Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Pemeriksaan Perkara Ekonomi Syariah (Gugatan Biasa


dan Gugatan Sederhana)”

Diajukan Untuk Dipresentasikan Pada Mata Kuliah: Peradilan


Agama di Indonesia
Dosen Pengampu: Beni Kurniawan, S.Sy., M.H

Disusun Oleh Kelompok 9:


Hamzah Haz
Riza Raudatul janna
Fhajar Arya Armand

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.
Alhamdulillah berkat Rahmat dan Ridha-Nya penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Perkara
Ekonomi Syariah (Gugatan Biasa dan Gugatan Sederhana)”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
“Peradilan Agama di Indonesia” tahun akademik 2023.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, 25 November 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Pengertian Sengketa/Perkara Ekonomi Syariah...............................3
B. Gugatan Sederhana dan Biasa.........................................................4
C. Persamaan dan Perbedaan Antara Gugatan Perdata Biasa dan
Gugatan Sederhana/ Small Claim Court.....................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................12
B. Saran.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi pada era
reformasi 4.0. berdampak pula terhadap meningkatnya perkara di bidang
ekonomi syariah. Dalam hal ini aparat penegak hukum akan dituntut lebih
untuk memiliki wawasan yang cukup komprehensif terkait permasalahan
tersebut. Masuknya berkas perkara yang timbul karena ekonomi syariah
menjadi salah satu kompetensi absolut peradilan agama tentunya menjadi
tantangan baru bagi penegak hukum di lembaga ini, yang mana
pengadilan agama belum memiliki pengalaman hukum dalam
menyelesaikan perkara ekonomi syariah tersebut. Fakta ini cukup
beralasan mengingat luas dan beragamnya jenis-jenis transaksi ekonomi
syariah.
Kegiatan ekonomi yang sangat pesat dikalangan masyarakat
menimbulkan munculnya sengketa ekonomi syariah. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh berapa faktor diantaranya yaitu berdirinya banyak
badan usaha yang memakai label Syariah, seperti Bank, Asuransi.
pegadaian dan masih banyak yang lainnya. Seiring berjalannya waktu
dalam setiap prosesnya pasti akan ada permasalahan keperdataan dalam
menjalankan roda badan usaha yang berlabel syariah tersebut, maka
penyelesaiannya pun harus dilakukan oleh lembaga yang benar-benar
paham syariat Islam. Yang termasuk dalam ranah ekonomi syariah telah
diatur yaitu meliputi: Bank. Lembaga keuangan mikro, Asuransi,
Reasuransi, Reksa dana. Obligasi. Sekuritas, Pembiayaan, Pegadaian,
Dana pensiun lembaga keuangan dan Bisnis yang semuanya ada label
syariah dibelakangnya.

1
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan perkara ekonomi syariah?
2. Apa yang dimaksud dengan gugatan sederhana dan biasa?
3. Sebutkan persamaan dan perbedaan antara gugatan sederhana dan
biasa?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan perkara ekonomi
syariah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gugatan sederhana dan
gugatan biasa.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara gugatan
sederhana dan biasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sengketa/Perkara Ekonomi Syariah


Menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia, sengketa adalah
sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran,
perbantahan, atau perselisihan. Adapun secara istilah, sengketa
merupakan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal
dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak
milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya dan
dapat diberikan sanksi hukum terhadap salah satu diantara
keduanya.
Selanjutnya, kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang
mempunyai hubungan dengan masalah harta dan benda. Kegiatan
ekonomi bisa terjalin apabila terjadi transaksi antara satu pelaku
ekonomi dengan lainnya. Akan tetapi dalam praktiknya setiap
terjadinya suatu transaksi tersebut pasti menimbulkan
permasalahan dikemudian hari.
Sedangkan, ekonomi syariah (Islamic Economics) menurut
Sarkaniputra diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tata
kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk
mencapai ridha Allah, dengan kata lain merupakan suatu perbuatan
atau kegiatan usaha yang dalam pelaksanaanya menganut prinsip
syariah atau juga dapat diartikan sebagai suatu sistem ekonomi
yang berlandaskan nilai dan ajaran yang terkandung dalam Islam."
Berdasarkan pengertian di atas, maka kesimpulan yang
tepat mengenai sengketa ekonomi syariah adalah suatu
pertentangan antara dua atau lebih pelaku ekonomi yang kegiatan
usahanya tersebut dijalankan menurut prinsip dan asas hukum
ekonomi syariah yang dipicu oleh perbedaan persepsi tentang

3
suatu kepentingan yang bisa menimbulkan akibat hukum bagi
keduanya dan kepadanya dapat diberikan sanksi hukum sesuai
dengan apa yang telah dilakukan terhadap salah satu diantara
mereka.
Adapun yang dimaksud Perkara Ekonomi Syariah dalam
Peraturan Mahkamah Agung nomor 14 Tahun 2016 adalah perkara
di bidang ekonomi syariah meliputi:
1. Bank Syariah
2. Lembaga keuangan mikro syariah
3. Asuransi syariah
4. Reasuransi syariah
5. Reksadana syariah
6. Obligasi syariah
7. Surat berharga berjangka syariah
8. Sekuritas syariah
9. Pembiayaan syariah
10. Pegadaian syariah
11. Dana pensiun lembaga keuangan syariah
12. Bisnis syariah, termasuk wakaf, zakat, infaq, dan shadaqah yang
bersifat komersial, baik yang bersifat kontensius maupun volunteer.
Berkembanganya institusi keuangan syariah, baik bank
maupun non bank telah diprediksi oleh para ahli akan menimbulkan
persengketaan di antara para pihak. Untuk mengantisipasi dan
memberi kenyamanan dalam bertransaksi jika terjadi
persengketaan, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang
tentang Peradilan Agama Nomor 3 tahun 2006 (Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1989 tentang Peradilan Agama)
yang merupakan respon dari keinginan masyarakat yang
membutuhkan payung hukum yang jelas jika terjadinya sengketa di
bidang ekonomi syariah.

4
B. Gugatan Sederhana dan Biasa
Gugatan sederhana merupakan gugatan perdata dengan
nilai gugatan materiil paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian
yang sederhana. Penyelesaian dengan gugatan sederhana hanya
bisa digunakan untuk perkara ingkar janji (wanprestasi) dan/atau
Perbuatan Melawan Hukum (PMH).
Perkara ingkar janji (wanprestasi) merupakan perkara yang
timbul akibat tidak dipenuhinya sebuah perjanjian, baik secara
tertulis ataupun tidak tertulis. Misalkan, A dan B melakukan jual beli
terhadap suatu barang. Dalam perjalannyan, A telah menyerahkan
sejumlah uang, namun B belum memberikan barang yang
dijanjikan untuk diserahkan.
Perkara PMH adalah perkara yang timbul akibat
dirugikannya satu pihak akibat tindakan pihak lain, tidak ada
perjanjian sebelumnya. Misalkan, A ditabrak B pada suatu
kecelakaan lalu lintas. Akibat perbuatan B, A mengalami cidera dan
memerlukan biaya pengobatan rumah sakit, maka A dapat
menggugat B untuk mengganti seluruh kerugian yang disebabkan
oleh perbuatan B.
Namun demikian, tidak semua perkara ingkar janji dan PMH
dapat diselesaikan melalui penyelesaian gugatan sederhana.
Perkara yang tidak dapat diselesaikan melalui mekanisme ini
antara lain:
1. Perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan
khusus sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan,
seperti persaingan usaha sengketa konsumen dan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
2. Perkara yang berkaitan dengan sengketa hak atas tanah

5
Perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui
pengadilan khusus sebagaimana diatur di dalam peraturan. Para
pihak harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Masing-masing satu penggugat dan tergugat yang merupakan orang
perseorangan atau badan hukum. Penggugat maupun tergugat dapat
lebih dari satu apabila memiliki kepentingan hukum yang sama;
2. Penggugat dan tergugat berada dalam daerah hukum yang sama.
3. Jenis perkara berupa ingkar janji ataupun perbuatan melawan hukum,
kecuali untuk perkara yang telah dikecualikan, sengketa atas tanah
dan/atau perkara yang masuk yurisdiksi pengadilan khusus.
4. Nilai gugatan materiil paling banyak Rp200.000.000,-.
5. Perkara yang Dikecualikan dari Gugatan Sederhana
Perkara yang dikecualikan dari gugatan sederhana di
antaranya:
1. Perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan
khusus sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan,
seperti persaingan usaha sengketa konsumen dan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
2. Perkara yang berkaitan dengan sengketa hak atas tanah.
3. Pihak yang Dapat Mengajukan Gugatan Sederhana
Seluruh subyek hukum, baik orang perseorangan ataupun
badan hukum, dapat mengajukan gugatan sederhana, asalkan
tidak lebih dari satu kecuali memiliki kepentingan hukum yang
sama.
Adapun tahapan penyelesaian gugatan sederhana meliputi:
1. Pendaftaran;
2. Pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana;
3. Penetapan hakim dan penunjukan panitera pengganti;
4. Pemeriksaan pendahuluan;
5. Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak;
6. Pemeriksaan sidang dan perdamaian;

6
7. Pembuktian
8. Putusan
Gugatan sederhana diselesaikan paling lama 25 (dua puluh
lima) hari sejak hari sidang pertama. Terdapat beberapa hal yang
anda harus perhatikan dan ketahui, setelah anda mendaftarkan
perkara gugatan anda, sebagai berikut:
1. Setelah gugatan anda didaftarkan, anda menunggu panggilan dari
pengadilan. Petugas pengadilan akan mencatat gugatan anda dalam
buku register khusus gugatan sederhana. Setelah dicatatkan, berkas
anda akan diserahkan kepada ketua pengadilan.
2. Ketua pengadilan menunjuk hakim yang akan memeriksa dan
memutus perkara yang anda ajukan. Panggilan dilakukan oleh jurusita
ke alamat yang tertera di dalam formulir gugatan. Pemberitahuan
terkait informasi sidang dapat juga dilakukan melalui pesan teks (SMS)
ataupun surat elektronik (Email) yang anda cantumkan dalam formulir
gugatan.
3. Hakim yang ditunjuk akan melakukan pemeriksaan atas perkara anda.
Apabila hakim berpendapat bahwa gugatan tidak termasuk dalam
gugatan sederhana, maka hakim mengeluarkan penetapan yang
menyatakan bahwa gugatan bukan gugatan sederhana, mencoret dari
register perkara dan memerintahkan pengembalian sisa biaya perkara
setelah dipotong biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengadilan, di
antaranya, biaya panggilan dan biaya-biaya lainnya yang sudah
dikeluarkan kepada anda.
4. Jika gugatan anda dinyatakan bukan gugatan sederhana, bukan
berarti hak anda untuk mendapatkan keadilan menjadi hilang. Anda
dapat mengajukan gugatan ke dalam gugatan biasa.
5. Apabila hakim berpendapat bahwa gugatan yang diajukan penggugat
adalah gugatan sederhana, maka hakim menetapkan hari sidang
pertama. Baik penggugat maupun tergugat akan dipanggil oleh
pengadilan untuk hadir pada sidang pertama.

7
Merujuk pada isi Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4
Tahun 2019, maka Pemeriksaan Pendahuluan menjadi tahapan
paling krusial karena di tahap ini, hakim berwenang menilai dan
kemudian menentukan apakah perkara tersebut adalah gugatan
sederhana. Di dalam Pemeriksaan Pendahuluan, apabila dalam
pemeriksaan Hakim berpendapat bahwa gugatan tidak termasuk
dalam gugatan sederhana, maka Hakim mengeluarkan penetapan
yang menyatakan bahwa gugatan bukan gugatan sederhana,
mencoret dari register perkara dan memerintahkan pengembalian
sisa biaya perkara kepada penggugat.
Terkait putusan akhir gugatan sederhana, para pihak dapat
mengajukan keberatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah putusan
diucapkan atau setelah pemberitahuan putusan. Keberatan ini
diputus majelis hakim sebagai putusan akhir, sehingga tidak
tersedia upaya hukum banding, kasasi, atau peninjauan kembali.
Disebutkan dalam Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun
2019 bahwa hakim wajib untuk berperan aktif dalam:
1. Memberikan penjelasan mengenai acara gugatan sederhana secara
berimbang kepada para pihak;
2. Mengupayakan penyelesaian perkara secara damai termasuk
menyarankan kepada para pihak untuk melakukan perdamaian di luar
persidangan;
3. Menuntun para pihak dalam pembuktian; dan
4. Menjelaskan upaya hukum yang dapat ditempuh para pihak

C. Persamaan dan Perbedaan Antara Gugatan Biasa dan Gugatan


Sederhana/ Small Claim Court

1. Klasifikasi dan Tuntutan Kerugian Dalam Gugatan Biasa dan Gugatan


Sederhana/ Small Claim Court
a. Persamaan

8
Terdapat persamaan diantara gugatan biasa dengan
gugatan sederhana/ small claim court yaitu masuk dalam lingkup
jurisdiction contentiosa yang artinya mengandung sengketa, bahwa
terdapat sesuatu yang diperselisihkan, sehingga yang dimaksud
disini ialah perkara yang mengandung sengketa, sengketa tersebut
diajukan melalui gugatan perdata ke pengadilan. Baik gugatan
biasa dengan gugatan sederhana/ small claim court bukan/tidak
termasuk dalam lingkup jurisdiction voultaria.
Selanjutnya persamaan lainnya yaitu berkaitan dengan
klasifikasi gugatan yang diajukan, baik gugatan biasa dengan
gugatan sederhana/ small claim court mengakomodir klasifikasi
gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) berdasarkan ketentuan
Pasal 1365 KUHPerdata dan wanprestasi berdasarkan ketentuan
Pasal 1238 KUHPerdata, pada gugatan sederhana/ small claim
court hal tersebut diatur pada ketentuan Pasal 3 ayat (1) Perma GS
2019.
b. Perbedaan
Pada gugatan sederhana/ small claim court nilai gugatan
materil paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
sedangkan pada gugatan biasa nilai gugatan yang dituntut tidak
ada pembatasan, artinya sebesar apapun nilai gugatan yang
diajukan diperbolehkan.
Perbedaan selanjutnya ialah pada gugatan sederhana/ small
claim court hanya dapat diajukan tuntutan materil, tidak dapat
diajukan tuntutan imateril, sedangkan pada gugatan biasa nilai
dapat menuntut materil maupun imateril.

2. Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Gugatan Biasa dan Gugatan


Sederhana/ Small Claim Court
a. Persamaan

9
Baik gugatan biasa maupun gugatan sederhana/ small claim
court dalam pengajuan gugatan ke pengadilan menerapkan asas
actor sequitur forum rei artinya yang berwenang mengadili suatu
perkara adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal tergugat.
b. Perbedaan
Pada gugatan biasa tidak ditentukan berapa jumlah pihak
dalam sebuah perkara, tidak ada pembatasan jumlah pihak yang
didudukkan sebagai tergugat, Sedangkan pada gugatan
sederhana/ small claim court tidak ada pihak yang dapat didudukan
sebagai turut tergugat.

3. Susunan Hakim Pada Gugatan Biasa dan Gugatan Sederhana/ Small


Claim Court
a. Persamaan
Persamaan diantara Gugatan Biasa dan Gugatan
Sederhana/ Small Claim Court, yaitu sama-sama disidangkan oleh
Hakim pada Pengadilan Negeri sebagai badan peradilan umum
yang berada di bawah Mahkamah Agung Republik Indonesia.
b. Perbedaan
Pada gugatan biasa penyelesaian di pengadilan dengan
Majelis Hakim yang terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim, sedangkan
Gugatan Sederhana/ Small Claim Court menerapkan sistem Hakim
Tunggal, formasi Majelis Hakim hanya untuk upaya hukum
keberatan terhadap putusan sebagaimana diatur pada ketentuan
Pasal 25 Perma GS 2015.

4. Jangka Waktu Penyelesaian


a. Persamaan
Persamaan diantara Gugatan Biasa dan Gugatan
Sederhana/ Small Claim Court, yaitu sama-sama diatur mengenai
jangka waktu penyelesaian perkara.

10
b. Perbedaan
Salah satu ciri yang membedakan antara gugatan
sederhana/ small claim court dengan gugatan biasa adalah
mengenai jangka waktu penyelesaian perkara gugatan sederhana,
yang dibatasi hanya paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja yang
dihitung sejak hari persidangan pertama, tidak hanya itu proses
penyelesaian gugatan sederhana/ small claim court berakhir hanya
pada tingkaatan Pengadilan Negeri. Jangka waktu proses gugatan
sederhana/ small claim court lebih cepat jika dibandingkan dengan
jangka waktu proses penyelesaian gugatan biasa.

5. Tahapan Pemeriksaan Dipersidangan Antara Gugatan Biasa dan


Gugatan Sederhana/ Small Claim Court
a. Persamaan
Persamaan diantara Gugatan Biasa dan Gugatan
Sederhana/ Small Claim Court, dari segi tahapan persidangan ialah
di persidangan sama-sama diupayakan perdamaian. Pada gugatan
biasa Hakim wajib untuk mengupayakan perdamaian sebagaimana
ketentuan Pasal 130 HIR/ 154 Rbg, sedangkan pada gugatan
sederhana ketentuan yang mewajibkan diupayakan perdamaian
diatur pada ketentuan Pasal 15 ayat (1) Perma GS 2015 yang
menyatakan bahwa pada hari sidang pertama, Hakim wajib
mengupayakan perdamaian dengan memperhatikan batas waktu
penyelesaian gugatan sederhana (25 hari kerja). Hanya saja dalam
gugatan biasa wajib untuk proses mediasi di pengadilan,
sedangkan dalam gugatan sederhana/ small claim court tidak ada
proses mediasi di pengadilan. Lalu persamaan lainya ialah terdapat
agenda persidangan pembacaan gugatan, jawaban tergugat,
pembuktian dan pembacaan putusan.
b. Perbedaan

11
Pada awal persidangan baik pada gugatan biasa maupun
gugatan sederhana/ small claim court, hakim wajib untuk
mengupayakan perdamaian diantara para pihak yang bersengketa,
hal tersebut merupakan amanat dari ketentuan Pasal 130 HIR/154
Rbg. Pada acara pemeriksaan gugatan biasa para pihak wajib
untuk menempuh proses mediasi di pengadilan sedangkan
terhadap gugatan sederhana/ small claim court dikecualikan dari
kewajiban untuk proses mediasi di pengadilan.
Sedangkan pada proses penyelesaian gugatan sederhana/
small claim court dikecualikan dari kewajiban untuk proses mediasi
di pengadilan. Pengecualian tersebut diatur dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf a angka 8 Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa poin materi yang sudah di paparkan diatas.
Maka, dapat diambil kesimpulan yaitu:
a. Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat,
pertengkaran, perbantahan, atau perselisihan. Adapun secara istilah,
sengketa merupakan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau
hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya dan
dapat diberikan sanksi hukum terhadap salah satu diantara keduanya.
b. Gugatan sederhana merupakan gugatan dengan nilai gugatan materiil
paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang
diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian yang sederhana.
Penyelesaian dengan gugatan sederhana hanya bisa digunakan untuk
perkara ingkar janji (wanprestasi) dan/atau Perbuatan Melawan
Hukum (PMH).

12
B. Saran
Apabila penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dalam penulisan maupun isi materi, kami selaku
pemakalah meminta maaf dan semoga ada kritik dan saran yang
bermanfaat serta membangun untuk makalah kami agar lebih baik
lagi kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suadi, Amran. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan


Praktik. Depok: Kencana. 2017.
Mansyur, Ridwan & D.Y. Witanto. Gugatan Sederhana Teori, Praktik dan
Permasalahannya. Jakarta: Pustaka Dunia. 2017.
Yudhistira dan Alfi. Penyelesaian Gugatan Sederhana Dalam Perkara
Perdata di Pengadilan. Jember: Universitas Jember. 2016.
Erna Purnawati. Penerapan Gugatan Sederhana Dalam Penyelesaian
Perkara Wanprestasi Di Pengadilan Negeri Selong. Jurnal Juridica,
Fakultas Hukum Universitas Gunung Rinjani. Vol. 2, No.1. 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai