MAKALAH
Oleh:
Kelompok 7 IFK-D
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Kesimpulan............................................................................................. 9
B.Saran........................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah baik di level nasional
maupun internasional telah memberikan gambaran bahwa sistem ekonomi Islam
mampu beradaptasi dengan perekonomian konvensional yang telah berabad-
abad menguasai kehidupan masyarakat dunia dan terjadi di Indonesia. Sistem
ekonomi atau sistem keuangan Islam dilakukan untuk memenuhi maqashidus
syariah bagian memelihara harta. Dalam menjalankan sistem keuangan Islam,
faktor yang paling utama adalah adanya akad atau kontrak atau transaksi yang
sesuai dengan syariat Islam. Agar akad tersebut sesuai syariah, maka akad
tersebut harus memenuhi prinsip keuangan syariah,yang berarti tidak
mengandung hal-hal yang dilarang oleh syariah. Dari prinsip ini, berkembanglah
berbagai instrumen keuangan syariah
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Arbi, Syafii. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank.Jakarta:Djambatan
4
1.Pelarangan Riba
Dalam bahasa Arab, riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat
penjualan maupun pinjaman. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan
sosial, persamaan, dan hak atas barang karena sistem riba inihanya menguntungkan
para pemberi pinjaman atau pemilik harta, sedangakan pengusaha tidak
diperlakukan sama.
2.Pembagian Risiko
Pembagian risiko merupakan konsekuensi logis dari pelarangan ribayang
menetapkan hasil bagi pemberi modal di muka. Sedangkan melalui pembagian
risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di belakang, besarannya tergantung
dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belah pihak akan saling
membantu untuk bersama-sama memperoleh laba,selain lebih mencerminkan
keadilan.2
3.Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial
Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang berkembang saat
ini, fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar, tetapi juga sebagaikomoditas dan
sebagai modal potensial.Dalam fungsinya sebagai komoditas,uang dipandang
dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek
transaksi untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam fungsinya sebagai
modal nyata, uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik
menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem keuangan Islam
memandang uang boleh dianggap sebagai modal apabila digunakan bersamaan
dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.
4.Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif
Larangan melakukan kegiatan spekulatif sama dengan larangan untuk
transaksi yang memiliki risiko yang sangat besar.
5.Kesucian Kontrak
Oleh karena Islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tingginilainya
sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengankontrak harus
dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko atas informasi yang asimetri dan
timbulnya moral hazard.
2
Antonio, M.Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: GemaInsani Press .
5
dizalimi (latazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al
kharaj bial dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
a.Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana
pemilik modal ( shahibulmaal ) mempercayakan sejumlah modalkepada
pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil
atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatandimuka,sedangkan
apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada
unsur kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
b.Musyarokah adalah akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggungsecara porposional sesuai dengan kontribusi
modal. Bentuk kontribusidari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana,
barang dagangan(trading asset),kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian
( skill ),kepemilikan (property), peralatan (equipment ) atau hak paten( intangible
asset ), kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness), dan lainnya.
2. Akad jual beli atau sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract.Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
b.Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum
ada. Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan
secara tunai. Sekilas transaksi ini mirip ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
3
Euis Amalia,dkk. 2007. Serial Buku Pedoman Praktyekum Fakultas Syariahdan Hukum No 1, Buku Modul Praktekum
Bank Mini, Konsep danMekanisme Bank Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
c.Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam
istishna’pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapakali
(termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.Biasanya istishna’
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi dengan kontrak
pembelian barang melalui pesanan (order khusus). Pembeli menugasi produsen
(al sani’) untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan), sesuai spesifikasi
yang disyaratkan pembeli(al-mustasni’) dan menjualnya dengan harga yang
disepakati.
d. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.4
a.Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.Transaksi
jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama
mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
b.Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan puntitipan diambil
pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembaliuang atau barang titipan
tersebut. Wadiah terbagi dua yaitu;
.Wiadah Amanah
Di mana uang atau barang yang dititipkan hanya bolehdisimpan dan tidak
didayagunakan, sedangkan
.Wadiah Yadhamanah
d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain.Untuk
jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.
4
Muhamad. 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, UII PressYogyakarta.
7
Serta Manfaatnya
Teori ekonomi perusahaan yang selama ini berkembang menekankan pada
prinsip memaksimalkan keuntungan perusahaan(shareholder value),namun
dewasa ini teori-teori ekonomi tersebut telah mulai bergeser pada sistem nilai
yang lebih luas (stakeholder value) di mana manfaat yang didapatkan tidak lagi
difokuskan hanya pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang
dapat merasakan manfaat hadirnya suatu unit kegiatan ekonomi.5
BAB III
5
Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
iii