Anda di halaman 1dari 11

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kondisi pandemi seperti saat ini yang notabene membatasi segala aktivitas manusia baik
aktivitas sosial maupun ekonomi tentunya membutuhkan banyak inovasi untuk mengurangi
dampak dari pembatasan tersebut. Dalam kegiatan ekonomi khususnya, inovasi untuk tetap
bertahan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan ekonomi yang berdampak terhadap
kesejahteraan pihak-pihat terkait baik produsen, distributor maupun konsumen. Meskipun
perlu sedikit pengorbanan maupun strategi yang harus dilakukan dan bahkan menyebabkan
berkurangnya laba terhadap pihak-pihak yang berkaitan dalam hal ini produsen maupun
distributor. Hal tersebut sebetulnya adalah kunci utama dalam menggaet ulang konsumen
karena pada masa pandemi faktanya masyarakat mengurangi konsumsi terhadap kebutuhan-
kebutuhan khususnya kebutuhan sekunder dan tersier.

Alasan pemilihan judul laporan Kuliah Kerja Lapang "UMKM KUD Ponggok Baru Gerai Bazar
Maspion Sebagai Strategi guna Mempertahankan Keberlangsungan Kegiatan dan Kesejahteraan
Ekonomi di Masa Pandemi" adalah bahwasannya berdasarkan hasil dari wawancara dengan
narasumber terkait peneliti menemukan keunikan pada UMKM KUD Ponggok Citra Baru yang
didirikan di masa pertengahan pandemi dengan bekerjasama dengan Maspion Group. Seperti
yang dikatakan oleh Bupati Blitar, beliau Ibu Hj. Rini Syarifah yang dilansir dari halaman berita
blitarkab.go.id bahwasanya UMKM milik koperasi harus melakukan inovasi produk pada masa
pandemi. Sebab, banyak pelaku umkm terpaksa gulung tikar. Dengan menciptakan produk
kreatif dan inovasi sesuai kebutuhan pasar dapat menjadi strategi koperasi. Sehingga untuk
menjaga keberlangsungan usaha dengan selalu menjaga standart kualitas produk.

Berangkat dari statement tersebut dan hasil wawancara yang dominan memberikan informasi
terkait latar belakang berdirinya UMKM KUD Citra Ponggok baru maka penulis memilih judul
tersebut dan berharap dapat menjadi hasil laporan Kuliah Kerja Lapangan yang bermanfaat dan
menginovasi ke depannya.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Kuliah Kerja Lapang

1.2.1 Tujuan Kuliah Kerja Lapang

1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai UMKM KUD Citra Ponggok Baru

2. Untuk mengetahui sistem permodalan dan perolehan pendapatan pada UMKM KUD Citra
Ponggok Baru

3. Untuk mengetahui kebijakan yang diterapkan di masa pandemi pada UMKM KUD Citra
Ponggok Baru.

4. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan UMKM KUD Citra Ponggok Baru guna
mempertahankan keberlangsungan kegiatan dan kesejahteran ekonomi di tengah pandemi.

1.2.2 Kegunaan Kuliah Kerja Lapang

1 . Peneliti mendapatkan pengalaman kerja secara langsung di lapangan.

2. Menambah pengetahuan peneliti mengenai strategi dalam mempertahankan


keberlangsungan kegiaatan dan kesejahteraan ekonomi di masa pandemi.

3. Memberikan inovasi terhadap pembaca terkait strategi dalam mempertahankan


keberlangsungan kegiaatan dan kesejahteraan ekonomi di masa pandemi.

4. Sebagai kesempatan untuk bisa menyalurkan atau memberikan sedikit saran maupun
masukan terhadap objek Kuliah Kerja Lapangan untuk lebih baik ke depannya.

1.3 Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

1.3.1 Periode Persiapan

Periode persiapan Kuliah Kerja Lapangan diawali dengan kegiatan sosialisasi KKL yang dihadiri
oleh Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Jember, para dosen pembimbing KKL
dan mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Jember angkatan 2019 yang dalam
hal ini adalah peserta KKL. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan pada 19 Oktober 2021 pukul 18.00
WIB melalui Zoom Meeting dan membahas gambaran umum tentang ketentuan KKL.
Selanjutnya kegiatan persiapan KKL yang dilakukan oleh peneliti adalah survey terkait objek KKL
yang sudah menjadi pandangan untuk dijadikan objek penelitian KKL. Pada awalnya peneliti
mendatangi BUMDES di desanya yakni Desa Ponggok Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar,
namun setelah berkomunikasi dengan pengelola ternyata BUMDES tersebut tidak mampu
memberikan jawaban sesuai point-point pada kuesioner KKL, karena BUMDES tersebut masih
berjalan beberapa bulan dan usahanya masih sangat kecil

Kemudian peneliti melakukan survey ke sasaran objek kedua yakni UMKM milik KUD di desa
tersebut. Sebelum itu peneliti memang sudah tertarik dengan judul plang yang tertera di depan
toko UMKM tersebut, kemudian serching di internet terkait UMKM KUD tersebut dan
menemukan keunikan tersendiri dari hasil membaca berita di internet tersebut. Akhirnya
peneliti mendatangi UMKM milik KUD tersebut dan melakukan persetujuan guna dijadikan
objek KKL dan mengatur jadwal wawancara sembari menunggu surat orientasi lapangan.

1.3.2 Periode Pelaksanaan KKL

Periode pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan yang pertama yaitu kegiatan tatap muka via zoom
oleh dosen pendamping KKl yang dilaksanakan seminggu sekali di hari sabtu sesuai jadwal KKL
pada masing-masing kelas. Pada tatap muka pertama tanggak 23 Oktober 2021 dihadiri oleh
dosen pembimbing kelompok A yaitu Ibu Umi Cholifah, S.HI, M.H. yang menjelaskan terkait
penyusunan layout laporan KKL dan pembagian kelompok KKL guna mempermudah koordinasi
dan bimbingan. Selanjutnya pada tatap muka kedua tangg 30 Oktober 2021 dihadiri oleh dosen
pembimbing kelompok C yakni Bapak Okyviandi Putra Erlangga, S.EI., M.SEI. yang menjelaskan
terkait teknik wawancara. Dan tatap muka terakhir pada tanggal 6 November dihadiri oleh
dosen pembimbing kelompok C yaitu Bapak Musa Alkadzim, S.Ag, M.Ag.q

Selanjutnya untuk periode pelaksanaan yang kedua yaitu terjun lapang ke objek KKL yakni
UMKM KUD Citra Ponggok Baru guna melakukan wawancara kepada narasumber dan
melakukan dokumentasi pada hari Selasa dan Kamis yakni tanggal 9 dan 11 November 2021.
Pada hari Selasa,9 November 2021 peneliti hanya menyerahkan surat orientasi lapang serta
menyerahkan daftar kuesioner pertanyaan berdasarkan permintaan narasumber guna dipelajari
dan menyiapkan jawaban yang nantinya diinformasikan ketika wawancara. Kemudian di hari
Kamis, 11 November 2021 barulah terlakasana proses wawancara dan dokumentasi.
1.3.3 Periode Pelaporan KKL

Periode ini merupakan periode penyusunan laporan KKL sesuai hasil wawancara peneliti.
Penyusunan laporan ini berlangsung sejak selesainya wawancara hingga akhir batas
pengumpulan laporan KKL yakni pada tanggal 13 Desember 2021.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi, Kriteria dan Ciri-ciri UMKM

Terdapat beberapa definisi menengenai usaha mikro, kecil, dan menengah. Diantaranya
sebagai berikut:

Definisi UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Bab 1 Pasal 1:

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha bukan merupakan anak cabang
perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Selanjutnya definisi UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UMKM dalam Aufar (2014:8) :

Usaha Kecil (UK), termasuk usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan
bersih paling banyak Rp.200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah
(UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp.200.000.000 s.d. Rp.10.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan.

Kemudian definisi UMKM menurut Bank Indonesia dalam Aufar (2014:9) :

Usaha kecil adalah usaha produktif milik warga negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha
orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan
hukum seperti koperasi; bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki, dikuasai
atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 200.000.000 per tahun, sedangkan usaha
menengah merupakan usaha yang memiliki kriteria aset tetapnya dengan besaran yang
dibedakan antara industry manufaktur (Rp. 200.000.000 s.d.Rp. 500.000.000) dan non
manufaktur (Rp. 200.000.000 s.d. Rp.600.000.000).

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa UMKM adalah usaha milik orang
perorangan badan usaha yang bukan merupakan anak atau cabang dari perusahaan lain dengan
kriteria memiliki modal usaha yang memiliki batasan-batasan tertentu.

Agar dapat membedakan UMKM diperlukan kriteria dan ciri-ciri tertentu dalam menggolongkan
UMKM. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM, UMKM
digolongkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

A. Kriteria usaha mikro

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6. Memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

B. Kriteria usaha kecil

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp.300.000.000 ( tiga ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

C Kriteria usaha menengah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta
rupiah)dan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).

2.2 Definisi Bazar

Bazar merupakan pengertian pasar dalam bahasa arab. Bazar bermakna suatu peranata
ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai
segala aspek dari masyarakat, dan suatu dunia sosial budaya yang lengkap dalam sendirinya
(Damsar dan indrayani, 2018).

Selanjutnya Bazar yaitu /ba·zar/n pasar yang sengaja diselenggarakan untuk jangka waktu
beberapa hari; pameran dan penjualan barang-barang kerajinan, makanan, dan sebagainya
yang hasilnya untuk amal; pasar amal. (KBBI)

Bazar juga didefinisikan sebagai sebuah wilayah berdagang permanen, pasar, atau jalan di mana
toko-toko barang dan jasa dipertukarkan atau dijual. Kata ini berasal dari bahasa Persia, bāzār,
etimologi yang akan kembali ke kata Persia Tengah baha-char, yang berarti “tempat harga”.

Di Amerika Utara, istilah ini dapat digunakan sebagai sinonim untuk “penjualan barang-barang
bekas”, untuk menggambarkan acara penggalangan dana amal yang diselenggarakan oleh
gereja atau organisasi masyarakat lainnya, yang disumbangkan, barang bekas, seperti buku,
pakaian, dan barang-barang rumah tangga yang dijual dengan harga yang rendah, atau lain
barang mungkin baru dan buatan tangan, pada bazar gereja Natal. (Wikipedia).

2.3 Tentang Maspion

PT. Maspion merupakan salah satu produsen perlengkapan konsumen terbaik di dunia.
Perusahaan ini berkembang dengan beberapa anak perusahaan yang bernaung di bawah nama
Maspion Group. Perusahaan ini telah memiliki reputasi baik dalam pembuatan berbagai
rangkaian produk peralatan rumah tangga berkualitas yang meliputi peralatan dapur, peralatan
rumah tangga plastik dan peralatan listrik. Selain itu, Maspion juga memproduksi pipa PVC dan
PE yang digunakan untuk keperluan perumahan dan rumah tangga. Maspion telah memiliki
jaringan distribusi yang tersebar secara global baik di dalam maupun luar negeri melalui
distributor, agen, pengecer, atau kantor cabang. Dalam perkembangannya, Maspion telah
dikenal sebagai OEM (Original Equipment Manufacturing) yang terkemuka di dunia. Terbukti
bahwa Maspion telah memasok produk-produk buatannya di berbagai toko ritel dan grosir di
Amerika Serikat dan negara-negara besar lain di dunia.

Tak hanya puas dengan merek dagang Maspion, perusahaan juga mulai memperluas lini
produksi perlengkapan dapur non stik dengan merek ‘Maxim’ dan ‘Tivoli’ sejak tahun 1987
serta peralatan dapur dari bahan enamel dengan merek ‘Panda’ pada tahun berikutnya. Pada
tahun 1989, Maspion juga berhasil memproduksi kulkas melalui anak perusahaannya yang
berlabel PT. Maspion Elektronik sejalan dengan perluasan dalam produksi pipa, PVC dan
Polyfoam. Pada tahun 1990 perusahaan melakukan joint venture guna memproduksi lampu
Fluorescent di bawah nama PT. TFC Maspion Indonesia. Dengan ini perusahaan juga mulai
memproduksi kipas langit-langit melalui anak perusahaannya yakni PT. Alaskair Maspion. Tiga
tahun kemudian, kipas angin dengan merek ‘Uchida’ mulai diproduksi.

Pada tahun 1996, Maspion kembali mendirikan anak perusahaan yang kemudian diberi nama
PT. Ishizuka Maspion Indonesia. Anak perusahaan ini merupakan perusahaan patungan dengan
Ishizuka Glass asal Jepang untuk memproduksi gelas. Di samping itu, PT. Siam Maspion
Polymers juga mulai didirikan yang merupakan perusahaan patungan Maspion dengan
perusahaan yang berbasis di Thailand yakni Siam Cement Group untuk memasok bahan baku
pipa PVC. Kerja keras yang dilakukan Maspion akhirnya membuahkan hasil saat PT. Maspion
Elektronik berhasil menerima sertifikasi ISO 9002:1994 pada tahun 1997 serta sertifikasi ISO
9001 pada tahun 2000. Pada tahun 2002, Maspion menerima sertifikasi ISO 9001 melalui PT.
Alaskair Maspion, sertifikasi ISO 9001:2000 melalui PT. Maspion Elektronik serta sertifikasi ISO
9001 melalui PT. Maspion Kencana pada tahun berikutnya. Pada Juli 2003, Maspion berhasil “go
public” dengan menerbitkan obligasi pertama sebesar Rp 500 miliar di Bursa Efek Surabaya.
Dengan visi “menciptakan masa depan yang lebih baik bersama-sama dan untuk melayani
masyarakat dan negara melalui pengembangan bisnis dan fasilitas”, Maspion berkembang
semakin mantap dengan mempekerjakan lebih dari 13.000 orang karyawan dengan fasilitas
produksi yang di empat kawasan industri di Sidoarjo dan Gresik, Jawa Timur serta satu pabrik
di Jakarta. Hingga saat ini Maspion telah membawahi beberapa anak perusahaan yang bergerak
dalam setidaknya tujuh bisnis inti yakni produk konsumen, produk industri konsumen, material
konstruksi bangunan, hotel & properti, layanan keuangan, perdagangan dan industri penunjang
lainnya. (Tryning Rahayu Setya W, 2012).

2.4 Definisi Strategi

Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selanjutnya Quinn
(1999:10) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan
tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi
menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu
penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk
yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan
kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan
yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang disusun
oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan,
kebijakan, dan tindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan
eksistensi dan menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki
keunggulan kompetitif.

2.5 Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi adalah kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu masyarakat
untuk memproduksi barang dan jasa maupun mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa
tersebut (lista Kuspriatni, Pengantar Ekonomi 1).

Kegiatan ekonomi terdiri atas kegiatan produksi, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi
yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Para pelaku ekonomi terdiri dari empat yaitu :

1. Rumah Tangga Konsumen (RTK)


2. Rumah Tangga Produsen (RTP)
3. Pemerintah
4. Masyarakat Luar Negeri

Kelompok Rumah Tangga Produsen dalam arti ekonomi merupakan individu atau badan usaha
untuk menciptakan atau menambah guna suatu barang atau benda untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Pemerintah melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Kebijakan fiskal
2. Kebijakan Moneter dan
3. Kebijakan non moneter dan non fiskal

Kelompok Rumah Tangga Konsumen (RTK) melakukan kegiatan – kegiatan pokok sebagai
berikut:

1. Menerima penghasilan dari para produsen/perusahaan yang berupa sewa, upah dan
gaji, bunga, dan laba.
2. Menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-simpanan
mereka.
3. Menjalankan penghasilan tersebut di pasar barang (sebagai konsumen).

2.6 Kesejahteraan Ekonomi

Pengertian kesejahteraan menurut UU tentang kesejahteraan yakni suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial materiil maupun spiritual tang diliputi oleh rasa keselamatan,kesusilaan dan
ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban
manusia sesuai dengan Pancasila (Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 Pasal 2 ayat 1).

Kesejahteraan ekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi
mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi dari ekonomi makro dan akibat
distribusi pendapatan yang saling berhubungan (Drs. Lincoln Arsyad, 1999).
2.7 Dampak Pandemi terhadap UMKM

Menurut Hardilawati (2019, p. 91) menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 ini akan berdampak
secara signifikan terhadap UMKM, hal ini dikarenakan adanya pembatasan operasional usaha
dan berkurangnya penjualan serta hilangnya pangsa pasar sebagai akibat dari diberlakukannya
PSBB sehingga masyarakat membatasi kegiatan di luar rumah. Pengurangan produksi dilakukan

karena daya beli masyarakat turun sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang juga ikut
turun dan terutama dikarenakan adanya kebijakan pembatasan sosial yang menyebabkan
masyarakat untuk sementara waktu melakukan semua kegiatan dari rumah atau istilah yang
dikenal dengan Work From Home, seperti kegiatan belajar, bekerja dan beribadah semuanya
dilakukan dari rumah.

Anda mungkin juga menyukai