Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDI KELAYAKAN BISNIS


( Aspek Legelitas/Hukum )

Dosen Pengampuh : Zulfia K Abdussamad, SE.,M.Si

Oleh

Kelompok 1:

MOHAMAD ZIDHAN HIDAYAT LAPALANTI (931419013)

PRAWINTA MAMONTO (931419111)

FITRA A.KUDALI (931419165)

MUDRIKA KADIR (931419115)

PROGRAM STUDI S1-MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN.2021
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis. Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, 02 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Aspek Legalitas Atau Hukum ......................................................................... 5
B. Tujuan Aspek Legalitas ..................................................................................................... 5
C. Jenis-jenis Badan hukum ................................................................................................... 6
D. Jenis-jenis Izin Usaha ..................................................................................................... 11
E. Dokumen Yang Diteliti .................................................................................................... 12
F. Penelitian Lapangan ......................................................................................................... 14
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 16
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
tidak usaha tersebut dijalankan. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak
hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah
dan masyarakat luas.
Studi kelayakan bisnis pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak
juga yang memulai dari aspek lainnya. Hal ini sangat tergantung dari kesiapan masing-masing
penilai studi kelayakan tersebut. Penilaian atas aspek hukum sangat penting meningat sebelum
usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin atau berbagai
persyaratan lain harus terlebih dahulu dipenuhi. Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen
yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, perizinan
yang dimiliki, sertifikat tanah maupun dokumen pendukung lainnya.
Masalah yang timbul kadang kala sangat vital, sehingga usaha yang semula dinyatakan
layak dari semua aspek, ternyata menjadi sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena
kurangnya ketelitian dalam penilaian di bidang hukum sebelum usaha tersebut dijalankan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan aspek hukum untuk membangun suatu bisnis dalam suatu Studi
Kelayakan Bisnis ?
2. Bagaimana cara mengetahui dan menentukan badan usaha yang sesuai dengan
bisnis/usaha/proyek ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Sumber Bentuk Legalitas dalam suatu Studi Kelayakan
Bisnis
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk dan proses perizinan, syarat-syarat dan ketentuan
hukum serta peraturan pemerintah.
3. Mahasiswa dapat Menilai apakah usaha yang akan dijalankan melangar ketentuan UU
atau ketentuan peraturan yang berlaku / tidak.
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Legalitas Atau Hukum

Legalitas adalah hukum atau peraturan yang wajib dipatuhi oleh masyarakat, baik
secara tertuis maupun secara lisan. Legalitas yang tertulis diantarannya adalah undang-undang
sedangkan yuridis yang berupa lisan adalah hukum adat. Sekalipun dalam bentuk lisan namun
adanya adat tersebut harus dipatuhi oleh masyarakat. Jika seseorang atau kelompok melanggar
hukum lisan maka dia akan tetap mendapatkan sanksi.

Dilihat dari segi legalitas, pada dasarnya pelaksanaan bisnis merupakan rangkaian
kegiatan prestasi dan kontraprestasi. Istilah prestasi adalah pelaksanaan kewajiban oleh sesuatu
pihak, sedangkan kontraprestasi ialah pelaksanaan kewajiban oleh pihak lain.

Penilaian dan analisis aspek legalitas ini sangat perlu dilakukan bagi calon kreditor
yang akan memberikan bantuan pinjaman, juga bagi calon investor yang ingin menanamkan
modalnya di dalam bisnis yang sangat bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa
calon kreditor yang bersangkutan aman karena tidak terlibat dalam suatu kegiatan yang
menyimpang hukum. Bagi pemilik bisnis, tujuan melakukan analisis yuridis adalah untuk
meyakinkan kepada calon kreditor atau investor bahwa bisnisnya tidak menyimpang dari
hukum dan peraturan yang sedang berlaku.

B. Tujuan Aspek Legalitas


Tujuan dari aspek legalitas atau hukum adalah untuk meneliti keabsahan,kesempurnaan
dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat di
lakukan sesuai degan lembaga yang mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang
bersangkutan. Penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut di jalankan,
maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih
dulu sudah terpenuhi. Bagi badan usaha yang akan di jalankan juga perlu di persiapkan hal-hal
yang berkaitan dengan aspek hukum seperti badan hukum perusahaan yang di pilih seperti
apakah PT, firma,koperasi atau yayasan.
Evaluasi terhadap aspek yuridis sangat diperlukan. Bagi pemilik proyek, evaluasi ini
berguna antara lain untuk kelangsungan hidup proyek serta dalam rangka menyakinkan para
kreditor dan investor bahwa proyek yang akan dibuat tidak menyimpang dari aturan yang
berlaku. Seperti diketahui, dalam suatu proyek dimana bergabung banyak pihak yang
berkepentingan dapat saja terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajiban masing-masing
pihak sehingga penegakan aturan menjadi penting dilaksanakan.

Menurut Subagyo, (2007), semua usaha dalam bentuk apapun memerlukan keabsahan
legalitas karena faktor ini yang menentukan keberlanjutan hidupnya. Sebelum melakukan
investasi di suatu daerah/wilayah secara simultan, pada saat menganalisis aspek-aspek studi
kelayakan, maka terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pra-penelitian tentang peraturan
hukum dan ketentuan-ketentuan legalitas/perizinan yang berlaku di daerah/wilayah tersebut.
Keterlanjuran investasi di suatu daerah/wilayah yang ternyata melarang bentuk usaha yang
dimaksud akan menimbulkan kerugian besar.

C. Jenis-jenis Badan hukum


Langkah pertama memulai bisnis adalah dengan menentukan bentuk usaha yang akan
menaungi bisnis tersebut – selain menentukan bidang usaha dan strategi bisnisnya tentu. Hal
ini terutama untuk menentukan siapa yang menjadi pemodal dan apa peran serta tanggung
jawab orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jika Anda hanya berniat membuka usaha jualan
bakso, maka Anda tidak perlu repot-repot mendirikan PT (Perseroan Terbatas) – Anda cukup
membuat gerobak bakso dan menggantungkan papan iklan di depan kios. Tapi demi
perkembangan bisnis ke depan Anda juga perlu bersiap-siap merencanakan PT – untuk
mengantisipasi bisnis bakso Anda yang akan berkembang menjadi waralaba. Menurut hukum,
berdasarkan modal dan tanggung jawab pemilik usaha, bentuk-bentuk usaha terdiri dari
Perusahaan Perseorangan, Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Persekutuan Komanditer
dan Perseroan Terbatas.

1. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan Perseorangan adalah bentuk usaha yang paling sederhana. Pemilik


Perusahaan Perseorangan hanya satu orang dan pembentukannya tanpa izin serta tata cara yang
rumit – misalnya membuka toko kelontong atau kedai makan. Biasanya Perusahaan
Perseorangan dibuat oleh pengusaha yang bermodal kecil dengan sumber daya dan
kuantitas produksi yang terbatas. Bentuk usaha jenis ini paling mudah didirikan, seperti juga
pembubarannya yang mudah dilakukan – tidak memerlukan persetujuan pihak lain karena
pemiliknya hanya satu orang. Dalam Perusahaan Perseorangan tanggung jawab pemilik tidak
terbatas, sehingga segala hutang yang timbul pelunasannya ditanggung oleh pemilik sampai
pada harta kekayaan pribadi – seperti juga seluruh keuntungannya yang dapat dinikmati sendiri
oleh pemilik usaha.
2. Persekutuan Perdata

Persekutuan Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH


Perdata). Menurut pasal 1618 KUH Perdata, Persekutuan Perdata merupakan “suatu perjanjian
di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam
persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.” Menurut
pasal tersebut syarat Persekutuan Perdata adalah adanya pemasukan sesuatu ke dalam
persekutuan (inbreng), dan ada pula pembagian keuntungan dari hasil pemasukan tersebut.
Suatu Persekutuan Perdata dibuat berdasarkan perjanjian oleh para pihak yang mendirikannya.
Dalam perjanjian itu para pihak berjanji memasukan sesuatu (modal) kedalam persekutuan,
dan hasil dari usaha yang dijalankan (keuntungan) kemudian dibagi diantara para pihak sesuai
perjanjian. Perjanjian Persekutuan Perdata dapat dibuat secara sederhana, tidak memerlukan
proses dan tata cara yang rumit serta dapat dibuat berdasarkan akta dibawah tangan – perjanjian
Persekutuan Perdata bahkan dapat dibuat secara lisan.
3. Persekutuan Firma

Persekutuan dengan Firma merupakan Persekutuan Perdata dalam bentuk yang lebih
khusus, yaitu didirikan untuk menjalankan perusahaan, menggunakan nama bersama, dan
tanggung jawab para pemilik Firma – yang biasa disebut “sekutu” – bersifat tanggung renteng.
Karena Firma merupakan suatu perjanjian, maka para pemilik Firma – para sekutu Firma –
harus terdiri lebih dari satu orang. Dalam Firma masing-masing sekutu berperan secara aktif
menjalankan perusahaan, dan dalam rangka menjalankan perusahaan tersebut mereka
bertanggung jawab secara tanggung rentang, yaitu hutang yang dibuat oleh salah satu sekutu
akan mengikat sekutu yang lain dan demikian sebaliknya – pelunasan hutang Firma yang
dilakukan oleh salah satu sekutu membebaskan hutang yang dibuat oleh sekutu yang lain.
Tanggung jawab para sekutu tidak hanya sebatas modal yang disetorkan kedalam Firma, tapi
juga meliputi seluruh harta kekayaan pribadi para sekutu. Jika misalnya kekayaan Firma tidak
cukup untuk melunasi hutang Firma, maka pelunasan hutang itu harus dilakukan dari harta
kekayaan pribadi para sekutu.
Karena pada dasarnya Firma merupakan bentuk Persektuan Perdata, maka
pembentukan Firma harus dilakukan dengan perjanjian. Menurut pasal 22 KUHD – Kitab
Undang-undang Hukum Dagang – perjanjian Firma harus berbentuk akta otentik – akta notaris.
Meski harus dengan akta otentik, namun ketiadaan akta semacam itu tidak dapat menjadi alasan
untuk merugikan pihak ketiga. Dengan demikian suatu Firma dapat dibuat dengan akta
dibawah tangan – bahkan perjanjian lisan – namun dalam proses pembuktian di pengadilan
misalnya, ketiadaan akta otentik tersebut tidak dapat digunakan oleh para sekutu sebagai alasan
untuk mengingkari eksistensi Firma. Setelah akta pendirian Firma dibuat, selanjutnya akta
tersebut wajib didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam daerah hukum di mana
Firma itu berdomisili.

4. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap/CV)

Pada prinsipnya Persekutuan Komanditer adalah Persekutuan Firma – perkembangan


lebih lanjut dari Persekutuan Firma. Jika Firma hanya terdiri dari para sekutu yang secara aktif
menjalankan perusahaan, maka dalam Komanditer terdapat sekutu pasif yang hanya
memasukan modal. Jika sebuah Firma membutuhkan tambahan modal, misalnya, Firma
tersebut dapat memasukan pihak lain sebagai sekutu baru yang hanya memasukan modalnya
tapi tidak terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini, sekutu yang baru
masuk tersebut merupakan sekutu pasif, sedangkan sekutu yang menjalankan perusahaan
adalah sekutu aktif. Jika sekutu aktif menjalankan perusahaan dan menanggung kerugian
sampai harta kekayaan pribadi, maka dalam Komanditer tanggung jawab sekutu pasif terbatas
hanya pada modal yang dimasukannya kedalam perusahaan – tidak meliputi harta kekayaan
pribadi sekutu pasif.
5. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham. Sebagai badan hukum, sebuah PT dianggap layaknya orang-
perorangan secara individu yang dapat melakukan perbuatan hukum sendiri, memiliki harta
kekayaan sendiri dan dapat menuntut serta dituntut di muka pengadilan. Untuk menjadikannya
sebagai badan hukum PT, sebuah perusahaan harus mengikuti tata cara pembuatan, pendaftaran
dan pengumuman sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
Sebagai persekutuan modal, sebuah PT didirikan oleh para pendiri yang masing-masing
memasukan modal berdasarkan perjanjian. Modal tersebut terbagi dalam saham yang masing-
masing saham mempunyai nilai yang secara keseluruhan menjadi modal perusahaan.
Tanggung jawab para pendiri PT adalah sebatas modal yang disetorkan ke dalam PT dan tidak
meliputi harta kekayaan pribadi mereka. Menurut UU PT, Modal PT terbagi atas Modal Dasar,
Modal Ditempatkan dan Modal Disetor. Modal Dasar adalah modal keseluruhan PT
sebagaimana yang dinyatakan dalam Akta Pendiriannya, yaitu nilai yang menunjukkan
besarnya nilai perusahaan. Modal ditempatkan adalah bagian Modal Dasar yang wajib
dipenuhi/disetor oleh masing-masing para pemegang saham kedalam perusahaan, sedangkan
Modal Disetor adalah Modal Ditempatkan yang secara nyata telah disetorkan.
Dalam menjalankan perusahaan, sebuah PT dilengkapi organ-organ yang memiliki
fungsi masing-masing, yaitu: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan
Komisaris. Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, Rapat Umum Pemegang Saham
adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas-batas yang ditentukan dalam undang-undang tersebut. Secara
umum, tugas RUPS adalah menentukan kebijakan perusahaan. Direksi adalah organ perseroan
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan, sehingga Direksi
dapat mewakili perseroan itu baik di dalam maupun di luar pengadilan. Tugas Dewan
Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap perseroan, baik secara umum maupun
secara khusus, termasuk memberi nasihat kepada Direksi
6. Perusahaan negara
Perusahaan negara (PN) adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan undang-undang
modal untuk mendirikan PN adalah atas kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak dipisahkan
atas saham.
7. Perusahaan daerah
Perusahaan daerah merupakan perusahaan yang didirikan dengan suatu peraturan
daerah.
8. Yayasan
Yayasan adalah badan usaha yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan dan lebih
menekankan usahanya pada tujuan sosial.
9. Koperasi

Merupakan bentuk badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni, pribadi dan tidak dapat dialihkan.
Menurut undang-undang No.25 tahun 1995. koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi,sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas
kekeluargaan.

Bentuk koperasi ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu :


1. Koperasi Konsumsi
2. Koperasi Kredit
3. Koperasi Produksi
4. Koperasi Jasa
5. Koperasi Serba Usaha
Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bergerak dalam usaha untuk
memenuhikehidupan hidup sehari-hari bagi para anggotanya, misal : beras, sabun, gula, dll.
Contoh bentuk ini :
 Koperasi Pegawai Negri (KPN)
 Koperasi Mahasiswa (KOPMA) dll.
Koperasi Kredit berusaha untuk mengumpulakn uang simpanan dari para anggota
dankemudian meminjamkannya lagi kepada anggota yang lain yang membutuhkan modal
untuk keperluan hidup.
Koperasi Produksi berusaha bersama dalam pengadaan alat- alat perlengkapan
produksi, bahan baku, bangunan gudang penyimpanan hasil produksi dari para anggotanya.
Koperasi Jasa bergerak dibidang jasa pelayanan umum yang diperlukan para anggota.
Contoh : Kopata (Koperasi Angkutan Kota), Kopedes (Koperasi AngkutanPedesaan) dll.
Koperasi Serba Usaha adalah berusaha untuk mengelola berbagai jeniskebutuhan yang
diperlukan bagi para anggotanya. Contoh : KUD yang mengusahakan bermacam – macam
kebutuhan warga desa yang umumnya petani, mengelola mulai darikebutuhan masyarakat tani
peternak dan nelayan maupun kebutuhan sehari-hari
D. Jenis-jenis Izin Usaha

Kegiatan usaha dimana pun selalu memerlukan berbagai dokumen penunjang usaha
berserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan kegiatannya. Dalam praktiknya
terdapat beragam izin.banyaknya izin dan jenis-jenis izin yang dibutuhkan tergantung dari jenis
usaha yang dijalankan. Adapun izin dimaksud adalah:

a. Tanda daftar perusahaan (TDP)


b. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
c. Izin-izin usaha
d. Sertifikat tanah atau surat-surat berharga yang dimilikinya

Izin-izin perusahaan lainnya yang harus segera diurus bagi pemilik usaha dan yang harus
dinilai oleh penilai adalah yang sesuai dengan jenis bidang usaha perusahaan tersebut,izin-izin
tersebut adalah:

a. Surat izin usaha perdagangan (SIUP)


b. Surat izin usaha industri (SIUI)
c. Izin usaha tambang
d. Izin usaha perhotelan dan pariwisata
e. Izin usaha farmasi dan rumah sakit
f. Izin usaha pertenakan dan pertanian
g. Izin domisili,dimana perusahaan/lokasi proyek berada
h. Izin gangguan
i. Izin mendirikan bangunan (IMB)
j. Izin tenaga kerja asing jika perusahaan menggunakan tenaga kerja asing.

Disamping keabsahan dokumen diatas yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian
dokumen lainnya yaitu:

a. Bukti diri (KTP atau SIM)


b. Sertifikat tanah
c. Bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB)
d. Serta surat-surat atau sertifikat lainnya yang kita anggap perlu.
E. Dokumen Yang Diteliti
Banyaknya dokumen yang diteliti sangat terngantung dari jenis usahanya.yang
terpenting adalah urutan prioritas dokumen yang menjadi pokok perhatian.urutan prioritas
menunjukan bahwa dokumen tersebut sangat penting bagi usaha yang diajukan nanti. Secara
umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan aspek hukum adalah sebagai
berikut:

a. Bentuk badan usaha

Ada beberapa badan hukum yang lazim diindonesia,misalnya perseroan terbatas (PT),
perseroan komanditer (CV), kopersi, yayasan, firma (Fa), dan lainnya.kebanyakan perusahaan
yang melakukan suatu investasi, biasanya merupakan perusahaan besar, baik dari segi modal
maupun dari segi jangkauan usahanya.

b. Bukti diri

Yaitu kartu identitas dari para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat
yang dikenal dengan nama kartu tanda penduduk (KTP).

c. Tanda daftar perusahaan (TDP)

Setiap perusahaan yang beroperasi diindonesia, haruslah membuat surat daftar


perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya masing-masing.dalam hal ini yang perlu kita
teliti adalah kedepartemenan teknis yang mengeluarkan surat daftar perusahaan tersebut.

d. Nomor pokok wajib pajak

Nomor pokok wajib pajak merupakanhal yang penting untuk diteliti,apakah sudah
dimiliki atau belum.jika sudah diteliti dapatlah mengeceknya kedepartemen teknis yang
mengeluarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

e. Izi-izin perusahaan

Selanjutnya adalah meneliti izin-izin yang dimiliki sesuai dengan jenis bidang usaha
perusahaan tersebut.izin-izin tersebut adalah:

1) Surat izin usaha perdagangan (SIUP)


2) Surat izin usaha industri (SIUI)
3) Izin usaha tambang dari departemen pertambangan
4) Izin usaha perhotelan dan pariwisata dari departemen pariwisata pos dan telekomunikasi
5) Izin usaha farmasi dan rumah sakit dari departemen kesehatan
6) Izin usaha pertenakan dan pertanian dari departemen pertanian
7) Izin domisili dimana perusahaan/lokasi proyek dari pemda
8) Izin mendirikan bangunan
9) Izin tenaga kerja asing jika ada
10) Keabsahan dokumen lainnya

Disamping keabsahan dokumen diatas tidak kalah pentingnya adalah penelitian dokumen
lainnya :

a. Status hukum tanah

Status tanah. Status kepemilikan tanah harus jelas. Peneliti dapat mencari informasi tentang
status tanah ini, misalnya dengan menghubungi kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN)
setempat.1 Yang perlu diperhatikan adalah status tanah tersebut antara lain:

· Jenis hak atas tanah


· Harga tanazh sekarang dan prediksi dimasa yang akan datang
· Nama dan alamat pemilik yang sebenarnya
· Kondisi tanah dalam sengketan ataqu tidak
· Rencana tata kota
· Tanah tersebut dapat diperjualbelikan atau tidak

b. Kendaraan bermotor

Keaslian surat-surat kendaraan yang akan digunakan untuk usaha-usaha tersebut seperti
usaha angkutan:

· Bukti pemilikan kendaraan bermotor (BPKB)


· Harga beli (faktur dan kuintasi)
· Kondisi kendaraan
· Izin trayek,jika usaha transportasi

c. Serta surat-surat atau sertifikat lainnya yang kita anggap perlu


F. Penelitian Lapangan
Penelitan lapangan berfungsi untuk mengecek kebenaran dari data-data atau informasi
yang kita butuhkan dan untuk menguji kebenaran dan keabsahan dokumen dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:

a) Menandatangani sumber informasi yang berhak mengeluarkan surat-surat atau dokumen.


b) Mencari informasi dari laporan-laporan,koran,majalah atau perpustakaan yang memuat
informasi yang relevan dengan analisis kita.

Secara ringkas dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan untuk aspek hukum


perusahaan serta yang menjadi bahan penilaian study kelayakan dari segi aspek hukum dapat
dilihar dari gambar berikut ini :

1. Badan Hukum
2. Tanda Daftar Perusahaan
3. NPWP
4. Surat Izin Usaha
5. Izin Domisili
6. Izin Mendirikan Bangunan
7. Bukti Diri
8. Izin-izin Lainnya
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk memulai suatu usaha pada umumnya dimulai dari Aspek Hukum, walaupun
banyak pula yang melakukannya dari aspek lain. Di dalam melakukan suatu usaha maka perlu
diperhatikan berbagai dokumen yang bisa sesuai dengan badan Hukum yang berlaku, dokumen
yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, izin-izin
yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha tersebut.
kegagalan dalam penelitian aspek ini akan berakibat tidak sempurnanya hasil penelitian,
dengan kata lain apabila ada dokumen yang tidak sah atau tidak sempurna pasti akan
menimbulkan masalah dikemudian hari.

Tujuan dari aspek hukum ini adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan
keaslian dari dokumen-dokumen yang diteliti.penelitian keabsahan dapat dilakukan sesuai
dengan lembaga yag mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang bersangkutan,
penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan,maka segala
prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu
sudah terpenuhi.
Daftar Pustaka
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)

...........Busines An Introduction, (Google Book)


Jumingan, Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan, (Jakarta: PT
Bumi Angkasa, 2009)
Kasmir, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2012), Edisis revisi

Subagyo, A. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT Elex Media Kumputindo Kelompok
Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai