau   penghasilan  
  diperoleh wajib pajak orang 10% berupa deviden  
  pribadi dalam negeri      
      Jumlah  
9 Bunga simpangan yang 0% bruto bunga Bunga simpanan
  dibayarkan oleh koperasi kepada     sampai dengan
anggota koperasi orang pribadi   Rp. 240.000 per
  bulan
10% Bunga simpanan
lebih dari
Rp.240.000 per
bulan

29
Saat Terhutangnya PPh
Potong Pungut
✓ Untuk PPh Pasal 22 saat terutangnya pajak antara lain adalah saat
pembaraan bea masuk atau saat penyelesaian dokumen PIB (untuk
impor) saat pembayaran , saat penerbitan delivery order, saat
pembelian tergantung objeknya masing masing.
✓ Untuk PPh Pasal 23 dan 26 saat terutangnya pajak adalah pada
saat dibayarkan , disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh
tempo pembayarannya
✓ Untuk PPh Pasal 4 ayat (2) saat terutangnya pajak adalah saat
pembayaran atau saat terutang mana yang lebih dahulu

30
Saat peyetoran dan
pelaporan PPH Potong
Pungut
✓ Penyetoran PPh potong Pungut dilakukan ke kas paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya dengan menggunakan SSP ( Surat
Setoran Pajak )
✓ Pelporan PPh dilaporkan ke KPP tempat pemotong/pemungut
terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dengan
menggunakan surat pemberitahuan Masa ( SPM)

31
Perencanaan Pajak Pada PPh Potong Pungut

Karena system withholding tax ( dalam hal ini


pph potong pungut) melibatkan dua pihak,
yakni pihak pemberi penghasilan sebagai
pihak pemotong / pemungutan dan pihak
penerima penghasilan sebagai pihak yang
dipotong/dipungut maka untuk mencapai
efisiensi yang maksimal, perencanaan pajak
pph potong pungut harus difokuskan pada
dua sisi, yakni sisi sebagai wajib potong
manakala perusahaan melakuknan
pembayaran atas objek pph potong pungut
dan sisi sebagai pihak yang dipotong
manakala perusahaan menerima /
memperoleh penghasilan yang merupakan
objek pph potong pungut.

32
Perencanaan Pajak pada posisi sebagi pemotong

Kewajiban untuk
memotong PPh atas
objek PPh potong
Setoran Pajak (SSP)
pungut, dilakukan
dengan menggunakan
sarana bukti potong.

Kewajiban melaporkan
pph yang telah
dipotong dan disetor
tersebut ke kantor
pelayanan pajak
tempat perusahaan
terdaftar dengan
mengunakan sarana
SPT masa (SPM)

33
Perencanaan Pajak pada posisi sebagai Pihak Yang dipotong

Jenis pajak yang tercantum


pada bukti potong dan Sp
Harus didukung oleh bukti Tahun pengkreditan harus harus benar( atau didukung
potong asli( atau legalisir sesuai dengan tahun yang oleh surat pemindahbukuan
sesuai asli) tertera pada bukti potong yang diterbitkan oleh KPP
jika terjadi kesalahan jenis
PPh yang dipotong).

34
Hal hal yang harus diperhatikan terkait dengan perencanaan
Pajak pada PPh Potong Pungut

Jika pihak
Jika terjadi penerima
kesalahan potong penghasilan tidak
mau dipotong

35
Rekonsiliasi SPT masing masing
withholding tax dengan biaya biaya
yang terkait dengan objek
withholding tax

A. Rekonsiliasi obyek PPh Pot-put bagi


perusahaan selaku pemotong

B. Rekonsiliasi obyek PPh pot-put bagi


perusahaan selaku pihak yang di potong

37
Terimak
asih!
38

Anda mungkin juga menyukai