Anda di halaman 1dari 54

Disusun oleh : Wicky Agustyan (5552150095)

Standar Audit 200


Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan
Audit Berdasarkan Standar Audit
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit ini mengatur tanggung jawab
keseleruhan auditor independen ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan
berdasarkan SA.
2. SA ditulis dalam konteks audit atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor. Bila
dipandang perlu, SA dapat diadaptasi ketika
diterapkan dalam audit atas informasi keuangan
historis lainnya.
Audit Atas Laporan Keuangan
 Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan
tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan
yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan
suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan suatu kerangka pelaporan yang
berlaku.
 Laporan keuangan yang diaudit adalah milik
entitas, yang disusun oleh manajemen entitas
dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.
Audit Atas Laporan Keuangan
 Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
 SA berisi tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain
yang dirancang untuk mendukung auditor dalam memperoleh keyakinan
memadai. SA megharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan
profesional dan memelihara skeptisisme profesional selama perencanaan
dan pelaksanaan audit, dan antara lain mencakup:
• Mengindentifikasi dan menilai resiko kesalahan penyajian material,
baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan
suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal entitas.
• Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat
kesalahan penyajian material, melalui perancangan dan penerapan
respons yang tepat terhadap resiko yang dinilai.
• Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh.
Tanggal Efektif
 Standar Audit ini berlaku efektif untuk audit atas
laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013
(Untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (Untuk
entitas selain Emiten). Penerapan dini dainjurkan
untuk entitas selain Emiten.
Tujuan Keseleruhan Auditor
 Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan
keuangan, tujuan keseluruhan auditor adalah:
a) Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
lapran keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan mauun kesalahan, dan oleh karena
itu memungkinkan auditor menyatakan suatu opini
tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan suatu
kerangka pelaoran keuangan yang berlaku: dan
b) Melaporkan atas laporan keuangan dan
mengkomunikasikannya sebagaimana ditentukan
oleh SA berdasarkan temuan auditor.
Definisi
 Untuk tujuan SA, terrminologi di bawah ini memiliki arti sebagai berikut:
a) Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku: Kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku yang diterapkan oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, dalam penyusunan laporan keuangan
yang dapat diterima dari sudut pandang sifat entitas dan tujuan laporan
keuangan, atau yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan atau
regulasi.
b) Bukti Audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai
kesimpulan yang mendasari opini auditor. Bukti audit mencakup informasi
yang terdapat dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan
informasi lainnya.
c) Risiko Audit: Risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini aduit yang tidak
tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material.
Risiko audit merupakan suatu fungsi risikio risiko kesalahan penyajian
material dan risiko deteksi.
d) Auditor: Terminologi “auditorˮ digunakan untuk menyebut orang atau orang-
orang yang melaksanakan audit (biasanya rekan perikatan atau anggota lain tim
perikatan) atau, jika relevan, KAP.
Definisi
e) Risiko deteksi: Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh
auditor untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
diterima tidak akan mendeteksi suatu kesalahan penyajian material,
baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan
dengan kesalahan penyajian lainnya.
f) Laporan keuangan: Suatu representasi terstruktur atas informasu
keuangan hsitoris, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait,
yang dimaksudkan untuk mengomunikasikan sumber daya ekonomi
atau kewajiban entitas pada suatu tanggal atau perubahan atasnya
untuk suatu periode sesuai dengan suatu kerangka pelaporan
keuangan.
g) Informasi keuangan historis: informasi yang dinyatakan dalam
terminologi keuangan suatu entitas tertentu, yang terutama
dihasilkan oleh sistem akuntansi entitas tersebut, yang
mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi pada periode lalu atau
kondisi ekonomi pada tanggal tertentu di masa lalu.
Definisi
h) Manajemen: Orang atau orang-orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk
melaksanakan kegiatan entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa yurisdiksi,
manajemen mencakup beberapa atau seluruh individu yang bertanggung jawab
atas tata kelola, sebagai contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite
Audit, atau seorang pemilik-pengelola.
i) Kesalahan penyajian: Suatu selisih atas angka, klasifikasi, penyajian, atau
pengungkapan suatu pos laporan keuangan suatu poos laporan keuangan,
antara yang dilaporkan dalam laporan keuangan dengan yang seharusnya
menurut kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Kesalahan penyajian
dapat diakibatkan oleh kesalahan maupun kecurangan.
j) Premis, berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu
audit: Bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola untuk mengakui dan memahami bahawa mereka memiliki tanggung
jawab di bawah ini yang fundamental bagi pelaksanaan suatu audit berdasarkan
SA.
Definisi
k) Pertimbangan profesional: Penerapan pelatihan,
pemgetahuan, dan pengalaman yang relevan, dalam
konteks standar audit, akuntansi, dan etika, dalam
membuat keputusan yang diinformasikan tentang
tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi dalam
perikatan audit.
l) Skeptisisime profesional: Suatu sikap yang mencakup
suatu pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada
terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan
kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian
penting atas bukti audit.
m) Keyakinan memadai: Dalam konteks suatu audit atas
laporan keuangan, suatu tingkat keyakinan tinggi, tetapi
bukan tingkat keyakinan absolute.
Definisi
n) Risiko kesalahan penyajian material: Risiko bahwa laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum
dilakukan audit. Risiko tersebut terdiri dari dua komponen
yang dijelaskan di bawah ini pada tingkat asersi:
(i) Risiko inheren: Kerentanan suatu asersi tentang suatu
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terhadap
suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara
individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan
kesalahan penyajian lainnya, sebelum mempertimbangkan
pengendalian internal yang terkait
(ii) Risiko pengendalian: Risiko bahwa suatu kesalahan
penyajian yang mungkin terjadi dalam suatu asersi tentang suatu
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang mungkin
material, bak secara individual maupun secara kolektif ketika
digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya, tidak akan
dapat dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi, secara tepat waktu
oleh pengendalian internal entitas.
Ketentuan
 Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit
atas Laporan Keuangan
 Skeptisisme Profesional
 Pertimbangan Profesional
 Bukti Audit yang cukup dan Tepat serta Risiko
Audit
 Pelaksanaan Audit berdasarkan SA
Standar Audit 210
Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SAˮ) Ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam
menyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan,
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. SA ini juga
menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit, tanggung
jawab atas tata kelola entitas.
• Tanggal Efektif
2. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (Untuk Emiten), atau (ii) 1
Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk
entitas selain Emiten.
• Tujuan
3. Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjtkan perikatan audit hanya
ketika basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati, melalui:
a. Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit; dan
b. Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit
antara auditor, manajemen dan, jika relevan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas.
Definisi
4. Untuk tujuan SA ini, istilah di bawah ini bermakna
sebagai berikut:
Prakondisi untuk suatu audit: Penggunaan suatu
kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima
dalam penyusunan laporan keuangan oleh manajemen
dan persetujuan manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab terhadap tata kelola atas premis
pelaksanaan suatu audit.
5. Untuk tujuan SA ini, penyebutan kata “manajemenˮ
harus dibaca sebagai “manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas.ˮ
Ketentuan
 Prakondisi untuk Suatu Audit
 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
 Audit Berulang
 Penerimaan perubahan dalam Ketentuan
Perikatan Audit
 Pertimbangan Lain dalam Penerimaan Perikatan
Standar Audit 220
Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan
Keuangan
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SAˮ) mengatur tanggung jawab tertentu auditor
dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk
audit atas laporan keuangan. SA ini juga mengatur, jika relevan,
tanggung jawab penelaah pengendalian mutu perikatan. SA ini
harus dibaca bersama dengan ketentuan etika yang relevan.
• Sistem Pengendalian Mutu dan Peran Tim Perikatan
2. Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu
merupakan tanggung jawab KAP, Berdasarkan SPM 1, KAP
berkewajiban untuk menetapkan dan memelihara suatu
sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan
menandai bahwa:
a. KAP dan personelnya mematuhi standar profesi serta
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
b. Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah
sesuai dengan kondisinya.
Sistem Pengendalian Mutu dan
Peran Tim Perikatan
3. Dalam hubungan dengan sistem pengendalian
mutu KAP, tim perikatan bertanggung jawab untuk
menerapkan prosedur pengendalian mutu yang
dapat diterapkan terhadap perikatan audit dan
memberikan informasi yang relevan dengan KAP
untuk memungkinkan berfungsinya sistem
pengendalian mutu KAP yang berhubungan dengan
independensi.
4. Tim perikatan berhak untuk mengandalkan sistem
pengendalian mutu KAP, kecuali informasi yang
disediakan oleh KAP atau pihak lain menunjukkan
sebaliknya.
Tanggal Efektif dan Tujuan
5. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i)
1 Januari 2013 (Untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014
(untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini
dianjurkan untuk entitas selain Emiten.
6. Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan
prosedur pengendalian mutu pada tingkat perikatan
untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor
bahwa:
a. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi
serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku; dan
b. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan
kondisinya.
Definisi
7. Untuk tujuan SA, istilah-istilah dibawah ini memiliki makna
sebagai berikut:
a. Rekan Perikatan: Rekan atau personel lain dalam KAP yang
bertangung jawab atas perikatan dan pelaksanaannya dan atas
laporan yang diterbitkan atas nama KAP, serta yang, ketika
disyaratkan, memiliki weewenang yang tepat dari organisasi
profersi, atau badan pengatur.
b. Penelaahan atas pengendalian mutu perikatan: Suatu proses
yang dirancang untuk menyediakan suatu evaluasi yang
objektif pada saat atau sebelum tanggal laporan tentang
pertimbangan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan
kesimpulan yang ditarik dalam merumuskan laporan tersebut.
Proses penelaahan pengendalian mutu perikatan berlaku untk
audit atsa laporan keuangan bagi entitas yang merupakan
emiten dan untuk perikatan lain, jika relevan, yang menurut
KAP perlu diterapkan penelaahan pengendalian mutu
perikatan.
Definisi
c. Penelaah Pengendalian Mutu Perikatan: Seorang rekan,
Personel lain dalam KAP, Personel di luar KAP dengan kualitas
yang sesuai, atau suatu tim yang terdiri dari individu-individu
tersebut, yang tidak satupun dari mereka merupakan bagian
dari tim perikatan, dengan pengalaman dan wewenang yang
cukup dan tepat untuk mengevaluasi secara objektif
pertimbangan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan
kesimpulan yang ditarik dalam kesimpulan merumuskan
laporan auditor.
d. Tim Perikatan: Semua rekan dan staf yang melaksanakan
perikatan, setiap individu yang ditugasi oleh KAP atau KAP
jejaring yang melaksanakan prosedur audit dslam perikatan
tersebut. Tim ini tidak mencakup pakar auditor di luar KAP
yang ditugaskan oleh KAP atau suatu KAP jejaring.
e. KAP: Praktisi Tunggal, suatu persekutuan atau korporasi, atau
entitas lain dari akuntan profesional.
Definisi
f. Inspeksi: Dalam hubungannya dengan perikatan yang telah
selesai, prosedur yang dirancang untuk menyediakan bukti
atas kepatuhan tim perikatan terhadap kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu KAP.
g. Emiten: Suatu entitas yang saham atau utangnya dicatatkan di
pasar modal yang diakui, atau dipasarkan di bawah regulasi
pasar modal yang diakui atau badan lain yang setara.
h. Pemantauan: Suatu proses yang terdiri dari pertimbangan dan
pengevaluasian secara terus menerus terhadap sistem
pengendakian mutu KAP, termasuk suatu inspeksi periodik
terhadap sejumlah perikatan yang telah selesai yang dirancang
untuk menyediakan keyakinan memadai bagi KAP bahwa
sistem pengendalian mutunya beroperasi secara efektif.
i. KAP jejaring: Suatu KAP atau entitas yang menjadi bagian dari
suatu jejaring.
Definisi
j. Jejaring: Suatu struktur yang lebih besar:
i. Yang ditujukan untuk kerja sama, dan
ii. Yang secara jelas ditujukan untuk berbagi laba atau
biaya atau berbagi kepemilikan bersama,
pengendalian, atau manajemen bersama, prosedur
dan kebijakan pengendalian mutu bersama,
strategi bisnis bersama, penggunaan nama merek
bersama, atau suatu bagian signifikan sumber daya
profesional.
k. Rekan: Individu dengan wewenang yang mengikat
KAP yang berkaitan dengan pelaksanan perikatan
jasa profesional yang dilaksanakan oleh individu
tersebut.
Definisi
l. Personel: Rekan dan staf.
m. Standar Profesi: SA dan ketentuan etika yang relevan.
n. Ketentuan etika yang relevan: Ketentuan etika yang harus dipatuhi
oleh tim perikatan dan penelaah pengendalian mutu perikatan, yang
terdiri dari bagian A dan bagian B dari Kode Etik Profesi Akuntan
Publik (“Kode Etikˮ), beserta ketentuan terkait lainnya yang lebih ketat
dari ketentuan Kode Etik.
o. Staf: Staf profesional, selain rekan, termasuk pakar yang dikerjakan
oleh KAP.
p. Individu eksternal dengan kualifikasi yang sesuai: Individiu di luar KAP
dengan kompetensi untuk bertindak sebagai contoh: (i) seorang rekan
KAP lain, (ii) seorang karyawan (dengan pengalaman yang memadai)
dari suatu badan akuntansi profesional yang anggotanya dapat
melaksanakan audit atas indormasi keuangan historis (jika relevan),
atau (iii) seorang karyawan dari suatu organisasi yang menyediakan
jasa pengendalian mutu yang relevan (jika relevan).
Ketentuan
 Tanggung Jawab Kepemimpinan atas Mutu Audit
 Ketentuan Etika yang Relevan
 Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan
dengan Klien dan Perikatan Audit
 Penugasan Tim Perikatan
 Pelaksanaan Perikatan
 Pemantauan
 Dokumentasi
Standar Audit 230
Dokumentasi Audit
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini berlaitan dengan kewajiban auditor dalam
menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan
keuangan. Lampiran pada bagian akhir SA ini memuat daftar SA lain
yang berisi panduan dan ketentuan spesifik dalam SA lain tidak dapat
membatasi penerapan SA ini. Peraturan perundang-undangan dapat
menetapkan tambahan ketentuan dokumentasi.
• Sifat dan Tujuan Dokumentasi Audit
2. Dokumemtasi audit yang memenuhi ketentuan SA ini dan persyaratan
dokumentasi spesifik lain sebagaimana tercantum dalam SA lain yang
relevan memberikan:
a. Bukti sebagai basis bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan
tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor; dan
b. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan
SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sifat dan Tujuan Dokumentasi
Audit
3. Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan berikut ini:
• Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
• Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam supervisi untuk
mengarahkan dan mensupervisi proses audit, serta menunaikan tanggung jawab
penelaahan sebagaimana diatur dalam SA 220.
• Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggung jawabkan pekerjaan mereka.
• Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk audit di masa
yang akan datang.
• Memungkinkan dilaksanakannya penelahaan dan inspeksi atas pengendalian mutu
sesuai dengan SPM 1 atau ketentuan setara lainnya.
• Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku.
• Tanggal Efektif
4. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1
januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas
selain Emiten.
Tujuan
5. Tujuan auditor adalah untuk menyusun
dokumentasi yang memberikan:
a. Catatan yang cukup dan tepat sebagai basis
untuk laporan auditor; dan
b. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Definisi
6. Untuk lingkup SA ini, istilah-istilah berikut didefinisikan sebagai:
a. Dokumentasi Audit: Dokumentasi atas prosedur audit yang telah
dilakukan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan
yang ditarik oleh auditor (istilah seperti “kertas kerja” juga kadang-
kadang digunakan).
b. Folder audit: Satu atau lebih folder atau media penyimpanan lain,
dalam bentuk fiskal atau elektronis, yang berisi dokumentasi audit
untuk suatu perikatan tertentu.
c. Auditor berpengalaman: seorang personel (baik yang berasal dari
internal maupun eksternal KAP) yang berpengalaman dalam praktik
audit, dan mempunyai pemahaman memadai tentang:
i. Proses audit;
ii. SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
iii. Lingkungan bisnis tempat entitas beroperasi; dan
iv. Isu audit dan pelaporan keuangan yang relevan dengan industri
tempat entitas beroperasi.
Ketentuan
 Penyiapan Dokumentasi Audit Tepat Waktu
 Pendokumentasian Prosedur Audit yang telah
dilaksanakan dari Bukti Audit yang Diperoleh.
 Pengumpulan Folder Audit Final.
Standar Audit 240
Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu
Audit Atas Laporan Keuangan
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang terkait
dengan kecurangan, dalam suatu atas laporan keuangan. Secara spesifik, SA ini
memperluas bagaimana SA 315 dan SA 330 harus diterapkan dalam kaitannya dengan
risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan.
• Karakteristik Kecurangan
2. Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau
kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau tidak
disengaja.
3. Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, untuk kepentingan SA
ini, auditor berkepentingan terhadap kecurangan yang meyebabkan kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan. Terdapat dua tipe kesalahan yang
relevan dengan pertimbangan auditor- kesalahan penyajian yang timbul dari
pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dan kesalahan penyajian yang
timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap aset. Meskipun auditor dapat
menduga atau, dalam kasus yang jarang terjadi, mengidentifikasi terjadinya
kecurangan, auditor tidak membuat penentuan secara hukum mengenai apakah
kecurangan benar-benar telah terjadi.
Tanggung Jawab untuk Pencegahan dan
Pendeteksian Kecurangan
4. Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan
pendeteksian keuangan berada pada pihak yaitu yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan
manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen,
dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan,
yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan,
dan pencegahan kecurangan (fraud deterrence), yang
dapat membujuk individu-individu agar tidak dapat
melakukan kecurangan karena kemungkinan akan
terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini memerlukan
komitmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku
etis yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif
oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Tanggal Efektif
9. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan
keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk
Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten.
Tujuan
10. Tujuan Auditor adalah untuk:
a) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan yang
diakibatkan oleh kecurangan.
b) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
terkait dengan penilaian risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan, melalui
perancangan dan implementasi respons yang tepat;
dan
c) Memberikan respons terhadap kecurangan atau
dugaan kecurangan yang diidentifikasi selama
audit.
Definisi
11. Untuk tujuan SA, istilah-istilah di bawah ini
memiliki arti sebagai berikut:
a) Kecurangan: Suatu tindakan yang disengaja oleh
satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan,
atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan
tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntunan
secara tidak adil atau melanggar hukum.
b) Faktor risiko kecurangan: Peristiwa atau kondisi
yang menunjukkan adanya insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan atau memberikan
peluang untuk melakukan kecurangan.
Ketentuan
 Skeptisisme profesional
 Pembahasan di antara tim perikatan
 Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait
 Identifikasi dan penilaian risiko kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan
 Respons terhadap hasil penilaian risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan
 Pengevaluasian terhadap bukti audit
 Ketidakmampuan auditor untuk melanjutkan perikatan
 Representasi tertulis
 Komunikasi kepada manajemen dan pihak yang bertangung
jawab atas tata kelola
 Komunikasi kepada badan pengatur dan penegak hukum
 Dokumentasi
Standar Audit 250
Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-
Undangan Dalam Audit Atas Laporan Keuangan
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini mengatur tentang
tanggung jawab auditor untuk
mempertimbangkan peraturan perundang-
undangan dalam audit atas laporan keuangan.
SA ini tidak berlaku bagi perikatan asurans lain
yang di dalamnya auditor secara spesifik
ditugaskan secara terpisah terhadap kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan
tertentu.
Dampak Peraturan Perundang-
Undangan
2. Dampak peraturan perundang-undangan terhadap laporan keuangan
sangat bervariasi. Peraturan perundang-undangan tersebut bersifat
mengikat dan merupakan kerangka peraturan perundang-undangan bagi
suatu entitas. Ketentuan dalam beberapa peraturan perundang-undangan
berdampak langsung terhadap laporan keuangan yag menentukan
jumlah dan pengungkapan yang dilaporkan dalam laporan keuangan
suatu entitas peratiran perundang-undangan lain merupakan peraturan
yang harus dipatuhi oleh manajemen atau menetapkan ketentuan yang
mengatur entitas dalam menjalankan bisnisnya namun tidak berdampak
langsung terhadap laporan keuangan suatu entitas. Beberapa entitas
beroperasi dalam industri yang diatur secara ketat (seperti bank dan
perusahaan kimia). Sementara entitas lain hanya diatur oleh peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan aspek umum operasi bisnis
(seperti aspek yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan, serta
pemberian kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan).
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dapat
mengakibatkan denda, litigasi, atau konsekuensi lain bagi entitas yang
dapat menimbulkan dampak material terhadap laporan keuangan.
Tanggung Jawab Untuk Mematuhi
Peraturan Perundang-Undangan
3. Adalah merupakan tanggung jawab manajemen, dengan
pengawasan dari pihak yang bertangung jawab atas tata kelola,
untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
termasuk kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang menentukan jumlah dan
pengungkapan yang harus dilaporkan dalam laporan
keuangan suatu entitas.
4. Ketentuan dalam SA ini dirancang untuk membantu auditor
dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Namun, auditor
tidak bertanggung jawab untuk mencegah dan tidak
diharapkan untuk mendeteksi ketidakpauhan terhadap semua
peraturan perundang-undangan.
Tanggal Efektif
9. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan
keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk
Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten.
Tujuan
10. Tujuan auditor adalah:
a) Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang pada umumnya
berdampak langsung dalam menentukan jumlah dan
pengungkapan material dalam laporan keuangan;
b) Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk
membantu mengungkapkan adanya ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan lain yang
dapat berdampak material terhadap laporan keuangan;
dan
c) Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan peraturan perundang-undangan yang
diidentifikasi selama pelaksanaan audit secara tepat.
Definisi
11. Untuk keperluan SA ini, istilah berikut memiliki
arti seperti yang tertera dibawah ini:
a. Ketidakpatuhan: Tindakan penghilangan atau
tindakan kejahatan oleh entitas, disengaja atau
tidak disengaja, yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tindakan seperti itu mencakup transaksi yang
dicatat oleh, atau dengan nama entitas, atau atas
namanya, oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, manajemen, atau karyawan.
Ketidakpatuhan tidak termasuk kesalahan pribadi
(yang tidak berkaitan dengan aktivitas bisnis
entitas) pleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, manajememen, atau karyawan entitas.
Ketentuan
 Pertimbangan Auditor atas Kepatuhan Terhadap
Peraturan Perundang-undangan
 Prosedur Audit pada Saat Ketidakpatuhan
Teridentifikasi atau Diduga Terjadi
 Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang
Diidentifikasi atau Diduga Terjadi
 Dokumentasi
Standar Audit 260
Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung
Jawab Atas Tata Kelola
 Ruang Lingkup
1. SA ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola dalam audit atas laporan keuangan
2. SA ini ditulis dalam konteks audit atas laporan keuangan,
namun juga dapat diterapkan, diadaptasi seluruhnya sesuai
dengan kondisi, atas informasi keuangan historis lainnya
ketika pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola meiliki
tanggung jawab untuk mengawasi penyusunan informasi
keuangan historis lainnya.
3. Dengan menyadari pentingnya komunikasi dua-arah yang
efektif dalam suatu audit atas laporan keuangan, SA ini
menyediakan kerangka menyeluruh untuk komunikasi
auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
dan mengidentifikasi beberapa hal spesifik yang perlu
dikomunikasikan kepada mereka.
Peran Komunikasi
4. Fokus utama SA ini adalah komunikasi dari auditor
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Meskipun demikian, peran komunikasi dua-arah yang
efektif penting untuk membantu:
a) Auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
keola dalam memahami hal yang terkait dengan konteks
audit; dan dalam mengembangkan hubungan kerja yang
saling mendukung.
b) Auditor dalam memperoleh informasi audit yang relevan
dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
c) Pihak yang bertangung jawab atas tata kelola dalam
memenuhi tanggung jawab mereka untuk mengawasi
proses pelaporan keuangan, dengan demikian dapat
mengurangi risiko kesalahan penyajian material atas
laporan keuangan.
Tanggal Efektif
5. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan
keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk
Emiten), atau (ii) 1 januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten.
Tujuan
6. Tujuan auditor adalah:
a) Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang tanggung jawab
auditor yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan,
dan gambaran umum perencanaan lingkup dan saat audit;
b) Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
c) Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola secara tepat waktu, hasil observasi audit yang
signifikan dan relevan terhadap tanggung jawab mereka untuk
mengawasi proses pelaporan keuangan; dan
d) Untuk mendukung komunikasi dua-arah yang efektif antara
auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Definisi
7. Untuk tujuan SA ini, beberapa istilah berikut
memiliki arti seperti di bawah berikut:
a) Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola:
Individu atau organisasi (atau organisasi-
organisasi, seperti wali amanat korporasi) yang
memiliki tanggung jawab untuk mengawasi
arah strategi entitas dan pemenuhan kewajiban
yang berkaitan dengan akuntabilitas entitas.
b) Manajemen: Individu atau kelompok individu
dengan tanggung jawab eksekutif untuk
melaksanakan operasi entitas.
Ketentuan
 Pihak yang bertanggung jawab atas Tata Kelola
 Hal-hal yang perlu dikomunikasikan
 Proses Komunikasi
 Dokumentasi
Standar Audit 265
Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal Kepada
Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola Manajemen
 Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini mengatur tentan tanggung jawab
auditor untuk mengomunikasikan dengan tepat kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola manajemen tentang
defisiensi dalam pengendalian internal yang diidentifikasi
oleh auditor dalam audit atas laporan keuangan.
2. Auditor diharuskan untuk memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal yang relevan dengan audit pada saat
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material.
3. Tidak ada aturan dalam SA ini yang menghalangi auditor
untuk mengomunikasikan masalah lain dalam pengendalian
internal yang diidentifikasi oleh auditor selama audit kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
manajemen.
Tanggal Efektif
4. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan
keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk
Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten.
Tujuan
5. Tujuan auditor adalah untuk
mengomunikasikan dengan semestinya kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dan manajemen tentang defisiensi dalam
pengendalian internal yang diidentifikasikan
oleh auditor selama audit dan menurut
pertimbangan profesional auditor adalah cukup
penting untuk mendapatkan perhatian dari
pihak-pihak yang bersangkutan.
Definisi
 Untuk kepentingan SA ini, istilah-istilah berikut memiliki
pengertian seperti dijelaskan di bawah ini:
a) Defisiensi dalam pengendalian internal- Hal ini terjadi bila:
i. Suatu pengendalian dirancang, diterapkan atau dioperasikan
sedemikian rupa sehingga pengendalian tersebut tidak dapat
mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan secara tepat waktu; atau
ii. Tidak adanya suatu pengendalian yang diperlukan untuk
mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan secara tepat waktu.
b) Defisiensi signifikan dalam pengendalian internal-Suatu
defisiensi atau kombinasi beberapa defisiensi dalam
pengendalian internal, yang menurut pertimbangan
profesional auditor, adalah cukup penting untuk
mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang bertangung
jawab atas tata kelola.
Ketentuan
 Penentuan Apakah Defisiensi dalam
Pengendalian Internal Telah Diidentifikasi
 Defisiensi Signifikan dalam Pengendalian
Internal
 Komunikasi atas Defisiensi dalam Pengendalian
Internal
TERIMA KASIH
MATUR SUWUN YO REK!!!

Anda mungkin juga menyukai