Anda di halaman 1dari 21

RESUME MATERI MATA KULIAH HUKUM BISNIS

MAKALAH

Untuk memenuhi salah satu tugas


Hukum Bisnis

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

ADDZIKRI IMANUL HAFIEZ (10090319306)

Dosen :

REZI MUHAMAD TAUFIK PERMANA, S.E., M.A.B.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis limpah curahkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
“RESUME MATERI MATA KULIAH HUKUM BISNIS”. Penulis menyadari bahwa
makalah ini tidaklah sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat berguna bagi penulis
guna untuk menyelesaikan karya ilmiah lainnya.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku pembimbing yang
sudah memberikan arahan serta tenaga dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa juga
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat menjadi referensi yang berguna
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kekuranngan dalam


penyusunan makalah ini, penulis dengan rendah hati menerima kritik serta saran yang
membangun untuk perbaikan untuk penulis di masa mendatang. Terima Kasih

Hormat Saya,

Addzikri Imanul Hafiez

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1 Pengantar Ekonomi dan Bisnis ................................................................................... 3


2.1.1 Ilmu Ekonomi ........................................................................................................ 3
2.1.2 Pengertian Bisnis................................................................................................... 3

2.2 Pengantar Hukum Bisnis ............................................................................................. 4


2.2.1 Pengertian Hukum Bisnis .................................................................................... 4
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Hukum .................................................................................. 4
2.2.3 Sifat Hukum .......................................................................................................... 5
2.2.4 Studi Kasus ............................................................................................................ 5

2.3 Subjek Hukum .............................................................................................................. 6


2.3.1 Pengertian Subjek Hukum ................................................................................... 6
2.3.2 Studi Kasus ............................................................................................................ 6

2.4 Objek Hukum ................................................................................................................ 7


2.4.1 Konsep Benda Sebagai Objek Hukum................................................................ 7
2.4.2 Pembagian Macam-macam Benda ...................................................................... 7
2.4.3 Studi Kasus ............................................................................................................ 8

2.5 Perjanjia dan Perikatan ............................................................................................... 8


2.5.1 Istilah Perjanjian dan Perikatan ......................................................................... 8
2.5.2 Syarat Sah Perikatan yang Lahir dari Perjanjian ............................................ 9

iii
2.5.3 Berakhirnya Perikatan ......................................................................................... 9
2.5.4 Studi Kasus .......................................................................................................... 10

2.6 Wanprestasi, Ganti Rugi & Force Majeur ............................................................... 10


2.6.1 Wanprestasi ......................................................................................................... 10
2.6.2 Ganti Rugi ........................................................................................................... 11
2.6.3 Force Majeur ....................................................................................................... 11
2.6.4 Studi Kasus .......................................................................................................... 13

2.7 Kontrak dan Transaksi Elektronik ........................................................................... 13


2.7.1 Studi Kasus .......................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15

3.2 Saran ............................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menjalankan dan mengatur operasi perusahaan secara berkelanjutan dan adil, hukum
bisnis merupakan komponen yang sangat penting. Dunia usaha menjadi lebih menantang dan
rumit sebagai akibat dari periode globalisasi yang berkembang pesat. Agar tetap kompetitif
dan menjalankan aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, dunia
usaha dan pelaku bisnis harus mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan hukum yang
terus berubah.

Bagi para praktisi bisnis, mahasiswa, pengusaha, dan pihak terkait lainnya, belajar tentang
hukum bisnis sangat penting dalam situasi ini. Berikut adalah beberapa faktor yang membuat
pemahaman hukum bisnis menjadi sangat penting: (1) Perlindungan Hukum: Memahami hak
dan kewajiban hukum seseorang dimungkinkan dengan mempelajari hukum perusahaan.
Mereka dapat menggunakan informasi ini untuk mempertahankan kontrak, aset, dan hak
properti mereka sambil menghindari masalah hukum yang dapat membahayakan perusahaan.
(2) Peraturan Bisnis: Undang-undang bisnis menyediakan landasan hukum untuk mengatur
praktik bisnis, hak dan kewajiban konsumen, lingkungan bisnis yang kompetitif, hak kekayaan
intelektual, dan berbagai topik lainnya. Memahami hukum bisnis memungkinkan pelaku bisnis
untuk mematuhi aturan-aturan ini dan menciptakan suasana yang adil dan kondusif untuk
melakukan bisnis. (3) Kontrak dan Transaksi: Kontrak dan transaksi sering terjadi di sektor
bisnis. Mempelajari hukum perusahaan memungkinkan para pihak untuk membuat kontrak
yang dapat ditegakkan secara hukum dan untuk memahami konsekuensi dari setiap transaksi
yang mereka lakukan. (3) Penyelesaian Sengketa: Hukum bisnis juga dapat digunakan untuk
menyelesaikan perselisihan antara bisnis, klien, anggota staf, atau pihak lain yang terlibat
dalam transaksi komersial. Menemukan cara hukum yang dapat diterima dan efisien untuk
menyelesaikan masalah ini dapat dibantu dengan mempelajari hukum perusahaan. (4) Etika
Bisnis: Selain pertimbangan hukum, etika bisnis dibahas saat belajar hukum bisnis. Etika bisnis
adalah studi tentang aturan dan standar moral yang harus dipatuhi bisnis saat menjalankan
operasinya. Pendidikan etika bisnis mempromosikan operasi bisnis yang etis dan
berkelanjutan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Mengetahui pentingnnya mempelajari hukum dalam berbisnis.


2. Mengetahui tentang menciptakan lingkungan bisnis yang berdasarkan hukum

1.3 Tujuan Penelitian


Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya mempelajari hukum dalam
menjalankan bisnis dan bagaimana pemahaman tentang hukum bisnis dapat membantu
menciptakan lingkungan bisnis yang lebih berdaya saing, adil, dan sesuai dengan nilai-nilai
hukum dan etika. Selain itu, makalah ini akan membahas tantangan hukum bisnis serta
memberikan contoh kasus nyata untuk mendukung argumen yang disajikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Ekonomi dan Bisnis
2.1.1 Ilmu Ekonomi
Ekonomi adalah pengelolaan sumber daya material oleh manusia untuk
kepentingan masyarakat atau individu. Secara umum, ekonomi melibatkan manajemen
rumah (Deliarnov, 2016). Kegiatan manusia termasuk penciptaan, penjualan, dan
konsumsi produk dan jasa tercakup dalam ilmu ekonomi. Orang mengelola dan
mencipta dalam ekonomi, yang kemudian memuaskan keinginan mereka sendiri dan
orang lain.

Ekonomi menurut Jimmy Hasoloan dalam buku berjudul pengantar Ilmu Ekonomi
(PIE) (Hasoloan, 2010). Menurut Jimmy ilmu ekonomi adalah cabang ilmu sosial yang
mempelajari berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan yang
dibuat. Jimmy mengatakan bahwa ilmu ini diperlukan untuk dapat melakukan pilihan
terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
tidak terbatas.

Adam Smith sebagai tokoh utama ilmu ekonomi, Adam Smith menyatakan bahwa
ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam mencapai
kemakmuran atau usaha manusia dalam mengelolah sumber daya material yang dimiliki
untuk mencapai tujuannya dalam pasar atau perdagangannya (Ismail, 2012). Kemudian
ekonomi memiliki dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro.

2.1.2 Pengertian Bisnis

Bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun organisasi
yang melibatkan aktifitas produksi, penjualan, pembelian, maupun pertukaran barang
atau jasa, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau, laba. Kata bisnis berasal
dari bahasa inggris, yaitu busisiness yang artinya kebaikkan. Dalam konteks sederhana,
yang dimaksud dengan kesibukkan adalah adalah melakukan suatu aktifitas atau
pekerjaan yang membeikan keuntungan pada seseorang.

3
Bisnis berasal dari bahasa inggris bussiness, mengembangkan kata dari kata busy,
yang berarti “sibuk”, dalam konteks individu, komunitas, atau masyarakat. sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Secara luas
penegrtan bisnis adalah sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia (individu,
komunitas, maupun masyarakat) untuk memperoleh endapatan atau penghasilan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber
daya ekonomi baik barang maupun jasa secara efektif dan efisiens.

2.2 Pengantar Hukum Bisnis


2.2.1 Pengertian Hukum Bisnis
Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung pada
sistem perdagangan /bisnis / usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan
sepert angkat aturan yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin teriadinya
sistem perdagangan /bisnis tersebut.

Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah "business law'. Hukum Bisnis
(Business Law) = hukum yang berkenaan dengan suatu bisnis. Dengan kata lain hukum
binis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang mengatur
tentang tatacara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan
uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif
(dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan keuntungan (Fuady, 2005).

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Hukum


Secara umum fungsi hukum dapat disimpulkan yaitu :
1. Menggunakan hukum untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan sosial. Hukum
berfungsi sebagai pedoman perilaku. Untuk mewujudkan peran hukum sebagai alat
penyelenggaraan ketertiban umum, masyarakat harus menyadari adanya perintah
dan larangan dalam hukum;
2. menggunakan hukum untuk mencapai keadilan sosial pada tingkat jasmani dan
rohani. Prospek hukuman dan pemulihan yang tersedia mengharuskan individu
untuk menahan diri dari pelanggaran hukum karena hukum mengikat, memaksa,

4
dan dapat dikenakan oleh entitas pemerintah dengan kemampuan untuk
melakukannya. Keadilan akan ditegakkan sebagai hasilnya;
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena hukum mempunyai
daya mengikat dan memaksa sehingga dapat dimanfaatkan otoritas untuk
mengarahkan masyarakat kearah yang maju.

2.2.3 Sifat Hukum


Terdapat sifat hukum, antara lain:

1. Hukum Bersifat Mengatur

Untuk memberikan ketertiban dan keamanan dalam masyarakat, hukum


menciptakan semua hukum, termasuk larangan dan perintah yang mengatur semua
perilaku manusia.

2. Hukum Bersifat Memaksa

Hukum memiliki kekuatan dan otoritas untuk memaksa orang untuk mengikuti
semua aturan. Nantinya, siapa pun yang melanggar hukum pelanggan akan
menghadapi hukuman berat.

3. Hukum Bersifat Melindungi

Hukum diciptakan untuk melindungi hak setiap orang dan menjaga keseimbangan
antara banyak kepentingan yang ada dalam urusan negara dan negara.

2.2.4 Studi Kasus


“Tak Kantongi Izin, Ruko Mie Gacoan Di Segel Satpol Pp”

Terjadinya penutupan salah satu gerai "Mie Gacoan" di serpong kab. Tangerang
selatan disebabkan oleh tidak adanya surat perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah yang berupa Surat KeteranganRencana Kota (SKRK) dan Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG) yangsudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor28 Tahun 2002 tentang
Bangunan dan Gedung (PP 36/2005)

5
2.3 Subjek Hukum
2.3.1 Pengertian Subjek Hukum
Subjek hukum ialah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban
menurut aturan hukum maupun segala pendukung hak dan kewajiban menurut hukum
(Rahardjo, 2014). Subjek hukum dibagi menjadi menjadi 2 klasifikasi yaitu manusia
sebagai orang atau pribadi (natuurlijk person) dan badan hukum atau yang disebut orang
berbentuk badan hukum(rechts person) atau orang yang diciptakan oleh hukum secara
fiksi (persona ficta).

Individu/ Orang dan badan hukum sebagai subjek hukum sama-sama mempunyai
hak dan kewajiban menurut hukum, perbedaan antara manusia dengan badan hukum
dalam hal tersebut adalah badan hukum tidak bisa melakukan suatu perkawinan dan
tidak dapat dijatuhi hukuman penjara, tetapi sebuah badan hukum mungkin untuk
dibubarkan (Sad, 2015).

2.3.2 Studi Kasus


“Perang Hak Paten Samsung Vs Apple”

Pada tahun 2011 yang lalu perusahaan Apple menggugat perusahaan Samsung
karena telah menggunakan atau melanggar hak patennya yaitu :

1) Bounce Back (Paten Apple nomor 381),


2) Single Scroll, Pinch to Zoom (paten Apple nomor 915),
3) Tap to Zoom (paten Apple nomor 163),
4) iPhone Front (paten Apple nomor D'677),
5) iPhone Back (paten Apple nomor D'087),
6) iPhone Home Screen (paten Apple nomor D'305),
7) iPad Design (paten iPad nomor D'899)

pada kasus ini juri memutuskan perusahaan Samsung hanya melanggar 6 dari 7 hak
paten Apple.inc dan harus membayar denda sebesar 1 miliar USD atau Rp. 9,5 Trriliun

- Subjek Hukum : Perusahaan Samsung dan Perusahaan Apple

6
2.4 Objek Hukum
2.4.1 Konsep Benda Sebagai Objek Hukum
Dalam Pasal 499 KUHPerdata, benda diartikan sebagai segala sesuatu dan hak-hak
yang dapat diatur dengan hak milik. KUH Perdata mengatur tentang pengertian benda
sebagai obyek hukum. Gagasan yang diatur oleh pasal ini adalah bahwa sementara hak
tidak berwujud, produk bersifat konkret. Zaak, yang dapat merujuk pada barang fisik
dan nonmateri, digunakan dalam literatur Belanda. Seiring dengan gagasan ini, objek
(zaak) dapat merujuk pada berbagai hal, termasuk :

1. Benda sebagai obyek hukum (Pasal 500KUHPerdata);


2. Benda sebagai kepentingan (Pasal 1354 KUHPerdata);
3. Benda sebagai kenyataan hukum (Pasal 1263 KUHPerdat);
4. Benda sebagai perbuatan hukum (Pasal 1792 KUHPerdata)

Buku II Tentang Kebendaan memuat sistematika kebendaan KUH Perdata. Definisi


benda, klasifikasi benda, dan hak kebendaan adalah beberapa pengaturan tersebut.
Karena objek hukum diatur oleh sistem tertutup, maka hanya hak-hak yang diakui
secara eksplisit oleh hukum yang boleh dipegang oleh individu. Hukum materiil yang
diatur dalam KUH Perdata juga bersifat memaksa, artinya tidak dapat diubah dengan
menambahkan aturan-aturan baru yang berkaitan dengan hak-hak materiil.

2.4.2 Pembagian Macam-macam Benda


Benda dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Benda Berwujud dan Tidak Berwujud: Benda berwujud dalam literatur dikenal
sebagai Tangible goods sedangkan benda tidak berwujud adalah intangible goods.
Pembagian terhadap dua macam benda ini dapat ditemukan dalam Pasal 503
KUHPerdata. Benda berwujud adalah benda yang nyata dapat dirasakan oleh
seluruh panca indra manusia, sedangkan benda tidak berwujud adalah hak yang
dilekatkan pada suatu benda tertentu yang memiliki wujud.
2. Benda Bergerak dan Tidak Bergerak : Pasal 504 KUH Perdata menjadi dasar
pembagian antara barang bergerak dan barang tidak bergerak. Barang tidak bergerak
diatur dalam KUHPerdata Pasal 506 sampai dengan 508. Pasal 509 sampai dengan

7
518 KUH Perdata mengatur tentang barang bergerak. Kepemilikan barang,
penyerahan barang (leveraging), kadaluarsa (veryaring), dan pembebanan
(bezwaring) merupakan aspek penting dari kategorisasi ini. Konsep dalam Pasal
1977 KUH Perdata berlaku dalam hal penguasaan barang bergerak, yang
menyatakan bahwa orang yang menguasai barang bergerak dianggap sebagai
pemilik (droit de suit), akan tetapi asas ini tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.
Dalam hal serah terima, barang bergerak mungkin mendapatkan serah terima yang
sebenarnya, tetapi benda tidak bergerak dapat menerima transfer nama. Karena
orang yang bertanggung jawab atas barang bergerak dianggap sebagai pemilik
barang, tidak ada tanggal kedaluwarsa yang diakui untuk barang bergerak.

2.4.3 Studi Kasus


Budi merupakan pengguna mobil yang seenaknya menerobos lampu merah
sehingga mengakibatkan kemacetan dan mengganggu ketertiban lalu lintas serta
melanggar peraturan.

- Subyek Hukum : Budi sebagai pemegang kewajiban dan masyarakat Kota Bandar
Lampung sebagai pemegang hak dalam kasus ini. Subyek hukum dalam kasus ini
adalah Budi dikarenakan Budi seenaknya menerobos lampu merah, di mana hal ini
melanggar peraturan.
- Obyek Hukum : Obyek hukum dalam kasus ini adalah mobil Budi, di mana
merupakan hak benda berwujud yang menjadi pokok masalah dalam kasus ini.

2.5 Perjanjia dan Perikatan


2.5.1 Istilah Perjanjian dan Perikatan
Kata "Perikatan" adalah padanan kata "Verbintenis" yang muncul dalam bahasa
Belanda. Verbentenis memiliki tiga padanan terminologi yang berbeda: perikatan,
kontrak, dan persetujuan. Frasa ini mengacu pada seluruh ketentuan Buku III KUH
Perdata. Hubungan hukum di mana satu pihak (kreditur) berhak atas suatu prestasi dan
pihak lain (debitur) diharuskan untuk mencapai prestasi itu disebut perikatan.
Akibatnya, dalam setiap interaksi, terdapat “hak” dan “kewajiban” yang berseberangan.
Hak kedua belah pihak diatur oleh hukum karena hubungan antara para pihak adalah
hubungan yang diatur oleh hukum.

8
Merupakan salah satu sumber keterlibatan sehubungan dengan perjanjian.
Ungkapan "perjanjian" disebut juga dengan "Overeenkomst" dalam bahasa Belanda,
dimana terdapat dua terjemahan: persetujuan dan persetujuan. Buku II KUH Perdata
lebih lanjut menjelaskan maksud perjanjian itu. KUH Perdata menyebutkan dalam Pasal
1313 bahwa “Perjanjian (perjanjian) adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

2.5.2 Syarat Sah Perikatan yang Lahir dari Perjanjian


Syarat sahnya suatu perikatan yang ditimbulkan dalam suatu perjanjian diatur
dalam dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu sebagai berikut :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak dilarang.
2.5.3 Berakhirnya Perikatan
Rumusan Pasal 1381 KUH Perdata mengatur sepuluh (10) cara
hapusnya/berakhirnya perikatan, yaitu:
1. Karena Pembayaran;
2. Karena Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Dengan Penyimpanan Atau
Penitipan,
3. Karena Pembaharuan Utang;
4. Karena Perjumpaan Utang Atau Kompensasi,
5. Karena Percampuran Utang,
6. Karena Pembebasan Utang,
7. Karena Musnahnya Barang Yang Terutang,
8. Karena Kebatalan Atau Pembatalan,
9. Karena Berlakunya Suatu Syarat Batal Dan
10. Karena Lewat Waktu, Sebagaimana Yang Diatur Dalam Buku Keempat Kuh
Perdata.

9
2.5.4 Studi Kasus
“Perjanjian kerjasama CV. Saudagar Kopi dan Pemilik Tempat Usaha Perorangan Mall
Ambasador Jakarta”

Terjadinya sebuah perjanjian usaha antara CV. Saudagar Kopi dan Pemilik Tempat
Usaha Perorangan Mall Ambasador Jakarta mengenai pengelolaan kegiatan usaha
restoran ratio specialty coffee di mal ambasador, jakarta. Dengan isi perjanjian seperti
berikut :

- Pasal 1, mengenai jangka waktu berlakunya perjanjian kerjasama


- Pasal 2, mengenai kewajiban pihak pertama dan kedua
- Pasal 3, mengenai hak pihak pertama dan pihak kedua
- Pasal 4, mengenai ruang lingkup usaha perjanjian kerjasama
- Pasal 5, mengenai perubahan kontrak
- Pasal 6, mengenai sanksi
- pasal 7, mengenai penyelesaian perselisihan

2.6 Wanprestasi, Ganti Rugi & Force Majeur


2.6.1 Wanprestasi
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda “wanprestastie”, yang artinya tidak
dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu
di dalam suatu perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun
perikatan yang timbul karena undang-undang. Menurut Kamus Hukum, wanprestasi berarti
kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian (Harahap,
1986). Wanprestasi terdapat dalam pasal 1243 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa:
“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah
mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya,
tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang
telah dilampaukannya”

10
2.6.2 Ganti Rugi
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Ingkar janji (wanprestasi)
membawa akibat yang merugikan bagi debitur karena sejak saat tersebut debitur kewajiban
mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat daripada ingkar janji tersebut. Apabila
melihat perspektif Ganti rugi, dalam hukum perdata hal ini dapat timbul dikarenakan
wanprestasi akibat dari suatu perjanjian atau dapat timbul dikarenakan oleh Perbuatan
Melawan Hukum (djojodirjo, 1979).

Sebagaimana Pasal 1365 KUHPerdata memberikan kemungkinan beberapa jenis


penuntutan, antara lain :

a. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk uang;


b. Ganti kerugian dalam bentuk natura atau pengembalian keadaan pada keadaan semula;
c. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan dalah bersifat melawan hukum;
d. Larangan untuk melakukan suatu perbuatan;
e. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum;
f. Pengumuman daripada keputusan atau dari sesuatu yang telah diperbaiki.

2.6.3 Force Majeur


Force majeur merupakan salah satu konsep dalam hukum perdata dan diterima sebagai
prinsip dalam hukum perdata, sering juga disebut yang lazimnya diterjemahkan dengan
keadaan memaksa dan ada pula yang menyebut dengan “sebab kahar” (Syahrani, 2006)
Keadaan memaksa atau force majeur adalah suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya
suatu perjanjian perjanjian dimana keadaan tersebut menghalangi debitur untuk memenuhi
prestasinya. Debitur tidak dapat dipersalahkan karena tidak dapat menduga terjadinya
suatu tersebut pada waktu akad perjajian dibuat. Selain itu keadaan tersebut bisa
dikarenakan terjadinya suatu hal yang diluar kekuasaan debitur yang mana keadaan
tersebut bisa dijadikan alasan untuk dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi
(Suadi, 2018). Pengaturan mengenai force majeur terdapat dalam Pasal 1244 dan 1245
KUHPerdata diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pasal 1244 KUHPerdata:


“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak
dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya

11
waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak
terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikad
buruk kepadanya”
2. Pasal 1245 KUHPerdata:
“Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga. bila karena keadaan memaksa
atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan
atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang
terlarang baginya.”
Rumusan kausa force majeure dalam KUHPerdata dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pertama, peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeur tersebut
haruslah “tidak terduga“ oleh para pihak, atau tidak termasuk dalam asumsi
dasar (basic assumption) pada saat para pihak membuat kontrak itu (Pasal 1244
KUHPerdata);
2. Kedua, peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak
yang harus melaksanakan presentasi (pihak debitur) tersebut (Pasal 1244
KUHPerdata);
3. Ketiga, peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure itu diluar
kesalahan pihak debitur, (Pasal 1244 KUHPerdata);
4. Keempat, peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure tersebut
bukan kejadian yang disengaja oleh Debitur. Ini merupakan perumusan yang
kurang tepat, sebab yang semestinya tindakan tersebut “diluar kesalahan para
pihak (Pasal 1545 KUHPerdata), bukan tidak sengaja”. Sebab, kesalahan para
pihak baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun yang tidak sengaja, yakni
dalam bentuk “kelalaian” (negligence);
5. Kelima, para pihak tidak dalam keadaan itikat buruk (Pasal 1244 KUHPerdata);
6. Keenam, jika terjadi force majeure, maka kontrak tersebut menjadi gugur, dan
sedapat mungkin para pihak dikembalikan seperti seolah–olah tidak pernah
dilakukan perjanjian(Pasal 1545 KUHPerdata);
7. Ketujuh, jika terjadi force majeure, maka para pihak tidak boleh menuntut ganti
rugi.

12
2.6.4 Studi Kasus
“Perjanjian kerjasama CV. Saudagar Kopi dan Pemilik Tempat Usaha Perorangan Mall
Ambasador Jakarta”

Terjadinya sebuah masalah dalam perjanjian usaha antara CV. Saudagar Kopi dan
Pemilik Tempat Usaha Perorangan Mall Ambasador Jakarta mengenai pengelolaan
kegiatan usaha restoran ratio specialty coffee di mal ambasador, jakarta. Yang mengalami
wanprestasi dimana terjadinya sebuah kerugian yang disebabka oleh minimnya
pengunjung yang datang ke restoran, hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi kedua
belah pihak.

2.7 Kontrak dan Transaksi Elektronik


Bergerak cepat adalah salah satu sifat perusahaan atau ekonomi yang paling menonjol
di era globalisasi. Periode super-industri modern telah membawa umat manusia ke dunia
tanpa batas melalui perkembangan dan transformasi yang cepat. Selain itu, kondisi
teknologi informasi saat ini telah memunculkan tren baru dalam sistem perdagangan.
Perdagangan online semakin populer di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Sistem
bisnis virtual lainnya, seperti etalase virtual dan perusahaan virtual, telah muncul sebagai
akibat dari peningkatan perdagangan online. Konsumen semakin terlibat dalam media
transaksi karena berbagai keunggulan koneksi internet, antara lain kepraktisan, kemudahan
metode pembayaran, efisiensi waktu, dan banyaknya penawaran promosi yang
menggiurkan dari perusahaan online.

Kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih tentang hal-hal
tertentu yang telah mereka sepakati. Ketentuan umum tentang kontrak diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

- Kontrak Elektronik :Kontrak elektronik memiliki perspektif yang sama dalam


hukum, yaitu harus memenuhi berbagai ketentuan hukum yang diatur dalam
undang-undang sebagai pembatasannya dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam
KUHPerdata.
- Tanda Tangan Elektronik : Tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik
yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang
digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

13
2.7.1 Studi Kasus
Seseorang yang membeli suatu barang menggunakan e-commerce, kemudian e-
commerce tersebut menetapkan harga dari barang tersebut yang mengharuskan
konsumen membayarnya dengan cara transaksi elektronik menggunakan aplikasi dari
sebuah bank guna mempermudah pembayaran, ini merupakan salah satu contoh kontrak
sekaligus transaksi berbasis elektronik dimana kedua belah pihak menyepakati sebuah
kesepakatan jual beli tanpa harus bertemu langsun dan melakukan transaksi secara
digital menggunakan aplikasi bank.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum bisnis adalah cabang hukum yang mengatur hubungan dan transaksi antara
individu, perusahaan, dan entitas bisnis dalam konteks ekonomi. Tujuan hukum bisnis
adalah untuk menciptakan kerangka hukum yang adil dan teratur untuk melindungi hak
dan kewajiban setiap pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis. Beberapa poin penting
yang dapat diambil dari hukum bisnis adalah:

1. Kontrak: Kontrak merupakan perjanjian hukum yang mengikat antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kontrak menjadi landasan bagi
transaksi bisnis dan harus mengikat, sah, dan memenuhi persyaratan hukum agar
dapat ditegakkan di pengadilan.
2. Tanggung Jawab Hukum: Hukum bisnis menetapkan tanggung jawab hukum bagi
perusahaan dan individu terkait tindakan atau kelalaian dalam bisnis. Tanggung
jawab ini mencakup tanggung jawab perdata, tanggung jawab pidana, dan tanggung
jawab etika.
3. Hak Kekayaan Intelektual: Hukum bisnis melindungi hak kekayaan intelektual
seperti hak cipta, paten, merek dagang, dan rahasia dagang. Hal ini mendorong
inovasi dan memberikan insentif bagi perusahaan untuk melindungi dan
memanfaatkan karya intelektual mereka.
4. Perlindungan Konsumen: Hukum bisnis juga menetapkan perlindungan bagi
konsumen terhadap praktik bisnis yang menyesatkan, penipuan, atau produk yang
berbahaya. Perlindungan ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan konsumen dan
mendorong persaingan yang sehat.
5. Kerahasiaan dan Privasi: Hukum bisnis mengatur perlindungan data pribadi dan
informasi bisnis yang rahasia. Hal ini penting untuk melindungi informasi sensitif
dari akses yang tidak sah atau penyalahgunaan.
6. Kepailitan: Hukum bisnis juga mengatur prosedur kebangkrutan dan kepailitan untuk
mengatasi situasi ketidakmampuan pembayaran utang oleh perusahaan. Prosedur ini

15
memberikan perlindungan bagi kreditor dan membantu perusahaan dalam mengatasi
kesulitan keuangan.
7. Persaingan Usaha: Hukum bisnis mencegah praktik monopoli, kartel, dan persaingan
usaha tidak sehat lainnya untuk menjaga persaingan yang sehat dan adil dalam pasar.

3.2 Saran
Saran mengenai hukum bisnis adalah penting bagi perusahaan untuk memahami
dan mematuhi hukum yang berlaku di wilayah operasionalnya. Perusahaan sebaiknya
mencari bantuan dari ahli hukum bisnis yang berpengalaman dan melakukan konsultasi
sebelum mengambil keputusan penting. Lindungi kekayaan intelektual perusahaan dengan
mendaftarkan hak cipta, paten, atau merek dagang yang dimiliki. Selain itu, pastikan
perusahaan mematuhi aturan perlindungan data dan privasi, menghindari praktik
persaingan usaha tidak sehat, dan mengantisipasi potensi risiko hukum dengan strategi
penanganan yang tepat. Dalam menjaga reputasi bisnis yang baik, perusahaan juga harus
memberikan pelatihan internal tentang kepatuhan hukum dan etika bisnis kepada
karyawan. Dengan selalu mengikuti perubahan hukum terkini, perusahaan dapat
menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan teratur, mendukung pertumbuhan yang
berkelanjutan, serta menjaga reputasi yang positif di mata pelanggan dan masyarakat
umum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. (2016). Perkembangan pemikiran ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.


Hasoloan. (2010). Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Cetakan Pertama.
Ismail. (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fuady, M. (2005). Perbuatan Melawan Hukum : Pendekatan Kontemporer. Bandung: Mandar
Maju.
Rahardjo. (2014). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Is, M. s. (2015). Pengantar ilmu hukum. Jakarta: Kencana.
Sad, I. (2015). Pengantar Ilmu hukum. Jakarta: kencana.
Harahap, Y. (1986). Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.
djojodirjo, M. M. (1979). Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.
Suadi, H. A. (2018). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah : Penemuan dan Kaidah Hukum.
Jakarta: Prenamedia Group.
Syahrani, R. (2006). Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni.

17

Anda mungkin juga menyukai