PROPOSAL
OLEH:
RATIH AGUSTIN WULANDARI
NIM: 2130112001
Alhamdulillah, tiada hentinya kalimat pujian dan syukur ini terbesit dalam
pikiran, tersirat dalam hati dan terucap dalam lisan. Rasanya tak pernah cukup untuk
penulis ungkapkan rasa itu, karena berkat rahmat dan karunia Allah akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penulisan proposal disertasi dengan judul “Rekonstruksi
Hukum Jaminan Pada Lembaga Perbankan Syariah Di Indonesia”. Seiring
dengan itu ucapan shalawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menanamkan Iman dan Islam. “Assalamualaika ya
Rasulallah” Semoga kita mendapatkan syafa’at beliau kelak di yaumil akhir, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa proposal disertasi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap masukan serta saran yang bersifat
membangun dari tim promotor dan tim penguji. Penulis berharap proposal ini dapat
memberikan manfaat, berguna, membuka wawasan dan menambah ilmu
pengetahuan bagi masyarakat secara umum dan mahasiswa ilmu hukum pada
khususnya.
i
DAFTAR ISI
ii
REKONSTRUKSI HUKUM JAMINAN PADA LEMBAGA
A. Latar belakang
konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, yang
dilakukan dengan akad-akad yang sesuai syariah telah lazim dilakukan umat
Islam.1
syariah Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist. 2 Islam
1
Abdul Muhith, 2012, “Sejarah Perbankan Syariah”, Attanwir Jurnal Kajian Keislaman dan
Pendidikan, Volume 01, Nomor 02, September 2012, hal 71
2 Warkum Sumitro, 2004, Asas – asas Perbankan Islam dan Lembaga – lembaga Terkait
(BAMUI, Takaful dan Pasar Modal) di Indonesia, cetakan keempat, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta: hal 6.
3
Zainuddin Ali, 2010, Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta: hal 20-21
1
yariah yaitu4 keadilan5, keseimbangan6 dan kemaslahatan7 dengan kegiatan
yaitu mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23,
dan Pasal 33 menjadi dasar lahirnya berbagai regulasi terkait perbankan syariah.
4
Zainuddin Ali, ibid, hal 21
5
Ibid, Keadilan (adl), yaitu menempatkan sesuat yang hanya pada tempatnya dan memberikan
sesuatu hanya pada bank yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai porsinya, lihat pada Ibid,
Zainuddin Ali
6
Keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan yang meliputi aspek material dan spiritual , aspek
privat dan publik, sektor keuangan, dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan
dan kelestarian, lihat pada Ibid, Zainuddin Ali
7
Kemaslahatan (maslahah), yaitu merupakan segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan
ukhrawi, material dan spiritual serta individual dan kolektif serta harus memenuhi 3 unsur yakni kepatuhan
syariah (halal) , bermanfaat dan membawa kebaikan dalam semua aspek secara keseluruhan dan tidak
menimbulkan kmudaratan, lihat pada Ibid, Zainuddin Ali
8 Rachmadi Usman, 2012, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta : hal 58
9
Ibid, Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fardhl), atau
dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
10
Ibid, Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan.
11
Ibid,Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
12
Ibid, Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah;
13
Ibid, Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya
14 Abdul Muhith, ibid hal 78
2
Antara lain Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Tentang Perubahan
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
15
Muhammad Syafii Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press,
Jakarta, hal 26.
16
Sutan Remy Sjahdeini, 2007, Perbankan Islam, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal. 1.
17
Kasmir, 2010, Dasar-Dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, hal 24.
3
dengan perbankan konvensional yaitu terkait cara pandang terhadap harta.18
berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa, profit dan falah19 oriented,
hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur dan kreditur serta
18
Fathurrahman Djamil, 2012, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di Lembaga
Keuangan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta: hal 5, dimana dalam bukunya dijelaskan dalam pandangan
Islam pemilik harta yang hakiki adalah Allah SWT yang juga sebagai pencipta alam semesta ini.
Manusia dibenarkan memiliki harta dengan cara-cara yang halal dan dizinkan secara syariah.
19
Falah berarti mencari keuntungan di dunia dan kebahagiaan di akhirat
20
Muhammad Syafii Antonio, loc.cit,hal, 34
21
Imamudin Yuliadi, 2001, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar Cetakan 1, LPPI, Yogyakarta:
hal 127
22
Edy Wibowo dan Untung Hendi Widodo, 2005, Mengapa Memilih Bank Syariah?,Ghalia
Indonesia, Bogor: hal, 47-45
4
Tabel. 1
Kelebihan dan Kelemahan Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah
5
3. Bank Syariah lebih mandiri dalam hitung lebih besar dari
penentuan kebijakan bagi hasilnya pada bank
4. Bank Syariah relatif lebih mudah konvensioanal.
merespon kebijakan pemerintah 3. Kekeliruan penilaian
5. Terhindar dari praktik money proyek berakibat lebih
laundering. besar dari pada bank
konvensional.
4. Produk-produk Bank
Syariah belum biasa
mengakomodasi
kebutuhan masyarakat
dan kurang kompetitif,
karena manajemen
Bank Syariah
cenderung mengadopsi
produk perbankan
konvensional yang
disyariahkan, dengan
variasi produk yang
terbatas.
5. Pemahaman
masyarakat yang
kurang tepat terhadap
kegiatan operasional
Bank Syariah.
dengan variasi produk yang terbatas. Terkait kelemahan ini permasalahan yang
menjadi debat dan pembahasan saat ini adalah terkait hukum jaminan pada
perbankan syariah.
zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara
6
kreditur menjamin pemenuhan tagihan-tagihannya, di samping tanggung jawab
adalah sesuatu yang diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk menimbulkan
keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari suatu perikatan.23 Istilah jaminan juga dikenal dengan
Lembaga jaminan yang ada pada perbankan konvensional antara lain :25
– 1160. 26
dengan berat 20 m3 atau lebih sesuai dengan ketentuan Pasal 314 KUHP
23
Salim HS, 2012, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, RajaGrafindo Persada,
Jakarta: hal 21–22.
24
Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat dilihat dalam pasal
1 angka 23 Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 7
tahun 1992 tentang perbankan. Agunan adalah “Jaminan tambahan diserakan nasabah debitur kepada
bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.
Pengertian jaminan terdapat dalam SK Direksi Bank No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991,
yaitu: “suatu keyakinan kreditur bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit seusai yang
diperjanjikan”.
25
Ibid, hal 21-25
26
Pada Pasl 1150-1160 KUH Perdata dapat disimpulkan Gadai merupakan salah satu lembaga
jaminan kebendaan yang diatur dalam KUH Perdata selain hipotek yang merupakan lembaga jaminan
tertua bersama dengan hipotek di Indonesia. Dilihat dari lahirnya undang-undang tentang
penjaminan, gadai merupakan lembaga jaminan tertua di Indonesia bersama dengan hipotek. Pasal
1150 KUHPerdata menjelaskan bahwa gadai lahir setelah penyerahan kekuasaan atas benda gadai,
yaitu benda bergerak dari debitur (jaminan) kepada kreditur (jaminan) dan kreditur adalah pemegang
hak istimewa dari kreditur lain, jika debitur wanprestasi, ia dapat mengambil pelunasan dan hasil
penjualan benda tersebut.
7
KUHPerdata27.
pengikatannya.
berwujud.28
27
Hipotek mempunyai kesamaan dengan gadai dimana dasar hukumnya KUH Perdata dengan
tanggungan benda tidak bergerak yang ditentukan undang-undang. Namun sejak lahirnya Undang-
undang Hak Tanggungan, hipotek tidak berlaku lagi untuk pengikatan tanah, lihat pada I Made
Soewandi, 2005, Balang Lelang:Kewenangan Balai Lelang dalam Penjualan Jaminan Kredit Macet
, Yayasan Gloria, Yogyakarta: hal 14
28
Jaminan fidusia merupakan produk konvensional yang diterapkan untuk memberikan
perlindungan bagi kreditur pada khususnya. Konsep fidusia berbeda dengan gadai dimana gadai
menyerahkan benda bergerak sebagai jaminan kepada penerima jaminan (kreditur) sedangkan fidusia
hanya menyerahkan bukti kepemilikan yang sah seperti BPKB, lihat pada Mezi Okta Yolanda, dkk,
Strength of Fiduciary Deed in the Implementation of Bad Credit Execution by Financial Institutions,
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, Vo. 7 No. 05, Juni 2020, hal
595
29
Merupakan lembaga jaminan yang paling muda adalah hak jaminan atas resi gudang.
Undang-undang Sistem Resi Gudang menjelaskan bahwa bahwa hak jaminan atas resi gudang yang
selanjutnya disebut hak jaminan adalah hak jaminan yang dibebankan pada resi gudang untuk
pelunasan utang yang memberikan kedudukan untuk diutamakan bagi penerima hak jaminan
terhadap kreditor yang lain. Resi gudang yang dibebani hak tanggungan merupakan dokumen bukti
kepemilikan suatu barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Resi
gudang adalah surat berharga yang mewakili barang yang disimpan di gudang. Sebagai surat
berharga, resi gudang juga dapat dipindahtangankan atau diperdagangkan di pasar (bursa) yang
terorganisir atau di luar bursa oleh pemegang resi gudang kepada pihak ketiga. Berdasarkan Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 26/M-DAD/PER/6/2007 tentang Barang Yang
Dapat Disimpan di Gudang Dalam Pelaksanaan Sistem Resi Gudang yaitu berupa gabah , beras,
8
Jaminan dalam praktik lembaga keuangan syariah berlandaskan pada
jagung, kopi, kakao, lada, karet dan rumput laut. Liha pada Irma Devita Purnamasari, 2014, Kiat-
kita Cerdas, mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum Jaminan Perbankan, Mizan Pustaka,
Bandung: hal 139
30
Rahn tasjily adalah jaminan dalam bentuk barang atas utang tetapi barang jaminan tersebut
(marhum) tetap berada dalam penguasaan (pemanfaatan) rahin atau nasabah penerima fasilitas
(Debitur) seabgai pihak yang menyerahkan barang jaminan, dan bukti kepemilikan barang jaminan
tersebut diserahkan kepada murtahin (penerima barang jaminan) atau kreditur. Dalam fatwa ini
disimpulkan beberapa kesimpulan menurut Wangsawidjaja Z, dalam kaitan dengan jaminan pokok
merupakan keyakinan bank terhadap kemampuan nasabah; agunan adalah jaminan tambahan, tetapi
tidak identik dengan agunan tambahan, fatwa ini menegaskan barang dapat dijadikan jaminan utang,
hanya saja jenis barang dan bentuk pengikat barang sebagai jaminan hutang tidak digambarkan
terperinci lihat pada Wangsawidjaja Z, 2012, Pembiayaan Bank Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta: hal. 298.
31Mudharabah adalah sebuah kontrak dimana sang pemilik modal memberikan modal kepada
seorang pengelola untuk menjalankan perniagaan atas nama mereka berdua dan keuntungan dibagi
berdasarkan kepada sebuah formula tertentu yang disepakati dilihat pada Agus Triyanta, 2016, Hukum
Perbankan Syariah, Setara Press, Malang: hal 53
32 Musyarakah adalah sebuah kontrak antara sekelompok individu yang berbagi dalam modal
9
akad murabahah33, salam34, atau istishna35, pembiayaan berdasarkan akad
nasabah berdasarkan akad ijarah37 atau sewa beli dalam bentuk ijarah
jaminan, maka pada dasarnya Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama
dikeluarkan diatas tentang Rahn Tasjily dan pembiayaan yang disertai Rahn
33
Murabahah adalah salah satu kontrak jual beli yang sangat umum dalam praktik dagang
islam, ini dikenal juga sebagai jual beli dengan penambahan biaya, kontrak ini didefinisikan dengan
jual beli dimana objek yang dijual dengan harga sebagaimana harga belinya ditambah dengan profit
margin yang dinyatakan, lihat pada Agus Triyanta, ibid, hal 55
34
As-Salam atau disebut juga As-Salaf yaitu istilah dalam bahasa arab yang mengandung
makna yaitu penyerahan. Salam merupakan transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Sedangkan menurut terminologi pengertian al-salam adalah transaksi jual beli yang
pembayaranya dilakukan di muka secara tunai sementara barangya diserahkan di kemudian hari, lihat
pada Atang Abd Hakim, 20111, Fiqih Perbankan Syari’ah Tranformasi Fiqih Muamalah Ke Dalam
Peraturan Perundang-Undangan, Refika Aditama, Bandung: hal 230-232.
35
Istishna‟ adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antarav pihak pemesan dengan pihak penjual, lihat pada Mardani,
2015, Hukum Sistem Ekonomi Syariah, Rajawali Pers, Jakarta: hal 178
36
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbala. Dalam fiqh klasik al-qardh
dikategorikan dalam akad taawuniah yaitu akad yang berdasarkan prinsip tolong menolong, lihat pada
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Perbankan Syariah di Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarata: hal 146
37
Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa lihat pada Abdul Ghofur
Anshori, ibid, hal 120
38 Hiwalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya atau akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak lain, lihat pada Abdul
Ghofur Anshori, ibid, hal 153
39
Ifa Latifa Fitriani, 2107, Jaminan Dan Agunan Dalam Pembiayaan Bank Syariah Dan Kredit
Bank Konvensional, Jurnal Hukum & Pembangunan Volume 47 Nomor. 1, hal 144
10
Ketentuan pengikatan jaminan / agunan dalam praktek perbankan
syariah saat ini masih menggunakan ketentuan yang sama dengan yang
ketentuan khusus atau fatwa Dewan Syariah Nasional yang mengatur akan hal
2008 tetang Perbankan Syariah sebagai lex specialis derogat legi generalis,
bank konvensional.
40
Jaminan dalam hukum perdata di Indonesia terbagi atas dua golongan, yaitu jaminan
perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan ini menurut sifatnya terbagi atas jaminan
benda berwujud (berupa benda tidak bergerak dan bergerak), dan jaminan dengan benda tak berwujud
(berupa hak tagih/cessie). Lihat Herowati Poesoko, 2013, Dinamika Parate Ekxecutie Objek Hak
Tanggungan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta: hal. 26-27. Jaminan yang dapat dijadikan agunan kredit
diatur dalam PBI No. 9/PBI/2007 merupakan aset sebagaimana tersebut yakni: Bangunan, Tanah,
Kendaraan Bermotor, mesin pabrik, surat berharga saham, pesawat udara/kapal. Khusus untuk emas,
bank konvensional tidak mengatur adanya penggunaan emas sebagai agunan bank, tetapi dalam bank
syariah hal ini diakui sebagaimana merujuk pada Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
Emas, dan SE BI No.14/7/DPBS Tahun 2012.
41
Dalam hukum perdata di Indonesia, jaminan yang bersifat kebendaan dapat dilakukan
pengikatan berupa hak tanggungan untuk tanah sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan, Fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, lalu Gadai dan Hipotik.
11
lembaga jaminan dalam perbankan syariah, tidak semua substansi yang
telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu berdasarkan
pelunasannya dijamin dengan fidusia dapat berupa: c.utang yang pada saat
42
Muhammad Syarif Hidayatullah, 2017, Perbankan Syariah: Pengenalan Fundamental dan
Pengembangan Kontemporer, Dreamedia, Banjarbaru: hal 27-32
43
Penjelasan Pasal 3 Ayat (1): Utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan dapat berupa
utang yang sudah ada maupun yang belum ada tetapi sudah diperjanjikan, misalnya utang yang timbul
dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditor untuk kepentingan debitor dalam rangka pelaksanaan
bank garansi. Jumlahnya pun dapat ditentukan secara tetap di dalam perjanjian yang bersangkutan
dan dapat pula ditentukan kemudian berdasarkan cara perhitungan yang ditentukan dalam perjanjian
yang menimbulkan hubungan utang piutang yang bersangkutan, misalnya utang bunga atas pinjaman
pokok dan ongkos-ongkos lain yang jumlahnya baru dapat ditentukan kemudian.
44
Penjelasan Pasal 7 Huruf c: Utang yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah utang bunga
atas pinjaman pokok dan biaya lainnya yang jumlahnya dapat ditentukan kemudian.
45
Penjelasan Pasal 10 Huruf a : Yang dimaksud dengan “hasil dari benda yang menjadi objek
jaminan fidusia” adalah segala sesuatu yang diperoleh dari benda yang dibebani jaminan fidusia.
12
Mencermati beberapa pasal dalam Undang-undang diatas aturan hukum
yang melandasi lembaga jaminan yang diterapkan pada perbankan syariah saat
ini, tidak semua pasal yang terdapat dalam undang-undang tersebut dapat
pokok yaitu transaksi utang berbunga, mengenal adanya debitur dan kreditur,
utang dan tidak ada wanprestasi, yang ada adalah kerjasama antara dua orang
bunga pinjaman uang adalah riba47 yang dilarang dalam hukum Islam sesuai
firman Alllah dalam surat An-Nisaa ayat 29 yang artinya :48 “Hai orang-orang
46
Yuhelson, 2022, Existence of Dependent Rights Guarantee Binding Related to Financing of
Musyarakah Facilities in Islamic Banking, Webology, Volume 19, Number 1, January, 2022, hal 19
47
Riba secara lingiustik berarti tumbuh dan membesar, secara teknis riba berarti pengambilan
tembahan dari harta pokok atau modal secara batil, secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli, maupun pinjam
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah Islam. Lihat pada Muhammad
Syafii Antonio, loc. Cit, hal 37
48
Ibid,
13
Tujuan dari penggunaan jaminan tidak lain adalah untuk mengantisipasi
jika adanya kegagalan usaha yang dikelola oleh nasabah disebabkan salah
kelola atau wanprestasi nasabah, maka modal usaha yang sudah disepakati
diambil dari hasil penjualan objek hak tanggungan ataupun objek fidusia. Hal
49
Istilah Kâffah disebutkan dalam Al Baqarah ayat 208, menurut bahasa, artinya utuh, integral.
Adapun yang dimaksud adalah memahami dan mengikuti Islam secara utuh dan menyeluruh, tidak
sepotong atau secara parsial, lihat pada Ahsin Wijaya, 2006. Kamus Ilmu AlQur`an, Amzah, Jakarta:
hal 143
50
Istiqamah menurut bahasa berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf qof dan mim yang
menunjukkan dua makna. Makna Pertama adalah kumpulan manusia (kaum) dan makna kedua adalah
berdiri atau tekad yang kuat. Dari makna yang kedua, istiqamah diartikan dengan I’tidal (tegak atau
lurus). Istiqamah dapat pula diartikan dengan sikap teguh pendirian dalam ketauhidan serta konsisten
dalam beramal shaleh dan lurus dalam berpegang pada perinsip keimanan atau ajaran Islam, prilaku
istiqamah tercermin dalam bentuk sejalannya perkataan yang diucapkan dengan perbuatan yang
dilaksanakan, lihat pada Jamhari, 2000, Civil Society di Masyarakat Muslim: Pengalaman Indonesia,
Studia Islamika ( Indonesian Jurnal For Islamic Student ), Volem 7 Nomor 2, hal 169
51
Pembiayaan Mudharabah sendiri adalah suatu perjanjian antara penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya di dalam suatu akad yang selanjutnya
Selain itu diwajibkannya jaminan dalam transaksi mudharabah juga terdapat dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan mudharabah yang menyatakan
bahwa pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib
tidak melakukan penyimpangan Lembaga Keuangan Syariah dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga, lihat pada Wangsa Widjaja Z, 2012, Pembiayaan Bank Syariah, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta: hal. 192
52
Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
14
Pembiayaan pada perbankan syariah tidak selalu berjalan mulus,
macet, disebut dengan pembiayaan bermasalah. Maka dari itu, dalam hal
Secara teknis, pelaksanaan eksekusi hak tanggungan dan fidusia pada bank
karena belum ada ketentuan yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan
manfaat yang lebih luas, yang tidak hanya memberikan manfaat pada akhir
kegiatan tapi juga proses keseluruhan transaksi yang mengacu pada konsep
maslahat untuk semua umat manusia ( rahmat lil alamin-rahmat bagi seluruh
alam semesta).
disepakati. Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa akad murabahah merupakan akad jual
beli di mana penjual menginformasikan harga beli kepada pembeli, lalu pembeli membayar harga
barang tersebut beserta keuntungan yang disepakati. Pembayaran dalam akad murabahah ini bisa
dibayar dengan cara mencicil. DSN-MUI dalam fatwanya No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah membolehkan bank meminta jaminan kepada nasabah yang dibiayai. Isi fatwa tersebut
sebagai berikut: ‘jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya. Bank
dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.’ Berdasarkan fatwa
tersebut dapat dipahami bahwa dibolehkannya bank meminta jaminan kepada nasabah untuk
melindungi atau menjamin hak-hak agar tidak dilanggar dan menghindari memakan harta orang lain
dengan cara tidak benar, lihat pada Wangsa Widjaja Z, ibid, hal 194
15
Konsep Undang-undang Perbankan Syariah dirasakan hanya mengatur
integral dalam pembiayaan yang disalurkan bank syariah, dalam hal ini dapat
undang yang secara langsung dapat diterapkan pada masalah hukum yang
dihadapi, atau dalam hal peraturannya tidak ada, jadi terdapat kekosongan
Sehingga dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rekonstruksi adalah
penyusunan kembali ide atau konsep terkait hukum untuk memperbaiki hal
yang salah, akan sesuatu yang telah ada dengan tujuan untuk
53
Muwahid, 2017 , Metode Penemuan Hukum (Rechtsvinding) Oleh Hakim dalam Upaya
mewujudkan Hukum yang Responsif”, Jurnal Al-Hukama, Volume.7, Nomor. 1, hal.234.
16
penyempurnaan.54 Regulasi yang jelas terkait hukum jaminan akan mengurani
sendiri, dan tentunya satu sama lainnya saling berhubungan dan berada pada
Friedman adalah kumpulan dari semua sub sitem, yang terdiri dari perangkat
bahwa jaminan syariah telah ditentukan secara proporsional. Hal ini dapat
dilihat pada perjanjian pembiayaan di Bank Islam Malaysia Berhad pada poin
jaminan atau cagaran. Cagaran dalam akad pembiayaan telah dengan jelas
menyatakan bahwa jaminan dalam hal pembiayaan diikat atau dijamin dengan
jaminan syariah, yaitu dengan menggunakan istilah skim ar-Rahnu atau pajak
gadaian Islam yang akan dibuat dalam “Deed of assignment” atau notaris
54
Gesied Eka Ardhi Yunatha, 2010, “Analisis Pelaksanaan Rekontruksi Dalam Proses
Penyidikan Guna Mengungkap Pemenuhan Unsur Delik Pencurian Dengan Kekerasan”, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta: hal
55
Busyra Azheri, 2018, “Urgency Of The Establishment Of A Special Court For The Resolution
Of Sharia Economic Dispute In The Religious Courts”, Journal of Legal, Ethical and Regulatory
Issues, Volume 21, Issue 1, 2018, hal 1-7
56
Lawrence M. Friedman, 2013, The legal System A Social Perspektive, Diterjemahkan oleh
M. Khosim, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Nusa Media, Bandung; hal 11
17
akta.57
bagi pihak yang dituju dalam suatu peraturan, artinya hakikat hukum paksaan,
dengan campur tangan negara karena dalam hukum terdapat unsur kewajiban
dalam operasional perbankan syariah. Untuk itu penelitian ini akan membahas
syariah di Indonesia.
B. Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut yang menjadi pokok utama
57 Noor Hafidah, 2017, Hukum Jaminan Syariah & Implementasinya dalam perbankan
Hubungan Kerja antara Pekerja dengan Pemberi kerja, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta; hal 15
18
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia?
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
diuraikan diatas, maka tujuan yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
19
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
baik itu pemerintah, perbankan syariah, masyarakat dan semua pihak yang
E. Keaslian Penelitian
jaminan pada lembaga keuangan syariah belum penulis temukan. Namun untuk
Semarang tahun 2022, disertasi ini fokus pada rumusan masalah : Pertama,
pembuatan akta pengikatan jaminan syariah (tanah dan atau bangunan) pada
20
akad pembiayaan Mudharabah di Indonesia? Ketiga, Bagaimana membangun
hukum maupun struktur hukum yang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria
yaitu meliputi semua akad yang ada pada perbankan syariah dan objek jaminan
yang diikat hak tanggungan maupun fidusia, yang sesuai dengan sitem hukum,
baik dalam subtansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum itu sendiri
dengan terstruktur.
1. Kerangka Teoritis
21
Tujuan dari hukum itu sendiri salah satunya adalah kepastian
menjadi premis minor. Melalui sistem logika tertutup akan serta merta
59
Bodenheimer dalam Satjipto Rahardjo. 2006. Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung: hal 277.
60
Arief Sidharta, 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum
dan Filsafat Hukum, PT Refika Aditama, Bandung: hal 8.
22
menjamin sesorang melakukan perilaku sesuai dengan ketentuan hukum
masalah yang kongkret, maka pihak- pihak yang berperkara sudah dapat
hukum.
Dalam hal ini para pihak yang bersengketa dapat dihindarkan dari
61
Nur Agus Susanto, 2014, “Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan
Peninjauan Kembali Nomor 97 PK/Pid.Sus/2012”, Jurnal Yudisial Volume. 7 Nomor. 3 Desember
2014.hal
23
berhubungan dengan kehidupan seseorang, yaitu hakim dan pembuat
peraturan.
tertentu pula.
62
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta; hal.
160.
63
Fernando M Manulang, 2007, Hukum Dalam Kepastian, Prakarsa, Bandung: hal 95.
64
Ibid, hal 39
24
menyangkut sah atau tidak dan mengikat atau tidaknya peraturan
tertentu.
sebagai sebuah aturan yang tentunya wajib untuk ditaati. Aspek ini
25
dipahami oleh siapapun.
65
Sudikno Mertokusumo, 2014, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta: hal, 49
66
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 2000, Penafsiran dan Kontruksi hukum, Alumni, Bandung: hal
6.
67
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hal 39
26
hukum untuk memberikan penyelesaian yang hasilnya dirumuskan
dilakukan secara tepat dan relevan menurut hukum, sehingga hal ini
27
bahwa sebagai proses konkritisasi peraturan (das sollen) ke dalam
filsafat hukum.
hukum yang dihadapi, atau dalam hal peraturannya tidak ada, jadi
71
Bambang Sutiyoso, 2006, Metode Penemuan Hukum, UII Press, Yogyakarta: hal, 55.
28
Undang (wet vacuum). Untuk mengisi kekosongan Undang-Undang
c. Teori Maslahah
Secara etimologi, kata mashlahah berasal dari kata al-salâh yang berarti
aktivitas yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan syara’
72
Jazim Hamidi, 2011, Hermeneutika Hukum, Sejarah, Filsafat dan Metode Tafsir, UB Press,
Malang: hal, 40
73
Said Ramadhan Al-Bouthi, 1982, Dhawabith al-Mashlahah fi al-syari’ah al-Islamiyah,
Muassasah ar-Risalah, Beirut: hal 23.
74
Zuhdi, 2013, Formulasi Teori Mashlahah dalam Paradigma Pemikiran Hukum Islam
Kontemporer, Jurnal Istinbath, Volume 12, Nomor 1 Desember 2013 hal. 288-309.
75
Al-Ghazali, Al-Mustashfa’ Fi Ushul al-Fiqh, jilid 2, hal 281.
29
Menurut Imam al-Ghazali, tujuan syara’ yang dijadikan patokan dalam
dalam kajian hukum Islam (ijtihad). Maslahat lebih dari sekedar teori
dalam hukum islam, melainkan juga alat untuk mencapai tujuan hukum
Islam (maqâshid al-syarî‘ah). Lebih dari itu, di kalangan ulama ushul dan
ulama fikih, Maslahat dipandang sebagai salah satu teori hukum yang
dalam nash.77
30
meninggalkan keburukan (madarat).78 Mereka meyakini bahwa hukum
global, karena itu ruang gerak ijtihadnya lebih luas. Sedikitnya naṣh-naṣh
maṣlaḥah. 79
pengaturan yang jelas terkait pengikatan jaminan syariah (tanah dan atau
2. Kerangka Konseptual
a. Rekonstruksi Hukum
78
Al-Syâthibî, al-Muwâfaqât fî Ushûl al-Syarîah, Dâr al-Fikr, juz II, Bairût: hal. 19.
Abdul Hamid, 2015, “Aplikasi Teori Mashlahah (Maslahat) Najm Al-Dîn Al-Thûfî Dalam
79
Penyelesaian Sengketa Perjanjian Bisnis Di Bank Syariah”, AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 4,
Desember 2015, hal 741
31
Rekonstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
semula.81
tiga poin penting, yaitu pertama, memelihara inti bangunan asal dengan
80
https://kbbi.web.id/rekonstruksi diakses pada 15 September 2022, Pukul 13.00
81
B.N. Marbun, 2018, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta: hal 469
82
Yusuf Qardhawi, 2014, Problematika Rekonstruksi Ushul Fiqih, Al-Fiqh Al-Islâmî bayn
AlAshâlah wa At – Tajdîd Tasikmalaya, hal
83
Gesied Eka Ardhi Yunatha, loc.cit
32
memperbaiki hal yang salah akan sesuatu yang telah ada dengan tujuan
untuk penyempurnaan.
tersebut.
84
Satjipto Rahardjo, 1981, Hukum Dalam Perspektif Sosial, Penerbit Alumni, Bandung: hal
153
33
b. Jaminan Perbankan
Tahun 1967.85
85 Rachmadi Usman, 2008, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta; hal 66
34
pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan".
tetap dan lama, yakni tetap atau berarti pengekangan atau keharusan.86
usaha dari calon nasabah penerima fasilitas. Jaminan dan Agunan pada
86
Masjfuk Zuhdi, 2001. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Gramedia Group, Jakarta;
hal 117
35
dasarnya merupakan dua istilah yang dapat saling dipertukarkan.
yang diterima.87
87
A. Wangsawidjaja Z, 2012, Pembiayaan Bank Syariah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
hal 285
88
Ibid, hal 286.
36
jaminan, melainkan memberikan bentang lingkup dari istilah hukum
perseorangan.89
dengan kata lain hukum jaminan tidak hanya mengatur hak-hak kreditor
89
Ibid, hal 1
90
J Satrio, 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti,
Bandung; hal 3
91
Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta; hal 6
92
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal 2
37
Ketentuan secara khusus terkait hukum jaminan dapat ditemukan
dalam : 93
Pokok Agraria.
93
Ibid, hal 3-17
94
Mardani, 2018, Hukum Islam dalam Hukum Positif di Indonesia, Rajawali Pers, Depok;
hal 365
95
Ibid,
38
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
masyarakat Indonesia.
menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan
rakyat syariah. Jadi bank syariah adalah bank yang dalam menjalan
prinsip hukum islam disini bukan prinsip hukum islam an sich fiqh
39
fatwa di bidang syariah.96
wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien
kesejahteraan rakyat.
masyarakat.
96
Rachmadi Usman, Op. Cit, hal 56
97
Ibid, hal 365-467
98
Ibid,
40
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
c. Dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
secara normatif.99
sejarah hukum.100
2. Spesifikasi Penelitian
99
Sabian Ustman, 2014, Metodologi Penenlitian Hukum Progresif, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta; hal 1
100
Soejono Soekanto & Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta; hal 12-13
41
yakni menggambarkan keadaan dari objek yang diteliti serta sejumlah
berguna untuk memberikan data yang sangat teliti baik terkait manusia,
teori baru.101
(isu hukum)102 yang penulis angkat yaitu hukum jaminan pada perbankan
101
Soerjono Soekanto, 2012, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta; hal 12
102
Ibid, hal 113
103
Ibid, hal 147
42
berpengaruh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah peraturan
perundang-undangan.104
primer dan data sekunder.105 Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
dan teori hukum terkait penelitian peneliti, yang terdiri dari bahan
104
Ibid, hal 141
105
HS Salim dan Erlies Septianan Nurbaini, 2016, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis Dan Disertasi Raja Grafindo Persada, Jakarta: hal 19.
106
Soerjono Soekanto, 2015, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, hal 52
43
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
hukum terkait, artikel serta bahan lainnya yang terkait dengan objek
penelitian.
44
primer dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehinga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh
data. Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan diperiksa
107
Ronny Hanitijo Soemitro, 1982, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,
Semarang, hal 24
45
data disusun secara sistematis berdasarkan klasifikasinya dan sesuai urutan
masalahnya. Setelah semua data hasil penelitian tersusun dengan baik maka
analisis.108 Semua data yang telah didapat dan diolah, dideskripsikan dan
dianalisis dengan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini yang telah
akhir dari pemelitian ini yang dapat dijadikan suatu pandangan teoritis
H. Sistematika Penelitian
108
Zainuddin Ali, 2011, Metode Penelitian Hukum, 2011, Sinar Grafika, Jakarta, hal 107
46
eksekusi pada pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia.
Indonesia.
47
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Al-Bouthi Said Ramadhan. 1982. Dhawabith al-Mashlahah fi al-syari’ah al-
Islamiyah, Beirut. Muassasah ar-Risalah
Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
-------------------------2010. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta. Sinar Grafika.
Arifin Zainal. Dasar - Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta. Pustaka Alvabet.
Bodenheimer dalam Satjipto Rahardjo. 2006. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung
Djoni S, Gazali dan Rachmadi Usman. 2012. Hukum Perbankan. Jakarta. Sinar
Grafika.
Djamil, Fathurrahman.2012. Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di
Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta. Sinar Grafika
Eka, Ardhi Yunatha Gesied. 2010. Analisis Pelaksanaan Rekontruksi Dalam
Proses Penyidikan Guna Mengungkap Pemenuhan Unsur Delik Pencurian
Dengan Kekerasan. Surakarta. Universitas Sebelas Maret
48
Friedman, M. Lawrence, 2001. An Introduction, ( Hukum Amareika : Sebuah
Pengantar ) Penerjemah : Wishnu Basuki. Jakarta. Tatanusa.
-------------------------------. 2013. The legal System A Social Perspektive,
Diterjemahkan oleh M. Khosim, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial.
Bandung. Nusa Media.
Hafidah, Noor, 2017. Hukum Jaminan Syariah & Implementasinya dalam
perbankan syariah di indonesia. Yogyakarta. UII Press.
Hakim, Atang Abd. 2011. Fiqih Perbankan Syari’ah Tranformasi Fiqih
Muamalah Ke Dalam Peraturan Perundang-Undangan. Bandung. Refika
Aditama.
Harahap, M. Yahya. 2017. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang
Perdata, Jakarta. Sinar Grafika.
Hidayatullah, Muhammad Syarif. 2017. Perbankan Syariah: Pengenalan
Fundamental dan Pengembangan Kontemporer. Banjarbaru. Dreamedia
HS, Salim. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesi. Jakarta. Raja
Grafindo Persada.
HS, Salim dan Erlies Septianan Nurbaini. 2016. Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis Dan Disertasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Irwansyah. 2021. Penelitian Hukum Pilihan Metode dan Praktik Penulisan
Artikel. Yogyakarta. Mirra Buana Media.
Ismail. 2013. Perbankan Syariah. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
49
Manulang, Fernando M. 2007. Hukum Dalam Kepastian.Bandung. Prakarsa
Marzuki, Peter. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta. UPP
AMP YKPN.
Mardani. 2018. Hukum Islam dalam Hukum Positif di Indonesia. Depok. Rajawali
Pers.
Mertokusumo, Sudikno.2002. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Cetakan
Ketiga, Yogyakarta. Liberty.
------------------------------.2014. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar.
Yogyakarta. Cahaya Atma Pustaka.
Neni Sri Imaniyati dan Adam Agus Putra. 2016. Pengantar Hukum Perbankan di
Indonesia, Bandung. Refika Aditama.
Purnamasari, Irma Devita. 2014. Kiat-kita Cerdas, mudah, dan Bijak Memahami
Masalah Hukum Jaminan Perbankan. Bandung. Mizan Pustaka.
Rahardjo, Satjipto. 1981. Hukum Dalam Perspektif Sosial. Bandung. Penerbit
Alumni.
Sadi, Muhammad. 2015. Konsep Hukum Perbankan Syariah Pola Relasi Sebagai
Institusi Intermediasi dan Agen Investasi. Malang. Setara Prees.
Satrio, J. 2002. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia. Bandung. Citra
Aditya Bakti.
Sidharta. Arief. 2007. Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,
Teori Hukum dan Filsafat Hukum. Bandung. PT Refika Aditama.
Sjahdeini, St. Remy. 1999. Hak Tanggungan, Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok
dan Masalah yang dihadapi oleh Perbankan ( Suatu Kajian Mengenai
Undang-Undang Hak Tanggungan). Bandung. Alumni.
Soekanto, Soerjono. 2015. Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3. Jakarta.
Universitas Indonesia Press.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1982. Metodologi Penelitian Hukum. Semarang.
Ghalia Indonesia.
50
Sumitro, Warkum. 2004. Asas – asas Perbankan Islam dan Lembaga – lembaga
Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal) di Indonesia. cetakan keempat.
Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada.
Sutiyoso, Bambang. 2006. Metode Penemuan Hukum. Yogyakarta. UII Press.
Soewandi, I Made. 2005. Balang Lelang:Kewenangan Balai Lelang dalam
Penjualan Jaminan Kredit Macet. Yogyakarta. Yayasan Gloria.
Suadi, Amran. 2018. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah “Penemuan &
Kaidah Hukum”. Cetakan 1. Jakarta. Prenadamedia Group.
Sutedi, Adrian. 2012. Hukum Hak Tanggungan. Jakarta. Sinar Grafika.
Supriadi. 2018. Hukum Agraria. Jakarta. Sinar Grafika.
Subekti. 1997. Hukum Acara Perdata, Bandung. Bina Cipta.
Triyanta, Agus. 2016. Hukum Perbankan Syariah. Malang. Setara Press
Usman, Muhlish. Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiya. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Usman, Rachmadi. 2008, Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta. Sinar Grafika.
----------------------,2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta.
Sinar Grafika.
Ustman, Sabian. 2014. Metodologi Penenlitian Hukum Progresif. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Wibowo, Edy dan Untung Hendi Widodo. 2005. Mengapa Memilih Bank
Syariah? Bogor. Ghalia Indonesia.
Wangsawidjaja, A. Z. 2012. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.
Warkum Sumitro. 2004. Asas – asas Perbankan Islam dan Lembaga – lembaga
Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal) di Indonesia. cetakan keempat.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Wijaya, Ahsin. 2006. Kamus Ilmu AlQur`an. Jakarta. Amzah
Yaya, Rizal, dkk. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontemporer. Jakarta. Salemba Empat.
Yuliadi, Imamudin. 2001. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar Cetakan 1.
Yogyakarta. LPPI.
51
Zuhdi, Masjfuk. 2001. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta. Gramedia
Group.
B. Peraturan Perundang-undangan
52
Azheri, Busyra, 2018. “Urgency Of The Establishment Of A Special Court For
The Resolution Of Sharia Economic Dispute In The Religious Courts”.
Journal of Legal. Ethical and Regulatory Issues, Volume 21, Issue 1.
Fitriani ,Ifa Latifa. 2107. “Jaminan Dan Agunan Dalam Pembiayaan Bank
Syariah Dan Kredit Bank Konvensional”. Jurnal Hukum & Pembangunan
Volume 47 Nomor. 1.
Ichsan, Nurul. 2016. Akad Bank Syariah, Asy-Syir’ah. Jurnal Ilmu Syari’ah dan
Hukum. Volume 50 Nomor 2. Desember 2016.
Jamhari. 2000 “Civil Society di Masyarakat Muslim: Pengalaman Indonesia”,
Studia Islamika ( Indonesian Jurnal For Islamic Student ). Volem 7 Nomor
2.
KKBI, ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’, KKBI, 2021
https://kbbi.web.id/konversi.html
Maharani, Dewi, and Taufiq Hidayat, 2020, Bank Dan Lembaga Keuangan
Syariah Dalam Perspektif Al-Qur’an. MALIA: Journal of Islamic Banking
and Finance, 4.1
Muhith Abdul, 2012, “Sejarah Perbankan Syariah”, Attanwir Jurnal Kajian
Keislaman dan Pendidikan”, Volume 01, Nomor 02, September 2012.
Muwahid. 2017. Metode Penemuan Hukum (Rechtsvinding) Oleh Hakim, Al-
Hukama. The Indonesian Journal of Islamic Family Law, Volume 7 Nomor
21. Juni 2017
Qomariyah, Siti. 2015. Transformasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum
Nasional : Idealisme Dan Realitas. Jurnal Penelitian 11, Nomor 1 Januari
2015.
Syarif Hidayatullah, Muhammad, dkk. 2022. Lembaga Jaminan Perbankan
Syariah Pada Peraturan Perundang-Undangan Nasional Dalam Tinjauan
Hukum Ekonomi Syariah, Mahkamah. Jurnal Kajian Hukum Islam 17.
Volume 7 Nomor 1. Juni 2022
Susanto, Nur Agus, 2014, “Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian
Putusan Peninjauan Kembali Nomor 97 PK/Pid.Sus/2012”, Jurnal Yudisial
Volume. 7 Nomor. 3 Desember 2014
53
Yolanda, Mezi Okta, Buzyra Azheri dan Wetria Fauzi. “Strength of Fiduciary
Deed in the Implementation of Bad Credit Execution by Financial
Institutions”. International Journal of Multicultural and Multireligious
Understanding. Volume. 7 Nomor. 05, Juni 2020.
Yuhelson. 2022. “Existence of Dependent Rights Guarantee Binding Related to
Financing of Musyarakah Facilities in Islamic Banking” Webology.
Volume 19. Number 1. January. 2022
Zuhdi. 2013. “Formulasi Teori Mashlahah dalam Paradigma Pemikiran Hukum
Islam Kontemporer” Jurnal Istinbath. Volume 12 Nomor 1 Desember 2013.
54