Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha, dan diberi imbuhan ke-an.
Wira dapat diartikan sebagai ksatria, pahlawan, pejuang atau gagah berani.
Sedangkan usaha adalah bekerja atau melakukan sesuatu. Jadi, pengertian
kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah perilaku dinamis yang berani
mengambil risiko serta kreatif dan berkembang. Sedangkan, pengertian wirausaha
(entrepreneur) adalah seseorangyang tangguh melakukan sesuatu, dari pengertian
diatas pasti anak muda sekarang mau untuk berrwirausaha karena dalam jiwa
muda mempunyai rasa semangat untuk menjadi seorang pahlawan untuk
mengembangkan dan mensejahterakan orang banyak. Kewirausahaan adalah hasil
latihan dan praktek. (Purnomo, Sudirman, Hasibuan, & Sudarso, 2020)
Menurut suryana (2013), Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapinya. Orang yang berperan dalam kegiatan kewirausahaan adalah
wirausahawan. Wirausahawan juga adalah orang yang melakukan kegiatan atau
aktifitas wirausaha yang mempunyai keinginan, bakat dan kemamouan dalam
mengenali produk baru, menentukan tata cara dalam produksi, menyusun
manajemen operasi untuk pengedaan produk baru, memasarkan produk serta
mengatur permodalan dan pengelolaan keuangan (Bahri, 2019). Wirausahawan
merupakan seorang inovator yang dapat mengubah suatu kesempatan menjadi
sebuah ide bisnis yang dapat bernilai tambah. Wirausahawan juga berperan besar
dalam perekonomian, yaitu dengan turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan menciptakan lapangan kerja yang akan berdampak pada peningkatan
pendapatan negara. Untuk itu, generasi muda khususnya mahasiswa perlu
didorong untuk menjadi Wirausahawan.
2.2 UMKM
2.2.1 Pengertian UMKM
Pada Bab I pasal 1 UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), maka yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam UndangUndang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
Berdasarkan definisi di atas maka pada intinya Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah adalah suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
2.2.2 Karakteristik UMKM
UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Berikut ini adalah karakteristik dari UMKM:
Usaha Mikro
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
3. Belum melakukan administrasi keuangan yg sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai;
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya belum akses
kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non
bank; Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Usaha Kecil
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sdh menetap tdk berpindah-pindah;
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha;
6. Sebagian sdh akses ke perbankan dlm keperluan modal;
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning.
Usaha Menengah
1. Umumnya memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur
bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah
ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
Selain itu, berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan, UMKM memiliki
karakteristik tersendiri antara lain:
a. Kualitas komiditi belum standar, karena sebagian besar UMKM belum
memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Produk yang dihasilkan
dalam bentuk handmade sehingga standar kualitasnya beragam.
b. Desain produknya terbatas karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
mengenai produk. Mayoritas UMKM bekerja berdasarkan pesanan, belum
banyak yang berani mencoba berkreasi desain baru.
c. Jenis produk yang terbatas karena UMKM hanya memproduksi beberapa
jenis produk saja. Apabila terdapat permintaan model baru, UMKM sulit
untuk memenuhinya dan jika menerimanya maka memerlukan waktu lama
dalam pengerjaannya
d. Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas sehingga konsumen kesulitan.
e. Bahan baku kurang terstandar, karena bahan bakunya diperoleh dari berbagai
sumber yang berbeda.
f. Kontinuitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna, karena produksi
belum teratur dan biasanya produk-produk
2.2.3 Peran UMKM
Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran
sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi yakni dalam rangka penyedia
lapangan kerja, pemain penting dalam perekonomian lokal dan pemberdayaan
masyarakat, pencipta pasar baru, dan kontribusinya terhadap PDB dan neraca
pembayaran. Salah satu cara mengetahui peran UMKM dalam perekonomian
adalah melalui Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai barang-
barang dan jasa yang diproduksi di dalam negara dalam satu tahun tertentu.
Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu
selama peride waktu tertentu. Adapun peran UMKM dalam perekonomian
Indonesia yaitu:
a. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai
sektor.
b. Penyedia lapangan kerja yang terbesar.
c. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat.
d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.
e. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
2.2.4 Cara Mengembangkan UMKM
Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan konseptual, teoritis, teknis, dan moral individu sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pengembangan UMKM lebih diarahkan untuk menjadikan pelaku ekonomi yang
berdaya saing melalui perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas
yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar,
pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi.
Pengembangan usaha merupakan usaha memperbaiki pelaksanaan pekerjaan
yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberikan informasi,
mempengaruhi sikap-sikap atau menambah kecakapan. Tahapan pengembangan
usaha diantaranya yaitu:
1. Identifikasi peluang
2. Merumuskan alternatif usaha
3. Seleksi Alternatif
4. Pelaksanaan alternatif terpilih
5. Evaluasi
Adapun jenis-jenis strategi pengembangan usaha yaitu:
1. Strategi pengembangan produk
2. Strategi pengembangan pasar
3. Strategi pengembangan yang terkonsentrasi
4. Strategi Inovatif
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan UMKM berdasarkan
SO (Growth) yang tertuang dalam matriks SWOT menunjukan bahwa terdapat
sepuluh strategi diantaranya yaitu:
1. Menjaga hubungan baik dan memberikan pelatihan kepada karyawan
2. Mengikuti program pengembangan kredit bunga ringan untuk menambah
modal usaha.
3. Melakukan pembaruan alat produksi
4. Melakukan pengembangan produk dengan tetap menjaga kualitas dan
legalitas produk
5. Melakukan pemasaran dan promosi secara online
6. Menjaga aset dengan baik
7. Memperhatikan kondisi pasar dan peluang pasar
8. Mengikuti pembinaan pengembangan program UMKM baik yang diadakan
oleh pemerintah maupun pihak swasta.
9. Menyediakan bahan baku yang berkualitas
10. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah disediakan Dinas Koperasi
dan UMKM.
2.2.5 Contoh UMKM
Usaha mikro, kecil, dan menengah memiliki beragam contoh di setiap
bidangnya, baik dibidang kuliner, fashion, kerajinan tangan, bahkan dalam hal
pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti usaha toko kelontong. Berbicara tentang
UMKM di bidang kuliner tidak akan ada habisnya. Usaha ini menjual berbagai
jenis makanan (berat dan ringan) atau minuman. Usaha di bidang ini menjadi
pilihan banyak orang ketika akan memulai sebuah usaha. Hal ini karena makanan
dan minuman adalah kebutuhan pokok yang selalu dicari banyak orang. Misalnya
seperti toko oleh-oleh sanjai.
Sanjai adalah sejenis cemilan kerupuk dari singkong yang diparut tipis lalu
digoreng dan diberi garam sebagai penyedapnya. Kerupuk ini amat populer
sebagai makanan oleh-oleh khas Nagari Sanjai, Kota Bukittingi, Sumatera Barat.
Populernya cemilan ini menjadikannya sebagai makanan yang wajib dibeli jika
sedang berkunjung ke sumatera barat, hal tersebut menjadi ladang usaha bagi
masyarakat sekitar salah satunya toko oleh-oleh.
2.3 Manajemen Usaha
 Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage yang artinya
mengendalikan, mengatur, menjalankan, memimpin, dan membina. Secara
umum, istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu pertama
manajemen sebagai proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas dari orang-
orang yang melakukan aktivitas manajemen, ketiga manajemen sebagai suatu
seni dan ilmu. Konsep manajemen muncul sebagai konsekuensi logis dari
tidak seimbangnyapengembangan teknis dengan kemampuan sosial. Istilah
manajemen dikemukakan oleh berbagai ahli dari sudut pandang yang
berbeda, sesuai dengan latar belakang yang dimiliki.
 Unsur-Unsur Manajemen
Adapun unsur-unsur manajemen diantaranya yaitu:
1. Man (manusia)
Unsur yang utama dalam manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya adalah manusia atau man. Manusia adalah
mereka yang telah memenuhi syarat tertentu dan telah menjadi unsur
yang tidak terpisahkan dari organisasi atau badan usaha tempat ia
bekerja. Manusia diperlukan dalam manajeman untuk melaksanakan
beberapa aktivitas dalam mencapai tujuan, misalnya dalam kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Money (uang)
Untuk melakukan berbagai kegiatan diperlukan uang. Uang digunakan
untuk menggaji pegawai, membeli peralatan- peralatan, membeli bahan-
bahan baku, dan sebagainya. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan (organisasi).
3. Material (bahan-bahan material)
Material atau bahan-bahan merupakan alat atau unsur manajemen untuk
mencapai tujuan. Material ini digunakan sebagai bahan dasar yang
digunakan dalam proses produksi, misalnya pada perusahaan roti.
Perusahaan roti tentunya akan membutuhkan bahan-bahan seperti tepung
terigu, telur, gula, dan sebagainya untuk menghasilkan roti.
4. Machine (mesin)
Mesin digunakan oleh manajemen dalam proses pelaksanaan kegiatan,
apalagi di masa sekarang di mana ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berkembang dan maju dengan pesat. Mesin telah banyak membantu
manusia dalam pekerjaannya dalam pencapaian tujuan.

5. Methods (cara kerja)


Methods atau metode adalah cara melakukan pekerjaan. Agar kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dapat efektif dan efisien maka diperlukan
berbagai alternative.
6. Market (pasar)
Bagi badan usaha yang khususnya bergerak di bidang industri maupun
badan usaha lain yang bertujuan mencari laba, maka unsur manajemen
yang penting lainnya adalah pasar. Tanpa adanya pasar untuk
memperkenalkan, memasarkan atau menjual hasil produksi maka tujuan
badan usaha tersebut tidak akan tercapai.
 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah proses kegiatan yang saling berkaitan secara
keseluruhan untuk mencapai tujuan organisasi atau badan usaha. Beberapa
bentuk badan usaha, di antaranya perusahaan perseorangan, persekutuan
firma, persekutuan komanditer, dan perseroan terbatas (PT). Fungsi-fungsi
manajemen bersifat universal dan digunakan diperusahaan-perusahaan besar,
kecil, maupun multinasional, organisasi kemasyrakatan, dan sebagainya.
Adapun fungsi manajemen yaitu:
1. Planning (Perencanaan)
Tahap awal dan paling mendasar dari setiap kegiatan adalah perencanaan.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, strategi, dan kebijakan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti
mengupayakan penggunaan sumber daya manusia, sumber daya alam,
dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah proses pembagian tugas, wewenang, dan
sumber daya di antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi yang berbeda akan melahirkan pengorganisasian yang
berbeda pula. Jadi, pengorganisasian berarti menetapkan sistem
organisasi yang dianut organisasi tersebut dan mengadakan pembagian
kerja agar tujuan dapat direalisasikan dengan mudah.

3. Actuating (Penggerakan)
Penggerak merupakan kegiatan menggerakkan orang-orang untuk
mencapai tujuan dengan strategi yang telah ditetapkan dalam
perencanaan dan organisasi yang telah dibentuk. Proses ini terjadi dengan
kepemimpinan (leadership). Gaya kepemimpinan yang kita kenal antara
lain otoritas dan demokratis. Masing-masing gaya kepemimpinan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Gaya kepemimpinan yang otoriter
tidak selalu jelek, misalnya gaya ini baik diterapkan saat kondisi
perusahaan tidak menentu dan perlu keputusan cepat dan tepat.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan sering disebut juga dengan pengaturan (leading), yaitu proses
memotivasi, membimbing, dan mengarahkan karyawan dalam rangka
mencapai tujuan. Seorang pemimipin dituntut untuk dapat
berkomunikasi, memberikan petunjuk, berinisiatif, serta dapat
memberikan stimulus kepada para karyawannya. Berhasil tidaknya
tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan,
pemberian motivasi, dan pengembangan komunikasi dari atasan kepada
bawahan. Motivasi sendiri memiliki pengertian usaha untuk
mengefektifkan pekerjaan dengan mencurahkan perhatian, tenaga, dan
Pikirannya secara penuh kepada usaha pekerjaan yang disebabkan oleh
faktor kebutuhan ekonomi sekaligus merupakan alat dan tujuan untuk
mencapai kepuasan. Komunikasi memiliki arti menceritakan,
mencapaikan suatu maksud atau tujuan yang berupa gagasan, ide, dan
pengaruh sehingga orang lain mengerti akan apa yang kita inginkan.
5. Controlling (pengawasan)
Pengawasan atau disebut juga pengendalian, yaitu fungsi manajemen
yang berhubungan dengan prosedur pengukuran hasil kerja terhadap
tujuan perusahaan. Dengan kata lain, pengontrolan atau pengendalian
adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai
dengan aktivitas yang direncanakan. Setelah tahap penggerakan, tahap
selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah pengawasan. Setelah
semua direncanakan, dipersiapkan, dan dilaksanakan, maka pengawasan
perlu dilakukan. Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksanaan tidak
salah dan sesuai dengan yang direncanakan.
 Manfaat Manajemen
Adapun manfaat menerapkan manajemen dalam menjalani usaha yaitu:
1. Membantu dalam menyusun strategi bisnis
Strategi bisnis ini penting untuk menjalankan bisnis ke depannya. Di
mana hal ini berguna untuk mengatasi atau meminimalisir terjadinya
permasalahan-permasalahan yang terjadi.
2. Membantu dalam mengalokasikan sumber daya dan waktu
Manajemen memang sering terkait bagaimana mengatur berbagai hal
seperti mengatur sumber daya dan waktu. Untuk itu ketika seorang
pelaku bisnis memiliki manajemen bisnis yang baik maka juga akan
membawa dampak pada cara alokasi sumber daya dan waktu dengan baik
pula. Sehingga kegiatan-kegiatan bisnis yang akan dijalankan ataupun
yang telah direncanakan dapat berjalan efektif dan efisien.
3. Membantu menciptakan perilaku bisnis positif
Dalam hal menciptakan perilaku bisnis yang positif, manajemen bisnis
yang baik ini memiliki beberapa dampak, seperti misalnya:
 Membantu dalam mengintegrasikan perilaku pelaku bisnis pada
suatu organisasi atau kelompok
 Mendorong pelaku bisnis untuk berpikir pada masa depan
 Menjadikan pelaku bisnis menjadi kooperatif
 Meningkatkan kedisiplinan dan formalitas pada manajemen bisnis
Maka tidak heran jika manajemen bisnis ini memiliki dampak yang besar
untuk kesuksesan bisnis yang dijalankan.
4. Membantu meningkatkan kesadaran tentang adanya ancaman
Sebagai pelaku bisnis harus mampu berpikir banyak hal termasuk
ancaman atau risiko yang akan dihadapi dan solusi yang akan dijalankan.
Di mana untuk mengatasi hal tersebut dapat dengan cara menerapkan
manajemen bisnis dengan baik. Sehingga ketika adanya ancaman-
ancaman terhadap bisnis yang dijalankan maka pelaku bisnis tidak perlu
khawatir karena telah menyiapkan solusi atau rencana lain.
5. Membantu meningkatkan kinerja dalam berbisnis
Salah satu manfaat dari manajemen bisnis adalah membantu
meningkatkan kinerja dalam berbisnis. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, manajemen bisnis mampu memberikan berbagai dampak
positif sehingga secara langsung akan mampu meningkatkan kinerja
dalam berbisnis. Dengan kondisi tersebut maka juga akan membantu
mengembangkan bisnis yang dijalankan untuk mencapai kesuksesan.
6. Membantu dalam menyusun target kerja
Selain dapat membantu dalam menyusun strategi bisnis, manajemen
bisnis juga dapat membantu dalam menyusun target kerja. Maksud dari
target kerja ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan
beserta prioritas kegiatan bisnis. Sehingga ketika pelaku bisnis
menerapkan atau memiliki manajemen bisnis dengan baik, maka segala
proses atau kegiatan yang ada akan terselesaikan dengan tepat waktu dan
sesuai dengan target.
7. Membantu dalam mempertahankan bisnis
Manajemen bisnis yang baik secara langsung akan mampu
mempertahankan bisnis. Seperti yang kita ketahui, saat ini dunia bisnis
memiliki persaingan ketat yang membuat pelaku bisnis perlu melakukan
strategi khusus untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara untuk
mempertahankan bisnis dapat dengan menerapkan atau memiliki
manajemen bisnis yang baik.
8. Membantu dalam menarik perhatian konsumen
Konsumen bukan hanya dapat tertarik dengan kualitas barang atau jasa
yang ditawarkan tetapi juga dapat tertarik karena manajemen bisnis yang
baik. Hal tersebut dikarenakan konsumen juga mampu merasakan baik
tidaknya manajemen pada suatu bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, A., Sudirman, A., Hasibuan, A., Sudarso, A., Sahir, S. H.,
Salmiah, S., Mastuti, R., Chamidah, D., Koryati, T., & Simarmata, J. (2020).
Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia
Bisnis.Yayasan Kita Menulis.
Suryana. 2013. Ekonomi Keatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan
Menciptakan Peluang.Jakarta:Salemba Empat.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
https://www.julo.co.id/blog/peran-umkm-dalam-perekonomian-indonesia.
Di akses pada Selasa, 13 Juni 2023.
Sofyan, Syaakir. Peran UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah)
Dalam Perekonomian Indonesia. Bilancia, Vol. 11 No. 1, Januari-Juni 2017.
Mihani, Thomas Robert Hutauruk. 2020. Strategi Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dapur Etam Sejahtera Samarinda dalam
Meningkatkan Penjualan.Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai