Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena taufik dan hidayahNya
lah kami diberi kesehatan dan kelancaran sehingga kami dapat membuat Makalah Hukum
Bisnis ini. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu Ibu Hj. Susila Dewi, SE, MH,
MM. tanpa bimbingan Ibu kami tidak dapat membuat makalah ini dan juga kepada teman-
teman yang telah membantu dan melancarkan proses pembuatan makalah ini.
Apabila masih ada kekurangan ataupun kesalahan dalam pengetikan yang terdapat
pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Karena manusia tidak luput dari
kesalahan. Kami berharap makalah ini bermanfaat dan dapat dimengerti.
Penyusun.
Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis
dapat berupa sengketa sebagai berikut :
1. Sengketa Perniagaan
2. Sengketa Perbankan
3. Sengketa Keuangan
4. Sengketa Penanaman Modal / Pasar Modal
5. Sengketa Perindustrian / Perusahaan
6. Sengketa Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
7. Sengketa Konsumen
8. Sengketa Kontrak / Perjanjian
9. Sengketa Pekerjaan
10. Sengketa Perburuhan / Ketenagakerjaan
1. Pengadilan Umum
Dasar Hukum mengguanakan UU No.2 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Umum. Pengadilan Umum merupakan pengadilan yang berwenang memeriksa,
mengadili,memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata.
2. Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara
Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) dan sengketa HKI.
b. Non Litigasi
Non Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan
tidak menggunakan pendekatan hukum formal. Lembaga penyelesaiannya antara
lain:
1. Arbitrase
Dasar hukum menggunakan UU RI Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
Prosedur Arbitrase
Arbitrase masih dianggap sebagai satu-satunya yang paling tepat untuk
menyelesaikan sengketa transaksi internasional. Bahwa arbitrase itu lebih murah
dan cepat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya jangka waktu kerja majelis
arbitrase dibatasi oleh undang-undang seperti di Indonesia oleh pasal 48 UU RI
No. 30 Tahun 1999 yang memberi waktu penyelesaian sidang 6 bulan untuk
sampai pada putusan final dan mengikat. Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) memberi 3 bulan dengan kesempatan perpanjangan sampai 3 bulan
tambahan. Sedangkan peradilan biasa bisa memakan waktu sampai puluhan
tahun, bahkan sampai 20 tahun lebih.
2.a. Konsultasi
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu
pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan,
dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai
dengan keperluan dan kebutuhan klien.
Menurut Marwan dan Jimmy P. Konsultasi merupakan permohonan
nasihat atau pendapat untuk menyelesaikan suatu sengketa secara
kekeluargaan yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa kepada
pihak ketiga.
2.b. Negosiasi
UU RI No. 30 Tahun 1999 tidak memberikan definisi mengenai
negosiasi. Pada prinsipnya pengertian negosiasi adalah suatu proses dalam
mana dua pihak yang saling bertentangan mencapai suatu kesepakatan
umum melalui kompromi dan saling memberikan kelonggaran. Melalui
Negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu proses
Ada beberapa tujuan dari sebuah negosiasi dalam bisnis, antara lain :
1. Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung
kesamaan persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
2. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian atau jalan
keluar dari masalah yang dihadapi bersama.
3. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan
dimana masing-masing pihak merasa menang (win-win solution).
Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal antara
lain:
1. Tahap Negoisasi Kompetitif.
2. Tahap Negoisasi Koperatif.
3. Tahap Negoisasi Lunak dan Keras.
4. Tahap Negoisasi Interest Based.
2.c. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang
tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang
esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan
hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh
ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau
penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya harus
memperoleh persetujuan dari para pihak.
Pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa disebut
mediator. Mediator merupakan fasilitator yang harus bersifat netral dan
tidak memihak. Tugas dari mediator, antara lain:
1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi
kepada para pihakuntuk dibahas dan disepakati.
2.d. Konsiliasi
UU RI No. 30 Tahun 1999 tidak memberikan definisi mengenai
konsiliasi. Menurut John Wade dari bond University Dispute Resolution
Center, Australia “Konsiliasi adalah suatu proses dalam mana para pihak
dalam suatu konflik, dengan bantuan seorang pihak ketiga netral
(konsiliator), mengindentifikasikan masalah, menciptakan pilihan-pilihan,
mempertimbangkan pilihan penyelesaian”.
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah
melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja
dengan pihak bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam
menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak.
3.1 Kesimpulan
Sengketa adalah perilaku pertentangan antara kedua orang atua lembaga atau lebih
yang menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum
bagi salah satu diantara keduanya.
Sebab-sebab terjadinya sengketa bisnis diantaranya :
1. Wanprestasi (Breach Of Contract).
2. Perbuatan melawan hukum.
3. Kerugian salah satu pihak.