Anda di halaman 1dari 3

Tugas – III (1) Etika Profesional dan Tata Kelola Korporat

Ringkasan Kasus Insider Trading PT Bank Danamon Indonesia Tbk.


Dosen Pengajar : Dr. Ratna Wardhani
Oleh : Kelompok 2 – Gagas Septian N. (1806278762), Jenny Kanprilla (1806250146),
Trias Rachmatika (1806279033)

I. Gambaran Umum Kasus


Rajiv Louis, seorang Managing Director Carlyle Group LP sekaligus mantan Country
Head UBS Group AG s.d. tahun 2012, dipecat dari jabatannya akibat tersangkut kasus insider
trading (perdagangan saham dengan melibatkan informasi dari orang dalam). Louis terbukti
terlibat dalam kasus insider trading atas saham PT. Bank Danamon Tbk. dengan kode BDMN
yang terjadi sekitar tahun 2012. Kasus insider trading ini diketahui publik setelah The
Monetary of Singapore (MAS) mengungkapkannya pada hari Rabu tanggal 14 Oktober 2015.
Kasus ini bermula dengan diterimanya informasi non publik oleh Louis, yaitu rencana akuisisi
saham PT Bank Danamon Tbk oleh DBS Group Holdings Ltd di Singapura. Setelah Louis
memperoleh informasi non publik tersebut, Louis membeli saham Bank Danamon sebanyak 1
juta lembar saham pada bulan Maret 2012 dengan menggunakan akun saham milik istrinya.
Terdapatnya indikasi bahwa telah terjadi kasus insider trading dibuktikan dengan
pengumuman mengenai penawaran oleh DBS yang akan membeli saham bank Danamon pada
April 2012 (sebulan setelah terjadinya transaksi pembelian saham Bank Danamon oleh Louis).
Akibatnya, Louis berhasil meraup keuntungan sebesar Sin$173.965. Setahun kemudian, Louis
bergabung dengan Carlyle Group LP sebagai Managing Director di tim Pembelian Kawasan
Asia yang bertanggungjawab dalam kegiatan investasi di Indonesia. Setelah kasus insider
trading ini terungkap, Louis dipecat dari jabatannya di Carlyle Group.
Tim penyelidikan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mengawali kasus ini. Namun
demikian, dikarenakan Louis melakukan pembelian saham Bank Danamon melalui broker
asing di Singapura menggunakan rekening istrinya, maka terdapat kesulitan terkait dengan
pengenaan hukuman yang seharusnya dilakukan kepada Louis di Indonesia. Adapun salah satu
faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut adalah karena UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal (“UU Pasar Modal”) yang berlaku saat ini masih cenderung konvensional dan belum
beradaptasi dengan proses transaksi pasar modal yang sekarang ini telah berkembang dinamis.
Selanjutnya, MAS menyatakan bahwa UBS AG tidak terlibat langsung dengan kasus ini karena
dilakukan melalui rekening sang istri. Akibat tindakan yang dilakukannya ini, Louis diganjar
hukuman berupa denda Sin$434.912 atau senilai US$312.965. Berdasarkan UU Pasar Modal,
pihak yang terbukti melakukan tindakan insider trading akan dijatuhi hukuman berupa pindana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 15 Milyar.

II. Analisis Kasus


Gambaran umum kasus pada poin I merupakan salah satu contoh tindakan insider
trading (perdagangan oleh orang dalam) yang melibatkan Rajiv Louis, seorang Managing
Director Carlyle Group LP sekaligus mantan Country Head UBS Group AG s.d. tahun 2012.
Berdasarkan prinsip Corporate Governance ke-3 menurut OECD, sub prinsip E, perdagangan
oleh orang dalam dan transaksi abusive lainnya yang memanfaatkan hubungan dekat dengan
perusahaan, termasuk dengan pemegang saham pengendali, untuk kepentingan pribadi yang
merugikan perusahaan dan investor dilarang sebagaimana prinsip tersebut mengatur tindakan
insider trading sebagai berikut:
“Insider trading and market manipulation should be prohibited and the applicable
rules enforced.
As insider trading entails manipulation of the capital markets, it is prohibited by
securities regulations, company law and/or criminal law in most countries. These
practices can be seen as constituting a breach of good corporate governance as they
violate the principle of equitable treatment of shareholders. However, the effectiveness
of such prohibition depends on vigorous enforcement action.”

Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan hubungan dengan orang dalam,
misalnya abnormal return dari perubahan harga saham, menjadi motivasi terjadinya insider
trading. Dalam kasus ini, meskipun tidak dapat dibuktikan bahwa telah terdapat pihak yang
telah memberikan memberikan informasi non publik kepada Louis, tetapi indikasi insider
trading dapat dilihat dengan adanya keuntungan berupa ‘abnormal return’ sebesar
Sin$173.965 yang berhasil diperoleh Louis melalui tindakan pembelian saham Bank Danamon
tepat sebulan sebelum diumumkannya rencana akuisisi saham Bank Danamon oleh DBS Group
Holdings Ltd di Singapura. Selan itu, terdapat indikasi bahwa Louis telah menyiasati tindakan
yang dilakukannya dengan cara menggunakan akun saham milik istrinya. Keberadaan
informasi asimetris sering menyulitkan untuk mencegah dan membuktikan transaksi insider
trading ini. Sementara di sisi lain, dampak transaksi ini, selain merugikan perusahaan dan
investor, juga dapat menurunkan kredibilitas pasar modal secara keseluruhan karena
perusahaan dianggap tidak mampu menerapkan GCG yang telah diatur pedomannya oleh
KNKG (2006) yang di antaranya menyebutkan hak-hak dasar pemegang saham, salah satunya
hak untuk memperoleh informasi menegnai perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur,
kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.
Prinsip pelarangan perdagangan oleh orang dalam sangat penting untuk dilaksanakan.
Oleh karena itu, prinsip OECD sub-prinsip E mewajibkan regulator melarang perdagangan
oleh orang dalam tersebut dengan menegakkan hukuman atas pelanggaran aturan tersebut. Di
Indonesia, sanksi atas pelanggaran pelarangan perdagangan oleh orang dalam diatur dalam
Pasal 104 UU PM. Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan oleh orang dalam terancam
sanksi pidana 10 (sepuluh) tahun penjara dan denda maksimum Rp15 miliar. Namun demikian,
dikarenakan transaksi pembelian saham Bank Danamon oleh Louis dilakukan melalui broker
asing yang berada di Singapura maka ketentuan Pasal 104 UU PM tidak dapat dipenuhi
sehingga dalam kasus ini, Louis tidak dipidana melainkan hanya dikenakan sanksi berupa
denda sebesar Sin$434.912 atau setara dengan US$312.96.
Pencegahan perdagangan oleh orang dalam telah disebutkan dalam Pedoman Umum
GCG Indonesia. Pada Bab V tentang Pemegang Saham, bagian Pedoman Pelaksanaan 2.4,
disebutkan bahwa Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan
memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi
harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klarifikasi
saham yang dimilikinya.

Daftar Referensi

Gunawan, Hendra (ed.). (2015). Insider Trading PT Bank Danamon Memakan Korban.
https://internasional.kontan.co.id/news/insider-trading-bank-danamon-memakan-korban
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat. Jakarta:
IAI.
Pasopati, Giras. (2015). Kasus Insider Trading Saham Danamon BEI Temui UBS Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151016132758-92-85309/kasus-insider-
trading-saham-danamon-bei-temui-ubs-indonesia
Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/ tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan dengan jelas
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/ atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme”.

Mata Ajaran : Etika Profesional dan Tata Kelola Korporat


Judul Makalah/ Tugas : Ringkasan Kasus Insider Trading PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Tanggal : 07 November 2019
Dosen : Dr. Ratna Wardhani

Nama : Gagas Septian N.


NPM : 1806278762
Tanda Tangan :

Nama : Jenny Kanprilla


NPM : 1806250146
Tanda Tangan :

Nama : Trias Rachmatika


NPM : 1806279033
Tanda Tangan :

Anda mungkin juga menyukai