Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR AUDITING

(ETHICAL CONDUCT)

Dosen: Devianti Yunita H., S.E,M.T.,Ak.

Disusun Oleh :

Kelompok 01 :

1. ALIAH GHINA (120620180501)

3. SANIA YOLANDA (120620180507)

3. ACUN EPENDI (120620180513)

UNIVERSITAS PADJAJARAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan olehkeandalan, kecermatan, ketepatan
waktu, dan mutu jasa atau pelayanan yang dapat diberikan oleh profesi yang bersangkutan. Kata ”kepercayaan”
demikianpentingnya karena tanpa kepercayaan masyarakat maka jasa profesi tersebut tidak akan diminati,
yang kemudian pada gilirannya profesi tersebut akan punah.Untuk membangun kepercayaan perilaku para pelaku profesi
perlu diatur dan kualitas hasil pekerjaannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu dibutuhkan penetapan standar
tertentu, sehingga masyarakat dapat meyakini kualitas pekerjaan seorang profesional.

Pekerjaan audit adalah profesi. Auditor yang bekerja di sektor public selain dituntut untuk mematuhi ketentuan
dan peraturan kepegawaian sebagai seorang pegawai negeri sipil, ia juga dituntut untuk menaati kode etik
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) serta Standar Audit APIP atau standar audit lainnya yang telah
ditetapkan. Sehingga bagaimana seharusnya perilaku seorang auditor Pemerintah serta apa saja yang harus dilakukan agar
hasil pekerjaannya memenuhi standar mutu yang harus dicapai, perlu diketahui oleh setiap mereka yang berprofesi sebagai
aparat pengawasan intern pemerintah.

Modul Kode Etik dan Standar Audit ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang seharusnya dimiliki dan dilaksanakan oleh seorang auditor sebagai aparatur pengawasan intern pemerintah
mengenai kode etik dan standar audit.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Etika Auditor

 Menurut Sukrisno Agoes (2009:26)


Etika yaitu : “Etika berasal dari kata Yunani “ethos” (bentuk tunggal) yang berarti: tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah “ta etha”, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama
pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin: “mos” (bentuk tunggal), atau
“mores” (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakukan, watak, tabiat, akhlak,
cara hidup (Kanter, 2001)”.

 Menurut Rendy, Jullie, Ventje (2013)


Etika Profesi Auditor yaitu : “Etika Profesi Auditor adalah sebuah profesi harus memiliki
komitmen moral yang tinggi dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main
dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut kode etik”.

Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia dimaksudkan sebagai penduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan public, bekerja dilingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah maupun dilingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.
Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Kredibilitas, masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi
2. Profesionalisme, diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa
Akuntan sebagai professional dibidang akuntansi
3. Kualitas Jasa, terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan, pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
professional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Etika professional bagi praktek akuntan di Indonesia disebuat dengan istilah kode etik dan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai organisasi profesi akuntan. Etika professional
dikeluarkan oleh organisasi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya
bagi masyarakat.

Sukrisno Agoes (2009:160) menyebutkan prinsip etika profesi, yang terdiri dari 8 (delapan) prinsip yaitu :
1. Tanggung Jawab Profesi
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

Kemudian prinsip-prinsip Etika menurut Arens, Elder, Beasley yang dialihbahasakan oleh Herman
Wibowo (2008:108) yaitu :

1. Tanggung Jawab Profesi


2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Keseksamaan
6. Lingkup dan sifat jasa
BAB III

STANDAR KODE ETIK AKUNTAN PROFESSIONAL

Kode Etik Akuntan Profesional ini merupakan adopsi dari Handbook of the Code of Ethics for
Professional Accountants 2016 Edition yang dikeluarkan oleh International Ethics Standards Board for
Accountants of The International Federation of Accountants (IESBA-IFAC).

Menurut Sukrisno Agoes (2009:163) Ikatan Akuntan Publik Indonesia(IAPI) sebagai salah satu
sub organisasi profesi akuntan publik Indonesia yang bernaung di bawah organisasi induknya Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru
yang berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2010. Kode Etik IAPI yang baru, disusun berdasarkan
sistematika sebagai berikut: (IAPI,2008).

Kode Etik Akuntan Profesional ini terdiri atas tiga bagian yaitu:
 Bagian A: Prinsip Dasar Etika;
Bagian A menetapkan prinsip dasar etika profesional bagi Akuntan Profesional dan
memberikan kerangka konseptual yang akan diterapkan Akuntan Profesional dalam :
(a) Mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika;
(b) Mengevaluasi signifikansi ancaman tersebut; dan
(c) Menerapkan perlindungan yang tepat untuk menghilangkan atau mengurangi
ancaman tersebut sampai ke tingkat yang dapat diterima.

Perlindungan diperlukan ketika Akuntan Profesional menentukan bahwa ancaman itu


tidak berada pada tingkat yang mana pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang
cukup, berdasarkan semua fakta dan keadaan tertentu yang tersedia bagi Akuntan Profesional
pada saat itu, akan menyimpulkan bahwa kepatuhan pada prinsip dasar etika tidak berkurang.
Akuntan Profesional menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menerapkan kerangka
konseptual ini.

 Bagian B: Akuntan Profesional di Praktik Publik;


 Bagian C: Akuntan Profesional di Bisnis.
Bagian B dan C menjelaskan penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu.
Bagian tersebut memberi contoh perlindungan yang mungkin tepat untuk mengatasi ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika. Bagian tesebut juga menjelaskan situasi ketika
tidak tersedia perlindungan untuk mengatasi ancaman dan, sebagai akibatnya, keadaan atau
hubungan yang menimbulkan ancaman tersebut untuk dihindari. Bagian B berlaku bagi Akuntan
Profesional di Praktik Publik. Bagian C berlaku bagi Akuntan Profesional di Bisnis. Bagian C
mungkin juga relevan bagi Akuntan Profesional di Praktik Publik untuk keadaan tertentu yang
mereka hadapi.

BAGIAN A

Pada bagian A ini berisi Prinip Dasar Etika Profesi yang terdiri dari :

 Seksi 100 Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi :


Penjelasan Kode Etik Profesi Akuntan Publik menurut Standarprofessional Akuntan Publik tahun
2011, yaitu sebagai berikut :
Setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi di bawah ini :
a. Prinsip Integritas Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional
dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
b. Prinsip Objektivitas Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain yang
memengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.
c. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional (professional
competence and due care) Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan,
sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa professional yang diberikan secara
kompeten berdasarkan perkembangan teknisi dalam praktik, perundang-undangan, dan
metode pelaksanaan.
d. Prinsip Kerahasiaan Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau
pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan
ketentuan hukum atau peraturan lainya yang berlaku.
e. Prinsip Perilaku Profesional Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi (SPAP
2011, SA Seksi 100:paragraf 4)

 Seksi 110 Prinsip Integritas


Prinsip Integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan professional dan hubungan bisnisnya. (SPAP 2011, SA Seksi 110:paragraf 1). Praktisi
tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau informasi lainnya yang diyakininya
terdapat:
a. Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b. Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati;atau
c. Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang
seharusnya diungkapkan (SPAP 2011, SA Seksi 110:paragraf 2)

 Seksi 120 Prinsip Objektivitas


Prinsip objektivitas mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya. (SPAP 2011, SA Seksi 120:paragraf 1).

 Seksi 130 Prinsip Kompetensi dan Kehati-hatian Professional


Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap Akuntan
Profesional untuk :
(a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk
menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima layanan profesional yang kompeten; dan
(b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai dengan standar profesi dan
kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesonalnya (SPAP 2011, SA Seksi
130:paragraf- 1).
 Seksi 140 Prinsip Kerahasian
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus wasada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya (SPAP 2010, SA Seksi
140:paragraf 2).

 Seksi 150 Prinsip Perilaku Professional


Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak
boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh atau
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain (SPAP 2011, SA Seksi 150:paragraf 2).

BAGIAN B

Pada bagian B ini berisi Aturan Dasar Etika Profesi yang terdiri dari :

 Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan


(SPAP, 2011 SA Seksi 200:paragraf 3) Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam
oleh berbagai situasi .ancaman-ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ancaman kepentingan pribadi
b. Ancaman telaah pribadi
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi
 Seksi 210 Penunjukkan Praktisi, KAP, atau jaringan KAP
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap Praktisi harus mempertimbangkan potensi
terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh
diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku professional
antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang terkait dengan klien
(pemilik, manajemen, atau aktivitasnya). (SPAP 2011 SA Seksi 210:paragraf 1).

 Seksi 220 Benturan Kepentingan


Jika benturan kepentingan menyebabkan ancaman terhadap satu atau lebih prinsip
dasar etika profesi (termasuk prinsip objektivitas, kerahasiaan, atau perilaku professional) yang
tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima melalui penerapan
pencegahan yang tepat, maka Praktisi harus menolak untuk menerima perikatan tersebut atau
bahkan mengundurkan diri dari satu atau lebih perikatan yang berbenturan kepentingan
tersebut (SPAP SA Seksi 220:paragraph 5)

 Seksi 230 Pendapat Kedua


Jika perusahaan atau entitas yang meminta pendapat tidak memberikan persetujuannya
kepada Praktisi yang memberikan pendapat kedua untuk melakukan komunikasi dengan Praktisi
yang memberikan pendapat pertama, maka Praktisi yang diminta untuk memberikan pendapat
kedua tersebut harus mempertimbangkan seluruh fakta dan kondisi untuk menentukan tepat
tidaknya pendapat kedua diberikan (SPAP, SA Seksi 230:paragraf 3).

 Seksi 240 Imbalan Jasa Professional dan Bentuk Remunerasi lainnya


Dalam melakukan negoisasi mengenai jasa professional yang diberikan, Praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah
imbalan jasa professional yang diusulkan oleh Praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran
terhadap Kode etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika
profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa professional yang diusulkan (SPAP 2011 SA
Seksi 240:paragraf 1).
 Seksi 250 Pemasaran Jasa Professional
Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa
profesionalnya. Sebagai praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh;atau
b. Membuat pernyatan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung
bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain (SPAP 2011 SA Seksi 250:paragraf 2)

 Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan lainnya


Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya mungkin
saja ditawari suatu hadiah atau bentuk keramahtamahan lainnya (hospitally) oleh
klien.Penerimaan pemberian tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etiika profesi, sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas
dapat terjadi ketika hadiah dari klien diterima, atau ancaman intimidasi terhadap objektivitas
dapat terjadi sehubungan dengan kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut
(SPAP 2011 SA Seksi 260:paragraf 1).

 Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien


Setiap praktisi tidak boleh mengambil tangggung jawab penyimpanan uang atau aset
milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian,
Praktisi wajib menyimpan aset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (SPAP
2011, SA Seksi 270:paragraf 1).

 Seksi 280 Objektivitas – semua Jasa Professional


Dalam memberikan jasa profesionalnya, setiap Praktisi harus mempertimbangkan ada
tidaknya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan, klien maupun direktur, pejabat, atau
karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
objek objektivitas dapat terjadi dari hubungan keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau
hubungan bisnis (SPAP 2011 SA Seksi 280:paragraf 1).
 Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
Perikatanassurance bertujuan untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna hasil
pekerjaan perikatan assurance atas hasil pengevaluasian atau hasil pengukuran yang dilakukan
atas hal pokok berdasarkan suatu kriteria tertentu (SPAP 2011 SA Seksi 290 paragraf 2).
Dalam perikatan assurance. Praktisi menyatakan pendapat yang bertujuan untuk
meningkatkan tingkat keyakinan pengguna hasil pekerjaan perikatan assurance yang dituju,
selain pihak yang bertanggung jawab atas hal pokok, mengenai hasil pengevaluasian atau hasil
pengukuran yang dilakukan atas hal pokok berdasarkan suatu kriteria tertentu (SPAP 2011 SA
Seksi 290: Paragraf 3).

BAGIAN C

Pada bagian C ini berisi Akuntan Professional di Bisnis yang terdiri dari :

 Seksi 300 Pendahuluan


Hasil pekerjaan Akuntan Profesional di Bisnis dapat dijadikan acuan oleh investor,
kreditur, pemberi kerja, dan komunitas bisnis lain, sebagaimana juga pemerintah dan
masyarakat umum. Akuntan Profesional di Bisnis bertanggung jawab baik sendiri ataupun
bersama dengan pihak lain dalam menyusun dan melaporkan informasi keuangan dan informasi
lain, yang dijadikan acuan oleh organisasi tempatnya bekerja dan pihak ketiga. Akuntan
Profesional di Bisnis juga dapat bertanggung jawab dalam mengelola keuangan secara efektif
dan memberi nasihat yang kompeten dalam beragam permasalahan terkait bisnis

 Seksi 310 Benturan Kepentingan


Akuntan Profesional di Bisnis mungkin menghadapi benturan kepentingan ketika
melakukan kegiatan profesionalnya. Benturan kepentingan dapat memunculkan ancaman
terhadap prinsip objektivitas dan prinsip dasar etika yang lain. Ancaman tersebut dapat muncul
ketika:
1. Akuntan profesional melakukan suatu kegiatan profesional terkait dengan permasalahan
tertentu bagi dua pihak atau lebih yang memiliki kepentingan yang berbenturan; atau
2. Kepentingan Akuntan Profesional atas suatu permasalahan tertentu berbenturan dengan
berkepentingan pihak yang menerima jasa dari Akuntan Profesional yang bersangkutan.

Pihak yang mungkin terlibat dalam benturan kepentingan mencakup organisasi tempatnya
bekerja, pemasok, pelanggan, pemberi pinjaman, pemegang saham, atau pihak lain. Akuntan
Profesional tidak membiarkan benturan kepentingan mengurangi pertimbangan profesional
atau bisnis.

 Seksi 320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi


Akuntan Profesional di Bisnis yang memiliki tanggung jawab dalam menyusun atau
menyetujui laporan keuangan untuk tujuan umum dari organisasi tempatnya bekerja, meyakini
bahwa laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.
Akuntan Profesional di Bisnis mengambil langkah rasional untuk memelihara informasi
yang menjadi tanggung jawabnya dengan cara:
1. Menjelaskan dengan gamblang mengenai sifat sebenarnya dari transaksi bisnis, aset, atau
liabilitas;
2. Mengklasifikasikan dan mencatat informasi secara tepat waktu dan dengan cara yang tepat;
dan
3. Menyajikan fakta secara akurat dan lengkap dalam semua hal yang material.

 Seksi 330 Bertindak dengan keahlian yang memadai


Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mensyaratkan Akuntan Profesional di
Bisnis hanya melaksanakan tugas signifikan ketika memiliki, atau dapat memperoleh, pelatihan
atau pengalaman tertentu yang memadai. Akuntan Profesional di Bisnis tidak boleh dengan
sengaja menyesatkan pemberi kerja mengenai tingkat keahlian atau pengalaman yang
dimilikinya, ataupun gagal memperoleh nasihat dan bantuan ahli ketika diperlukan.

 Seksi 340 Kepentingan keuangan, kompensasi, dan insentif terkait dengan pelaporan keuangan
dan pengambilan keputusan
Akuntan Profesional di Bisnis mungkin mempunyai kepentingan keuangan termasuk
kepentingan keuangan yang timbul dari program kompensasi atau insentif, atau mungkin
mengetahui kepentingan keuangan dari anggota keluarga batih atau keluarga sedarah dan
semenda, yang dalam keadaan tertentu dapat memunculkan ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar etika. Misalnya, ancaman kepentingan pribadi terhadap prinsip objektivitas
atau kerahasiaan dapat muncul dari motif dan kesempatan untuk memanipulasi informasi yang
berpengaruh terhadap harga saham untuk memperoleh keuntungan keuangan.
Contoh keadaan yang dapat memunculkan ancaman kepentingan pribadi termasuk
situasi ketika Akuntan Profesional di Bisnis atau anggota keluarga batih atau keluarga sedarah
dan semenda:
1. Memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung di organisasi tempatnya
bekerja dan nilainya dapat dipengaruhi secara langsung oleh keputusan yang dibuat oleh
Akuntan Profesional di Bisnis;
2. Berhak untuk mendapatkan bonus yang dikaitkan dengan laba, dan nilainya dapat
dipengaruhi secara langsung oleh keputusan yang dibuat oleh Akuntan Profesional di Bisnis
 Seksi 350 Bujukan
Bujukan dapat memunculkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika.
Ketika Akuntan Profesional di Bisnis atau anggota keluarga batih atau keluarga sedarah dan
semenda ditawari bujukan, maka dilakukan evaluasi atas situasi tersebut. Ancaman kepentingan
pribadi terhadap prinsip kerahasiaan atau objektivitas muncul ketika bujukan diberikan dalam
upaya untuk memengaruhi tindakan atau keputusan, mendorong perilaku ilegal atau tidak jujur,
atau memperoleh informasi rahasia.
Ancaman intimidasi terhadap prinsip objektivitas atau kerahasiaan muncul jika bujukan
tersebut diterima dan diikuti dengan ancaman untuk mempublikasi dan merusak reputasi, baik
Akuntan Profesional di Bisnis maupun anggota keluarga batih atau keluarga sedarah dan
semenda.

 Seksi 360 Merespon ketidakpatuhan pada huku dan peraturan


Ketentuan hukum atau peraturan mungkin mengatur tindakan yang harus dilakukan
Akuntan Profesional ketika menghadapi adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan,
yang mungkin berbeda dengan atau melebihi yang diatur dari Seksi ini. Ketika menghadapi
adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan, maka Akuntan Profesional bertanggung
jawab untuk mendapatkan pemahaman atas ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku
serta mematuhinya, termasuk setiap ketentuan untuk melaporkan hal tersebut kepada otoritas
dan setiap larangan untuk memperingatkan pihak terkait sebelum membuat pengungkapan,
misalnya, sesuai dengan undang-undang anti pencucian uang
BAB IV

CONTOH KASUS

1. Kasus KAP Andersen dan Enron


Kasus KAP Andersen dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke
pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak
dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama.
Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen mempertahankan Enron sebagai klien
perusahaan, dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan
Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa pada periode pelaporan keuangan yang
bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode
tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.

Komentar :
Contoh kasus yang terjadi pada KAP Andersen dan Enron adalah sebuah pelanggaran etika
profesi akuntansi dan prinsip etika profesi, yaitu berupa pelanggaran tanggung jawab –yang salah
satunya adalah memelihara kepercayaan masyarakat terhadap jasa profesional seorang akuntan.
Pelanggaran prinsip kedua yaitu kepentingan publik,pada kasus KAP Andersen dan Enron tersebut
kurang dipegang teguhnya kepercayaan masyarakat, dan tanggung jawab yang tidak semata-mata hanya
untuk kepentingan kliennya tetapi juga menitikberatkan pada kepentingan public. Jadi seharusnya KAP
Andersen dalam melakukan tugasnya sebagai akuntan harus melakukan tindakan berdasarkan etika
profesi akuntansi dan prinsip etika profesi.

2. Kasus KPMG-Siddharta & Harsono


September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor
akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai
siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT
Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi
sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$
270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya.
Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission,
menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan
Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun
terselamatan.

Komentar :
Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi, dimana
seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu seharusnya
tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan publik, yaitu dengan cara
menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik
sesuai dengan prinsip integritas. Seharusnya tidak melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana
setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.

3. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya


Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara
tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan,
berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank
bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh
pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,
RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.
Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles
laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW
dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan
mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan
pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan
Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah
menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan
BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah
melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya
mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan
masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya
mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan
tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik
profesi akuntan.

Komentar :
Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi, dimana
seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu seharusnya
tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan publik, yaitu dengan cara
menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik
sesuai dengan prinsip integritas. Seharusnya tidak melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana
setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya, dan melanggar prinsip kedelapan yaitu standar teknis Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.

4. Malinda Palsukan Tanda Tangan Nasabah


JAKARTA, KOMPAS.com – Terdakwa kasus pembobolan dana Citibank, Malinda Dee binti
Siswowiratmo (49), diketahui memindahkan dana beberapa nasabahnya dengan cara memalsukan
tanda tangan mereka di formulir transfer.
Hal ini terungkap dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum di sidang perdananya,
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2011). “Sebagian tanda tangan yang ada di blangko
formulir transfer tersebut adalah tandatangan nasabah,” ujar Jaksa Penuntut Umum, Tatang sutar
Malinda antara lain memalsukan tanda tangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan tanda tangan
dilakukan sebanyak enam kali dalam formulir transfer Citibank bernomor AM 93712 dengan nilai
transaksi transfer sebesar 150.000 dollar AS pada 31 Agustus 2010. Pemalsuan juga dilakukan pada
formulir bernomor AN 106244 yang dikirim ke PT Eksklusif Jaya Perkasa senilai Rp 99 juta. Dalam
transaksi ini, Malinda menulis kolom pesan, “Pembayaran Bapak Rohli untuk interior”.
Pemalsuan lainnya pada formulir bernomor AN 86515 pada 23 Desember 2010 dengan nama
penerima PT Abadi Agung Utama. “Penerima Bank Artha Graha sebesar Rp 50 juta dan kolom pesan
ditulis DP untuk pembelian unit 3 lantai 33 combine unit,” baca jaksa.
Masih dengan nama dan tanda tangan palsu Rohli, Malinda mengirimkan uang senilai Rp 250
juta dengan formulir AN 86514 ke PT Samudera Asia Nasional pada 27 Desember 2010 dan AN 61489
dengan nilai uang yang sama pada 26 Januari 2011. Demikian pula dengan pemalsuan pada formulir AN
134280 dalam pengiriman uang kepada seseorang bernama Rocky Deany C Umbas sebanyak Rp 50 juta
pada 28 Januari 2011 untuk membayar pemasangan CCTV milik Rohli.
Adapun tanda tangan palsu atas nama korban N Susetyo Sutadji dilakukan lima kali, yakni pada
formulir Citibank bernomor No AJ 79016, AM 123339, AM 123330, AM 123340, dan AN 110601. Secara
berurutan, Malinda mengirimkan dana sebesar Rp 2 miliar kepada PT Sarwahita Global Management, Rp
361 juta ke PT Yafriro International, Rp 700 juta ke seseorang bernama Leonard Tambunan. Dua
transaksi lainnya senilai Rp 500 juta dan 150 juta dikirim ke seseorang bernamVigor AW Yoshuara.
“Hal ini sesuai dengan keterangan saksi Rohli bin Pateni dan N Susetyo Sutadji serta saksi Surjati T
Budiman serta sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan laboratoris Kriminalistik Bareskrim Polri,” jelas
Jaksa. Pengiriman dana dan pemalsuan tanda tangan ini sama sekali tak disadari oleh kedua nasabah
tersebut.
5. Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga
menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan
logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta,
dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan
penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan
tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati
bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.

Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian
waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap
karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman
Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama dengan auditor
BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh
saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.

Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat
bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar
kode etik akuntan
REFERENCE

http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-967=kode-etik-akuntan-profesional

http://iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/KODE_ETIK_2016.pdf

https://www.scribd.com/doc/115978683/Resume-Kasus-Etika

https://www.academia.edu/16945170/ETIKA_PROFESI_AUDITOR

https://www.scribd.com/document/246635918/1-Kode-Etik-Dan-Standar-Audit

http://www.iapi-lib.com/etik/12019/files/KODE-ETIK.pdf

http://repository.unpas.ac.id/5983/5/7%20BAB%20II.pdf

https://dwiyustiyanita.wordpress.com/2017/01/04/10-contoh-kasus-pelanggaran-etika-profesi/

https://economy.okezone.com/read/2007/11/23/21/63024/bapepam-lk-jatuhkan-sanksi-rp5-964-m

http://atiefariati.blogspot.com/2012/01/contoh-kasus-pelanggaran-etika-profesi.html

https://economy.okezone.com/read/2008/07/19/20/129076/menkeu-bekukan-izin-kap-tahrir-hidayat-
ap-dody-hapsoro

http://rannypurnamasari.blogspot.com/2013/01/contoh-5-kasus-pelanggaran-etika.html

Anda mungkin juga menyukai