4 Standardisasi Produk/Jasa
Standar bukan kata asli dari bahasa Indonesia, melainkan merupakan alih bahasa dari kata
Inggris, standard. Dari kata dasar standard dibentuk kata standardization, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi standardisasi. Kata standard sendiri merupakan terjemahan dari
Bahasa Perancis norme dan etalon. Istilah norme dapat dideinisikan sebagai standar dalam
bentuk dokumen, sedangkan etalon adalah standar isis atau standar pengukuran. Untuk
membedakan istilah standar tersebut, maka istilah standard diberi makna norme, sedangkan
etalon dalam bahasa Inggris diartikan measurement standard. Bagian ini terutama akan
membahas standard dalam pengertian norme, sedangkan etalon atau measurement standard akan
dibahas secara khusus di Bab mengenai Metrologi. Standar memiliki cakupan bidang luas dan
bersifat inter-disiplin ilmu. Tidak mengherankan, telah dikembangkan banyak pengertian
mengenai standar dan standardisasi. Di banyak negara, sebagaimana tertuang dalam regulasi
yang ditetapkan, pengertian standar dan standardisasi dirumuskan berbeda.
Menurut UU No. 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian standar adalah
persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan
memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan
ilmu pengetahuan danmemperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.Sedangkan Standardisasi
adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan, memelihara, memberlakukan, dan
mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua Pemangku
Kepentingan.Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang
ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dr. Koi Annan, Sekretaris Jenderal PBB periode 1997-2006, mengatakan bahwa standardisasi
memberi kontribusi istimewa dalam berbagai bidang penting di antaranya di bidang kesehatan,
keselamatan, keamanan, lingkungan, transportasi dan teknologi informasi (ISO Management
System, Edisi November-Desember 2004, halaman 23). Sejalan dengan pandangan Dr. Koi
Annan, standardisasi terbukti memberikan manfaat yang secara umum dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1) Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam perdagangan domestik maupun
internasional dengan menghilangkan hambatan teknis dalam perdagangan melalui harmonisasi
standar.
3) Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus pada mutu, keamanan, keselamatan, kesehatan
dan pelestarian lingkungan.
Secara lebih khusus, standardisasi juga memberi manfaat kepada konsumen, produsen, pemasok,
dan kalangan ilmuwan:
Dari uraian di atas sangat nyata bahwa standardisasi memiliki tujuan yang sangat luas. Namun
pada dasarnya, tujuan standardisasi terarah pada peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari
hampir di setiap bidang. Agar tujuan tersebut dapat direalisasikan, mengacu pada ketentuanUU
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (pasal 2), pengembangan standardisasi dilakukan dengan
berpegang pada prinsip sebagai berikut:
1) Manfaat.
2) Konsensus dan tidak memihak
3) Transparansi dan keterbukaan
4) Efektif dan relevan.
5) Koheren.
6) Dimensi pembangunan nasional.
7) Kompeten dan tertelusur.
Standardisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh pengusaha, berupa perizinan atau regulasi
yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah Izin Edar BPOM, PIRT, Halal,
Batas Maksimal Residu Pestisida dan Batas Kontaminasi (melalui Sertifikasi Analisis atau
COA), dan lain-lain.
Standardisasi dan sertifikasi yang tidak wajib namun dibutuhkan/dituntut oleh pasar pada
umumnya (diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya adalah Halal, Good
Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP), Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO tertentu, serta terkait
HKI (Hak Kekayaan Intelektual) seperti Merek dan Paten.
Standardisasi dan sertifikasi yang diminati oleh segmen pasar tertentu (diterbitkan oleh instansi
pemerintah maupun swasta). Contohnya Organik, Eco-friendly, Fair Trade, Vegan. Disini
terdapat juga standar spesifikasi teknis terkait kualitas produk seperti bentuk, rasa, bahan untuk
memenuhi kebutuhan segmen pembeli/konsumen tertentu.
Berikut di bawah ini adalah gambar tabel standar/sertifikasi yang wajib dan umum serta berlaku
di bidang usaha.
2.4.6 Standar Nasional Indonesia (SNI) dan International Organization for Standardization (ISO)
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sebenarnya, penerapan SNI dan ISO
dalam standar sistem manajemen mutu adalah sama. Hal itu merujuk ke lembaga pemerintah
yang ditunjuk untuk bertugas dan bertanggung jawab di bidang standardisasi dan penilaian
kesesuaian, yaitu Badan Standardisasi Nasional (BSN). BSN merupakan anggota International
Organization for Standardization (ISO), suatu organisasi Internasional yang menghasilkan
standar (ISO) yang berpusat di Jenewa, Swiss. BSN sesuai tugas dan fungsinya melakukan
harmonisasi dengan standar internasional. Jadi, bisa dikatakan, lembaga pemerintah itu
mengadopsi secara identik dengan menerjemahkan keseluruhan isi dari dokumen ISO menjadi
SNI. Akan tetapi, BSN dapat pula melakukan adopsi dengan memodifikasi standar ISO. Hal itu
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa SNI yang
mengadopsi ISO sudah setara dengan standar internasional.
1) Perlindungan konsumen, tenaga kerja yang membuat produk, dan masyarakat dari aspek
keselamatan, keamanan, dan kesehatan,
2) Pertimbangan keamanan negara,
3) Tuntutan perkembangan ekonomi dan kelancaran iklim usaha dan persaingan yang sehat
4) Fungsi lingkungan hidup, maka pemerintah menetapkan produk-produk tertentu yang
wajib memiliki SNI sebelum diedarkan di masyarakat.
2) ISO 9001: merupakan sistem manajemen mutu yang paling populer dan sempat diperbaharui.
Versi ISO 9001 yang terbaru adalah ISO 9001:2008. Tujuan utama dari ISO versi ini adalah
menaikkan efektivitas manajemen mutu dengan memanfaatkan pendekatan proses. Pendekatan
proses mengedepankan aktivitas identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan
berkesinambungan.
3) ISO 5001: merupakan standar yang ditetapkan sebagai sistem manajemen energi. Tujuan
utamanya adalah membantu berbagai lembaga untuk membangun sistem dan proses pemanfaatan
energi. Misalnya dalam kinerja, efisiensi, juga konsumsi energi. ISO 5001 dirancang sebagai
standar yang dapat diaplikasikan dengan standar lain, sehingga penerapannya dapat diaplikasikan
dalam berbagai bidang usaha.
Referensi:
Indonesia, UKM. 2020. “Pentingnya Standardisasi & Sertifikasi sebagai Bukti Formal
Kualitas”, https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/297, diakses pada 15 Maret 2022 pukul
19.08.
Standarisasi Nasional, Badan. 2014. Pengantar Standardisasi: Edisi Kedua. Jakarta: BSN.
https://drive.google.com/file/d/16-USb80k2l5hGXmdtW5E65oIwF4O-CYv/view?usp=drivesdk