Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena taufik dan hidayahNya
lah kami diberi kesehatan dan kelancaran sehingga kami dapat membuat Makalah Hukum
Bisnis ini. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu Ibu Hj. Susila Dewi, SE, MH,
MM. tanpa bimbingan Ibu kami tidak dapat membuat makalah ini dan juga kepada teman-
teman yang telah membantu dan melancarkan proses pembuatan makalah ini.
Apabila masih ada kekurangan ataupun kesalahan dalam pengetikan yang terdapat
pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Karena manusia tidak luput dari
kesalahan. Kami berharap makalah ini bermanfaat dan dapat dimengerti.

Banjarbaru, September 2018

Penyusun.

Makalah Hukum Bisnis | 2


DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................................................1
Kata Pengantar .....................................................................................................................2
Daftar Isi .............................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan ..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ....................................................................................5
Bab II Pembahasan .............................................................................................................6
2.1 Pengertian Sengketa Bisnis .....................................................................................6
2.2 Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis ........................................................................7
2.2.1 Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan ...................................................7 a.
Adjudikatif ............................................................................................7
b. Konsensual / Kompromi .......................................................................7
c. Quasi Adjudikatif ..................................................................................7
2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya ...................................................................7 a.
Litigasi ..................................................................................................7
1.Pengadilan Umum ...........................................................................7
2.Pengadilan Niaga ............................................................................8
b. Non Litigasi ..........................................................................................9
1. Arbitrase ..........................................................................................9
2. Alternative Dispute Resolution (ADR) .........................................13
2.a. Konsultasi.............................................................................13
2.b. Negosiasi ..............................................................................14
2.c. Mediasi .................................................................................16
2.d. Konsiliasi .............................................................................19
2.e. Penilaian Ahli .......................................................................20
Bab III Penutup ..................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................................21
Daftar Pustaka ....................................................................................................................22
BAB I PENDAHULUAN

Makalah Hukum Bisnis | 3


1.1 Latar Belakang
Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak
mungkin dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis sengketa
yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang cepat.
Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin tinggi.
Ini berarti makin banyak sengketa harus diselesaikan.
Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
perkembangan pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis
mengalami kemandulan dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak yang
paling dirugikan, disamping itu peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial
kaum pekerja juga terhambat.
Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata menimbulkan sengketa di antara para
pihak yang terlibat, peranan penasihat hukum dalam menyelesaikan sengketa itu
dihadapkan pada alternatif. Dimana pihak penasihat hukum harus bisa memberikan
cara yanng tepat untuk menyelesaikan suatu masalah atau sengketa yang terjadi pada
pihak yang terlibat (klien).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan sengketa bisnis?
2) Apa saja yang termasuk cara menyelesaikan sengketa bisnis?
3) Bagaimana cara menyelesaikan sengketa bisnis?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1) Memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis, yaitu tentang Penyelesaian Sengketa
Bisnis.
2) Mengetahui tentang sengketa bisnis.
3) Mengetahui cara menyelesaikan sengketa bisnis.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


1) Bagi mahasiswa dapat dijadikan rujukan untuk makalah lebih lanjut.
2) Bagi pembaca dapat memberikan informasi tentang Penyelesaian Sengketa Bisnis.
3) Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang Penyelesaian Sengketa Bisnis.

Makalah Hukum Bisnis | 4


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sengketa Bisnis


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sengketa adalah pertentangan atau
konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau
organisasi terhadap satu objek permasalahan.
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu – individu
atau kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas
suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Dari pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku
pertentangan antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat
hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya.

Sebab-sebab terjadinya sengketa bisnis diantaranya :


1. Wanprestasi (Breach Of Contract).
2. Perbuatan melawan hukum.
3. Kerugian salah satu pihak.

Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis
dapat berupa sengketa sebagai berikut :
1. Sengketa Perniagaan
2. Sengketa Perbankan
3. Sengketa Keuangan
4. Sengketa Penanaman Modal / Pasar Modal
5. Sengketa Perindustrian / Perusahaan
6. Sengketa Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
7. Sengketa Konsumen
8. Sengketa Kontrak / Perjanjian
9. Sengketa Pekerjaan
10. Sengketa Perburuhan / Ketenagakerjaan

Makalah Hukum Bisnis | 5


11. Sengketa Properti
12. Sengketa Pembangunan Konstruksi
13. Sengketa Kepailitan

2.2 Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis


2.2.1 Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan
a. Adjudikatif
Adjudikatif adalah mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana kewenangan
pengambilan keputusan, pengambilan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa
diantara para pihak.
b. Konsensual/Kompromi
Konsensual/Kompromi adalah cara penyelesaian sengketa secara
kooperatif/kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution
(saling menguntungkan).
c. Quasi Adjudikatif
Quasi Adjudikatif adalah kombinasi antara unsur konsensual dan adjudikatif.

2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya


a. Litigasi
Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
dengan menggunakan pendekatan hukum. Lembaga penyelesaianya antara lain:

1. Pengadilan Umum
Dasar Hukum mengguanakan UU No.2 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Umum. Pengadilan Umum merupakan pengadilan yang berwenang memeriksa,
mengadili,memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata.

Tingkatan Pengadilan Umum :


• Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri).
• Tingkat Banding (Pengadilan Tinggi).
• Tingkat Kasasi (Mahkamah Agung).
• Upaya Hukum Luar Biasa Peninjauan Kembali (Mahkamah Agung).
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai
karakteristik :

Makalah Hukum Bisnis | 6


- Prosesnya sangat formal.
- Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim).
- Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.
- Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding).
- Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah).
- Persidangan bersifat terbuka.

2. Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara
Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) dan sengketa HKI.

Tingkatan Pengadilan Niaga :


• Tingkat Pertama (Pengadilan Niaga).
• Tingkat Kasasi (Mahkamah Agung).
• Upaya Hukum Luar Biasa Peninjauan Kembali (Mahkamah Agung).

Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut :


- Prosesnya sangat formal.
- Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim).
- Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.
- Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding).
- Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah).
- Proses persidangan bersifat terbuka.
- Waktu singkat.

b. Non Litigasi
Non Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan
tidak menggunakan pendekatan hukum formal. Lembaga penyelesaiannya antara
lain:
1. Arbitrase
Dasar hukum menggunakan UU RI Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian

Makalah Hukum Bisnis | 7


arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (Lihat Bab
1 Pasal 1 Angka 1 UU RI No. 30 Tahun 1999). Istilah Arbitrase berasal dari kata
“Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti “kekuasaan untuk menyelesaikan
sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”. Arbiter adalah seorang atau lebih yang
dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan
Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai
putusan tertentu yang diserahkan penyelesaiaannya melalui arbirase (Lihat Bab
1 Pasal 1 Angka 7 UU RI No. 30 Tahun 1999). Di Indonesia syarat-syarat untuk
menjadi arbiter, antara lain:
➢ Cakap dalam melakukan tindakan hukum.
➢ Berumur minimal 35 (tiga puluh lima) tahun.
➢ Tidak mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa.
➢ Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan
arbitrase.
➢ Mempunyai pengalaman atau mengusai secara aktif dalam bidangnya
paling sedikit selama 15 (lima belas) tahun.
➢ Hakim, jaksa, paniteran, dan pejabat peradilan lainnya tidak boleh menjadi
arbiter.
➢ Arbitrase (nasional maupun internasional) menggunakan prinsip-prinsip
hukum sebagai berikut :
- Efisien.
- Accessibility (terjangkau dalam arti biaya, waktu dan tempat).
- Proteksi hak para pihak.
- Final and binding.
- Adil (fair and just)

Makalah Hukum Bisnis | 8


- Sesuai dengan sense of justice dalam masyarakat.
- Kredibilitas. Jika arbiter mempunyai kredibilitas, maka putusannya
akan dihormati orang.

Jenis – Jenis Arbitrase, antara lain:


a. Arbitrase Ad Hoc/Khusus
Arbitrase yang dibentuk secara khusus untuk memutus perselisihan
tertentu, sehingga setelah sengketa diputus maka keberadaan arbitrase Ad
Hoc berakhir.
b. Arbitrase Institusional
Badan Arbitrase yang bersifat permanen untuk menyelesaikan sengketa
diluar peradilan. Lembaga Arbitrase Institusional di Indonesia, antara lain:
• BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)
• Basyarnas (Badan Arbitrase Syariah Nasional)

Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:


1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang
dibuat para pihak sebelum timbul sengketa (Factum de compromitendo);
atau
2. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
sengketa (Akta Kompromis).

Prosedur Arbitrase
Arbitrase masih dianggap sebagai satu-satunya yang paling tepat untuk
menyelesaikan sengketa transaksi internasional. Bahwa arbitrase itu lebih murah
dan cepat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya jangka waktu kerja majelis
arbitrase dibatasi oleh undang-undang seperti di Indonesia oleh pasal 48 UU RI
No. 30 Tahun 1999 yang memberi waktu penyelesaian sidang 6 bulan untuk
sampai pada putusan final dan mengikat. Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) memberi 3 bulan dengan kesempatan perpanjangan sampai 3 bulan
tambahan. Sedangkan peradilan biasa bisa memakan waktu sampai puluhan
tahun, bahkan sampai 20 tahun lebih.

Pokok dari prosedur beracara diarbitrase adalah sebagai berikut :


1. Permohonan arbitrase oleh pemohon.

Makalah Hukum Bisnis | 9


2. Pengangkatan arbiter.
3. Pengajuan surat tuntutan oleh pemohon.
4. Penyampaian 1 (satu) salinan putusan kepada termohon.
5. Jawaban tertulis diserahkan kepada arbiter.
6. Salinan jawaban diserahkan kepada termohon atas perintah arbiter.
7. Perintah arbiter agar para pihak menhadap arbitrase.
8. Para pihak menghadap arbitrase.
9. Tuntutan balan dari termohon.
10. Pemanggilan lagi jika termohon tidak menghadap tanpa alasan yang jelas.
11. Jika termohon tidak juga manghadap sidang, pemeriksaan diteruskan tanpa
kehadiran termohon (verstek) dan tuntutan dikabulkan jika cukup alasan
untuk itu.
12. Jika termohon hadir, diusahakan perdamaian oleh arbiter.
13. Proses pembuktian.
14. Pemeriksaan selesai dan ditutup (maksimum 180 hari sejak arbitrase
terbentuk).
15. Pengucapan putusan.
16. Keputusan diserahkan kepada para pihak.
17. Putusan diterima oleh para pihak.
18. Koreksi, tambahan, pengurangan terhdap putusan.
19. Penyerahan dan pendaftaran putusan ke Pengadilan Negeri yang berwenang.
20. Permohonan eksekusi didaftarkan di panitera Pengadilan Negeri.
21. Putusan pelaksanaan dijatuhkan.
22. Perintah ketua Pengadilan Negeri jika putusan tidak dilaksanakan

Eksekusi Putusan Arbitrase


Agar suatu putusan arbitrase benar-benar bermanfaat bagi para pihak maka
putusan tersebut mestilah dapat dieksekusi. Eksekusi tersebut dapat dilakukan
oleh badan pengadilan yang berwenang. Cara melakukan eksekusi terhadap
suatu putusan arbitrase adalah sebagai berikut :

1. Eksekusi putusan arbitrase secara sukarela dimaksudkan sebagai pelaksanaan


putusan yang tidak memerlukan campur tangan dari ketua PN, melainkan para
pihak yang berkewajiban melaksanakan sendiri putusan.

Makalah Hukum Bisnis | 10


2. Eksekusi secara paksa dimaksudkan jika pihak yang berkewajiban
melaksankan kewajiban beradasarkan isi putusan arbitrase tidak mau
melaksanakan kewajibannya, maka diperlukan campur tangan Pengadilan
Negeri.
Agar putusan bisa dieksekusi harus ada “akta pendaftaran” yaitu pencatatan
dan penanda tanganan pada bagian akhir atau di pinggir dari putusan arbitrase
asli atau salinan otentik yang ditandatangani bersamasama oleh panitera
Pengadilan Negeri dan arbiter.

Kelebihan dari arbitrase, antara lain:


o Para pihak memiliki kebebasan dalam memilih hakimnya (arbitrator) baik
secara langsung maupun tidak langsung (melalui bantuan pihak ketiga
seperti pengadilan internasional). Hal ini penting karena apabila suatu
negara menyerahkan sengketanya kepada pihak ketiga (dalam hal ini
arbitrase) maka negara tersebut harus mempercayakan sengketanya
diputus oleh pihak ketiga tersebut, yang menurut negara itu bisa
diandalkan, dipercaya, dan memiliki kredibilitas.
o Para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan hukum acara atau
persyaratan bagaimanan suatu putusan akan didasarkan misalnya dalam
menentukan hukum acara dan hukum yang akan diterapkan pada pokok
sengketa.
o Sifat dari putusan arbitrase pada prinsipnya adalah final dan mengikat.
o Apabila para pihak menginginkan maka arbitrase itu dapat dilaksanakan
secara rahasia. Contoh persidangan yang dilakukan secara rahasia adalah
persidangan atau dengar pendapat secara lisan yang tertutup dalam kasus
Rainbow Warriors Arbitration juga dalam kasus Anglo-French Continental
Shelf.
o Prosedur arbitrase dapat lebih cepat dari pengadilan internasional. o Para
pihak sendiri yang menentukan tujuan atau tugas badan arbitrase.

Kelemahan dari arbitrase, antara lain:


• Arbitrase hanya dapat dilakukan jika kedua belah pihak sepakat untuk itu,
sedangkan dalam masyarakat internasional umumnya negara enggan untuk

Makalah Hukum Bisnis | 11


memberikan komitmennya untuk menyerahkana sengketa kepada
badanbadan pengadilan interansional termasuk badan arbitrase
internasional.
• Keputusan yang diambil tergantung pada arbiter.
• Proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase tisak mejamin putusannya
akan mengikat. Hukum internasional tidak menjamin bahwa pihak yang
kalah atau tidak puasdengan putusan yang dikeluarkan akan melaksanakan
putusan tersebut.
• Tidak ada presiden yang dapat dijadikan sumber hukum arbitrase.

2. Alternative Dispute Resolution (ADR)


Menurut Bab 1 Pasal 1 Angka 10 UU RI No. 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Alternative Dispute Resolution
(ADR) atau Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

2.a. Konsultasi
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu
pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan,
dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai
dengan keperluan dan kebutuhan klien.
Menurut Marwan dan Jimmy P. Konsultasi merupakan permohonan
nasihat atau pendapat untuk menyelesaikan suatu sengketa secara
kekeluargaan yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa kepada
pihak ketiga.

2.b. Negosiasi
UU RI No. 30 Tahun 1999 tidak memberikan definisi mengenai
negosiasi. Pada prinsipnya pengertian negosiasi adalah suatu proses dalam
mana dua pihak yang saling bertentangan mencapai suatu kesepakatan
umum melalui kompromi dan saling memberikan kelonggaran. Melalui
Negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu proses

Makalah Hukum Bisnis | 12


penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak dengan/melalui
suatu situasi yang saling menguntungkan (win-win solution) dengan
memberikan atau melepaskan kelonggaran atas hak-hak tertentu
berdasarkan asas timbal balik.
Didalam mekanisme negosiasi penyelesaian sengketa harus dilakukan
dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan diantara para pihak yang
bersengketa tanpa melibatkan orang ketiga sebagai penengah, untuk
menyelesaikan sengketa. Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai
tersebut dituangkan secara tertulis untuk ditandatangani oleh para pihak
dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kesepakatan tertulis tersebut
bersifat final dan mengikat para pihak dan wajib didaftarkan di pengadilan
negeri dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal dicapainya
kesepakatan.

Ada beberapa tujuan dari sebuah negosiasi dalam bisnis, antara lain :
1. Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung
kesamaan persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
2. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian atau jalan
keluar dari masalah yang dihadapi bersama.
3. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan
dimana masing-masing pihak merasa menang (win-win solution).

Pola perilaku dalam negosiasi, antara lain:


1. Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak
menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
2. Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,
menyetujui, membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.

3. Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik


kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
4. Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan
perhatian pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi
dengan situasi.

Keterampilan dalam negosiasi, antara lain:

Makalah Hukum Bisnis | 13


1. Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain
mengamatinya.
2. Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga
pihakpihak yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah
pendiriannya.
3. Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak
pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
4. Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain
akan memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
5. Cepat memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi
kendala.

Negosiasi dan Hiden Agenda


Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak
memiliki hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat
terselubung yang tak diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru hakikatnya
merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang
bersangkutan.

Negosiasi dan Gaya Kerja


1. Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi
oleh gaya kerjanya.
2. Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya
dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.

Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi


1. Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak
memiliki informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih
menguntungkan.
2. Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan
sebaiknya dipertimbangkan lebih dulu.
3. Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah
satu/kedua pihak, maka lobying dapat dipilih untuk menggali hiden

Makalah Hukum Bisnis | 14


agenda yang ada sehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan
gagasan yang lebih terbuka.

Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal antara
lain:
1. Tahap Negoisasi Kompetitif.
2. Tahap Negoisasi Koperatif.
3. Tahap Negoisasi Lunak dan Keras.
4. Tahap Negoisasi Interest Based.

2.c. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang
tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang
esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan
hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh
ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau
penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya harus
memperoleh persetujuan dari para pihak.
Pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa disebut
mediator. Mediator merupakan fasilitator yang harus bersifat netral dan
tidak memihak. Tugas dari mediator, antara lain:
1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi
kepada para pihakuntuk dibahas dan disepakati.

2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan


dalam proses mediasi.
3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau
pertemuan terpisah selama proses mediasi berlangsung.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali
kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang
terbaik bagi para pihak

Prosedur untuk mediasi, antara lain:


Makalah Hukum Bisnis | 15
o Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
o Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
o Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang
berperkara supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan
berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
o Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau
tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang
memberikan penetapan. Jika terdapat perdamaian, penetapan
perdamaian tetap dibuat oleh majelis.

Peranan mediator dapat berbentuk, antara lain:


1. Facilitation, yaitu di mana pihak ketiga mendesak dan membujuk
pihakpihak yang bersengketa untuk berunding secara langsung dalam
suasana yang positif dan konstruktif.
2. Conciliation, yaitu di mana pihak ketiga yang netral bertindak sebagai
komunikator di antara pihak-pihak yang berselisih. Ini dilakukan bila
pihak yang berselisih menolak untuk bertemu muka dalam
perundingan langsung.
3. Peer –review, yaitu sekelompok wakil-wakil karyawan (panel) yang
bisa dipercaya karena kemampuannya untuk tidak berpihak,
mendengarkan pandangan, pendapat dan kepentingan pihak-pihak
yang berselisih di dalam pertemuan informal dan konfidensial.
Keputusankeputusan dari panel dapat menjadi acuan untuk
penyelesaian konflik.
4. Ombudsman, yaitu seseorang karyawan sebuah organisasi/perusahaan
yang secara luas dihormati dan dipercaya oleh rekan-rekan sekerjanya,
mendengarkan keluhan mereka secara konfidensial, dan berusaha
mencari jalan keluar dengan pihak manajemen.

Makalah Hukum Bisnis | 16


5. Mediation, yaitu pihak ketiga yang netral dan terlatih secara aktif
menuntun pihak-pihak yang berselisih untuk menggali solusi-solusi
inovatif untuk menyelesaikan konflik.
6. Arbitration, yaitu pihak-pihak yang berselisih bersepakat menerima
keputusan dari arbitrator yang netral melalui proses seperti di
pengadilan, seringkali lengkap dengan bukti-bukti dan saksi-saksi.

Kelebihan dari mediasi, antara lain:


• Merupakan campur tangan pihak ketiga untuk memecahkan kebuntuan
negosiasi dalam penyelesaian sengketa.
• Dalam mediasi pihak ketiga ikut serta dalam perundingan sebagai
penengah dan punya peran aktif dalam penyelesaian sengketa.
• Mengusahakan tercapainya penyelesaian, mengajukan saran, yang
dapat memuaskan kedua pihak. Dapat menjadi media penghubung bagi
pihak yang sudah putus hubungan diplomatiknya sehingga dapat
melakukan perundingan kembali.
• Berfungsi melonggarkan ketegangan yang ada selama sengketa dan
mengembangkan ruang lingkup negosiasi.
• Merupakan saluran informasi yang efektif.
• Saran dari negosiator tidak mengikat sehingga para pihak masih bebas
untuk menentukan keputusannya sendiri.
• Bentuk proposal dari mediasi masih tidak formal dan berdasarkan
informasi yang diberikan masing-masing pihak.
• Mediasi dapat dimintakan oleh para pihak ataupun ditawarkan secara
spontan oleh pihak luar.
• Para pihak masih memegang kontrol dalam perundingan.
• Mediasi merupakan suatu kompromi dari suatu jenis sengketa.
Kekurangan dari mediasi, antara lain: o Tidak semua sengketa
internasional dapat cocok diterapkan mediasi, karena semua tergantung
dengan itikad mediatornya.
o Dari pihak mediatornya sendiri, mediasi ini merupakan tugas yang
melelahkan dan sering tidak memberikan penghargaan yang cukup,

Makalah Hukum Bisnis | 17


serta memerlukan kesabaran ekstra untuk menghadapi para pihak yang
bersengketa.
o Mediasi tidak dapat dipaksakan jika para pihak atau salah satu pihak
tidak mau melakukannya.
o Dengan melakukan mediasi maka telah mengakui masalah tersebut
adalah masalah sengketa internasional sehingga jika ada perselisihan
mengenai pertanggungjawaban internasional, pihak yang bersengketa
tidak akan mau dilakukan mediasi.
o Jika salah satu pihak merasa yakin untuk memenangkan persengketaan
maka tidak akan mau untuk dilakukan mediasi, sebab dalam mediasi
selalu dicari jalan win-win solution.
o Pihak mediator tidak akan diterima jika diangap punya pemahaman
sedikit tentang posisi para pihak, tidak simpatis, terpengaruh pada
pihak lain atau dianggap memiliki kepentingan pribadi dalam sengketa.
o Para pihak harus bersiap untuk mengorbankan tujuan asal yang ingin
dicapai untuk mencapai kompromi bersama.

2.d. Konsiliasi
UU RI No. 30 Tahun 1999 tidak memberikan definisi mengenai
konsiliasi. Menurut John Wade dari bond University Dispute Resolution
Center, Australia “Konsiliasi adalah suatu proses dalam mana para pihak
dalam suatu konflik, dengan bantuan seorang pihak ketiga netral
(konsiliator), mengindentifikasikan masalah, menciptakan pilihan-pilihan,
mempertimbangkan pilihan penyelesaian”.
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah
melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja
dengan pihak bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam
menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak.

Pihak ketiga yang netral tersebut dengan konsiliator. Karena antara


mediasi dengan konsiliasi banyak persamaannya, maka dalam praktek
kedua istilah tersebut sering di campur adukkan.

Makalah Hukum Bisnis | 18


Konsiliator dapat menyarankan syarat-syarat penyelesaian dan
mendorong para pihak untuk mencapai kesepakatan. Berbeda dengan
negosiasi dan mediasi, dalam proses konsiliasi konsiliator mempunyai
peran luas. Ia dapat memberikan saran berkaitan dengan materi sengketa,
maupun terhadap hasil perundingan. Dalam menjalankan peran ini
konsiliator dituntut untuk berperan aktif.

2.e. Penilaian ahli


UU RI No. 30 Tahun 1999 tidak memberikan definisi mengenai
penilaian ahli, menurut Hillary Astor dalam bukunya Dispute Resolution in
Australia “Penilaian ahli adalah suatu proses yang menghasilkan suatu
pendapat objektif, independen dan tidak memihak atas fakta-fakta atau
isuisu yang dipersengketakan oleh seorang ahli yang ditunjuk oleh para
pihak yang bersengketa”.
Di dalam melakkukan proses ini dibutuhkan persetujuan dari para
pihak untuk memberikan dan mempresentasikan fakta dan pendapat dari
para pihak kepada ahli. Ahli tersebut kemudian akan melakukan
penyelidikan dan pencarian fakta guna mendapatkan informasi lebih lanjut
dari para pihak dan akan membuat keputusan sebagai ahli bukan arbiter.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sengketa adalah perilaku pertentangan antara kedua orang atua lembaga atau lebih
yang menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum
bagi salah satu diantara keduanya.
Sebab-sebab terjadinya sengketa bisnis diantaranya :
1. Wanprestasi (Breach Of Contract).
2. Perbuatan melawan hukum.
3. Kerugian salah satu pihak.

Cara Penyelesian Sengketa Bisnis, antara lain:


1. Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan.
a. Adjudikatif.
b. Konsensual / Kompromi.

Makalah Hukum Bisnis | 19


c. Quasi Adjudikatif.
2. Dari Sudut Pandang Prosesnya.
a. Litigasi.
1. Pengadilan Umum.
2. Pengadilan Niaga.
b. Non Litigasi.
1. Arbitrase.
2. Alternative Dispute Resolution (ADR).
2.a. Konsultasi.
2.b. Negosiasi.
2.c. Mediasi.
2.d. Konsiliasi.
2.e. Penilaian Ahli.
DAFTAR PUSTAKA

UU RI Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.


Murwanto, Haris – Aspek Hukum dalam Bisnis, “Penyelesaian Sengketa Bisnis”. Di unggah
Sabtu, 10 Desember 2016. Di akses Senin, 24 September 2018 Pukul 05.33 WITA. Dari
<http://haris-ahdb.blogspot.com/2016/12/15-penyelesaian-sengketa-bisnis.html>
Miftahul Maswa, “Bab 14 – Penyelesaian Sengketa”. Di unggah 07 Mei 2016. Di akses
Senin,
24 September 2018 Pukul 05.32 WITA. Dari
<http://miftahulmaswa23.blogspot.com/2016/05/bab-14-penyelesaian-sengketa_7.html>
Dire la vérité, Sepengetahuanku, “Penyelesaian Sengketa Bisnis”. Di unggah November
2012. Di akses Senin, 24 Sepetember 2018 Pukul 05.40 WITA. Dari
<http://sepengetahuanku.blogspot.com/2012/11/penyelesaian-sengketa-bisnis.html>
Ayy Lanny Muslimah, “Makalah Penyelesaian Sengekta Bisnis”. Di unggah Sabtu, 10 Mei
2014. Di akses Senin, 24 September 2014 Pukul 05.48 WITA. Dari
<http://ayylanny.blogspot.com/2014/05/makalah-penyelesaian-sengketa-bisnis.html>
Eko Marwanto, “Abitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Aspek Hukum
Indonesia”. Di unggah Mei 2011. Di akses Senin, 24 September 2018 Pukul 05.54 WITA.
Dari <https://www.ekomarwanto.com/2011/05/arbitrase-dan-alternatifpenyelesaian.html>
Apdila Syifa, Science Booth, “Pengertian Prestasi dan Wanprestasi dalam Hukum kontrak”.
Di unggah 27 Mei 2013. Di akses Kamis, 27 September 2018 Pukul 14.13 WITA. Dari
Makalah Hukum Bisnis | 20
<https://sciencebooth.com/2013/05/27/penngertian-prestasi-dan-wanprestasi-
dalamhukum-kontrak/>
Didiklaw, Ilmu Hukum, “Pengertian ADR (Alternative Dispute Resolution)”. Di unggah
Selasa, 17 September 2018. Di akses Kamis, 27 September 2018 Pukul 14.58 WITA. Dari
<http://didiklaw.blogspot.com/2013/09/pengertian-adr-alternative-dispute.html?m=1>
Siti Yuniarti, Business Law, “Ragam dan Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa”. Di
unggah 31 Mei 2017. Di akses Kamis, 27 September 2018 Pukul 15.00 WITA. Dari
<http://business-law.binus.ac.id/2017/05/31/ragam-dan-bentuk-alternatif-
penyelesiansengketa/>
Sahiruddin Putra Tunggal, Senang Berbagi, “Jenis Arbitrase”. Di unggah Minggu 14 Juni
2015. Di akses Kamis, 27 September 2018 Pukul 18.24 WITA. Dari
<http://udinksahir.blogspot.com/2015/06/jenis-arbitrase.html?m=1>

Makalah Hukum Bisnis | 21

Anda mungkin juga menyukai