Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH
PENGANTAR HUKUM DAN ETIKA BISNIS ISLAM
Dosen Pengampu : MUHAMMAD ADAM HR, S.H.I., M.H

Disusun Oleh Kelompok 12


Anggota :

1. MUHAMMAD DANANG DWI PRASETYA 1900011329


2. ARIQ RIFQI MAHARDHIKA 1900011366
3 EWINA HASMITA HANISNA 2000011091
4 MUHAMMAD FIRDAUS TEGAR 2000011188
5 R RANDA DWI NOVIANSYAH 2000011398

Progam Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar hukum dan etika bisnis islam

kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wa'alaikumsallam Wr.Wb

Yogyakarta , 22 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1

LATAR BELAKANG........................................................................................................... 1

RUMUSAN MASALAH....................................................................................................... 1

TUJUAN MASALAH........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2

PENGERTIAN PENYELSAIAN SENGKETA BISNIS...................................................... 2

JENIS JENIS SENGKETA................................................................................................... 3

PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA.......................................................................... 4

ARBITRASE......................................................................................................................... 8

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA.................................................................. 11

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makalah ini berisi tentang definisi penyelesaian sengketa bisnis serta uraian nya. yang
berkaitan tentan konfilik atau pertentangan. Sengketa menurut kamus bahasa indonesia adalah
sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat,pertengkaran, perbantahan, pertikaian,
perselisihan. Menurut hukum, sengketa hukum terjadi apabila terdapat salah satu dari dua
orang atau lebih yang saling mengikat diri keperdataannya terhadap apa yang diperjanjikan.
Tentu banyak jenis sengketa itu tapi yang akan dibahas pada penulisan ini adalah sengketa
dalam dunia bisnis, sebelum dimulai pembahasan mengenai sengketa dalam hukum bisnis dan
yang mendasari suatu sengketa yaitu perjanjian.

Adapun dalam menyelesaikan sengketa seseorang dapat menempuh jalur pengadilan


ataupun memakai alternatif penyelesaian sengketa. Selain pengadilan, Alternatif penyelesaian
sengketa merupakan pilihan lain bila seseorang ingin menyelesaian sengketa perdatanya
adapun jenis yang dipakai dalam praktik yaitu mediasi dan arbitrase, namun dalam memakai
mediasi ataupun arbitrase haruslah kedua pihak yang bersengketa saling menyetujui.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian penyelesaian sengketa bisnis ?

2. Sebab-sebab terjadinya sengketa bisnis ?

3. Apa itu Arbitrase ?

4. Alternatif penyelesaian sengketa yaitu Mediasi, Konsultasi, Negosiasi, Konsoliasi, Penilaian


ahli ?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mendeskripsikan Definisi dari Penyelesainya sengketa bisnis.

2. Mendeskripsikan apa saja penyebab terjadinya sengketa bisnis.

3. Mendeskripsikan Definisi Arbitrase.

4. Mendeskripsikan apa saja alternatif penyelesainan sengketa bisnis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sengketa Penyelesaian bisnis

Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton “a commercial disputes is one


which arises during the course of the exchange or transaction process is central to market
economy”

Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik. Konflik
berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek
permasalahan.

Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu – individu atau
kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu
objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dngan yang lain.

Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan
antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat hukum dan
karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk
kerja sama bisnis. mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin
dihindari terjadinya sengketa diantara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan
berbagai alasan dna masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of
interest diantara para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam
berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci
sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut :

1. Sengketa perniagaan

2. Sengketa perbankan

3. Sengketa Keuangan

4. Sengketa Penanaman Modal

2
5. Sengketa Perindustrian

6. Sengketa HKI

7. Sengketa Konsumen

8. Sengketa Kontrak

9. Sengketa pekerjaan

10. Sengketa perburuhan

11. Sengketa perusahaan

12. Sengketa hak

13. Sengketa property

14. Sengketa Pembangunan konstruksi

B. Jenis-jenis Sengketa

Sengketa adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh dua orang atau lebih yang dicirikan oleh
beberapa tanda pertentangan secara terang-terangan. Terdapat dua jenis sengketa, yaitu sebagai
berikut:

a. Konflik Interest

Konflik interest terjadi manakala dua orang yang memiliki keinginan yang sama terhadap satu
obyek yang dianggap bernilai. Konflik kepentingan timbul jika dua pihak merebutkan satu
objek.

b. Klaim Kebenaran

Klaim kebenaran di satu pihak dan menganggap pihak lain bersalah. Konflik karena klaim
kebenaran diletakkan dalam terminologi benar atau salah. Argumen klaim ini akan didasarkan
pada terminologi kebenaran, bukan kepentingan, norma-norma dan hukum. Konflik
kepentingan lebih kompromis penyelesaiannya dibanding konflik karena klaim kebenaran.

3
Tahap-tahap Terjadinya Sengketa

Terjadinya sengketa biasanya ditandai dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pra-konflik atau tahap keluhan, yang mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh
seseorang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagai hal yang tidak adil dan alasan-alasan
atau dasar-dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilan itu dapat bersifat
nyata atau imajinasi saja. Yang terpenting pihak itu merasakan haknya dilanggar atau
diperlakukan dengan salah.

2. Tahap Konflik (conflict), ditandai dengan keadaan dimana pihak yang merasa haknya
dilanggar memilih jalan konfrontasi, melemparkan tuduhan kepada pihak pelanggar haknya
atau memberitahukan kepada pihak lawannya tentang keluhan itu. Pada tahap ini kedua belah
pihak sadar mengenai adanya perselisihan pandangan antar mereka.

3. Tahap Sengketa (dispute), dapat terjadi karena konflik mengalami eskalasi berhubung karena
adanya konflik itu dikemukakan secara umum. Suatu sengketa hanya terjadi bila pihak yang
mempunyai keluhan telah meningkatkan perselisihan pendapat dari pendekatan menjadi hal
yang memasuki bidang publik. Hal ini dilakukan secara sengaja dan aktif dengan maksud
supaya ada sesuatu tindakan mengenai tuntutan yang diinginkan.

C. Penyebab Terjadinya Sengketa

Sengketa Bisnis

Sengketa bisnis adalah istilah yang umum dan merujuk pada berbagai sengketa dalam dunia
bisnis. Sering kali, sengketa ini disebut juga dengan sengketa perdagangan, perniagaan, atau
komersial. Berikut adalah macam sengketa yang sering terjadi.

• Sengketa penanaman modal

Penanaman modal atau investasi selalu menjadi hal penting dalam bisnis karena bisa
meningkatkan nilai suatu usaha. Perselisihan bisa terjadi antara pemberi dan penerima modal.
Misalnya, investor merasa penerima investasi tidak membagi keuntungan sesuai dengan
perjanjian. Jika tidak segera diatasi, perselisihan ini bisa menjadi konflik yang besar.

• Sengketa perbankan

4
Seperti namanya, sengketa perbankan terjadi dalam dunia perbankan, baik konvensional
maupun syariah. Sengketa bisa terjadi antara bank dengan perusahaan yang bekerja sama
dengannya ataupun dengan nasabah.

• Sengketa Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Sebagai hak yang dilindungi, adalah wajar HKI harus dihormati. Namun, ada banyak contoh
sengketa bisnis yang melibatkan HKI ini. Misalnya, sengketa tentang hak paten, nama merek
dagang, dan hak cipta. Pihak yang bersengketa bisa merupakan mitra kerja sama sebelumnya,
tetapi bisa juga dua pihak yang tidak saling kenal dan memiliki klaim kepemilikan akan hal
yang sama.

• Sengketa perniagaan lainnya

Sengketa bisnis juga meliputi perselisihan apa pun yang terjadi dalam dunia perniagaan. Jadi,
konflik yang tidak bisa digolongkan ke dalam tiga kategori di atas masih dapat digolongkan
sebagai sengketa bisnis selama konflik tersebut berhubungan dengan aktivitas perniagaan.

Itulah sengketa-sengketa bisnis yang pernah dan kemungkinan besar akan terjadi lagi di
Indonesia, terutama sejak diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di mana kerja
sama dengan pihak asing kini lebih mudah diwujudkan.

Adapun secara umum sengketa bisnis terjadi karena beberapa akibat, antara lain:

1. adanya penipuan atau ingkar janji yang dilakukan oleh salah satu pihak atau kedua belah
pihak yang melakukan perjanjian.

2. Pihak-pihak atau salah satu pihak telah melakukan apa yang telah disepakati namun tidak
sama dengan yang telah diperjanjikan.

3. Pihak-pihak atau salah satu pihak melakukan apa yang dijanjikan, namun terlambat.

4. Pihak-pihak atau salah satu pihak melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.

Beberapa perbuatan yang disebutkan di atas bisa menimbulkan perselisihan antara para pihak,
karena ada pihak yang merasa dirugikan.

Menurut Amran Suadi (2017: 7-8), terdapat beberapa penyebab terjadinya sengketa ekonomi
syariah, antara lain:

5
1. Dalam proses pembuatan akad terdapat ketidaksepahaman para pihak dalam proses bisnis,
karena terjebak pada orientasi keuntungan, karakter coba-coba, atau karena ketidakmampuan
mengenali mitra bisnisnya dan mungkin tidak ada legal cover;

2. Akad atau kontrak sulit untuk dilaksanakan karena:

a. para pihak kurang cermat atau kurang hati-hati ketika melakukan perundingan pendahuluan,

b. tidak mempunyai keahlian untuk mengkontruksikan norma-norma akad yang pasti, adil, dan
efisien,

c. kurang mampu mencermati risiko yang potensial akan terjadi atau secara sadar membiarkan
potensi itu akan terjadi; dan

d. tidak jujur atau amanah.

Menurut Rahmadi (2011:8), terdapat enam teori penyebab terjadinya sengketa di masyarakat,
yaitu:

a. Teori Hubungan masyarakat

Teori hubungan masyarakat, menitikberatkan adanya ketidakpercayaan dan rivalisasi


kelompok dalam masyarakat. Para penganut teori ini memberikan solusi-solusi terhadap
konflik-konflik yang timbul dengan cara peningkatan komunikasi dan saling pengertian antara
kelompok-kelompok yang mengalami konflik, serta pengembangan toleransi agar masyarakat
lebih bisa saling menerima keberagaman dalam masyarakat.

b. Teori Negosiasi prinsip

Teori negosiasi prinsip menjelaskan bahwa konflik terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan
diantara para pihak. Para penganjur teori ini berpendapat bahwa agar sebuah konflik dapat
diselesaikan, maka pelaku harus mampu memisahkan perasaan pribadinya dengan masalah-
masalah dan mampu melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan dan bukan pada posisi
yang sudah tetap.

c. Teori identitas

Teori ini menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok orang merasa identitasnya
terancam oleh pihak lain. Penganut teori identitas mengusulkan penyelesaian konflik karena
identitas yang terancam dilakukan melalui fasilitasi lokakarya dan dialog antara wakil-wakil
kelompok yang mengalami konflik dengan tujuan mengidentifikasikan ancaman-ancaman dan

6
kekhawatiran yang mereka rasakan serta membangun empati dan rekonsiliasi. Tujuan akhirnya
adalah pencapaian kesepakatan bersama yang mengakui identitas pokok semua pihak.

d. Teori kesalahpahaman antar budaya

Teori kesalahpahaman antar budaya menjelaskan bahwa konflik terjadi karena ketidakcocokan
dalam berkomunikasi diantara orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Untuk
itu, diperlukan dialog antara orang-orang yang mengalami konflik guna mengenal dan
memahami budaya masyarakat lainnya, mengurangi stereotip yang mereka miliki terhadap
pihak lain.

e. Teori transformasi

Teori ini menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena adanya masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan serta kesenjangan yang terwujud dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat baik sosial, ekonomi maupun politik. Penganut teori ini berpendapat
bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan melalui beberapa upaya seperti perubahan struktur
dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan, peningkatan hubungan, dan sikap
jangka panjang para pihak yang mengalami konflik, serta pengembangan proses-proses dan
sistem untuk mewujudkan pemberdayaan, keadilan, rekonsiliasi dan pengakuan keberadaan
masing-masing.

f. Teori kebutuhan atau kepentingan manusia

Pada intinya, teori ini mengungkapkan bahwa konflik dapat terjadi karena kebutuhan atau
kepentingan manusia tidak dapat terpenuhi/terhalangi atau merasa dihalangi oleh orang/ pihak
lain. Kebutuhan dan kepentingan manusia dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu substantif,
prosedural, dan psikologis. Kepentingan substantif (substantive) berkaitan dengan kebutuhan
manusia yang yang berhubungan dengan kebendaan seperti uang, sandang, pangan,
papan/rumah, dan kekayaan. Kepentingan prosedural (procedural) berkaitan dengan tata dalam
pergaulan masyarakat, sedangkan kepentingan psikologis (psychological) berhubungan dengan
non-materiil atau bukan kebendaan seperti penghargaan dan empati.

7
D. Arbitrase

Arbitrase berasalal dari bahasa latin yaitu arbitrate yang berarti kekuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu menurut kebijakansanaan. Pada Pasal 1 angka 1 UU Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa dikatakan bahwa ; “Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.” Dapat dilihat bahwa di dalam Black’s Law
Dictionary memasukkan arbitrase ke dalam salah satu ADR, sedangkan dalam UU Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa membedakan arbitrase dengan ADR.

- Keunggulan dan Kelemahan

a. Keunggulan

Menurut Christoper W. Moor, terdapat beberapa kelebihan penggunaan mekanisme ADR bila
dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui

lembaga pengadilan yaitu :

1) Sifat kesukarelaan dalam proses, di mana para pihak pecata bahwa dengan menyelesaikan
penyelesaian melalui alternatif penyelesaian sengketa, akan mendapatkan penyelesaian yang
lebih baik daripada sistem litigasi, karena dalam prosesalternatif penyelesaian sengketa tidak
ada unsur pemaksaan.

2) Prosedur yang cepat, di mana prosedur alternatif penyelesaian sengketa bersifat informal
pihak – pihak yang terlibat mampu menegosiasikan syarat – syarat penggunaanya.

3) Keputusannya bersifat non – judicial, karena kewenangan untuk membuat keputusan ada
pada pihak pihak yang bersengketa, yang berarti pihak pihak yang terlibat mampu meramalkan
dan mengontrol hasil yang disengketakan.

4) Kontrol tentang kebutuhan organisasi di mana prosedur ADR menempatkan keputusan di


tangan orang orang yang mempunyai posisi tertentu, baik untuk menafsirkan tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang dari organisasi yang terlibat, maupun menafsirkan dampak
positif dan negatif dari setiap pilihan penyelesaian sengketa. Pembuatan keputusan oleh para
pihak ketiga sering kali meminta bantuan seorang hakim, juri, atau arbiter untuk membuat
keputusan yang mengikat

8
5) Prosedur rahasia (confidential) prosedur ADR bisa memberikan jaminan kerahasiaan yang
sama besarnya bagi setiap pihak yang terlibat. Pihak – pihak yang bersengketa bisa
berpartisipasi dan menjajaki pilihan penyelesaian sengketa yang potensial dan tetap melindungi
hak – hak mereka untuk mempresentasikan kasus terbaik mereka pada kesempatan berikutnya
tanpa harus takut bahwa data yang dibeberkan dalam prosedur ini digunakan untuk menyerang
balik mereka.

6) Fleksibilitas dalam menentukan syarat – syarat penyelesaian masalah yang komprehensif,


di mana prosedur ini dapat menghindari kendara prosedur yudisial yang sangat terbatas ruang
lingkupnya.

7) Hemat biaya, karena dalam menyelesaiakn sengketa, semakin lama penyelesaiannya maka
akan semakin mahal biaya yag dikeluarkan. Sebagai tambahan biaya yang lebih rendah untuk
membayar pihak netral, biasa bisa dikecilkan dengan membatasi pengeluaran untuk

penemuan (discovery), mempercepat waktu antara penyusunan file dan penyelesaian masalah
dan menghindari biaya – biaya penundaan. Biaya yang disebut terakhir ini merupakan
komponen biaya yang paling mahal dalam kasus kasus hukum.

8) Tingginya kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan, karena putusan yang diambil


yaitu keputusan yang didasarkan pada keterlibatan kesepakatan para pihak yang bersengketa

9) Pemeliharaan hubungan, dengan ADR mampu mempertahankan hubungan kerja atau bisnis
yang sedang berjalan mauoun pada masa yang akan datang.

10) Kontrol dan lebih mudah memperkirakan hasilnya. Cara penyelesaian melalui ADR lebih
mudah memperkirakan keuntungan dan kerugian dibandingkan jika sengketa tersebut
diselesaikan melalui proses litigasi

11) Keputusannya bertahan sepanjang waktu, karena jika dikemudian hari kesepakatan yang
telah dibuatannya itu menjadi suatu sengketa lagi. Pihak – pihak yang terlibat lebih
memanfaatkan bentuk Pemecahan sengketa yang koopperatif dibandingkan menerapkan
pertentangan (advercial)

9
b. Kelemahan

Ada beberapa kelemahan yang merupakan kritik terhadap penggunaan penyelesaian sengketa
luar pengadilan atau ADR, yaitu ;

1. Lembaga ADR tidak punya daya paksa atau kewenangan melakukan eksekusi putusannya.
Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil – hasil penyelesaian yang dicapai dalam ADR,
sehingga mereka seringkali mengingkari dengan berbagai cara, baik mengulur waktu,
perlawanan, gugatan pembatalan, dan sebagainya

2. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme extra judicial, ADR
hanya dapat bertumpu diata salah satunya etika bisnis, seperti itikad baik dan kewajaran.

3. Dalam hal arbitrase, seperti kita ketahui masih terjadinya tarik menarik yuridksis antara
pengadilan negeri dan lembaga arbitrase dalam menyelesaikan sengketa bisnis yang terikat
dalam perjanjian arbitrase. Hal ini mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum, dan pada
akhirnya para pelaku bisnis meragukan efektivitas ADR dalam menyelesaikan sengketa bisnis
secara cepat, efektif, dan efisien serta final.

4. Putusan arbitrase tidak berlaku serta merta, perlu adanya fiat eksekusi dai ketua Pengadilan
negeri setempat. Hal ini mengesankan putusan arbitrase tidak final dan noeksekutorial

5. Tidak semua kasus cocok diselesaikan melalui ADR terutama melalui mediasi. Secara garis
besar mediasi tidak cocok diterapkan pada kasus kasus seperti ;

a. yang memang memerlukan sistem pembalasan publik (pidana);

b. yang memang memerlukan interpretasi hukum;

c. untuk membentuk reformasi hukum secara umum;

d. berdampak terhadap hak – hak sipil/ konstitusional.

6. Prosesnya yang tertutup juga bisa menjadi sebuah kelemahan karna dengan tertutup hal itu
dapat menuburkan terjadinya pelanggaran karena menjauhkan partisipasi publik. Setiap
pelanggaran dapat dimungkinkan dengan mudah dibungkus dengan selimut, dan menjauhkan
dari pengamatan dan penilaian masyarakat dengan dalih adanya “confidentiality”

10
E. Alternatif Penyelesaian sengketa

1. Mediasi

Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk


memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediator adalah dimana
sesorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi atara para pihak, sehingga
pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin
didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di tangan
para pihak sendiri.

Definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi menurut Black’s Law Dictionary,
yang menyatakan bahwa mediasi sebagai berikut ;

“A method of non-binding dispute resoltion involving a neutral third party who tries to help
the disputing parties reach a mutually agreeable solution”

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (1) PERMA Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
dikatakan bahwa ;

“Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk


memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.”

Prinsip mediasi adalah bersiat sukarela atau tunduk pada kesepakatan para pihak, pada
bidang perdata, sederhana, tertutup dan rahasia, serta bersifat menengahi atau bersifat sebagai
fasilitator.

Berbeda dengan arbitrase maupun litigasi yang memiliki putusan mengikat dan
berkekuatan eksekutorial, produk hukum dari suatu proses mediasi adalah kespakatan para
pihak yang berbentuk pejanjian. Dalam hal tercapai kesepakata, maka menurut Pasal 6 ayat (7)
dan ayat (8) UU Arbitrase dana Alternatif Penyelesaian Sengketa , kesepakatan yang telah
diraih dan dibuat dalam bentuk tertulis mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad
baik dan wajib didaftarkan ke pengadilan negeri dalam waktu paling lama 30 hari sejak
penandatanganan. Pelaksanaan kesepakatan dalam alternatif penyelesaian sengketa tersebut
wajib dilakukan paling lambat 30 hari setelah didaftarkannya kesepakatan ke pengadilan
negeri. Dengan didaftarkannya suatu kesepakatan tertulis mediasi ke pengadilan negeri, maka
kesepakatan tersebut akan menjadi suatu kesepakatan yang memiliki kekuatan eksekutorial.

11
Karakteristik Mediasi

• Perpanjangan atau pengembangan proses negosiasi yang dibantu oleh pihak ketiga

• Intervensi dari pihak ketiga (mediator) yang imparsial dan dapat diterima oleh kedua belah
pihak melalui

perundingan

• Pihak ketiga (mediator) (mediator) tidak berwenang berwenang untuk membuat keputusan

• Pihak ketiga (mediator) membantu para pihak untuk mencapai atau menghasilkan
kesepakatan yang dapat diterima para pihak

• Proses bersifat rahasia dan keberadaan mediator disetujui oleh para pihak

KEUNTUNGAN MEDIASI

• Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan baik. Hal ini sangat baik bagi

hubungan bisnis karena pada dasarnya bertumpu pada good relationship dan mutual trust

• Lebih murah dan cepat

• Bersifat Bersifat rahasia rahasia (confidential confidential), sengketa sengketa yang timbul
tidak sampai diketahui oleh pihak luar, penting untuk menjaga reputasi pengusaha karena
umumnya tabu untuk terlibat sengketa

• Hasil-hasil memuaskan semua pihak

• Kesepakatan-kesepakatan lebih komrehensif

• Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan

Jenis Mediasi

A. Mediasi yang dilaksanakan di luar Pengadilan

B. Mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan

- MEDIASI AWAL LITIGASI

- MEDIASI DALAM LITIGASI

- MEDIASI DALAM TINGKAT BANDING, KASASI DAN PENINJAUAN KEMBALI

12
2. Negosisasi

Negosiasi berasal dari kata negotiation yang berarti perundingan. Sedangkan orang
yang mengadakan perundingan disebut nesiator. Negosiasi adalah suatu upaya penyelesaian
sengketa para pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan
bersama atas dasar kerja samayang lebih harmonis dan kreatif. Sedangkan Black’s Law
Dictionary mendifinisikan negosisasi sebagai ;

“a consensual bargaining process in which the parties attemp o reach agreement on a


dispute or pottentially dispute matter. Negotiation also involves complete autonomy for the
parties involved, without the intervention of thirs parties”

Secara sederhana, definisi dari negosisasi adalah suatu proses tawar – menawar atau
upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain melalui proses interaksi, komunikasi
yang dinamis dengan tujuan untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar atas suatu
masalah yang berlangsung.

Berbeda dengan mediasi, komunikasi yang dilaksanakan dalam proses negosisasi


tersebut dibangun oleh para pihak tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah. Kualitas
dari sebuah negosiasi bergantung pada negosiator yang melakukannya. Dalam hal ini, yang
dimaksudkan dengan negosiator adalah pihak itu sendiri ataupun penerima kuasa yang
mewakili pihak yang bernegosiasi.

Negosisasi biasanya dilakukan dalam perkara yang tidak terlalu rumit. Suatu yang
paling penting dalam proses negosiasi adalah itikad baik dari para pihak untuk secara bersama
sama duduk menyelesaikan masalah. Apabila para pihak dapat duduk bersama dengan itikad
baik dan niat untuk mencari suatu kesepakatan, maka negosiasi akan menjadi suatu metode
yang tepat, sederhana dan menguntungkan kedua belah pihak.

Kelebihan penyelesaian sengketa melalui negosiasi

Pihak – pihak yang bersengketa adalah pihak yang paling tahu mengenai masalah yang
menjadi sengketa dan bagaimana cara penyelesaian sengketa yang di inginkan. Dengan
demikian, pihak yang bersengketa dapat mengontrol jalannya proses penyelesaian sengketa ke
arah penyelesaian sengketa yang diharapkan.

13
Keuntungan Negosiasi

• Menciptakan pengertian yang lebih baik mengenai pandangan pihak lawan

• Memungkinkan penyelesaian masalah secara bersama sama (joint problem solving)

• Mengupayakan solusi terbaik yang dapat dipercayai, diterima dan dijalankan kedua belah
pihak

Kelemahan Negosiasi

• Tidak dapat berjalan dengan baik tanpa kemauan dan itikad baik para pihak untuk
bernegosiasi dan melakukan konsesi

• Tidak akan efektif apabila tidak dilakukan oleh pihak –pihak yang mempunyai kewenangan
untuk mengambil keputusan

• Sulit berjalan baik apabila para pihak berada dalam situasi datau posisi yang tidak seimbang
atau berat sebelah

- Pola Perilaku dalam Negosiasi:

(1)Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak menyetujui,


menunjukkan kelemahan pihak lain.

(2)Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui, membangkitkan


motivasi, mengembangkan interaksi.

(3)Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi pembicaraan,
berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.

(4)Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian pada “here and
now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi.

- Ketrampilan Negosiasi:

(1)Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain mengamatinya.

(2)Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak yang terlibat
dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.

(3)Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti dan tuntutan di
luar perhitungan.

14
(4)Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain akan memahami
sepenuhnya gagasan yang diajukan.

(5) Cepat memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha menyesuaikan diri dengan
keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.

3.Konsultasi

Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu
(klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan
memberikan pendapatnya pada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan klinenya.132
Tidak ada suatu rumusan ataupun penjelasan yang diberikan dalam UU Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa mengenai makna maupun arti dari konsultasi. Jika melihat pada Black's
Law Dictionary dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan konsultasi (consultation) adalah
;

“Act of consulting or conferring : e.g. patient with doctor, client with lawyer.
Deliberation of persons on some subject.”

Dari rumusan yang diberikan dalam Black's Law Dictionary tersebut dapat diketahui,
bahwa pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara
suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak
konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan
dan kebutuhan kliennya tersebut.

Didalam konsultasi, klien adalah bebas untuk menentukan sendiri keputusan yang akan
ia ambil untuk kepentingannya sendiri, walau demikian tidak menutup kemungkinan klien akan
dapat mempergunakan pendapat yang disampaikan oleh pihak konsultan tersebut. Ini berarti
dalam konsultasi, sebagai suatu bentuk pranata alternative penyelesaian sengketa, peran dari
konsultan dalam menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang ada tidak dominan sama
sekali, konsultan hanyalah memberikan pendapat (hukum), sebagaimana diminta

oleh kliennya, yang untuk selanjutnya keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut
akan diambil sendiri oleh para pihak, meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan
kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh
para pihak yang bersengketa tersebut.

15
4. Konsiliasi

Konsiliasi adalah dimana penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan


kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima. UU Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas
pengertian atau definisi dari konsiliasi. Bahkan tidak dapat ditemui satu ketentuan pun dalam
UU Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ini mengatur mengenai konsiliasi.
Perkataan konsiliasi sebagai salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa dapat
ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (10) dan Alenia ke - 9 Penjelasan Umum UU Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua
cara ini adalah melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa secara damai. Konsiliasi
dan mediasi sulit dibedakan.

Namun menurut Behrens, ada perbedaan antara kedua istilah metode ini yaitu konsiliasi
lebih formal daripada mediasi. Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang individu atau
suatu badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Persidangan suatu komisi
konsiliasi biasanya terdiri dari dua tahap, yaitu tahap tertulis dan tahap lisan. Dalam tahap
pertama, (sengketa yang diuraikan secara tertulis) diserahkan kepada badan konsiliasi.
Kemudian badan ini akan mendengarkan keterangan lisan dari para pihak. Para pihak dapat
hadir pada tahap pendengaran, tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya.

5 Penilaian Ahli

UU Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan suatu rumusan


yang eksplisit atas pengertian atau definisi dari konsiliasi. Bahkan tidak dapat ditemui satu
ketentuan pun dalam UU Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ini mengatur
mengenai penilaian ahli. Namun, menurut Frans Hendra Winarta Penilain ahli adalah pendapat
para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.

Didalam memberikan pendapat, di dalam beberapa kasus para ahli dimintakan pendapat
sesuai keahliannya, sebagai contoh untuk memberikan penafsiran terhadap bagian perjanjian
yang kurang jelas. Yang dimana tujuan dari pendapat ahli adalah adanya penafsiran yang valid
sehingga tidak ada lagi perbedaan penafsiran di antara para pihak.

16
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan Pembahasan di atas di jelaskan bahawa defsini tentang penyelesaian


sengketa bisnis “ Suatu situasi di mana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Pihak
yang merasa dirugikan menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua dan apabila
apabila pihak kedua tidak menanggapi dan memuaskan pihak pertama, serta menunjukkan
perbedaan pendapat”, yang dapat diawali adanya kontrak maupun tidak diawali kontrak.
Bagaimana Penyebab terjadinya sengketa bisnis dan disertai jenis jenis sengketa bisnis ,
bagaimana tahapan terjadinya sengketa bisnis. Dan mengenai Pembahasan Arbitrase atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang disepakat para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/penyelesaian-sengketa-ekonomi-makalah-aspek-hukum-
dalam-ekonomi/

Silondae, Arus Akbar. Aspek hukum dalam ekonomi dan bisnis. mitra wacana media. 2010

http://www.ekomarwanto.com/2011/05/arbitrase-dan-alternatif-penyelesaian.html

http://artikelterbaru.com/hukum/penyelesaian-sengketa-20111263.html

18

Anda mungkin juga menyukai