Anda di halaman 1dari 9

2.

4 Standardisasi Produk/Jasa

2.4.1 Pengertian Standardisasi

Standar bukan kata asli dari bahasa Indonesia, melainkan merupakan alih bahasa dari kata
Inggris, standard. Dari kata dasar standard dibentuk kata standardization, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi standardisasi. Kata standard sendiri merupakan terjemahan dari
Bahasa Perancis norme dan etalon. Istilah norme dapat dideinisikan sebagai standar dalam
bentuk dokumen, sedangkan etalon adalah standar isis atau standar pengukuran. Untuk
membedakan istilah standar tersebut, maka istilah standard diberi makna norme, sedangkan
etalon dalam bahasa Inggris diartikan measurement standard. Bagian ini terutama akan
membahas standard dalam pengertian norme, sedangkan etalon atau measurement standard akan
dibahas secara khusus di Bab mengenai Metrologi. Standar memiliki cakupan bidang luas dan
bersifat inter-disiplin ilmu. Tidak mengherankan, telah dikembangkan banyak pengertian
mengenai standar dan standardisasi. Di banyak negara, sebagaimana tertuang dalam regulasi
yang ditetapkan, pengertian standar dan standardisasi dirumuskan berbeda.

Menurut UU No. 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian standar adalah
persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan
memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan
ilmu pengetahuan danmemperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.Sedangkan Standardisasi
adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan, memelihara, memberlakukan, dan
mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua Pemangku
Kepentingan.Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang
ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.2 Manfaat Standardisasi

Dr. Koi Annan, Sekretaris Jenderal PBB periode 1997-2006, mengatakan bahwa standardisasi
memberi kontribusi istimewa dalam berbagai bidang penting di antaranya di bidang kesehatan,
keselamatan, keamanan, lingkungan, transportasi dan teknologi informasi (ISO Management
System, Edisi November-Desember 2004, halaman 23). Sejalan dengan pandangan Dr. Koi
Annan, standardisasi terbukti memberikan manfaat yang secara umum dapat dikemukakan
sebagai berikut:

1) Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam perdagangan domestik maupun
internasional dengan menghilangkan hambatan teknis dalam perdagangan melalui harmonisasi
standar.

2) Membantu mempercepat disiminasi sistem manajemen, teknologi dan inovasi, khususnya di


kalangan Usaha Kecil Menengah di banyak negara termasuk di negara-negara berkembang.

3) Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus pada mutu, keamanan, keselamatan, kesehatan
dan pelestarian lingkungan.

4) Memfasilitasi penilaian dan pembuktian kesesuaian.

5) Optimasi infrastruktur standardisasi.

Secara lebih khusus, standardisasi juga memberi manfaat kepada konsumen, produsen, pemasok,
dan kalangan ilmuwan:

A. Manfaat Standardisasai bagi Konsumen


1) Memudahkan pemilihan produk bermutu;
2) Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian;
3) Pengadaan yang mudah dengan biaya lebih rendah;
4) Penyederhanaan pelayanan dan meningkatkan layanan purna jual;
5) Mengurangi investasi di dalam inventori.
6) Dasar untuk bertransaksi;
7) Mengurangi perselisihan dan kesalahpahaman
B. Manfaat Standardisasi bagi Produsen
1) Memberikan kemudahan prosedur melalui format siap pakai yang berlaku umum
memecahkan masalah berulang.
2) Mengurangi peralatan dan waktu persiapan produksi, serta membuat proses
produksi dapat dipertahankan dengan sedikit perubahan.
3) Mengefektifkan pemeriksaan, pengujian dan pengendalian mutu mengurangi
produk yang tak memenuhi spesiikasi (reject) dan pengerjaan ulang.
4) Memungkinkan pengadaan bahan baku (material dan komponen) yang dapat
dipertukarkan dari stok yang tersedia dengan lebih mudah serta tanpa kehilangan
waktu.
5) Mengurangi persediaan, sisa material, komponen dan produk akhir.
6) Memfasilitasi pelatihan bagi staf dan operator.
7) Mengurangi biaya pada pekerjaan administratif.
8) Memfasilitasi pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen.
9) Mendorong tercapainya produktivitas lebih tinggi, menekan biaya, harga rendah,
penjualan tinggi dan keuntungan lebih besar.
C. Manfaat Standardisasi bagi Pemasok
1) Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian.
2) Pengadaan yang lebih mudah.
3) Mengurangi investasi di dalam inventarisasi.
4) Penyederhanaan pelayanan.
5) Pengurangan biaya.
6) Fasilitasi di dalam perluasan pasar.
7) Fasilitasi di dalam pelayanan pasca penjualan.
8) Mempercepat kembalinya modal dan keuntungan Investasi lebih tinggi.
9) Standar memberikan dokumen sah terhadap pengadaan stok, penjualan mereka,
sehingga mudah disusun sesuai kebutuhan pelanggan.
10) Standar memungkinkan semua pihak yang terkait untuk menghindari, mengurangi
kemungkinan adanya kesalahpahaman yang mendorong ke arah perselisihan
perdagangan yang sebenarnya tidak perlu terjadi atau proses peradilan.
D. Manfaat Standardisasi bagi Ilmuwan
1) Sebagai dasar penetapan dalam memfasilitasi suatu hasil akhir yang dapat
dibandingkan dan diproduksi ulang dalam mengevaluasi produk dan jasa.
2) Membantu dalam menentukan spesiikasi dan persyaratan khusus item lainnya.
3) Memberikan deinisi akurat terhadap alat, piranti dan peralatan yang digunakan
serta prosedur yang akan digunakan dan harus diikuti dalam teknik evaluasi. M
4) M solusi yang dapat diterima dan disetujui pada masalah berulang, serta
memungkinkan mereka untuk lebih berkonsentrasi secara efektif pada hal penting
dan isu pokok sifat awal dari perancangan, penelitian dan pengembangan.
5) Titik awal bahan penelitian dan pengembangan untuk selanjutnya berimbas
terhadap peningkatan mutu barang dan jasa.

2.4.3 Tujuan Standardisasi

Standardisasi juga dinamis menyesuaikan dengan perkembangan Global sehingga tujuan


standardisasi menjadi sangat beragam sesuai dengan persoalan yang ingin diatasi. Dalam buku
Role of standards: A guide for small and medium-sized enterprises (2006), yang diterbitkan oleh
United Nations Industrial Development Organization, dirumuskan sepuluh tujuan Standardisasi,
meliputi:

1) Kesesuaian pada tujuan (itness for purpose)


2) Mampu tukar (interchangeability)
3) Pengendalian keanekaragaman (variety reduction)
4) Kompatibilitas (compatibility)
5) Meningkatkan pemberdayaan sumber daya
6) Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik
7) Menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan
8) Pelestarian lingkungan
9) Alih teknologi
10) Mengurangi hambatan perdagangan

2.4.4 Prinsip Standardisasi

Dari uraian di atas sangat nyata bahwa standardisasi memiliki tujuan yang sangat luas. Namun
pada dasarnya, tujuan standardisasi terarah pada peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari
hampir di setiap bidang. Agar tujuan tersebut dapat direalisasikan, mengacu pada ketentuanUU
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (pasal 2), pengembangan standardisasi dilakukan dengan
berpegang pada prinsip sebagai berikut:

1) Manfaat.
2) Konsensus dan tidak memihak
3) Transparansi dan keterbukaan
4) Efektif dan relevan.
5) Koheren.
6) Dimensi pembangunan nasional.
7) Kompeten dan tertelusur.

2.4.5 Jenis-jenis Standardisasi

A. Bersifat Wajib (Primer)

Standardisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh pengusaha, berupa perizinan atau regulasi
yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah Izin Edar BPOM, PIRT, Halal,
Batas Maksimal Residu Pestisida dan Batas Kontaminasi (melalui Sertifikasi Analisis atau
COA), dan lain-lain.

B. Bersifat Umum (Sekunder)

Standardisasi dan sertifikasi yang tidak wajib namun dibutuhkan/dituntut oleh pasar pada
umumnya (diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya adalah Halal, Good
Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP), Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO tertentu, serta terkait
HKI (Hak Kekayaan Intelektual) seperti Merek dan Paten.

C. Bersifat Khusus (Tersier)

Standardisasi dan sertifikasi yang diminati oleh segmen pasar tertentu (diterbitkan oleh instansi
pemerintah maupun swasta). Contohnya Organik, Eco-friendly, Fair Trade, Vegan. Disini
terdapat juga standar spesifikasi teknis terkait kualitas produk seperti bentuk, rasa, bahan untuk
memenuhi kebutuhan segmen pembeli/konsumen tertentu.
Berikut di bawah ini adalah gambar tabel standar/sertifikasi yang wajib dan umum serta berlaku
di bidang usaha.

2.4.6 Standar Nasional Indonesia (SNI) dan International Organization for Standardization (ISO)

Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sebenarnya, penerapan SNI dan ISO
dalam standar sistem manajemen mutu adalah sama. Hal itu merujuk ke lembaga pemerintah
yang ditunjuk untuk bertugas dan bertanggung jawab di bidang standardisasi dan penilaian
kesesuaian, yaitu Badan Standardisasi Nasional (BSN). BSN merupakan anggota International
Organization for Standardization (ISO), suatu organisasi Internasional yang menghasilkan
standar (ISO) yang berpusat di Jenewa, Swiss. BSN sesuai tugas dan fungsinya melakukan
harmonisasi dengan standar internasional. Jadi, bisa dikatakan, lembaga pemerintah itu
mengadopsi secara identik dengan menerjemahkan keseluruhan isi dari dokumen ISO menjadi
SNI. Akan tetapi, BSN dapat pula melakukan adopsi dengan memodifikasi standar ISO. Hal itu
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa SNI yang
mengadopsi ISO sudah setara dengan standar internasional.

A. Tujuan diberlakukannya SNI:

1) Perlindungan konsumen, tenaga kerja yang membuat produk, dan masyarakat dari aspek
keselamatan, keamanan, dan kesehatan,
2) Pertimbangan keamanan negara,
3) Tuntutan perkembangan ekonomi dan kelancaran iklim usaha dan persaingan yang sehat
4) Fungsi lingkungan hidup, maka pemerintah menetapkan produk-produk tertentu yang
wajib memiliki SNI sebelum diedarkan di masyarakat.

B. Manfaat memiliki ISO:

1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan. Setiap aktivitas perusahaan yang menerapkan ISO


sudah bisa dipastikan telah memenuhi standar, di mana masyarakat umum pun dapat
mengetahui standar tersebut. Artinya ada kepercayaan publik yang dibangun dari
standarisasi internasional.
2) Jaminan kualitas standar internasional. Aplikasi ISO harus melewati sebuah proses uji
yang disebut siklus PDCA. Siklus ini diterapkan di semua bidang usaha dengan
melakukan proses identifikasi, analisis, dan eksekusi agar sesuai dengan mutu standar
internasional.
3) Sarana branding perusahaan. ISO juga bermanfaat sebagai sarana branding perusahaan
yang mengaplikasikannya. Masyarakat dunia yang mengenal ISO, akan sangat sadar
bahwa perusahaan yang menerapkan ISO tersebut dapat dipercaya. Kepercayaan terhadap
perusahaan dengan ISO akan meningkatkan nilai brand di benak konsumen.

C. Jenis-jenis standar ISO yang umum dijumpai di berbagai industri:


1) ISO 22000: merupakan standar yang berhubungan dengan sistem tata kelola keamanan
pangan. Pebisnis yang bidang usahanya berkutat pada bidang makanan dan minuman, diharuskan
memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan konsumen. Akibatnya bisnis makanan dan
minuman tersebut haruslah menaikkan kontrol internal terutama pada bidang produksi. Setiap
produk makanan dan minuman semestinya memiliki rencana proses dan pengendalian resiko,
itulah isi dari ISO 22000.

2) ISO 9001: merupakan sistem manajemen mutu yang paling populer dan sempat diperbaharui.
Versi ISO 9001 yang terbaru adalah ISO 9001:2008. Tujuan utama dari ISO versi ini adalah
menaikkan efektivitas manajemen mutu dengan memanfaatkan pendekatan proses. Pendekatan
proses mengedepankan aktivitas identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan
berkesinambungan.

3) ISO 5001: merupakan standar yang ditetapkan sebagai sistem manajemen energi. Tujuan
utamanya adalah membantu berbagai lembaga untuk membangun sistem dan proses pemanfaatan
energi. Misalnya dalam kinerja, efisiensi, juga konsumsi energi. ISO 5001 dirancang sebagai
standar yang dapat diaplikasikan dengan standar lain, sehingga penerapannya dapat diaplikasikan
dalam berbagai bidang usaha.

Referensi:

Indonesia, UKM. 2020. “Pentingnya Standardisasi & Sertifikasi sebagai Bukti Formal
Kualitas”, https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/297, diakses pada 15 Maret 2022 pukul
19.08.

Standarisasi Nasional, Badan. 2014. Pengantar Standardisasi: Edisi Kedua. Jakarta: BSN.
https://drive.google.com/file/d/16-USb80k2l5hGXmdtW5E65oIwF4O-CYv/view?usp=drivesdk

diakses pada 13 Maret 2022 pukul 18.40.

Anda mungkin juga menyukai