Anda di halaman 1dari 23

Aspek Hukum, Legalitas Bisnis dan Penerapan Standarisasi pada Produk Barang dan Jasa

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kelayakan Bisnis Islam
Dosen Pengampu : Abdul Fatah Lc., M.SEI.

Disusun Oleh

Shanti Fitria (190810102022)

Mukaromatul Azizatun N. (190810102039)

Oky Lestari (190810102043)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah
Studi Kelayakan Bisnis Islam dengan judul “ Aspek Hukum, Legalitas Bisnis dan Penerapan
Standarisasi pada Produk Barang dan Jasa”. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, tetapi dengan semangat ingin belajar dan terus mencoba
akhirnya terselesaikan dengan tepat waktu
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Abdul
Fatah Lc., M.SEI. sebagai Dosen pengampu Studi Kelayakan Bisnis Islam karena telah
membantu mengarahkan dan memberikan gambaran dalam penyusunan makalah ini sehingga
kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Terima kasih pula kepada seluruh pihak baik
yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah memberikan kontribusi dalam
penyusunannya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam
penyusunan laporan penelitian berikutnya dapat lebih baik lagi. Semoga makalah yang kami
susun dapat ikut andil dalam memberikan informasi bagi masyarakat serta bermanfaat juga
bagi yang membacanya. Terima kasih

Penyusun

Banyuwangi, 18 Maret 2022


DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Aspek Hukum Bisnis.................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Aspek Hukum Bisnis.......................................................................................6
2.1.2 Tujuan Aspek Hukum........................................................................................................6
2.1.3 Jenis Jenis Badan Usaha....................................................................................................6
2.1.4 Jenis Jenis Dokumen yang Diteliti.....................................................................................7
2.2 Legalitas Bisnis..........................................................................................................................8
2.2.1 Pengertian Legalitas Bisnis................................................................................................8
2.2.2 Bentuk Dan Cara Memperoleh Legalisasi Perusahaan Atau Badan Usaha...................9
2.2.3 Manfaat Legalisasi Perusahaan.......................................................................................11
2.3 Dokumen Bisnis.......................................................................................................................12
2.3.1 Pengertian Dokumen Bisnis.............................................................................................12
2.3.2 Jenis Jenis Dokumen Bisnis.............................................................................................13
2.4 Standarisasi Produk atau Jasa................................................................................................15
2.4.1 Pengertian Standardisasi..................................................................................................15
2.4.2 Manfaat Standardisasi......................................................................................................16
2.4.3 Tujuan Standardisasi........................................................................................................18
2.4.4 Prinsip Standardisasi........................................................................................................18
2.4.5 Jenis-jenis Standardisasi..................................................................................................19
2.4.6 Standar Nasional Indonesia (SNI) dan International Organization for
Standardization (ISO)...............................................................................................................19
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................22
3.2 Saran.........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada suatu kegiatan perekonomian tidak dapat terlepas dengan suatu kegiatan sebagai
bentuk interaksi antara penjual dan pembeli dalam perdagangan. Untuk melancarkan kegiatan
perdagangan, seorang pedagang tidak hanya memnutuhkan ilmu ekonomi saja akan tetapi
harus diimbangi dengan peraturan serta regulasi dari pemerintah setempat. Peraturan atau
regulasi sangat penting supaya perdagangan dapat berjalan secara yuridis. Terdapat beberapa
lapisan pada perdagangan di Indonesia diantaranya yaitu perdagangan tingkat atas,
menengah, ataupun pada kelas menengah ke bawah atau mikro. Kegiatan ini dikenal luas
oleh masyarakat yang dsebut dengan kegiatan bisnis. Menurut pendapat dari Richard Burton
Simatupang pengertian dari kata ‘bisnis’ dapat diartikan sebagai keseluruhan dari suatu
kegiatan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok secara terus menerus dan
teratur. Kegiatan usaha tersebut dapat berupa pengadaan barang atau jasa atau fasilitas yang
dapat ditukarkan, disewakan, diperjual belikan demi memperoleh laba.

Dalam menjalankan suatu bisnis perlunnya suatu regulasi untuk mengatur tindakan
dari suatu bisnis. Peraturan yang mengatur proses bisnis dikenal dengan hukum bisnis.
Penjelasan dari hukum bisnis adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk
mengatur serta menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia
khususnya dalam bidang perdagangan (Ibrahim, 2007). Selain hukum bisnis terdapat factor
lain juga yang harus ada dalam perusahaan yaitu berupa legalitas perusahaan. Dalam suatu
usaha faktor legalitas ini berwujud pada kepemilikan izin usaha yang dimiliki. Apabila
perusahaan memiliki izin, maka tidak akan ada lagi hal yang dikhawatirkan karena semua
sudah terjamin keamanannya. Untuk memperoleh legalitas di suatu perusahaan maka
diperlukan sejumlah prosedur yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintahan. Terdapat
beberapa manfaat apabila perusahaan memiliki legalitas sehingga harus segera dilengkapi
pada perusahaan yang belum terlegalisasi. Pada suatu bisnis sering kali terdapat kegagalan
yang tidak terduga karena suatu hal permasalahan yang menyangkut hukum atau tidak
mendapatkan izin dari pemerintahan. Sehingga, sebelum memulai suatu usaha diperlukan
analisis dengan memperhatikan aspek hukum yang harus di laksanakan. Dengan begitu, hal
hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan usaha seperti kegagalan karena permasalahan
perizinan dapar dihindari.

4
Pada era perdagangan bebas, terdapat terdapat beberapa perturan yang mengatur
tntang teknis peredaran pada barang dan jasa yang berlaku di suatu negara dimana harus
sesuai dengan standar internasional yang berlaku. Gandi berpendapat bahwa standadisasi
merupakan suatu proses penyusunan serta penerapan peraturan dalam pendekatan secara
teratur untuk kemanfaatan dan dengan kerjasama dari semua pihak yang berkepentingan,
khususnya untuk meningkatkan penghematan menyeluruh secara optimum dengan
memperhatikan kondisi fungsional dan persyaratan keamanan. Standar yang telah dipenuhi
pada suatu produk local nantinya diharapkan dapat menembus pasar luar negeri dengan daya
saing yang tinggi. Produk yang telah memenuhi standar dapat memberikan keuntungan bagi
konsumen karena sudah terjamin dalam hal harga, kualitas barang yang kompetitif, serta
keamanan dari produk yang digunakan sudah memenuhi standar yang telah memenuhi
Standar Nasional Indonesia atau standar internasional yang telah ditetapkan pada Undang
Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Indonesia atau SNI. Dari penjelasan
diatas, penulis memiliki keinginan untuk menulis makalah yang berjudul ‘Aspek Hukum,
Legalitas Bisnis dan Penerapan Standarisasi pada Produk Barang dan Jasa’ sehingga dapat
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan aspek hukum bisnis pada suatu perusahaan?


2. Apa saja yang harus terpenuhi supaya perusahaan mendapatkan legalisasi yang sah
menurut regulasi pemerintahan?
3. Jenis dokumen seperti apakah yang harus ada pada suatu bisnis di suatu perusahaan?
4. Bagaimana standarisasi produk barang atau jasa yang terdapat di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Supaya dapat menjelaskan bagaimana aspek hukum bisnis pada suatu perusahaan
2. Untuk mengetahui apa saja yang harus dipenuhi supya perusahaan memiliki legaltas
yang sah
3. Agar memahami jenis dokumen apa saja yang harus dipenuhi pada perusahaan
4. Untuk memahami bagaimana standarisasi produk barang dan jasa di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Aspek Hukum Bisnis
2.1.1 Pengertian Aspek Hukum Bisnis
Aspek hukum merupakan suatu kegiatan analisis yang bertujuan untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang diperlukan. Bagi
penilaian studi kelayakan bisnis,dokumen yang perlu diteliti keabsahan,kesempurnaan dan
keasliannya meliputi badan hukum, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen
lainnya yang mendukung kegiatan usaha tersebut. Kegagalan dalam penelitian aspek ini akan
berakibat tidak sempurnanya hasil penelitian, dengan kata lain apabila ada dokumen yang
tidak sah atau tidak sempurna pasti akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
Oleh karna itu, hendaknya dalam melakukan analisis aspek hukum ini dilakukan
secara teliti dan cermat dengan mencari sumber-sumber informasi yang jelas sampai
ketangan yang memang berkompeten untuk mengeluarkan surat-surat yang hendak kita
teliti,demikian juga bagi mereka yang hendak menyiapkan suatu proyek atau usaha maka
perlu dilakukan berbagai persiapan yang berkaitan dengan dengan aspek hukum ini.

2.1.2 Tujuan Aspek Hukum


Berdasarkan aspek hukum, suatu ide bisnis dinyatakan layak jika ide bisnis tersebut
sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di
wilayah tersebut. Secara spesifik analisis aspek hukum pada studi kelayakan bisnis bertujuan
untuk:
a) Menganalisis legalitas usaha yang dijalankan
b) Menganalisis ketepatan bentk badan hukum dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan
c) Menganalisis kemampuan bisnis yang akan diusulkan dalam memenuhi persyaratan
perizinan
d) Manganalisis jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akna dibiayai dengan
pinjaman
2.1.3 Jenis Jenis Badan Usaha
Jenis badan hukum yang ada di Indonesia sangat beragam mulai dari perusahaan
perseorangan, firma sampai kepada bentuk koperasi. Masing- masing badan hukum memiliki
kelebihan dan kelemahan tersendiri. Kelebihan dan kekurangan dapat dilihat dari luasnya
bidang usaha yang akan dijalankan, modal yang dimiliki, batas tanggung jawab dan

6
kewajiban masing-masing pemilik, serta pembagian keuntungan masing- masing badan
usaha.

a. Perusahaan Perseroan
Merupakan bentuk badan usaha tanpa ada pembedaan pemilik antara hak pribadai
dengan hak milik perusahaan (Indriyo, 2005). Sedangkan menurut Swasta (2002),
perusahaan perseroan adalah salah satu bentuk usaha yang dimiliki oleh sesorang dan
ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dan kegiatan perusahaan.
b. Firma (Fa)
Merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi satu kesatuan untuk
mengelola usaha bersama (Indriyo, 2005). Sedangkan menurut Manulang (1975),
persekutuan dengan firma adalah persekutan untuk menjalankan perusahaan dengan
memakai nama bersama.
c. Perserikatan Komanditer (CV)
Merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi satu kesatuan untuk
mengelola usaha bersama, dimana sebagian anggota merupakan anggota aktif,
sedangkan anggota yang lain merupakan anggota pasif.
d. Perseroan Terbatas (PT)
Merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi satu kesatuan untuk
mengelola usaha bersama, dimana perusahaan memberikan kesempatan kepada
masyarakat luas untuk menyertakan modalnya ke perusahaan dengan cara membeli
saham perusahaan.
e. Yayasan
Yayasan adalah badan usaha yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan dan
lebih menekankan usahanya pada tujuan social.
f. Koperasi
Koperasi menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 25 tahun 1992, koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
garakan ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan.
2.1.4 Jenis Jenis Dokumen yang Diteliti
Banyaknya dokumen yang diteliti sangat tergantung dari jenis usahanya, yang
terpenting adalah urutan prioritas dokumen yang pokok perhatian untuk prioritas
menunjukkan bahwa dokumen tersebut sangat penting bagi usaha yang diajukan nanti. Secara

7
umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan aspek hukum sebagai
berikut:
A. Bentuk Badan Usaha
Ada beberapa badan hukum yang lazim di Indonesia, misalnya perseroan terbatas
(PT), perseroan komanditer (CV), kopersi, yayasan, firma (Fa), dan
lainnya.kebanyakan perusahaan yang melakukan suatu investasi, biasanya merupakan
perusahaan besar, baik dari segi modal maupun dari segi jangkauan usahanya.
B. Bukti Diri
Yaitu kartu identitas dari para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan
setempat yang dikenal dengan nama kartu tanda penduduk (KTP).
C. Tanda Daftar Perusahaan
Setiap perusahaan yang beroperasi diindonesia haruslah membuat surat daftar
perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya masing- masing. Dalam hal ini
yang perlu kita teliti adalah kedepartemenan teknis yang mengeluarkan surat daftar
perusahaan tersebut.
D. Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor pokok wajib pajak merupakan hal yang penting untuk diteliti, apakah sudah
dimiliki atau belum. Jika sudah diteliti dapatlah mengeceknya kedepartemen teknis
yang mengeluarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
E. Surat Izin Perusahaan
Meneliti surat izin-izin yang dimiliki sesuai dengan jenis bidang usaha perusahaan
tersebut. Izin-izin tersebut adalah:
 Surat izin usaha perdagangan (SIUP).
 Surat izin usaha industri (SIUI).
 Izin usaha tambang dari departemen pertambangan.
 Izin usaha perhotelan dan pariwisata dari departemen pariwisata pos dan
telekomunikasi.
 Izin usaha farmasi dan rumah sakit dari departemen kesehatan.
 Izin usaha pertenakan dan pertanian dari departemen pertanian.
 Izin domisili dimana perusahaan/lokasi proyek dari pemda.
 Izin mendirikan bangunan.
 Izin tenaga kerja asing jika ada.

8
2.2 Legalitas Bisnis
2.2.1 Pengertian Legalitas Bisnis
Dalam suatu perusahaan, legalitas menjadi unsur penting yang harus ada karena dapat
dijadikan sebagai identitas jati diri yang mengesahkan serta melegalkan badan usaha tersebut
sehingga diakui penuh oleh masyarakat. Legalitas di suatu perusahaan harus resmi dan sah
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berisi dokumen dokumen penting yang
dapat dijadikan sebagai payung hukum pada pemerintahan saat itu serta melindungi
perusahaan dari berbagai hal yang tidak diinginkan (Sidabalok, 2012). Terdapat beberapa
factor yang memengaruhi keberlangsungan suatu usaha diantaranya yaitu keberadaan dari
legalitas usaha yang didirikan. Pada suatu usaha di suatu perusahaan bentuk dari adanya
legalitas ini dapat berupa dokumen kepemilikan atas izin suatu usaha. Peran dari dokumen
tersebut dapat mendukung resmi dan sah-nya perusahan tersebut diantaranya yaitu pendirian
perusahaan berupa akta yang disah-kan oleh notaris kemudin diumumkan dilembaran negara,
nomor pokok wajib pajak perusahaan, surat izin usaha, izin gangguan atau HO (Hinder
Ordonnantie), izin pengguaan lokasi, izin lingkungan serta izin izin yang memiliki hubungan
dengan pendiria suatu perusahaan.

Terdapat beberapa macam kegiatan bisnis yang sesuai dengan hukum bisnis yang
berlaku di Indonesia diantaranya yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. Berdasarkan Pasal 1 Undang Undang Nomor 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang dinamakan dengan Perusahaan atau badan usaha
adalah “setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus
menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan.dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.”. Semakin lama perusahaan
di Indonesia kini semakin berkemang pesat, kini tidak hanya seorang pengusaha menjalankan
sendiri perusahannya tetapi mereka bergabung utuk mendirikan suatu persekutuan dan
perseroan diantaranya yaitu persekutuan perdata, firma, persekutuan komonditer, perseroan
terbatas dan koperasi (Kansil, 2008). Perusahaan menginginkan supaya perusahaannya selalu
terlindungi dengan terhubung dengan pihak ketiga yang dijalankan secara jujur (te goeder
trouw). Sehingga peran dari legalitas suatu bisnis ini sangat begitu penting karena perusahaan
yang memiliki legalitas berarti memiliki jatidiri yang mengesahkan perusahaan tersebut
hingga dikenal dan diakui oleh masyarakat (Mulhadi, 2010)

9
2.2.2 Bentuk Dan Cara Memperoleh Legalisasi Perusahaan Atau Badan Usaha
Bentuk-bentuk dari Legalitas Perusahaan yang dapat dijadikan jati diri untuk
melegalkan badan usaha, diantaranya adalah:

1. Nama Perusahaan

Nama Perusahaan merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk
menjalankan usahanya. Nama perusahaan selalu memiliki kaitan dengan bentuk badan usaha
atau perusahaan tersebut sehigga dikenal oleh masyarakat secara luas yang memiliki karakter
sebagai bentuk untuk menggambarkan kepribadian perusahaan dan dapat membedakan suatu
perusahaan tertentu dengan perusahaan lainnya. Terdapat beberapa asas mengenai pemberian
nama nama perusahaan di Indonesia. Asas asas tersebut diantaranya yaitu sebagi berikut :

a. Pembauran nama perusahaan dengan nama pribadi


b. Pembauran bentuk perusahaan dengan nama pribadi
c. Larangan memakai nama perusahaan orang lain
d. Larangan memakai merek orang lain,
e. Larangan memakai nama perusahaan yang menyesatkan.
2. Merek

Merek merupakan suatu alat yang dapat membedakan jenis barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu perusahaan (Djumhana, 2014). Berdasarkan Pasal 1 Undang Undang
Nomor 15 Tahun 2001 mengenai Merek merupakan suatu tanda dapat berupa berupa gambar,
susunan warna, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa. Terdapat beberapa syarat dan tata cara permohonan pembuatan merek dalam
kegiatan perdagangan barang dan jasa Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 diantaranya yaitu :

a. Permohonan diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia, untuk merek bahasa asing atau
di dalamnya terdapat huruf selain huruf Latin wajib disertai terjemahannya dalam
bahasa Indonesia.
b. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya dengan dilampiri bukti
pembayaran biaya.
c. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam
satu permohonan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam surat permohonan
harus dicantumkan:

10
a) Tanggal, bulan, dan tahun;
b) Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
c) Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan mengajukan merek melalui
kuasa;
d) Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakna
unsur- unsur warna;
e) Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan Hak Prioritas

Menurut Pasal 5 UndangUndang Nomor 15 Tahun 2001, merek tidak dapat


didaftarkan apabila merek tersebut mengandung beberapa unsur diantaranya yaitu :

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas


agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
b. Tidak meiliki daya pembeda.
c. Telah menjadi milik umum.
d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
3. Surat Izin Usaha Perdagangan

Pada setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki


Surat Izin Perusahaan Dagang (SIUP) merupakan surat izin yang diberikan oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan usaha perdagangan
secara sah, baik itu perusahaan kecil, perusahaan menengah, apalagi perusahaan besar,
terkecuali perusahaan kecil perorangan. Untuk mendapatkan SIUP, perusahaan wajib
mengajukan Surat Permohonan Izin (SPI), yaitu daftar isian yang memuat perincian data
perusahaan pengusaha dan kegiatan usaha, dan pengusaha juga wajib membayar sejumlah
uang sebagai biaya administrasi. SIUP dapat dikeluarkan berdasarkan domisili pemilik atau
penanggung jawab pada perusahaan yang didaftarkan. Bagi pemilik perusahaan yang
berdomisili di luar tempat kedudukan perusahaan maka ia harus menunjuk penanggung jawab
atau kuasa berdasarkan domisili yang dikuatkan dengan KTP di tempat SIUP tersebut
diterbitkan

2.2.3 Manfaat Legalisasi Perusahaan


Berdasarkan ketentuan dari pemerintah dan keuntungan yang akan diperoleh nantinya,
seorang pengusaha harus mengurus legalitas perusahaannya. Proses dari pembuatan legalitas

11
ini tidak terlalu rumit dan biaya yang digunakan tidak terlalu besar, pengusaha sudah
mendapatkan jaminan keberlangsungan perusahaannya. Apabila legalitas perusahaan tidak di
urus maka pengusaha itu sendiri yang akan mendapatkan kesulitan dalam mengembangkan
serta menjalankan kegiatan usahanya . Selain merasa terancam dengan penertiban oleh pihak
berwajib, perusahaan yang tidak memiliki legalitas akan sulit untuk maju dan berkembang.
Dengan dimilikinya surat-surat izin sebagai bentuk legalitas perusahaan, maka akan diperoleh
beberapa manfaat diantaranya yaitu :

a. Sarana perlindungan hukum.

Seorang pengusaha yang telah melegalkan perusahaannya akan terhidar dari tindakan
pembongkaran atau penertiban dari pihak berwajib, sehingga memberikan rasa aman dan
nyaman akan keberlangsungan usahanya

b. Sarana Promosi.

Dengan mengurus dokumen-dokumen legalitas tersebut, secara tidak langsung pengusaha


telah melakukan serangkaian promosi.

c. Bukti kepatuhan terhadap hukum.

Dengan memiliki unsur legalitas tersebut menandakan bahwa pengusaha telah mematuhi
aturan hukum yang berlaku, secara tidak langsung ia telah menegakkan budaya disiplin pada
dirinya.

d. Mempermudah mendapatkan suatu proyek.

Dalam suatu tender, selalu mensyaratkan bahwa perusahaan harus memiliki dokumen
dokumen hukum yang menyatakan pelegalan perusahaan tersebut. Sehingga hal ini sangat
penting nantinya untuk sarana pengembangan usaha.

e. Mempermudah pengembangan usaha.

Untuk pengembangan usaha pasti diperlukan dana yang cukup besar untuk
merealisasikannya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh dengan proses peminjaman kepada
pihak bank, dan dokumen-dokumen legalitas ini akan menjadi salah satu persyaratan yang
diajukan pihak bank.

12
2.3 Dokumen Bisnis
2.3.1 Pengertian Dokumen Bisnis
Menurut Lous Gottschalk (1985; 38) dokumen digunakan dalam dua pengertian, yaitu
pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian
lisan, artefak, peinggalan-peninggalan terlukis, dan ptilasan-petilasan arkeologis, yang kedua
diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-
undang, hibah , konsesi dan lainnya. Sedangkan bisnis adalah usaha yang dijalankan yang
tujuan utamanya adalah keuntungan (Kasmir dan Jakfar, 2012 (Jakfar).

2.3.2 Jenis Jenis Dokumen Bisnis


Dalam hal ini dokumen bisnis yang dimaksud adalah dokumen-dokumen yang harus
dipersiapkan ketika mendirikan sebuah bisnis. Dokumen tersebut secara umum diantaranya
adalah:

A. Dokumen Rencana Program Kerja


Dokumen ini adalah gambaran mengenai citra, bentuk, tujuan dan sasaran usaha yang
digambarkan dalam dokumen Rencana Program Kerja atau Master Plan dan Business
Plan. Dokumen ini memuat segala macam yang berkaitan dengan rencana-rencana
usaha yang akan dijalankan.
B. Dokumen Surat Menyurat Perizinan Bisnis
Dokumen ini adalah berupa segala bentuk surat menyurat yang bersumber dari pihak-
pihak yang bereenang mengeluarkan legalitas usaha dalan pendirian perusahaan
sesuai dengan ketentuan dalan lingkup pemerintahaan di mana bisnis atau usaha
didirikan dan beroperasi. Dokumen-dokumen perizinan diantaranya adalah:
1. Surat Keterangan Domisili Usaha : Surat Keterangan Domisili Usaha
merupakan dokumen izin usaha yang dikeluarkan oleh pihak kelurahan atau
kecamatan tempat usaha Anda didirikan. Dokumen ini penting untuk diurus
supaya Anda menjadi lebih mudah dalam membuat dokumen lainnya, seperti
Nomor Pokok Wajib Pajak, Tanda Daftar Perusahaan, Surat Izin Usaha
Perdagangan dan surat lainnya.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak : Setelah Anda mendapatkan Surat Keterangan
Domisili Usaha berarti sudah bisa mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak. Nomor
Pokok Wajib Pajak akan diberikan kepada wajib pajak dan bisa digunakan sebagai
sarana administrasi pajak maupun identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak
serta kewajiban perpajakannya. Jika ingin memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

13
maka harus mengajukan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat, Kantor
Penyuluhan dan pengamatan Potensi Perpajakan.
3. Surat Izin Tempat Usaha : Surat Izin Tempat Usaha wajib dimiliki oleh pemilik
usaha perseorangan, badan usaha maupun perusahaan. Surat ini bisa dijadikan
sebagai bukti izin dan legalitas dari tempat usaha Anda sudah sesuai dengan tata
ruang wilayah. Anda bisa mengajukan permohonan yang ditujukan kepada
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan surat izin ini . Masa berlaku Surat Izin
Tempat Usaha selama 3 tahun.
4. Izin Usaha Dagang : Biasanya usaha dagang dikelola oleh perorangan. Meski
usaha yang dimiliki bukanlah badan usaha, Anda sebagai pemilik usaha badan
juga tetap membutuhkan izin Usaha Dagang. Hal ini dikarenakan izin ini bisa
dijadikan sebagai tanda bukti sah dan juga legalitas usaha. Untuk mendapatkan
Usaha Dagang juga sangat mudah karena hanya dengan mengajukan permohonan
melalui Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
5. Surat Izin Usaha Perdagangan : Memiliki usaha perdagangan seperti
perusahaan, persekutuan, perseorangan dan koperasi ternyata juga membutuhkan
Surat Izin Usaha Perdagangan. Surat Izin Usaha Perdagangan ini dikeluarkan oleh
pemerintah daerah berdasarkan domisili atau lokasi perusahaan. Surat Izin Usaha
Perdagangan juga berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Surat Izin Usaha
Perdagangan terbagi dalam 4 kategori, seperti Surat Izin Usaha Perdagangan
Mikro, Surat Izin Usaha Perdagangan Kecil, Surat Izin Usaha Perdagangan
Menengah dan Surat Izin Usaha Perdagangan Besar.
6. Tanda Daftar Perusahaan : Tanda Daftar Perusahaan merupakan bukti sah yang
menyatakan bahwasanya usaha Anda sudah terdaftar secara sah. Tanda Daftar
Perusahaan wajib dimiliki oleh pemilik usaha berbadan hukum, seperti Perseroan
Terbatas, Commanditaire Vennootschap dan Firma. Untuk perusahaan yang tidak
berbadan hukum berarti tidak membutuhkan dokumen ini. Perusahaan yang ingin
mendapatkan Tanda Daftar Perusahaan harus terlebih dahulu mendapatkan
penegasan dan persetujuan akta pendirian perusahaan dari Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
7. Hinder Ordonantie Surat Izin Gangguan : Apabila tempat usaha Anda berdiri
memiliki risiko bahaya yang bisa mengganggu ketentraman serta ketertiban
masyarakat umum maka perlu memiliki dokumen ini. Dimana dokumen atau surat

14
ini dibuat oleh Dinas Perizinan Domisili Usaha di kabupaten/kota. Persyaratan
yang dibutuhkan untuk mendapatkan surat ini masing-masing daerah bisa berbeda.
8. Surat Izin Mendirikan Bangunan : Izin Mendirikan Bangunan adalah surat izin
yang diberikan pemerintah daerah kepada badan hukum atau pengusaha yang akan
mendirikan suatu bangunan untuk tujuan membuka usaha. Dimana IMB
diterbitkan sesuai dengan perizinan yang diberikan. Tujuan diberikannya IMB
untuk menjaga ketertiban tata guna lahan. Selain itu, juga bertujuan untuk
pemanfaatan fungsinya sesuai dengan peraturan tata kota.
C. Dokumen Susunan Pengurus/Pegawai/Direksi
Dokumen ini memuat hal-hal mengenai data-data pengurus/pegawai/direksi karyawan
dan dokumen kepegawaian. Dokumen ini dikelola oleh sumber daya yang bertugas
khusus di bidang ini seperti halnya personalia.
D. Dokumen Digital
Dokumen ini berupa situs website, media sosial, dan google maps. Dokumen ini
menjadi salah satu bagian penting sebaga wujud perbaikan citra perusahaan bisnsi di
halaman internet di era digitalisasi teknologi seperti saat ini. Hal ini tujuannya adalah
untuk mempermudah pelanggan mengenali produk barang dan jasa para pebisnis
melalui perangkat teknologi informasi secara mudah.

2.4 Standarisasi Produk atau Jasa


2.4.1 Pengertian Standardisasi
Standar bukan kata asli dari bahasa Indonesia, melainkan merupakan alih bahasa dari
kata Inggris, standard. Dari kata dasar standard dibentuk kata standardization, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi standardisasi. Kata standard sendiri
merupakan terjemahan dari Bahasa Perancis norme dan etalon. Istilah norme dapat
dideinisikan sebagai standar dalam bentuk dokumen, sedangkan etalon adalah standar isis
atau standar pengukuran. Untuk membedakan istilah standar tersebut, maka istilah standard
diberi makna norme, sedangkan etalon dalam bahasa Inggris diartikan measurement standard.
Bagian ini terutama akan membahas standard dalam pengertian norme, sedangkan etalon atau
measurement standard akan dibahas secara khusus di Bab mengenai Metrologi. Standar
memiliki cakupan bidang luas dan bersifat inter-disiplin ilmu. Tidak mengherankan, telah
dikembangkan banyak pengertian mengenai standar dan standardisasi. Di banyak negara,
sebagaimana tertuang dalam regulasi yang ditetapkan, pengertian standar dan standardisasi
dirumuskan berbeda.

15
Menurut UU No. 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan
metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/keputusan
internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan,
lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan danmemperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya.Sedangkan Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan,
memelihara, memberlakukan, dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan
bekerja sama dengan semua Pemangku Kepentingan.Standar Nasional Indonesia yang
selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.2 Manfaat Standardisasi


Dr. Koi Annan, Sekretaris Jenderal PBB periode 1997-2006, mengatakan bahwa
standardisasi memberi kontribusi istimewa dalam berbagai bidang penting di antaranya di
bidang kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan, transportasi dan teknologi informasi
(ISO Management System, Edisi November-Desember 2004, halaman 23). Sejalan dengan
pandangan Dr. Koi Annan, standardisasi terbukti memberikan manfaat yang secara umum
dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam perdagangan domestik maupun
internasional dengan menghilangkan hambatan teknis dalam perdagangan melalui
harmonisasi standar.
b. Membantu mempercepat disiminasi sistem manajemen, teknologi dan inovasi,
khususnya di kalangan Usaha Kecil Menengah di banyak negara termasuk di negara-
negara berkembang.
c. Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus pada mutu, keamanan, keselamatan,
kesehatan dan pelestarian lingkungan.
d. Memfasilitasi penilaian dan pembuktian kesesuaian.
e. Optimasi infrastruktur standardisasi.

Secara lebih khusus, standardisasi juga memberi manfaat kepada konsumen, produsen,
pemasok, dan kalangan ilmuwan:

A. Manfaat Standardisasai bagi Konsumen


1) Memudahkan pemilihan produk bermutu;
2) Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian;

16
3) Pengadaan yang mudah dengan biaya lebih rendah;
4) Penyederhanaan pelayanan dan meningkatkan layanan purna jual;
5) Mengurangi investasi di dalam inventori.
6) Dasar untuk bertransaksi;
7) Mengurangi perselisihan dan kesalahpahaman
B. Manfaat Standardisasi bagi Produsen
1) Memberikan kemudahan prosedur melalui format siap pakai yang berlaku
umum memecahkan masalah berulang.
2) Mengurangi peralatan dan waktu persiapan produksi, serta membuat proses
produksi dapat dipertahankan dengan sedikit perubahan.
3) Mengefektifkan pemeriksaan, pengujian dan pengendalian mutu mengurangi
produk yang tak memenuhi spesiikasi (reject) dan pengerjaan ulang.
4) Memungkinkan pengadaan bahan baku (material dan komponen) yang dapat
dipertukarkan dari stok yang tersedia dengan lebih mudah serta tanpa
kehilangan waktu.
5) Mengurangi persediaan, sisa material, komponen dan produk akhir.
6) Memfasilitasi pelatihan bagi staf dan operator.
7) Mengurangi biaya pada pekerjaan administratif.
8) Memfasilitasi pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen.
9) Mendorong tercapainya produktivitas lebih tinggi, menekan biaya, harga
rendah, penjualan tinggi dan keuntungan lebih besar.
C. Manfaat Standardisasi bagi Pemasok
1) Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian.
2) Pengadaan yang lebih mudah.
3) Mengurangi investasi di dalam inventarisasi.
4) Penyederhanaan pelayanan.
5) Pengurangan biaya.
6) Fasilitasi di dalam perluasan pasar.
7) Fasilitasi di dalam pelayanan pasca penjualan.
8) Mempercepat kembalinya modal dan keuntungan Investasi lebih tinggi.
9) Standar memberikan dokumen sah terhadap pengadaan stok, penjualan
mereka, sehingga mudah disusun sesuai kebutuhan pelanggan.
10) Standar memungkinkan semua pihak yang terkait untuk menghindari,
mengurangi kemungkinan adanya kesalahpahaman yang mendorong ke arah

17
perselisihan perdagangan yang sebenarnya tidak perlu terjadi atau proses
peradilan.
D. Manfaat Standardisasi bagi Ilmuwan
1) Sebagai dasar penetapan dalam memfasilitasi suatu hasil akhir yang dapat
dibandingkan dan diproduksi ulang dalam mengevaluasi produk dan jasa.
2) Membantu dalam menentukan spesiikasi dan persyaratan khusus item lainnya.
3) Memberikan deinisi akurat terhadap alat, piranti dan peralatan yang digunakan
serta prosedur yang akan digunakan dan harus diikuti dalam teknik evaluasi.
M
4) M solusi yang dapat diterima dan disetujui pada masalah berulang, serta
memungkinkan mereka untuk lebih berkonsentrasi secara efektif pada hal
penting dan isu pokok sifat awal dari perancangan, penelitian dan
pengembangan.
5) Titik awal bahan penelitian dan pengembangan untuk selanjutnya berimbas
terhadap peningkatan mutu barang dan jasa.

2.4.3 Tujuan Standardisasi


Standardisasi juga dinamis menyesuaikan dengan perkembangan Global sehingga
tujuan standardisasi menjadi sangat beragam sesuai dengan persoalan yang ingin diatasi.
Dalam buku Role of standards: A guide for small and medium-sized enterprises (2006), yang
diterbitkan oleh United Nations Industrial Development Organization, dirumuskan sepuluh
tujuan Standardisasi, meliputi:

1) Kesesuaian pada tujuan (itness for purpose)


2) Mampu tukar (interchangeability)
3) Pengendalian keanekaragaman (variety reduction)
4) Kompatibilitas (compatibility)
5) Meningkatkan pemberdayaan sumber daya
6) Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik
7) Menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan
8) Pelestarian lingkungan
9) Alih teknologi
10) Mengurangi hambatan perdagangan

18
2.4.4 Prinsip Standardisasi
Dari uraian di atas sangat nyata bahwa standardisasi memiliki tujuan yang sangat luas.
Namun pada dasarnya, tujuan standardisasi terarah pada peningkatan kualitas kehidupan
sehari-hari hampir di setiap bidang. Agar tujuan tersebut dapat direalisasikan, mengacu pada
ketentuanUU Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (pasal 2), pengembangan standardisasi
dilakukan dengan berpegang pada prinsip sebagai berikut:

1) Manfaat.
2) Konsensus dan tidak memihak
3) Transparansi dan keterbukaan
4) Efektif dan relevan.
5) Koheren.
6) Dimensi pembangunan nasional.
7) Kompeten dan tertelusur.

2.4.5 Jenis-jenis Standardisasi


A. Bersifat Wajib (Primer)

Standardisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh pengusaha, berupa perizinan
atau regulasi yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah Izin Edar BPOM,
PIRT, Halal, Batas Maksimal Residu Pestisida dan Batas Kontaminasi (melalui Sertifikasi
Analisis atau COA), dan lain-lain.

B. Bersifat Umum (Sekunder)

Standardisasi dan sertifikasi yang tidak wajib namun dibutuhkan/dituntut oleh pasar
pada umumnya (diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya adalah
Halal, Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard
Analysis and Critical Control Points (HACCP), Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO
tertentu, serta terkait HKI (Hak Kekayaan Intelektual) seperti Merek dan Paten.

C. Bersifat Khusus (Tersier)

Standardisasi dan sertifikasi yang diminati oleh segmen pasar tertentu (diterbitkan
oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya Organik, Eco-friendly, Fair Trade,
Vegan. Disini terdapat juga standar spesifikasi teknis terkait kualitas produk seperti bentuk,
rasa, bahan untuk memenuhi kebutuhan segmen pembeli/konsumen tertentu.

19
2.4.6 Standar Nasional Indonesia (SNI) dan International Organization for
Standardization (ISO)
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara
nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia
Teknis) dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sebenarnya, penerapan
SNI dan ISO dalam standar sistem manajemen mutu adalah sama. Hal itu merujuk ke
lembaga pemerintah yang ditunjuk untuk bertugas dan bertanggung jawab di bidang
standardisasi dan penilaian kesesuaian, yaitu Badan Standardisasi Nasional (BSN). BSN
merupakan anggota International Organization for Standardization (ISO), suatu organisasi
Internasional yang menghasilkan standar (ISO) yang berpusat di Jenewa, Swiss. BSN sesuai
tugas dan fungsinya melakukan harmonisasi dengan standar internasional. Jadi, bisa
dikatakan, lembaga pemerintah itu mengadopsi secara identik dengan menerjemahkan
keseluruhan isi dari dokumen ISO menjadi SNI. Akan tetapi, BSN dapat pula melakukan
adopsi dengan memodifikasi standar ISO. Hal itu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
di Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa SNI yang mengadopsi ISO sudah setara dengan
standar internasional.

A. Tujuan diberlakukannya SNI:

1) Perlindungan konsumen, tenaga kerja yang membuat produk, dan masyarakat dari
aspek keselamatan, keamanan, dan kesehatan,
2) Pertimbangan keamanan negara,
3) Tuntutan perkembangan ekonomi dan kelancaran iklim usaha dan persaingan
yang sehat
4) Fungsi lingkungan hidup, maka pemerintah menetapkan produk-produk tertentu
yang wajib memiliki SNI sebelum diedarkan di masyarakat.

B. Manfaat memiliki ISO:

1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan. Setiap aktivitas perusahaan yang


menerapkan ISO sudah bisa dipastikan telah memenuhi standar, di mana
masyarakat umum pun dapat mengetahui standar tersebut. Artinya ada
kepercayaan publik yang dibangun dari standarisasi internasional.
2) Jaminan kualitas standar internasional. Aplikasi ISO harus melewati sebuah
proses uji yang disebut siklus PDCA. Siklus ini diterapkan di semua bidang usaha

20
dengan melakukan proses identifikasi, analisis, dan eksekusi agar sesuai dengan
mutu standar internasional.
3) Sarana branding perusahaan. ISO juga bermanfaat sebagai sarana branding
perusahaan yang mengaplikasikannya. Masyarakat dunia yang mengenal ISO,
akan sangat sadar bahwa perusahaan yang menerapkan ISO tersebut dapat
dipercaya. Kepercayaan terhadap perusahaan dengan ISO akan meningkatkan
nilai brand di benak konsumen.

C. Jenis-jenis standar ISO yang umum dijumpai di berbagai industri:

1) ISO 22000: merupakan standar yang berhubungan dengan sistem tata kelola
keamanan pangan. Pebisnis yang bidang usahanya berkutat pada bidang makanan dan
minuman, diharuskan memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan konsumen.
Akibatnya bisnis makanan dan minuman tersebut haruslah menaikkan kontrol internal
terutama pada bidang produksi. Setiap produk makanan dan minuman semestinya
memiliki rencana proses dan pengendalian resiko, itulah isi dari ISO 22000.

2) ISO 9001: merupakan sistem manajemen mutu yang paling populer dan sempat
diperbaharui. Versi ISO 9001 yang terbaru adalah ISO 9001:2008. Tujuan utama dari
ISO versi ini adalah menaikkan efektivitas manajemen mutu dengan memanfaatkan
pendekatan proses. Pendekatan proses mengedepankan aktivitas identifikasi,
penerapan, pengelolaan, dan peningkatan berkesinambungan.

3) ISO 5001: merupakan standar yang ditetapkan sebagai sistem manajemen energi.
Tujuan utamanya adalah membantu berbagai lembaga untuk membangun sistem dan
proses pemanfaatan energi. Misalnya dalam kinerja, efisiensi, juga konsumsi energi.
ISO 5001 dirancang sebagai standar yang dapat diaplikasikan dengan standar lain,
sehingga penerapannya dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang usaha

21
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Janes Sidabalok, Hukum Perusahaan: Analisis Terhadap Pengaturan Peran Perusahaan Dalam
Pembangunan Ekonomi Nasional di Indonesia, (Bandung: CV.Nuansa Aulia, 2012), hlm. 3

C.S.T. Kansil. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008).hlm. 68

Muhamad Djumhana. Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia. (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 222.

Anggrayani,Sudevi.2020.“MateriDokumenUsaha”.https://www.scribd.com/document/
475746382/MATERI-DOKUMEN-USAHA diakses pada 15 Maret 2022 pukul 19.49.

Araffi,Elvina.2017.“DokumenBisnis”.https://www.scribd.com/document/368106818/
Dokumen-Bisnis, diakses pada 15 Maret 2022 pukul 14.26.

Indonesia, UKM. 2020. “Pentingnya Standardisasi & Sertifikasi sebagai Bukti Formal
Kualitas”, https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/297, diakses pada 15 Maret 2022 pukul
19.08.

Standarisasi Nasional, Badan. 2014. Pengantar Standardisasi: Edisi Kedua. Jakarta: BSN.
https://drive.google.com/file/d/16-USb80k2l5hGXmdtW5E65oIwF4O-CYv/view?
usp=drivesdk, diakses pada 13 Maret 2022 pukul 18.40.

23

Anda mungkin juga menyukai