Anda di halaman 1dari 11

‘LEMBAGA DAN INSTRUMEN KEUANGAN DALAM PANDANGAN ISLAM”

MAKALAH

Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

HUKUM EKONOMI SYARIAH


Dosen Pengampu: Hasbi, S.Ag., M.E
Semester 2 Tahun Akademik 2023

Oleh:

Kelompok 7 IFK-D

ANDI AHMAD TRISWANSYAH (10900122121)

ANDI MUH AYYUB S (10900122117)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan limpahan


karunia yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW. Pembawa risalah Allah SWT. Mengandung
pedoman hidup yang terang bagi umat manusia didunia dan diakhirat kelak.

Makalah ini membahas tentang “Lembaga dan instrumen


keuangan dalam pandangan islam”. Kami sadar bahwa penyusunan
makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca khususnya Mahasiswa/i. Semoga juga
menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Aamiin.

Gowa, 6 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3


BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Keuangan Syariah......................................................... 4

B. Instrumen Keuangan Syariah................................................................ 6

C. Manfaat Kegiatan Ekonomi Dan Keuangan Syariah............................ 8

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan............................................................................................. 9

B.Saran........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah baik di level nasional
maupun internasional telah memberikan gambaran bahwa sistem ekonomi Islam
mampu beradaptasi dengan perekonomian konvensional yang telah berabad-
abad menguasai kehidupan masyarakat dunia dan terjadi di Indonesia. Sistem
ekonomi atau sistem keuangan Islam dilakukan untuk memenuhi maqashidus
syariah bagian memelihara harta. Dalam menjalankan sistem keuangan Islam,
faktor yang paling utama adalah adanya akad atau kontrak atau transaksi yang
sesuai dengan syariat Islam. Agar akad tersebut sesuai syariah, maka akad
tersebut harus memenuhi prinsip keuangan syariah,yang berarti tidak
mengandung hal-hal yang dilarang oleh syariah. Dari prinsip ini, berkembanglah
berbagai instrumen keuangan syariah

B. Rumusan Masalah

1.Apa saja prinsip-prinsip keuangan syariah?

2.Apa saja instrumen keuangan syariah?

3.Apa manfaat kegiatan ekonomi dan keuangan syariah?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip prinsip keuangan syariah


Sistem keuangan syariah tidak hanya berbicara mengenai larangan ribayang
juga telah dilarang pada agama samawi seperti agama Yahudi dan Nasrani, tetapi
juga mengatur mengenai larangan tindakan penipuan, larangan tindakan
spekulasi, larangan suap, larangan transaksi yang melibatkan
barangharam,larangan menimbun barang(ihtikar),dan larangan monopoli.Konsep
sistem keuangan syariah diawali dengan pengembangan konsep ekonomi
Islam.1Pengembangan konsep ekonomi Islam dimulai dengan membicarakan isu-
isu ekonomi makro. Konsep ekonomi Islam harus didukung oleh sistem yang lebih
bersifat praktis yaitu sistem keuangan syariah dengan mencari suatu sistem yang
dapat menghindari riba bagi muslim.Usulan yang muncul pertama kali adalah
sistem kerja sama untuk membagi laba rugi yang diperoleh dari kegiaan
usaha.Filosofi sistem keuangan syariah “bebas bunga” (larangan riba) tidak hanya
melihat interaksi antara faktor produksi dan perilaku ekonomi sepertiyang dikenal
pada sistem keuangan konvensional, melainkan juga harus menyeimbangkan
berbagai unsur etika, moral, sosial, dan dimensi keagamaan untuk meningkatkan
pemerataan dan keadilan menuju masyarakat yang sejahtera secara
menyeluruh.Melalui sistem kerja sama bagi hasil maka akan ada pembagian
risiko.Risiko yang timbul dalam aktivitas keuangan tidak hanya ditanggung
penerima modal atau pengusaha saja, tetapi juga akan diterima oleh
pemberimodal.Pemberi modal maupun penerima modal harus saling berbagi
risikosecara adil dan proporsional sesuai dengan kesepakatan bersama.Dalam
sistem keuangan syariah pemberi dana lebih dikenal dengan investor. Investor
harus menanggung risiko yang biasanya sesuai modal yang ditanamkan.Investor
tidak hanya memberikan pinjaman saja lalu menerima pengembalian pinjaman
dari hasil aktivitass perdagangan, tetapi juga bersama-sama bertanggung jawab
atas kelancaran aktivitas perdagangan untuk mencapaitingkat pengembalian yang
optimal.
Berikut ini prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur melaluiAl-
Quran dan As-sunah:

1
Arbi, Syafii. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank.Jakarta:Djambatan

4
1.Pelarangan Riba

Dalam bahasa Arab, riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat
penjualan maupun pinjaman. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan
sosial, persamaan, dan hak atas barang karena sistem riba inihanya menguntungkan
para pemberi pinjaman atau pemilik harta, sedangakan pengusaha tidak
diperlakukan sama.
2.Pembagian Risiko
Pembagian risiko merupakan konsekuensi logis dari pelarangan ribayang
menetapkan hasil bagi pemberi modal di muka. Sedangkan melalui pembagian
risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di belakang, besarannya tergantung
dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belah pihak akan saling
membantu untuk bersama-sama memperoleh laba,selain lebih mencerminkan
keadilan.2
3.Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial
Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang berkembang saat
ini, fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar, tetapi juga sebagaikomoditas dan
sebagai modal potensial.Dalam fungsinya sebagai komoditas,uang dipandang
dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek
transaksi untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam fungsinya sebagai
modal nyata, uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik
menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem keuangan Islam
memandang uang boleh dianggap sebagai modal apabila digunakan bersamaan
dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.
4.Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif
Larangan melakukan kegiatan spekulatif sama dengan larangan untuk
transaksi yang memiliki risiko yang sangat besar.
5.Kesucian Kontrak
Oleh karena Islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tingginilainya
sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengankontrak harus
dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko atas informasi yang asimetri dan
timbulnya moral hazard.

6.Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah

Seluruh kegiatan usaha yang dilakukan harus merupakan kegiatanyang


diperbolehkan menurut syariahJadi, prinsip keuangan syariah mengacu kepada
prinsip rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan

2
Antonio, M.Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: GemaInsani Press .

5
dizalimi (latazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al
kharaj bial dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

B. Instrumen Keuangan Syariah


Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk


uncertaintycontract.Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:

a.Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana
pemilik modal ( shahibulmaal ) mempercayakan sejumlah modalkepada
pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil
atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatandimuka,sedangkan
apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada
unsur kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.

b.Musyarokah adalah akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggungsecara porposional sesuai dengan kontribusi
modal. Bentuk kontribusidari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana,
barang dagangan(trading asset),kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian
( skill ),kepemilikan (property), peralatan (equipment ) atau hak paten( intangible
asset ), kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness), dan lainnya.

c.Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang berprinsip syariah.

d. Saham syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya adalah


perusahaan tersebut memiliki piutang dagang relatif lebih kecil dibandingkan total
asetnya (dow jones Islamic: kurang dari 45%),perusahaan tersebut memiliki
utang yang kecil dibandingkan nilaikapitalisasi pasar (dow jones Islamic: kurang
dari 33%), perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil,(dow jones Islamic:
kurangdari 5%).3

2. Akad jual beli atau sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract.Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:

a. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya


perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
Harga disepakati antara pembeli dan penjual pada saat transaksi dan tidak boleh
berubah.

b.Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum
ada. Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan
secara tunai. Sekilas transaksi ini mirip ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
3
Euis Amalia,dkk. 2007. Serial Buku Pedoman Praktyekum Fakultas Syariahdan Hukum No 1, Buku Modul Praktekum
Bank Mini, Konsep danMekanisme Bank Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6
c.Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam
istishna’pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapakali
(termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.Biasanya istishna’
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi dengan kontrak
pembelian barang melalui pesanan (order khusus). Pembeli menugasi produsen
(al sani’) untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan), sesuai spesifikasi
yang disyaratkan pembeli(al-mustasni’) dan menjualnya dengan harga yang
disepakati.

d. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.4

3. Akad lainnya meliputi:

a.Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.Transaksi
jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama
mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

b.Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan puntitipan diambil
pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembaliuang atau barang titipan
tersebut. Wadiah terbagi dua yaitu;
.Wiadah Amanah

Di mana uang atau barang yang dititipkan hanya bolehdisimpan dan tidak
didayagunakan, sedangkan

.Wadiah Yadhamanah

Di mana uang atau barang yang dititipkan bolehdidayagunakan dan hasil


pendayagunaan tidak terdapat kewajibanuntuk dibagihasilkan oleh pemberi
titipan

c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanyaimbalan,


waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antarapemberi dan penerima
pinjaman. Biaya administrasi, dalam jumlahyang terbatas, diperkenankan untuk
dibebankan kepada peminjam.

d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain.Untuk
jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.

e. Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas


pembayaran utang satu pihak pada pihak lain.
f. Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil )
kepada pihak lain (al-muhal’ailah) atas dasar saling mempercayai.

g. Rahn merupakan sebuah perjanjian dengan jaminan asset. Berupa penahanan


harta milik si peminjam atas pinjaman yang diterimanya.

C. Prinsip-prinsip Syariah Dalam Kegiatan Ekonomi dan Keuangan

4
Muhamad. 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, UII PressYogyakarta.

7
Serta Manfaatnya
Teori ekonomi perusahaan yang selama ini berkembang menekankan pada
prinsip memaksimalkan keuntungan perusahaan(shareholder value),namun
dewasa ini teori-teori ekonomi tersebut telah mulai bergeser pada sistem nilai
yang lebih luas (stakeholder value) di mana manfaat yang didapatkan tidak lagi
difokuskan hanya pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang
dapat merasakan manfaat hadirnya suatu unit kegiatan ekonomi.5

Sistem ekonomi syariah menekankan konsep manfaat pada kegiatan


ekonomi yang lebih luas lagi,bukan hanya pada manfaat di setiap akhir kegiatan,
tetapi juga pada setiap proses transaksi. Setiap kegiatan termasuk proses
transaksi harus mengacu pada konsep maslahat dan menjunjung tinggiasas
keadilan. Prinsip ini juga menekankan para pelaku ekonomi untuk selalu
menjunjung tinggi etika dan norma hukum dalam kegiatan ekonomi.

Sebagai realisasi dari konsep syariah, pada dasarnya sistem


ekonomi/perbankan syariah memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu
prinsipkeadilan, menghindari kegiatan yang dilarang dan memperhatikan aspek
kemanfaatan.Oleh karena itu,keseimbangan antara memaksimalkan keuntungan
dan pemenuhan prinsip syariah menjadi hal yang mendasar bagi kegiatan
operasional bank syariah.
Dalam hal pelaksanaannya, prinsip ekonomi syariah akan tercermin dalam
nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif yaitumikro dan
makro. Nilai-nilai syariah dalam perspektif mikro menekankan aspek kompetensi
atau profesionalisme dan sikap amanah. Dalam perspektif makro nilai-nilai
syariah menekankan aspek distribusi, pelarangan riba dankegiatan ekonomi
yang tidak memberikan manfaat secara nyata kepada sistem perekonomian.
Dengan demikian, dapat dilihat secara jelas potensi manfaat keberadaan sistem
perekonomian/ perbankan syariah yang ditujukan bukan hanya untuk umat
muslim, akan tetapi bagi seluruh umat manusia

BAB III

5
Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip-prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur melalui Al-Quran


dan As-sunah adalah pelarangan riba, pembagian risiko, tidak menganggap uang
sebagai modal potensial, larangan melakukan kegiatan spekulatif, kesucian
kontrak, aktivitas usaha harus sesuai syariah.Prinsip keuangan syariah mengacu
kepada prinsip rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang
menzalimi dan dizalimi(latazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul
bersama biaya (al kharaj bial dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bi al ghurmi).

Sedangkan instrument keuangan syariah dikelompokkan menjadi tiga,yaitu akad


investasi yang terdiri dari mudharabah, musyarakah, sukuk, dansaham syariah.
Kelompok kedua yaitu akad jual beli atau sewa menyewa yang terdiri dari
murabahah, saham, istishna’, dan ijarah. Dan akad lainnya terdiriatas sharf, wadiah,
qardhul hasan, al-Wakalah, kafalah, hiwalah, dan rahn.Potensi manfaat keberadaan
sistem perekonomian atau perbankansyariah yang ditujukan bukan hanya untuk
umat muslim, akan tetapi bagiseluruh umat manusia

B.Saran

Sesuai dengan sifat transaksinya, sistem keuangan syariah merupakanfenomena


kegiatan ekonomi riil. Oleh karena itu, di dalam kegiatanoperasinya, sistem ekonomi
dan keuangan syariah perlu mendapatkandukungan lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga pendukung terkait baik di dalam dan di luar negeri yang secara
signifikan dapat meningkatkanefisiensi operasi. Beberapa lembaga domestik terkait
yang dapat disebutkan sebagai contoh misalnya perguruan tinggi, Biro Pusat Statistik,
Otoritas Pasar Modal, lembaga rating dan lembaga Zakat Infaq dan Sadaqah.Prinsip
dan instrumen keuangan syariah memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan keuangan di dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa diluar negeri
banyak lembaga-lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah tumbuh pesat,
dan dianggap mampu mengganti sistem bank konvensional karena mereka melihat
bahwa prinsip syariah lebih baik dari pada ekonomi konvensional yang dapat
menimbulkan krisis ekonomi global.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Syafii. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan


Nonbank.Jakarta:Djambatan
Antonio, M.Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
GemaInsani Press.
Euis Amalia,dkk. 2007. Serial Buku Pedoman Praktyekum Fakultas
Syariahdan Hukum No 1, Buku Modul Praktekum Bank Mini, Konsep
danMekanisme Bank Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Muhamad. 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, UII
PressYogyakarta.
Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha
Ilmu.

iii

Anda mungkin juga menyukai