Anda di halaman 1dari 61

SISTEM, INSTRUMENTAL AKUNTANSI KEUANGAN

SYARIAH, SERTA AKUNTABILITAS HARAM DAN HALAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akuntansi Keuangan


Syari’ah”

Dosen Pengampu FEBY ANNURI JAYASI.

Oleh kelompok 3:

ANISA MAULIDYA (21383042069)


ANISA WILDANI (21383042070)

ATIYATUN NABILA (21383042071)


DESY PUTRI PRAMUDITHA S (21383042072)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyanyang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya,
yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang dengan penuh
keyakinan serta usaha yang maksimal. Semoga dengan terselesaikannya
makalah ini dapat memberi pelajaran positif bagi kami semua. Selanjutnya
kami juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Febi Annuri Jayasi yang
telah memberikan tugas makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu
motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih
dalam khususnya tentang “Sistem atau Prinsip Akuntansi Keuangan
Syariah, Instrumen Keuangan Syariah, Akuntabilitas Yang Haram
Dan Halal” sehingga kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum
kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan


sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah ini dengan usaha
semaksimal mungkin.Terima kasih pula atas dukungan para pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan maalah ini.Terlepas dari semua
itu, menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Pamekasan, 10 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..... ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Sistem Keuangan Syariah ................................................ 3


B. Prinsip Dasar Akuntansi Syariah ................................................... 6
C. Instrumen Keuangan Syariah ...................................................... 14
D. Akuntabilitas Haram & Halal ........................................................ 27
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 55
B. Saran ........................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem


ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi
Islam secara keseluruhan. Dengan demikian, sistem keuangan syariah
merupakan cerminan dari nilai-nilai Islam atau syariah dalam bidang
ekonomi (Sjahdeini, 2014). Salah satu upaya untuk merealisasikan nilai-
nilai ekonomi Islam dalam aktivitas masyarakat antara lain mendirikan
lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan syariah Islam.
Berbagai lembaga keuangan syariah seperti perbankan, asuransi,
pegadaian, pasar modal, baitul maal wat tamwil akan memiliki pengaruh
besar dalam aktivitas perekonomian masyarakat, yaitu mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat.

Lembaga keuangan syariah sebagai bagian dari sistem ekonomi


syariah, dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari
jaringan Syariah. Oleh karena itu, Lembaga keuangan syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal
yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat luas. Dalam menjalankan bisnis dan usahanya lembaga
keuangan syariah harus sepenuhnya sesuai dengan prinsip syariah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dibuatnya makalah ini,dapat dirumuskan
maslaah sebagai berikut.

1. Bagaimana konsep sistem keuangan syariah?


2. Apa saja prinsip dasar akuntansi syariah?
3. Apa saja instrumen keuangan syariah?
4. Bagaimana akuntabilitas yang haram dan halal?

1
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut.

1. Untuk Mengetahui konsep sistem keuangan syariah


2. Untuk Mengetahui prinsip dasar akuntansi syariah
3. Untuk Mengetahui instrumen keuangan syariah
4. Untuk Mengetahui akuntabilitas yang haram dan halal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Sistem keuangan syariah

Diawali dengan pengembangan konsep ekonomi islam dimulai


pada tahun 1970-an dengan membicarakan isu tentang ekonomi makro.
Para ekonom yakin bahwa konsep ekonomi islam harus di dukung oleh
sistem yang dapat menghindari riba bagi muslim. Sistem keuangan
syari'ah bukan hanya berbicara mengenai larangan riba yang telah
dilarang oleh agama Yahudi dan Kristen.
Sistem keuangan syariah juga mengatur mengenai larangan
penipuan, pelarangan tindakan prasangka yang belum tentu kenyataan
nya (spekulasi), larangan suap menyuap, larangan transaksi yang
melibatkan barang haram, larangan menimbun barang (ikhtikar), dan
larangan monopoli.
Filosofi sistem keuangan syari'ah "bebas bunga" (Larangan riba)
tidak hanya melihat interaksi antara faktor produksi dan perilaku ekonomi
layaknya yang dikenal pada sistem keuangan konvensional, akan tetapi
juga harus sama sama menyeimbangi berbagai unsur etika, moral, sosial
dan keagamaan untuk meningkatkan pemerataan dan keadilan menuju
masyarakat yang sejahtera secara menyeluruh.
Melalui sistem kerja sama bagi hasil maka akan ada pembagian
risiko. Risiko yang timbul dalam aktivitas keuangan tidak hanya di
tanggung penerima modal atau pengusaha saja, namun juga akan
diterima oleh pemberi modal. Pemberi mod maupun penerima modal
harus saling berbagi risiko secara adil dan proposional sesuai dengan
kesepakatan bersama. Dalam sistem keuangan syariah pemberi dana
lebih dikenal sebagai investor daripada kreditor, oleh karena itu pemberi
mod juga harus menanggung risiko yang biasanya sesuai dengan modal
yang di tanamkan. Sebagai investor, pemberi modal tidak hanya
memberikan pinjamanan saja lalu menerima pengembalian pinjaman dari

3
hasil aktivitas perdagangan.Akan tetapi, antara investor dan pengusaha
secara bersama-sama bertanggung jawab atas kelancaran aktivitas
perdagangan untuk mencapai tingkat pengembalian yang optimal.
Berikut ini adalah prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana
diatur melalui Al-qur'an dan As-sunnah.
1. Pelarangan Riba
Riba (dalam bahasa arab) didefinisikan sebagai "kelebihan"
Atas sesuatu akibat penjualan ataupun pinjaman.
Riba/Ribit(bahasa Yahudi) telah dilarang tanpa adanya
perbedaan pendapat di antara para ahli fiqih. Riba merupakan
pelanggaran atas sistem keadilan sosial persamaan dan hak
atas barang. Oleh karena sistem riba ini hanya
menguntungkan para pemberi pinjaman/pemilik harta,
sedangkan pengusaha tidak di perlukan sama. Padahal
"untung" Itu baru diketahui setelah berlalunya waktu bukan
hasil penetapan di muka.
2. Pembagian risiko.
Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelarangan riba
yang menetapkan hasil bagi pemberian modal di muka.
Sedangkan melalui pembagian risiko maka pembagian hasil
akan dilakukan dibelakang yang besarannya tergantung dari
hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belak pihak
akan saling membantu untuk bersama-sama memperoleh
laba, selain lebih mencerminkan keadilan.
3. Tidak menganggap uang sebagai Modal potensial.
Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang
berkembang sekarang ini (konvensional), fungsi uang tidak
hanya sebagai alat tukar saja, tetapi juga sebagai komoditas
(hajat hidup yang bersifat terbatas) dan sebagai modal
potensial. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang
dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang yang
dijadikan sebagai objek transaksi untuk mendapat

4
keuangan(laba). Sedangkan dalam fungsinya sebagai modal
nyata (capita), uang dapat menghasilkan sesuatu(bersifat
produktif) baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh
sebab itu, sistem keuangan islam memandang uang boleh
dianggap sebagai modal kalau digunakan bersamaan dengan
sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.
"Money in Islamic is not capital, capital is private goods, but
money is public goods. Capital is a stock concept, money is
flow concept. Money is not commodity. Money itself gives no
utility. The function of money give utility. " (Karim, 2003)
4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif.
Hal ini sama dengan pelarangan untuk transaksi kamu yang
memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan
transaksi yang memiliki risiko yang sangat besar.
5. Kesucian kontrak.
Karena itu Islam menilai Perjanjian sebagai suatu yang tinggi
nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang
terkait dengan kontrak harus dilakukan. Hal ini akan
mengurangi risiko atas informasi yang asimetri dan timbulnya
moral Hazard.
6. Aktivitas usaha harus sesuai Syariah.
Seluruh kegiatan usaha tersebut haruslah merupakan
kegiatan yang diperbolehkan menurut Syariah.Dengan
demikian, usaha seperti minuman keras, judi, peternakan babi
yang haram juga tidak dibolehkan dilakukan.
Jadi, prinsip keuangan syariah mengacu kepada prinsip rela sama rela
(antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la
tazhlimuna wa la tuzhlamun) , hasil usaha muncul bersama biaya (al
kharaj bi Al dhamana), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al
ghurmi).1

1
Siti Nurhayat dan Wasilah, Akuntansi syariah di Indonesia (Jakarta : Selemba
Empat,2011). Hlm 85-89.

5
B. Prinsip dasar akuntansi syariah

Hal-hal mendasar yang diyakini kebenarannya dan menjadi pokok dasar


dalam berpikir,bertindak, dan sebagainya.
1. Dilaporkan secara benar

A. (Q.s Yunus:5)

‫اب َما‬ َ َۗ ‫س‬ َ ِ‫السنِيْنَ َو ْالح‬ َ ‫َازلَ ِلت َ ْعلَ ُم ْوا‬


ِ ‫ع َد َد‬ ِ ‫ض َي ۤا ًء َّو ْالقَ َم َر نُ ْو ًرا َّوقَد ََّر ٗه َمن‬
ِ ‫س‬ ْ ‫ه َُو الَّ ِذ‬
َّ ‫ي َجعَ َل ال‬
َ ‫ش ْم‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْع َل ُم ْون‬ ٰ ْ ‫َص ُل‬
ِ ‫اَّل ٰي‬ ِ َۗ ‫ّٰللاُ ٰذلِكَ ا ََِّّل ِب ْال َح‬
ِ ‫ق يُف‬ ‫َخلَقَ ه‬
Artinya :
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya, dan dialah yang menetapkan tempat-tempat
orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan
perhitungan (waktu).Allah tidak menciptakan demikian itu
melainkan dengan benar.Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesarannya) kepada orang-orang yang mengetahui.2
2. Cepat laporannya

A. (Q.s Al-baqaroh ayat 202)


ٰۤ ُ
‫ب‬ َ ِ‫س ِر ْي ُع ْالح‬
ِ ‫سا‬ َ ُ‫ّٰللا‬
‫سب ُْوا َۗ َو ه‬ ِ ‫ولىِٕكَ لَ ُه ْم ن‬
َ ‫َصيْبٌ مِ َّما َك‬ ‫ا‬

Artinya : Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa


yang telah mereka kerjakan, dan Allah Mahacepat
perhitungan-Nya.3
B. (Q.s 'Ali Imran ayat 19)

‫ب ا ََِّّل م ْۢ ِْن بَ ْع ِد َما َج ۤا َءهُ ُم ْالع ِْل ُم بَ ْغي ًْۢا‬ َ ‫ف الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬
َ َ‫اختَل‬ ِ ْ ِ‫ّٰللا‬
ْ ‫اَّلس ََْل ُم َۗ َو َما‬ ‫الديْنَ ِع ْن َد ه‬
ِ ‫ا َِّن‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ِ‫س ِر ْي ُع ْالح‬ َ ‫ّٰللا‬ َ ‫ّٰللا فَا َِّن ه‬
ِ‫ت ه‬ ِ ‫بَ ْينَ ُه ْم ََۗو َم ْن يَّ ْكفُ ْر بِ ٰا ٰي‬
Artinya :
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.Tidaklah
berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah
mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara

Al-qur’an, 10:5.
2

3
Al-qur’an,2:202.

6
mereka.Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka
sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.4
C. (Q.s Al-maidah ayat 4)

َ ‫ط ِي ٰب ُۙتُ َو َما‬
‫علَّ ْمت ُ ْم ِمنَ ْال َج َو ِارحِ ُمك َِلبِيْنَ تُعَ ِل ُم ْونَ ُه َّن مِ َّما‬ َّ ‫يَسْـَٔلُ ْونَكَ َماذَآ اُحِ لَّ لَ ُه َۗ ْم قُ ْل اُحِ َّل لَكُ ُم ال‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ِ‫س ِر ْي ُع ْالح‬ ‫علَ ْي ِه َۖواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللاَ َۗا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬ ِ ‫علَ ْيكُ ْم َوا ْذكُ ُروا اس َْم ه‬
َ ‫ّٰللا‬ َ َ‫س ْكن‬ ‫علَّ َمكُ ُم ه‬
َ ‫ّٰللاُ فَكُلُ ْوا ِم َّما ٓ ا َ ْم‬ َ
Artinya :
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang
dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, ”Yang dihalalkan
bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk
berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan
Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang ditangkapnya
untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.5
D. (Q.s Ar-ra'd ayat 41)

َ ‫ِب ِل ُح ْكم َِۗه َوه َُو‬


‫س ِر ْي ُع‬ ‫ط َرافِ َه َۗا َو ه‬
َ ‫ّٰللاُ يَحْ كُ ُم ََّل ُمعَق‬ ْ َ ‫مِن ا‬ ُ ُ‫ض نَ ْنق‬
ْ ‫ص َها‬ َ ْ ‫ا َ َولَ ْم يَ َر ْوا اَنَّا نَأْتِى‬
َ ‫اَّل ْر‬
‫ب‬ِ ‫سا‬ َ ِ‫ْالح‬
Artinya :
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi
daerah-daerah (orang yang ingkar kepada Allah), lalu Kami
kurangi (daerah-daerah) itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-
tepinya?Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-
Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; Dia
Mahacepat perhitungan-Nya.6
3. Dibuat oleh ahlinya (akuntan)

A. (Q.s Ar-ra'd ayat 21)

4
Al-qur’an,3:13.
5
Al-qur’an,13:41.
6
Al-qur’an,13:40.

7
َۗ ‫ب‬ َ ِ‫صلَ َويَ ْخش َْونَ َربَّ ُه ْم َويَخَافُ ْونَ سُ ۤ ْو َء ْالح‬
ِ ‫سا‬ َ ‫ّٰللاُ بِ ٓه ا َ ْن ي ُّْو‬ ِ َ‫َوالَّ ِذيْنَ ي‬
‫صلُ ْونَ َما ٓ ا َ َم َر ه‬
Artinya :
dan orang-orang yang menghubungkan apa yang
diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut
kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.7
B. (Q.s Ar-ra'd ayat 40)

‫اب‬
ُ ‫س‬ َ ‫ي نَ ِع ُدهُ ْم ا َ ْو نَت ََوفَّ َينَّكَ فَ ِانَّ َما َعلَيْكَ ْالبَ ٰل ُغ َو‬
َ ِ‫علَ ْينَا ْالح‬ ْ ‫ض الَّ ِذ‬
َ ‫َوا ِْن َّما نُ ِريَنَّكَ بَ ْع‬
Artinya :
Dan sungguh jika Kami perlihatkan kepadamu (Muhammad)
sebagian (siksaan) yang Kami ancamkan kepada mereka atau
Kami wafatkan engkau, maka sesungguhnya tugasmu hanya
menyampaikan saja, dan Kamilah yang memperhitungkan
(amal mereka).
C. (Q.s Al-mu'minun ayat 117)

َ ِ‫ّٰللا ا ِٰل ًها ٰاخ ََر ََّل ب ُْرهَانَ لَهٗ بِ ُۙه َف ِانَّ َما ح‬
َ‫سابُهٗ ِع ْن َد َربِ َۗه اِنَّهٗ ََّل يُ ْف ِل ُح ْال ٰكف ُِر ْون‬ ِ ‫َو َم ْن يَّ ْدعُ َم َع ه‬

Artinya :
Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah,
padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka
perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sesungguhnya orang-
orang kafir itu tidak akan beruntung.8
4. Terang, jelas, tegas dan infomatif
A. (Q.s Al-isra' ayat 12)

‫ْص َرة ً ِلت َ ْبتَغُ ْوا فَض ًَْل م ِْن َّر ِبكُ ْم‬
ِ ‫ار ُمب‬ِ ‫ار ٰا َيتَي ِْن فَ َم َح ْونَا ٓ ٰا َي َة ا َّل ْي ِل َو َج َع ْلنَا ٓ ٰا َيةَ النَّ َه‬
َ ‫َو َج َع ْلنَا ا َّل ْي َل َوالنَّ َه‬
‫صي ًَْل‬ ِ ‫ص ْل ٰنهُ ت َ ْف‬ َ َّ‫اب َو ُكل‬
َّ َ‫ش ْيءٍ ف‬ َ ِ‫الس ِنيْنَ َو ْالح‬
َ َۗ ‫س‬ ِ ‫ع َد َد‬ َ ‫َو ِلت َ ْعلَ ُم ْوا‬
Artinya :
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda
(kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan tanda malam

7
Al-qur’an,13:21.
8
Al-qur’an,13:117.

8
dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang, agar
kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).Dan
segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.9
B. (Q.s Ibrahim ayat 41)

ࣖ ‫اب‬
ُ ‫س‬َ ِ‫ي َول ِْل ُمؤْ ِمنِيْنَ يَ ْو َم يَقُ ْو ُم ْالح‬
َّ ‫َربَّنَا ا ْغف ِْر ل ِْي َول َِوا ِل َد‬
Artinya :
Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan
semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan
(hari Kiamat).”10
C. (Q.s Al insyiqaq ayat 8)

‫سابًا يَّ ِسي ًْر ُۙا‬


َ ِ‫ب ح‬
ُ ‫س‬
َ ‫ف يُ َحا‬ َ َ‫ف‬
َ ‫س ْو‬
Artinya :
Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. 11
5. Membuat informasi yang menyeluruh
A. (Q.s Al-an'am ayat 52)

َ ِ‫علَيْكَ م ِْن ح‬
‫سابِ ِه ْم ِم ْن‬ َ ‫َو ََّل ت َْط ُر ِد الَّ ِذيْنَ يَ ْدعُ ْونَ َربَّ ُه ْم بِ ْالغ َٰدوةِ َو ْالعَشِي ِ ي ُِر ْيد ُْونَ َو ْج َههٗ َۗ َما‬
َ‫ش ْيءٍ فَت َْط ُر َدهُ ْم فَتَكُ ْونَ مِنَ الظهلِمِ يْن‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم م ِْن‬
َ َ‫سابِك‬ ْ ‫ش ْيءٍ َّو َما‬
َ ِ‫مِن ح‬ َ
Artinya :
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka
menghendaki keridhaan-Nya.Kamu tidak memikul tanggung
jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun
tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir
mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).12

9
Al-qur’an,17:12.
10
Al-qur’an,14:41.
11
Al-qur’an,84:8.
12
Al-qur’an, 6:52.

9
B. (Q.s Yasin ayat 10)

‫علَ ۡي ِهمۡ َءا َ ۡنذَ ۡرت َ ُهمۡ اَمۡ لَمۡ ت ُ ۡنذ ِۡرهُمۡ ََّل ي ُۡؤ ِمنُ ۡو َن‬
َ ‫س َوآ ٌء‬
َ ‫َو‬
Artinya :
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi
peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi
peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
6. Informasi ditujukan kepada semua pihak yang terlibat secara
horizontal maupun vertikal.
A. (Q.s Al-baqaroh ayat 212)

َۗ ‫ُز ِينَ ِللَّ ِذيْنَ َكف َُروا ْال َح ٰيوة ُ ال ُّد ْن َيا َو َي ْسخ َُر ْونَ مِنَ الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ۘ َوا َّل ِذيْنَ ات َّ َق ْوا فَ ْوقَ ُه ْم َي ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة‬
‫ب‬
ٍ ‫سا‬ َ ِ‫ّٰللاُ يَ ْر ُز ُق َم ْن يَّش َۤا ُء بِغَي ِْر ح‬ ‫َو ه‬
Artinya :
Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan
orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang
yang beriman.Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada
di atas mereka pada hari Kiamat.Dan Allah memberi rezeki
kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
B. (Q.s Ali Imran ayat 27)

َ‫ج ْال َميِتَ مِن‬ ُ ‫ت َوت ُ ْخ ِر‬ ِ ِ‫ي مِنَ ْال َمي‬ َّ ‫ج ْال َح‬
ُ ‫ار فِى َّالي ِْل َوت ُ ْخ ِر‬ ِ ‫ت ُ ْو ِل ُج الَّيْلَ فِى النَّ َه‬
َ ‫ار َوت ُ ْو ِل ُج النَّ َه‬
‫ب‬
ٍ ‫سا‬ َ ِ‫ْال َحي ِ َوت َْر ُز ُق َم ْن تَش َۤا ُء ِبغَي ِْر ح‬
Artinya :
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam.Dan Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup.Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang
Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”13
C. (Q.s Al imran ayat 37)

13
Al-qur’an, 3:27.

10
‫اب‬َ ُۙ ‫علَ ۡي َها زَ ك َِريَّا ۡال ِم ۡح َر‬ َ ‫س ٍن َّوا َ ْۡۢنبَت َ َها نَ َباتًا َح‬
َ َ‫سنً ُۙا َّو َكفَّلَ َها زَ ك َِريَّاؕ كُلَّ َما دَخَل‬ َ ‫فَتَقَبَّلَ َها َربُّ َها بِقَب ُۡو ٍل َح‬
‫شا ٓ ُء‬َ َّ‫ّٰللا َي ۡر ُزقُ َم ۡن ي‬ ِ ‫َو َج َد ع ِۡن َدهَا ِر ۡز ًقاۚ َقالَ ٰي َم ۡريَ ُم اَنهى لَـكِ ٰهذَا ؕؕ قَالَ ۡت ه َُو م ِۡن ع ِۡن ِد ه‬
َ ‫ّٰللاؕ ا َِّن ه‬
‫ب‬ َ ِ‫بِغ َۡي ِر ح‬
ٍ ‫سا‬
Artinya :
Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik,
membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan
menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria.Setiap kali
Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah),
dia dapati makanan di sisinya.Dia berkata, "Wahai
Maryam!Dari mana ini engkau peroleh?"Dia (Maryam)
menjawab, "Itu dari Allah."Sesungguhnya Allah memberi
rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
D. (Q.s Ar-ra'd ayat 18)

‫ض َجمِيعًا‬ ِ ‫ِللَّذِينَ ا ْست ََجابُوا ل َِربِ ِه ُم ْال ُح ْسن َٰى ۚ َوالَّذِينَ لَ ْم يَ ْست َِجيبُوا َلهُ َل ْو أ َ َّن َل ُه ْم َما فِي ْاْل َ ْر‬
َ ْ‫ب َو َمأ ْ َواهُ ْم َج َهنَّ ُم ۖ َوبِئ‬
‫س ْال ِم َها ُد‬ َ ِ‫َومِثْلَهُ َم َعهُ ََّل ْفت َ َد ْوا بِ ِه ۚ أُو ٰلَئِكَ لَ ُه ْم سُو ُء ْالح‬
ِ ‫سا‬
Artinya :
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya,
(disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang
tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai
semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak
isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus
dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan
baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah
Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.
E. (Q.s Ar-ra'd ayat 40)

‫اب‬
ُ ‫س‬ َ ‫ي نَ ِع ُدهُ ْم ا َ ْو نَت ََوفَّيَنَّكَ فَ ِانَّ َما َعلَيْكَ ْالبَ ٰل ُغ َو‬
َ ِ‫علَ ْينَا ْالح‬ ْ ‫ض الَّ ِذ‬
َ ‫َوا ِْن َّما نُ ِريَنَّكَ بَ ْع‬
Artinya :
Dan sungguh jika Kami perlihatkan kepadamu (Muhammad)
sebagian (siksaan) yang Kami ancamkan kepada mereka atau
Kami wafatkan engkau, maka sesungguhnya tugasmu hanya

11
menyampaikan saja, dan Kamilah yang memperhitungkan
(amal mereka).
F. (Q.s An-nuur ayat 38)

‫ب‬ َ ِ‫ّٰللاُ يَ ْر ُز ُق َم ْن يَّش َۤا ُء بِغَي ِْر ح‬


ٍ ‫سا‬ ْ َ‫عمِ لُ ْوا َويَ ِز ْي َدهُ ْم م ِْن ف‬
‫ضل َِۗه َو ه‬ َ ‫ّٰللاُ ا َ ْح‬
َ ‫سنَ َما‬ ‫ِليَ ْج ِزيَ ُه ُم ه‬
Artinya :
(mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada
mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah
mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya
kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja
yang Dia kehendaki tanpa batas.
G. (Q.s Sad ayat 39)

‫ب‬
ٍ ‫سا‬ ْ ‫ط ۤا ُؤنَا فَا ْمنُ ْن ا َ ْو ا َ ْمس‬
َ ِ‫ِك بِغَي ِْر ح‬ َ ‫ٰهذَا‬
َ ‫ع‬

Artinya :

Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain)


atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) tanpa perhitungan.
7. Terperinci dan teliti
(Q.s At-talaq ayat 8)
‫عذَابًا نُّ ۡك ًرا‬ َ ‫شد ِۡيد ًُۙا َّو‬
َ ‫عذَّ ۡب ٰن َها‬ َ ِ‫س ۡب ٰن َها ح‬
َ ‫سابًا‬ َ ‫ع ۡن اَمۡ ِر َربِ َها َو ُرسُلِه َف َحا‬ َ ‫َو َكاَيِ ۡن م ِۡن قَ ۡريَ ٍة‬
َ ‫عت َۡت‬
Artinya :

Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang mendurhakai


perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, maka Kami buat
perhitungan terhadap penduduk negeri itu dengan perhitungan
yang ketat, dan Kami azab mereka dengan azab yang
mengerikan (di akhirat).
8. Tidak terjadi manipulasi
(Q.s Al haqqaq ayat 20)
‫سا ِب َي ۚ ْه‬ ٍ ‫ظنَ ْنتُ اَن ِْي ُم ٰل‬
َ ِ‫ق ح‬ َ ‫ا ِِن ْي‬

Artinya :

12
Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan
menerima perhitungan terhadap diriku.
(Q.s An-naba' ayat 27)
‫ساب ًُۙا‬
َ ِ‫اِنَّ ُه ْم كَانُ ْوا ََّل يَ ْر ُج ْونَ ح‬
Artinya :
Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan
perhitungan.
14
9. Dilakukan secara kontinu atau tidak lalai
(Q.s Al-anbiya' ayat 1)
ۚ َ‫غ ْفلَ ٍة ُّم ْع ِرض ُْون‬
َ ‫سابُ ُه ْم َوهُ ْم ف ِْي‬ َ ‫اِ ْقت ََر‬
ِ َّ‫ب لِلن‬
َ ِ‫اس ح‬
Artinya :
Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal
mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia),
berpaling (dari akhirat).
Namun, secara umum prinsip Akuntansi syari'ah adalah sebagaimana
uraian yang terdapat dalam surah al-baqarah, ayat 282.
1. Prinsip pertanggungjawaban

Suatu implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa


individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu
melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan
dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait dan biasanya
dalam bentuk laporan akuntansi.
2. Prinsip keadilan

Kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung


dua pengertian, yaitu: pertama, adalah berkaitan dengan praktik
normal yang merupakan faktor yang sangat dominan. Kedua,

Ali Maulidi, Teknik memahami Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta : Alim’s Publising,
14

2013), Hlm 5.

13
kata Adil bersifat lebih fundamental ( tetap berpijak pada nilai-
nilai etika atau Syariah dan modal).
3. Prinsip kebenaran

Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan


prinsip keadilan.Kebenaran di dalam Alquran tidak diperbolehkan
untuk dicampur adukkan dengan kebatilan.Alquran telah
menggariskan bahwa ukuran, alat atau instrumental untuk
menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu.15

C. Instrumen Keuangan Syari’ah

Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut16.


1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk
uncertaintycontract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut.
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih,
di mana pemilik modal (shahibulmaal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh
menurut kesepakatan di muka, sedangkan apabila terjadi kerugian
hanya ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsur
kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini menegaskan
kerja sama dalam kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan
keahlian dari pengelola.17
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan
atau investasi yang berdasarkan kepercayaan.kepercayaan ini
penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh
ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang
dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas
memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan pada
pengelola dana. pengelola dana hanya menanggung kehilangan

15
Ibid, 6.
16
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta:Salemba Empat, 2011), hlm 87.
17
Ibid.

14
atau risiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah
dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut serta
kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari
pembagian keuntungan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
perjanjian mudharabah. hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem
keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu transaksi harus bersama-sama menanggung risiko (berbagi
risiko). dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan
menanggung risiko finansial sedangkan pengelola dana akan
memiliki risiko non finansial.18

Jenis Akad Mudharabah


Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam tiga
jenis yaitu mudharabah muthalaqah, Mudharabah muqayyadah dan
mudharabah musytarakah.
1) Mudharabah muthalaqah adalah Mudharabah dimana
pemilik dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana
dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga
investasi tidak terikat.
2) Mudharabah muqayyadah adalah Mudharabah dimana
pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain
mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor
usaha.
3) Mudharabah musytarakah adalah Mudharabah di mana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam
kerjasama investasi.19
b. Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para
pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal
dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan,
dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan

18
Ibid, hlm 120.
19
Ibid, Hlm 122-123.

15
kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi
modal.
Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana.
Barang dagangan (tradingasset), kewiraswastaan (entrepreneur-
ship), kepandaian(skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment) atau hak paten/goodwill (intangibleasset), kepercayaan
atau reputasi (credit-worthiness), dan lainnya.20
Akad musyarakah adalah akad kerjasama yang didasarkan
atas bagi hasil.berbeda dengan akad mudharabah Di mana pemilik
dana menyerahkan modal sebesar 100% dan pengelola dana
berkontribusi dalam kerja, dalam akad musyarakah, para Mitra
berkontribusi dalam modal maupun kerja. keuntungan dari usaha
Syariah akan dibagikan kepada Mitra sesuai dengan nisbah yang
disepakati para Mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan
ditanggung para Mitra sesuai dengan proporsi modal. para Mitra
melakukan akad musyarakah dilandasi dengan keinginan kuat
untuk meningkatkan harta kekayaan yang dimilikinya melalui
kerjasama di antara mereka.21
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para
pemilik modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan
mencari keuntungan. dalam musyarakah, para Mitra sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan
bekerja bersama mengelola usaha tersebut. modal yang ada harus
digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi
22
atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin Mitra lainnya.
Dalam musyarakah, dapat ditemukan aplikasi ajaran Islam
tentang ta'awun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan), dan
keadilan.keadilan sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk
pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi modal

20
Ibid, Hlm 87.
21
Ibid, Hlm 142.
22
Ibid.

16
karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal misalnya keahlian,
pengalaman, ketersediaan waktu dan sebagainya. selain itu
keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan
keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah
ditetapkan sebelumnya seperti bunga atau riba. prinsip keadilan
juga terasa ketika orang yang punya modal lebih besar akan
menanggung risiko finansial yang juga lebih besar.23

Jenis akad Musyarakah


Berikut jenis akad Musyarakah berdasarkan eksistensinya.
1) Syirkah Al-Milk mengandung arti kepemilikan bersama
yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih
memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan atau aset.
2) Syirkah Al-uqud (kontrak), yaitu kemitraan yang tercipta
dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan tertentu. setiap Mitra dapat berkontribusi
dengan modal atau dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi
keuntungan dan kerugian.24
Syirkah Al-uqud dapat dibagi menjadi sebagai berikut.
a) Syirkah Abdan
Syirkah Abdan adalah bentuk kerjasama antara dua pihak
atau lebih dari kalangan pekerja atau profesional di mana mereka
sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan dan
berbagi penghasilan yang diterima.
b) Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh adalah kerjasama antara dua pihak di mana
masing-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal.
c) Syirkah 'Inan

23
Ibid, Hlm 143.
24
Ibid.

17
Syirkah ‘Inan atau negosiasi adalah bentuk kerjasama di
mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan.
d) Syirkah Mufawwadhah
Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerjasama di mana
posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus
sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan
maupun risiko kerugian. masing-masing Mitra memiliki kewenangan
penuh untuk bertindak bagi dan atas nama pihak yang lain.
konsekuensinya setiap Mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas
tindakan-tindakan hukum dan komitmen komitmen dari para Mitra
lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan ini.25
c. Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai
dengan prinsip syariah.
d. Saham Syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya: 1)
perusahaan tersebut memiliki piutang dagang yang relatif kecil
dibandingkan total asetnya (Dow Jones Islamic kurang dari 45%),
2) perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil dibandingkan nilai
kapitalisasi pasar (Dow Jones Islamic: kurang dari 33%), 3)
perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil (Dow Jones Islamic:
kurang dari 5%).26

2. Akad jual beli atau sewa-menyewa yang merupakan jenis akad tijarah
dengan bentuk certainty contract. Kelompok akad ini adalah sebagai
berikut.
a. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan biaya perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati antara penjual dan pembeli. Harga disepakati antara
pembeli dan penjual pada saat transaksi dan tidak boleh berubah.27

25
Ibid, Hlm 144.
26
Ibid, Hlm 87.
27
Ibid.

18
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan atau margin yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual
secara jelas memberitahu kepada pembeli berapa harga pokok
barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya.pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-
menawar atas besaran margin keuntungan sehingga akhirnya
diperoleh kesepakatan.28
Besarnya keuntungan harus jelas.harga barang yang telah
disepakati tidak dapat berubah. misalkan dari contoh di atas harga
yang disepakati Rp 240 juta dan dapat dibayar dengan
mengangsur sebesar Rp 10 juta perbulan dalam jangka waktu 2
tahun. maka besarnya angsuran tetap sebesar Rp 10 juta perbulan
selama 24 bulan walaupun harga mobil sudah meningkat atau
tingkat bunga pasar meningkat.29
Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada
pembeli sebagai bukti keseriusannya ingin membeli barang
tersebut.uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah
jika akad murabahah disepakati. namun apabila penjual telah
membeli barang dan pembeli membatalkannya, uang muka ini
dapat digunakan untuk menutup kerugian si penjual akibat
dibatalkannya pesanan tersebut. Bila jumlah uang muka lebih kecil
dibandingkan jumlah kerugian yang harus ditanggung oleh penjual,
penjual dapat meminta kekurangannya kepada pembeli.sebaliknya
bila lebih besar pembeli berhak untuk mengambil atau menerima
kembali sebagian uang mukanya. Apabila akad penjualan secara
tangguh dan pembeli dapat melunasinya secara tepat waktu atau
bahkan ia melakukan pelunasan lebih cepat dari periode yang telah
ditetapkan, maka penjual boleh memberikan potongan. Namun

28
Ibid, Hlm 168.
29
Ibid, Hlm 168.

19
demikian besarnya potongan ini tidak boleh diperjanjikan di awal
akad (untuk menghindari adanya unsur riba).30
Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena
merupakan transaksi jual beli di mana kelebihan dari harga
pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang.sangat
berbeda dengan praktik riba di mana nasabah meminjam uang
sejumlah tertentu untuk membeli suatu barang kemudian atas
pinjaman tersebut nasabah harus membayar kelebihannya dan ini
adalah riba. menurut ketentuan Syariah pinjaman uang harus
dilunasi sebesar pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba,
tidak tergantung dari besar kecilnya kelebihan yang diminta juga
tidak tergantung kelebihan tersebut nilainya tetap atau tidak tetap
sepanjang waktu pinjaman. Dengan penjualan tangguh maka akan
muncul utang piutang, pembeli mempunyai utang dan penjual
mempunyai piutang. untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan atau untuk menghindari risiko penjual dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan pembeli dan meminta
jaminan. dalam hal ini objek akan mudharabah yaitu barang yang
diperjualbelikan dapat digunakan sebagai jaminan.31

Jenis Akad Murabahah


Ada dua jenis murabahah, yaitu:
1) Murabahah dengan pesanan (murabahah to the
purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian
barang setelah ada pemesanan dari pembeli.Murabahah dengan
pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk
membeli barang yang dipesannya.
2) Murabahah tanpa pesanan, murabahah jenis ini bersifat
tidak mengikat.

30
Ibid, Hlm 170.
31
Ibid, Hlm 171.

20
Seperti penjual dan pembeli lakukan akad murabahah,
barang dari penjual diserahkan kepada pembeli, dan pembayaran
yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual.32
b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual
belikan belum ada. Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan
pembayarannya dilakukan secara tunai. Seks transaksi ini mirip
ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waki
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.33
Salam berasal dari kata As-salaf yang artinya pendahuluan
karena pemesan barang menyerahkan uangnya di muka. Para
fuqaha menamainya al-Mahawi'ij (barang-barang mendesak)
karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun
barang yang diperjualbelikan tidak ada di tempat "mendesak",
dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang
tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut.34
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual
beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran di muka
sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian
hari.Sekilas, transaksi salam mirip dengan transaksi ijon. Contoh
transaksi ijon, misalnya membeli padi di sawah yang belum siap
panen.Ada gharar (ketidak pastian) baik dalam jumlah maupun
kualitas pada transaksi ijon, sehingga syarat saling rela dapat tidak
terpenuhi atau dapat merugikan salah satu pihak, dan oleh karena
itu transaksi ini dilarang oleh syariah. Salam, tidak sama dengan
transaksi ijon, dan karena itu dibolehkan oleh syariah karena tidak
ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan di kemudian hari,
harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu

32
Ibid, Hlm 172.
33
Ibid, Hlm 88.
34
Ibid, Hlm 196.

21
penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika akad
terjadi.35

Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah


disepakati tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Apabila
barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.Untuk
menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh meminta
jaminan dari penjual. Apabila pembeli menerima, sedangkan
kualitasnya lebih rendah maka pembeli akan mengakui adanya
kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan harga, karena
harga sudah disepakati dalam akad tidak dapat diubah. Demikian
juga jika kualitasnya lebih tinggi, penjual tidak dapat meminta
tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya
keuntungan, karena kalau diakui sebagai keuntungan dapat
dipersamakan ada unsur riba (kelebihan yang tidak ada iwad/faktor
pengimbang yang dibolehkan syariah).36

Jenis akad Salam


1) Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli
melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang
baru dilakukan di kemudian hari.
2) Salam Paralel, artinya melaksanakan dua transaksi
salam yaitu antara pemesan pembeli dan penjual serta antara
penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal
ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
tersebut.37

35
Ibid.
36
Ibid, Hlm 197.
37
Ibid, Hlm 198.

22
c. Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam
istishna pembayaran dapa dilakukan di muka, cicilan dalam
beberapa kali (termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu
tertentu. Biasanya istishna’ diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruk dengan kontrak pembelian barang melalui
pesanan (order khusus). Pembeli menugasi produse (al sani’) untuk
menyediakan al-mashnu (barang pesanan), sesuai spesifikasi yang
disyaratkanPembeli (al-mustasni) dan menjualnya dengan harga
yang disepakati.38
Akad istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani). Shani akan
menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui
pihak lain (istishna' paralel).39
Dalam istishna' paralel, penjual membuat akad ishishna
kedua dengan subkontraktor untuk membantunya memenuhi
kewajiban akad istishna' pertama (antara penjual dan
pemesan).Pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap
terletak pada penjual tidak dapat dialihkan pada subkontraktor
karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan pemesan
dengan subkontraktor.Sehingga penjual tetap bertanggung jawab
atas hasil kerja subkontraktor.Dalam akad, spesifikasi aset yang
dipesan harus jelas, bila produk yang dipesan adalah rumah.maka
luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas.40
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang
bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau

38
Ibid, Hlm 88.
39
Ibid, Hlm 210.
40
Ibid.

23
2) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.41

Jenis Akad Istishna’


1) Istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan
penjual (pembuat, shani').
2) Istishna' Paralel adalah suatu bentuk akad istishna' antara
penjual dan pemesan, di mana untuk memenuhi kewajibannya
kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna' dengan pihak
lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan
pemesan. Syaratnya akad istishna' pertama (antara penjual dan
pemesan) tidak bergantung pada istishna' kedua (antara penjual
dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dengan penjual
dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.42

d. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan


penyewa untuk mendapatkan Manfaat atas objek sewa yang
disewakan. 43 Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi ijarah
dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau
jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian
(membayar sewa atau upah sejumlah tertentu). 44
Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan
aset yang dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya

41
Ibid, Hlm 211.
42
Ibid, Hlm 212.
43
Ibid, Hlm 88.
44
Ibid, Hlm 226.

24
selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa
untuk menerima upah sewa (ujrah).Apabila terjadi kerusakan yang
mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi
sewa berkewajiban menanggung biaya pemeliharaannya selama
periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis.Pada
hakikatnya pemberi sewa berkewajiban untuk menyiapkan aset
yang disewakan dalam kondisi yang dapat diambil manfaat
darinya.45

Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil


manfaat atas aset sehingga penyewa berkewajiban membayar
sewa dan menggunakan aset sesuai dengan kesepakatan (jika
ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau
menjaga keutuhan aset tersebut. Apabila kerusakanaset terjadi
karena kelalaian penyewa maka ia berkewajiban menggantinya
atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa tidak
bertambah.Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk
menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian.
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan
akan ditanggung penyewa karena hal ini dapat menimbulkan
ketidakpastian (gharar). Hanya biaya pemeliharaan rutin dan tidak
material yang dapat ditanggung penyewa.46

Jenis Akad Ijarah

Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu:


1) Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset
bergerak seperti mobil, motor, pakaian dan sebagainya.
2) Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan
seseorang.

45
Ibid.
46
Ibid, Hlm 227.

25
Berdasarkan Exposure Draft 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3,
namun yang telah dikenal secara luas adalah dua jenis ijarah yang
disebutkan pertama, yaitu:
1) Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
aset atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah
atau sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas aset itu sendiri.
2) Ijarah muntahiya bit Tamlik (IMBT) merupakan ijarah dengan
wa'ad (janji) dari pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan
objek ijarah pada saat tertentu (ED PSAK 107).
3) Jual dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual
dan ijarah: Jenis ijarah seperti ini terjadi di mana seseorang
menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset
tersebut. Alasan dilakukannya transaksi tersebut bisa saja si
pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih
memerlukan manfaat dari aset tersebut.
Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang
terpisah dan tidak saling bergantung (taalluq) sehingga harga
jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan mengakui
keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan
dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul
dari transaksi jual tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah beban ijarah yang muncul karena ia menjadi
penyewa.47
3. Akad lainnya meliputi:
a. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan
baik dengan sesama mata uang yang sejenis (misalnya rupiah
dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah
dengan dolar atau sebaliknya)

47
Ibid, 229.

26
b. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai
uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan
kapan pun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan
kembali uang/barang titipan tersebut. Wadiah terbagi dua: (1)
Wadiah Amanah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh
disimpan dan tidak boleh didayagunakan. (2) WadiahYadhamanah
di mana uang/barang yang dititipkan boleh didayagunakan
danHasil pendayagunaan tidak terdapat kewajiban untuk
dibagihasilkan pada pemberi titipan
c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan
adanya imbalan, waktu pengembalian pinjaman ditetapkan
bersama antara pemberi dan penerima pinjaman. Biaya
administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk
dibebankan kepada peminjam.
d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak
lain. Untuk jasanya itu.Yang dititipkan dapat memperoleh fee
sebagai imbalan.
e. Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan
atas pembayaran utang satu pihak pada pihak lain.
f. Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama
(al-muhil) kepada pihak lain (al-muhal alaih) atas dasar saling
memercayai.
g. Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aset.
Berupa penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.48

D. Akuntabilitas Yang Haram Dan Halal


1.Akuntabilitas dalam Islam

Dalam Al-Qur’an, kata Hisab diulang lebih dari delapan kali dalam
ayat yang berbeda (Askary and Clarke, 1997). Hisab atau “akun” adalah
akar akunting, dan referensi dalam Al-Qur’an, hisab berkaitan dengan
48
Ibid, Hlm 88.

27
kewajiban seseorang untuk memperhitungkan semua hal yang berkaitan
dengan usaha manusia yang mana setiap Muslim adalah akuntabel
(Lewis, 2010).Semua sumber yang tersedia bagi individu dibuat
sedemikian rupa dalam bentuk kepercayaan. Individu adalah wali amanat
atas apa yang telah mereka berikan oleh Tuhan dalam bentuk barang,
properti dan aset yang tidak berwujud. Sejauh mana individu harus
menggunakan apa yang dipercayakan kepada mereka ditentukan dalam
syariah, dan keberhasilan individu di akhirat bergantung pada kinerja
mereka di dunia ini. Dalam hal ini, setiap Muslim memiliki “akun” dengan
Allah, yang mana mencatat semua perbuatan baik dan semua tindakan
buruk, sebuah akun akan berlanjut sampai mati, karena Allah
menunjukkan semua orang tentang penghakiman mereka pada hari
penghakiman mereka (SA: 62 ).49

Kesamaan dasar antara hisab dalam Islam dan akuntansi terletak


pada tanggung jawab setiap Muslim untuk menjalankan tugas seperti
yang dijelaskan dalam Al Qur'an.Demikian pula, dalam perusahaan bisnis,
manajemen dan penyedia modal bertanggung jawab atas tindakan
mereka baik di dalam maupun di luar perusahaan mereka.Akuntabilitas
dalam konteks ini berarti pertanggungjawaban kepada pihak
berkepentingan atau masyarakat luas. Banyak praktik akuntansi
konvensional yang paling sesuai dengan konsep pertanggungjawaban
pribadi tampaknya tidak sesuai dengan jenis pertanggungjawaban yang
dipersyaratkan di bawah syariah.Sehingga, salah satu tujuan utama
akuntansi Islam adalah untuk memberikan informasi yang membebaskan
mereka yang terlibat dalam perusahaan dari pertanggungjawaban mereka
kepada masyarakat.50

Pengaruh agama terhadap akuntansi bukanlah suatu masalah yang


telah dieksplorasi untuk sebagian besar kajian dalam literatur
konvensional meskipun hal ini dapat dengan mudah dilihat bagaimana

49
Januar Eko Prasetio, Tazkiyatun Nafs: Kajian Teoritis Konsep Akuntabilitas, Jurnal
Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol 1, No1, Maret 2017, Hlm 25.
50
Ibid.

28
keduanya bisa saling terkait.Secara tradisional, agama memiliki peran
dalam membentuk dan menegakkan perilaku etis seperti kejujuran, dan
keadilan.Secara umum, budaya dikenal sebagai faktor yang menentukan
dari akuntansi. Di mana budaya merupakan faktor yang membedakan
anggota satu kelompok dengan kelompok lain mengatur bagaimana
individu memandang tanggung jawab mereka dalam melaksanakan tugas.
Jika budaya dianggap mempengaruhi penerapan akuntansi, maka begitu
juga dengan agama.Hal ini karena agama mempengaruhi nilai-nilai
budaya (Hamid, Craig dan Clarke, 1993; Lewis, 2001).Misalnya saja
dalam perintah al-Kitab untuk memberi kepada Kaisar hal-hal yang
merupakan milik Kaisar dan bagi Tuhan hal-hal yang menjadi milik Tuhan,
di mana hal ini menyebabkan perbedaan di antara yang sakral dan
sekuler.Sedangkan dalam Islam, alam Tuhan dan Kaisar adalah satu,
bukan yurisdiksi terpisah, seperti yang diizinkan oleh agama Kristen
(Lewis, 2001). 51
Dua aspek khusus yang membentuk hubungan antara Islam dan
akuntansi salah satunya adalah bahwa hukum Islam, syariah, mengklaim
mengatur semua aspek kehidupan, etika dan sosial, dan mencakup
yurisdiksi pidana dan juga yurisdiksi sipil.Setiap tindakan yang dilakukan
harus sesuai dengan hukum Islam dan mematuhi standar etika yang
berasal dari prinsip-prinsip Islam. Akuntan, seperti penganut lainnya,
harus menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan Islam dan
mendasarkan tindakan mereka pada norma etika Islam. Prinsip etika ini
mendefinisikan apa yang benar, adil, sifat, tanggung jawab perusahaan,
prioritas masyarakat, disertai beberapa standar akuntansi yang spesifik.
Kedua, selain menyediakan seperangkat etika bisnis, prinsip ekonomi dan
keuangan Islam tertentu memiliki dampak langsung terhadap praktik dan
kebijakan akuntansi.Prinsip-prinsip ini termasuk dalam lembaga zakat,
larangan riba dan institusi sistem ekonomi bebas bunga. Akuntansi juga
mengajarkan audit operasional yang menunjang kualitas pelayanan dalam

51
Daiyinta Handoko dan Syamsul Huda, Menilik Akuntabilitas AkuntansiI Dari Budaya
Islam, Jurnal Tirtayasa EKONOMIKA Vol. 13, No 2, Oktober 2018 , Hlm 330.

29
perusahaan. Sesuai dengan penelitian Huda (2017) yang hasil
penelitiannya, menunjukkan audit operasional yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dapat menunjang kualitas pelayanan didalam perusahaan
atau organisasi. Berdasarkan prinsip etika dalam Islam, maka dalam
akuntansi diperlukan suatu keadilan dan kejujuran dalam tanggung jawab
perusahaan yang disebut sebagai akuntabilitas. 52
Salah satu tujuan utama dari sistem akuntansi adalah untuk
membantu akuntabilitas (Lewis, 2006).Sistem-sistem akuntansi
bertanggung jawab atas sumber daya ekonomi yang dikelolanya terlepas
dari apakah transaksi dan sumber daya tersebut adalah orang-orang dari
sebuah organisasi pemerintah atau badan swasta.Fungsi pelayanan ini
telah menjadi aktivitas manusia yang terorganisir dari awal kali (Brown,
1905; Brown, 1962; Stone, 1969).Awalnya ditentukan pada tingkat pemilik
individu, saat ini akuntabilitas dalam hal akuntansi oleh manajemen untuk
membantu dalam alokasi sumber daya yang efisien dengan memberikan
informasi, baik untuk pengendalian kinerja atau untuk pengambilan
keputusan oleh mereka yang bertanggung jawab untuk membuat
keputusan investasi (Whittington, 1992).Dalam masyarakat Islam,
pengembangan teori akuntansi harus didasarkan pada ketentuan hukum
Islam dan dalil-dalil yang tidak bertentangan dengan hukum
Islam.Pandangan hukum Islam sangat jelas tentang prinsip-prinsip dasar
bagaimana pelaporan keuangan dan praktik akuntansi harus dilakukan
(Lewis, 2006).53
Kerangka akuntansi konvensional telah dirancang untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur dan melaporkan data
ekonomi dan keuangan untuk mendukung pengambilan keputusan
manajerial.Dengan demikian, kerangka akuntansi konvensional terutama
mencerminkan kebutuhan dari pemegang saham mengenai kinerja
ekonomi dan keuangan organisasi.Pendekatan akuntansi konvensional

52
Ibid, Hlm 331.
53
Januar Eko Prasetio, Tazkiyatun Nafs: Kajian Teoritis Konsep Akuntabilitas, Jurnal
Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol 1, No1, Maret 2017, Hlm 20

30
telah menarik kritik yang menyoroti ketidakmampuan pendekatan
konvensional untuk mempertimbangkan inkonsistensi, ketidakadilan,
invisibilities (tidak kasat mata) dan ketidaksetaraan kehidupan Barat untuk
memberikan perubahan sosial (Gray, 2002; Mathews, 1997). Artinya
kerangka akuntansi konvensional telah dirancang untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengukur dan melaporkan data ekonomi dan keuangan
(laba atau rugi) untuk mendukung pengambilan keputusan manajerial.54
Dengan demikian, kerangka akuntansi konvensional terutama
mencerminkan kebutuhan dari pemegang saham mengenai kinerja
ekonomi dan keuangan organisasi.Akuntansi Kritis berpendapat bahwa
akuntansi harus berfungsi sebagai perantara antara organisasi dan
masyarakat, sehingga mengingat perannya dalam konteks sosial yang
lebih luas (Lehman, 1992).Menurut teori kritis, akuntansi harus didasarkan
pada prinsip- prinsip demokrasi dan akuntabilitas (Gray et al.,
1996).Artinya, organisasi harus menyediakan akuntabilitas tidak hanya
kepada pemegang saham, tetapi juga untuk berbagai pemangku
kepentingan yang dipengaruhi oleh kegiatan organisasi (Gray et al.,
1996).Selain itu, akuntabilitas berbagai pemangku kepentingan harus
melampaui orientasi keuangan dan mencakup dampak sosial juga.Hal ini
merupakan dasar untuk membuat organisasi menjadi lebih akuntabel
(Andreaus dan Costa, 2014). Demikian pula, dalam perusahaan bisnis,
manajemen dan pemilik modal bertanggung jawab atas tindakan mereka
baik di dalam maupun di luar perusahaan mereka.Akuntabilitas dalam
konteks ini berarti akuntabilitas kepada masyarakat. Muslim harus
beritikad baik dalam dimensi religius dan sekuler, dan tindakan mereka
selalu terikat dengan syariah hukum Islam sehingga mewujudkan suatu
tugas dan praktek termasuk ibadah, doa, sopan santun dan moral,
bersama dengan transaksi komersial dan praktek bisnis (Lewis, 2006).
Muslim harus melakukan kegiatan bisnis mereka sesuai dengan
persyaratan agama untuk menjadi jujur dan adil terhadap orang lain. 55

54
Ibid, hlm 22.
55
Ibid.

31
Kegiatan usaha harus terinspirasi luas dan dipandu oleh konsep
tauhid, ihsan, dan tawakkal dengan kerangka hukum berkomitmen untuk
nilai-nilai seperti keadilan dan larangan riba (bunga) dan larangan ihtikaar
(penimbunan) dan malapraktek lainnya.Bahkan, sejumlah besar konsep
dan nilai- nilai Islam menentukan tingkat dan sifat kegiatan usaha
(Rahman, 1994).Ada banyak nilai-nilai positif seperti iqtisad, adl, ihsan,
amanah, infaq, sabr dan istislah.Demikian pula ada sejumlah nilai yang
negatif, dan dengan demikian harus dihindari: zulm, bukhl, iktinaz dan
israf.56

Kegiatan ekonomi dalam parameter positif adalah halal dan dalam


parameter negatif haram.Produksi dan distribusi yang diatur oleh kode
halal-haram harus mematuhi gagasan adl (keadilan).Al-Qur'an
menyediakan kerangka kerja nilai-nilai dan konsep-konsep untuk bisnis
yang adil dan sistem komersial. Tantangan terbesar pengetahuan
akuntansi Islam dalam praktik akuntansi mendasarkan pada integrasi
spiritualitas dan religiusitas. Religiusitas dan spiritualitas adalah bangunan
yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk diukur (Hasyim, 2007,
Muhamad, 2007, Ahmed, 2012, Fry, 2003; Fry et al, 2005; Barrett, 2003;
Ashmos & Duchon, 2000; MacDonald et al, 1999; Elkins et al, 1988).57
Akuntabilitas Islam bukan hanya duniawi dan yang berorientasi
uang, tapi berusaha untuk mencari keberkahan Allah. Spiritualisme
merupakan kecenderungan paling besar abad 21 sehingga sering disebut
sebagai Abad Baru (New Age), yaitu Abad Spiritual (Spiritual Age). Pada
abad ini, berbeda dengan abad sebelumnya, timbul kecenderungan dan
kegandrungan manusia pada hal-hal yang bersifat rohani (spiritual) dan
mistik (agamis). Spiritualisme ini muncul sebagai respon terhadap
dampak-dampak negatif dari modernisme mulai dari kerusakan lingkungan
sampai krisis moral (Ismail, 2013).58

56
Ibid, hlm 26.
57
Ibid.
58
Ibid , Hlm 27.

32
Spiritualisme adalah filsafat, doktrin atau (semacam) agama yang
menekankan aspek spiritual dari segala sesuatu.Jadi dasar spiritualisme
adalah pandangan bahwa spirit adalah hakekat (esensi) dari hidup dan
bahwa spirit itu hidup (kekal), tidak hancur karena kematian badan atau
jasad.Ini berarti kematian tidak dapat membunuh spirit. Spiritualisme
berpusat pada dua ajaran pokok.Pertama, keberlanjutan pribadi atau diri
manusia setelah transisi kematian.Kedua, dimungkinkan adanya
komunikasi antara manusia yang hidup di atas bumi dengan mereka yang
sudah mengalami transisi kematian (Seances).

Spiritualisme mengusung beberapa ajaran pokok antara lain


percaya kepada kecerdasan atau akal yang tak terbatas (infinite
intellegence), fenomena alam baik fisik maupun spiritual merupakan
perwujudan dari akal tak terbatas tersebut, serta komunikasi dengan
orang yang sudah mati merupakan kenyataan yang secara ilmiah
dibuktikan melalui fenomena spiritual (Ismail, 2013). Spiritualisme dalam
Islam terdiri dari aspek rohani (tasawuf) dan asek lahiriyah (fiqih).Islam
memberikan tempat kepada aspek rohani dan aspek lahiriyah secara
seimbang (Al Ghazali, 1987).Jiwa dan spiritualitas adalah bagian terdalam
manusia yang menghubungkan manusia dengan Tuhan.59

2. Akuntabilitas Yang Haram Dalam Perspektif Islam

Islam telah memberikan panduan yang jelas dalam bertransaksi


agar menghasilkan transaksi yang halal dan tayyib. Islam juga telah
menggariskan jenis-jenis transaksi yang dilarang yaitu: (1) Membuat dan
menjual barang-barang yang najis, seperti bangkai, babi, anjing, arak, tahi,
kencing dan lain-lain. Barang-barang tersebut adalah haram li zatihi,
karena Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT jika
mengharamkan suatu barang, maka harganya pun haram juga” (HR
Ahmad dan Abu Daud); (2) Membuat barang-barang yang tidak
bermanfaat dalam Islam (membawa kepada mafsadat dan maksiat) atau

59
Ibid.

33
yang mendatangkan kelalaian hingga menyebabkan seseorang individu
itu lupa untuk beribadah kepada Allah; (3, 4, 5) Transaksi yang
mengandung unsur riba, gharar, perjudian; (6) Bay‘ ma‘dum; (7)
Melakukan penipuan dalam transaksi; (8) Membeli di atas belian orang
lain; (9) Melakukan penimbunan (ihtikar), dan lain-lain. 60 Dalam hal ini
kami akan menjelaskan 2 aspek dari transaksi yang dilarang tersebut di
atas, yaitu riba, gharar dan perjudian, serta ihtikar.
a. Riba

Pengertian Riba secara bahasa bermakna al-fadl wa al-ziyadah


(lebihan dan tambahan) atau al-idafah (lebihan) kepada sesuatu, al-
numuw (tumbuh dan membesar). Sedangkan menurut istilah, riba berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.Ada
beberapa pendapat mengenai definisi riba baik dari perspektif ulama tafsir
maupun ulama fiqh, namun secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau
bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. 61
Secara ringkasnya, unsur-unsur riba adalah sebagai berikut: 1. Adanya
tambahan/lebihan dari jumlah pokok pinjaman 2. Penentuan
tambahan/lebihan itu berkaitan dengan unsur pertimbangan jangka waktu
3.Tawar-menawar atau persetujuan terhadap syarat tambahan/ lebihan itu
ditentukan terlebih dahulu yaitu ketika kontrak pinjaman dilakukan. Dalam
muamalah (transaksi), riba biasanya mempunyai tiga bentuk yaitu:
1. Bayaran balik yang melebihi dari jumlah uang pokok (harta asal)
yang dipersyaratkan terlebih dahulu ketika kontrak dilakukan.
2. Kontrak ke atas pertukaran barang tertentu yang tidak diketahui
dengan pasti persamaannya pada timbangan atau takaran yang
diakui oleh syarak.

60
M. Fajar Hidayanto, Praktek Riba dan Kesenjangan Sosial, JURNAL EKONOMI ISLAM
La_Riba, Vol. 2, No. 2, Desember 2008, Hlm 253.
61
Ibid.

34
3. Penangguhan penyerahan salah satu barang yang ditukarkan atau
yang diperdagangkan (khususnya untuk pertukaran mata uang dan
barang ribawi).9 1.2. Dalil Pengharaman Riba Umat Islam dilarang
mengambil riba apa pun jenisnya, kerana Alquran dan hadis
Rasulullah SAW yang merupakan sumber utama hukum Islam,
secara jelas melarangnya. Ulama pun telah bersepakat (ijma’)
bahwa riba adalah haram. a. Larangan Riba dalam Alquran
Turunnya ayat mengenai riba dalam Alquran secara bertahap, yaitu
dalam empat tahap, yang terdiri dari 8 ayat dalam 4 surat (al-
Baqarah (2)=5 ayat, Ali ‘Imran (3)=1 ayat, al-Nisa’ (4)=1 ayat, al-
Rum=1 ayat). Satu ayat diturunkan di Mekah dan selebihnya di
Madinah. Gaya pengharaman riba dalam Alquran adalah mirip
dengan bentuk pengharaman khamr dalam Alquran, yaitu tidak
mengharamkan secara sekaligus tetapi berangsur-angsur. Bahkan
dalam hadis pun juga terdapat kesamaan dalam hal dosa dari dua
perbuatan dosa tersebut yaitu mendapat laknat dari Allah SWT.
Perlu dicatat, bahwa tidak semua sesuatu atau perkara yang
diharamkan oleh Allah SWT tidak ada manfaatnya sama sekali atau
hanya mendatangkan madarat saja. Ini terbukti dari ungkapan Allah
dalam Alquran surah Al-Baqarah (2): 219 tentang keharaman
khamr, yang dinyatakan bahwa khamr itu juga mengandung
manfaat tetapi madaratnya lebih besar dan berbahaya daripada
manfaat yang mungkin diperoleh. Demikian juga riba, mungkin ia
mengandung manfaat tertentu pada sekelompok orang tertentu,
tetapi secara universal, madarat dan bahaya riba lebih besar
daripada manfaat yang ditimbulkannya.62

a) Riba, Bunga, Usury, Interest, dan Rente


Dalam bahasa Inggris, bunga sering disebut dengan usury atau
interest.Sebagian pakar ekonomi membedakan antara usury dan
interest.Jika tingkat bunga itu (dianggap) biasa saja dan wajar maka

62
Ibid, Hlm 254.

35
disebut interest, sedangkan jika tingkat bunga itu terlampau tinggi atau
melebihi batas yang dibolehkan undang-undang disebut usury.Dalam
bahasa Belanda, bunga disebut rente, oleh karena itu orang yang
membungakan uang di masyarakat sering disebut rentenir. Ada sebagian
pemikir muslim yang memandang ada perbedaan antara usury dan
interest. Bagi mereka usury adalah bunga yang dibayarkan terhadap
pinjaman untuk kegiatan konsumsi (bukan produksi), sebagaimana yang
terjadi pada pra Islam.Ini yang menurut mereka adalah riba.Mereka
menyamakan usury dengan riba.Sedangkan interest adalah pinjaman
untuk kegiatan produksi, menurut mereka, interest dibolehkan dan tidak
bertentangan dengan Alquran, karena larangan dalam Alquran mengacu
pada larangan riba. Padahal sebutan usury atau interest untuk nama riba
itu, pada hakikatnya jenisnya adalah sama saja, hanya beda tingkat saja.
Menyebut riba dengan nama bunga, interest, usury, dan rente tidak akan
mengubah sifatnya, karena hakikatnya sama saja. Semuanya dilarang
oleh Islam. Bunga atas pinjaman yang digunakan untuk konsumsi atau
produksi sama saja disebut riba karena sama-sama menzalimi pihak yang
63
meminjam.

b) Riba Dalam Kehidupan Sekarang

Dalam kehidupan sekarang, dimana telah terjadi perkembangan


dalam aktivitas ekonomi seperti bank, asuransi, transaksi obligasi,
transaksi valas, dan lain-lain, umat Islam dihadapkan pada kondisi yang
serba sulit, karena hampir sebagian besar aktivitas ekonomi mengandung
unsur riba. Jika kita tidak hati-hati, kita bisa terjebak riba.Riba pada zaman
modern ini telah menjelma dan dilegitimasi oleh sistem dan
institusi.Institusi perbankan seakan telah menjadi jantung kehidupan
masyarakat dan aktivitas pembangunan.Setiap negara memiliki bank
sentral yang menggunakan instrumen riba (bunga) sebagai dasar ke -
bijakan moneter dan dalam mempengaruhi sektor riil.Kebijakan bank
sentral ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan perekonomian dalam

63
Ibid.

36
negeri.Peranan institusi perbankan dalam sendi kehidupan ekonomi
masyarakat dan negara, sangat vital. Hampir seluruh aktivitas ekonomi
masyarakat terkait dengan bank, seperti untuk menyimpan dananya dalam
bentuk tabungan, deposito, giro, ataupun dalam memperoleh modal untuk
membentuk dan mengembangkan usaha, juga jasa-jasa perbankan
lainnya seperti LC (letter of credit) untuk ekspor impor, kartu kredit,
transfer uang, dan lain-lain. Namun, hampir seluruh jasajasa perbankan
konvensional tersebut terkait dengan bunga yang secara sadar ataupun
tidak sadar turut dinikmati masyarakat.64

Selain bank, riba juga bisa dijalankan oleh lembaga-lembaga


keuangan lainnya seperti koperasi simpan pinjam, asuransi, pegadaian,
maupun dana pensiun. Perlu diingat juga, bahwa dalam praktik bank Islam
pun juga bisa terjadi riba. Misalnya bunga yang dihilah (diakali) dengan
mengenakan biaya administrasi yang tinggi (melebihi kemestiannya)
dalam produk al-qard (pinjaman) dan qard al-hasan (pinjaman
kebajikan).Dalam produk tersebut, asalnya tidak dikenakan bunga, pihak
bank hanya mengenakan biaya administrasi. Akan tetapi jika biaya
administrasinya itu justru menyamai atau bahkan melebihi jumlah bunga
jika pinjaman tersebut dihitung bunganya sebagaimana dalam bank
konvensional, maka praktik itu berarti menyamai dengan praktik
pembungaan uang yang diharamkan Islam atau minimalnya praktik itu
tidak sesuai dengan misi Islam karena mengandung unsur kezaliman
65
pada pihak peminjam.
Pada sektor informal, riba dihidupkan oleh masyarakat, terutama
para rentenir atau lintah darat dengan memberikan pinjaman pribadi
kepada pihak lainnya dengan mengenakan bunga yang tinggi.Biasanya
para peminjam adalah orang-orang kecil seperti para petani, pedagang
kecil, nelayan, sedangkan para pemberi pinjaman kebanyakan para
juragan kaya.

64
Ibid, Hlm 255.
65
Ibid.

37
Perkembangan perekonomian yang berkiblat kepada kapitalis telah
membuat perolehan sumber-sumber keuangan tidak hanya cukup dari
dunia perbankan, karena itu muncullah sumber-sumber keuangan ribawi
yaitu pasar uang dan pasar modal. Di sini diterbitkan instrumeninstrumen
keuangan seperti obligasi (bonds) dan surat utang, saham, reksadana,
yang kemudian dapat diperdagangkan dalam transaksi derivatif (financial
derivatives). Transaksi ini antara lain berbentuk future dan option yang
terjadi di zero sum market (satu pihak diuntungkan dan pihak lain
dirugikan yang berarti dhalim dan terjadi eksploitasi). Dalam transaksi
derivatif ini juga diperdagangkan mata uang.Selain melakukan pinjaman
kepada bank, pemerintah, BUMN dan swasta dapat memperoleh
dana/modal melalui pasar modal dan pasar uang ini dengan menerbitkan
saham dan obligasi.Pasar keuangan ini sarat dengan kegiatan spekulasi
yang bernilai ratusan miliar dolar setiap harinya.Di sinilah sektor moneter
(sektor maya) dengan cepat menggelembung sehingga tercipta ekonomi
balon (buble economic) yang sangat rawan krisis.66
Di tingkat negara riba telah lama mewabah. Hampir seluruh negara
di dunia melakukan utang-piutang baik terhadap negara lainnya maupun
dengan lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia (World Bank),
IMF dan ADB dengan tingkat bunga tertentu dan syarat yang
memberatkan (dhalim). Syukur alhamdulillah, saat ini telah muncul institusi
keuangan Islam yang mengamalkan prinsip-prinsip Islam dalam segala
aktivitas bisnisnya.Secara historis, konsepsi dan praktik transaksi ekonomi
yang sesuai dengan prinsip syariah telah dikembangkan sejak
lama.Namun awal sejarah perbankan syariah modern relatif baru, yaitu
sejak pendirian Mit Ghamir Bank di Mesir oleh Dr. Ahmad El-Najar pada
tahun 1963.67
Pelayanan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang disediakan
oleh bank ini mendapat sambutan hangat oleh masyarakat. Bank ini
sempat sukses di pasaran, akan tetapi pada tahun 1967 ditutup kerana

66
Ibid, Hlm 257.
67
Ibid.

38
alasan politis. Eksperimentasi lainnya dilakukan SA Irshad di Karachi,
Pakistan, pada 1965.Namun, bank syariah yang dikembangkannya gagal
kerana kesalahan manajemen dan tidak adanya pengawasan serta
pembinaan dari otoritas perbankan setempat.Terlepas dari kegagalan
tersebut, kedua eksperimentasi itu menghilangkan hambatan psikologis
implementasi prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan keuangan
modern.Sejak itu mulai ditumbuhkan bank-bank syariah, yang relatif lebih
besar, khususnya di kawasan negara-negara teluk.68
b. Gharar

Gharar dalam bahasa arab adalah al-khathr, pertaruhan, majhul al-


aqibah; tidak jelas hasilnya, ataupun dapat juga diartikan sebagai al-
mukhatharah, pertaruhan dan al-jahalah, ketidakjelasan. Gharar
merupakan bentuk keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan untuk
merugikan orang lain.69
Di lihat dari beberapa arti kata tersebut, yang dimaksud dengan gharar
dapat diartikan sebagai semua bentuk jual beli yang didalamnya
mengandung unsur-unsur ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian.Dari
semuanya mengakibatkan atas hasil yang tidak pasti terhadap hak dan
kewajiban dalam suatu transaksi/jual beli. Menurut madzhab syafi’i, gharar
adalah segala sesuatu yang akibatnya tersembunyi dari pandangan dan
sesuatu yang dapat memberikan akibat yang tidak diharapkan/akibat yang
menakutkan.Sedang ibnu Qoyyim berkata bahwa gharar adalah sesuatu
yang tidak dapat diukur penerimaannya baik barang tersebut ada ataupun
tidak ada, seperti menjual kuda liar yang belum tentu bisa di tangkap
meskipun kuda tersebut wujudnya ada dan kelihatan.70
a) Gharar dalam Tansaksi Ekonomi

Transaksi perdagangan umumnya mengandung risiko untung dan rugi.


Hal yang wajar bagi setiap orang berharap untuk selalu mendapatkan

68
Ibid.
69
Nadratuzzaman Hosen, Analisis Bentuk Gharar Dalam Transaksi Ekonomi, Jurnal Al-
Iqtihad, Vol.1, No.1, Januari 2009, Hlm 54.
70
Ibid.

39
keuntungan, tapi belum tentu dalam setiap usahanya akan mendapatkan
keuntungan. Menurut Imam Ghazali bahwa motivasi seorang pedagang
adalah keuntungan, yaitu keuntungan di dunia dan keuntungan di
akhirat.Risiko untung dan rugi merupakan kondisi yang tidak pasti dalam
setiap usaha.71

Dapat ditekankan bahwa Islam tidak melarang suatu akad yang hanya
terkait dengan risiko atau ketidakpastian. Hanya bila risiko tersebut
sebagai upaya untuk membuat satu pihak mendapatkan keuntungan atas
pengorbanan pihak lain, maka hal tersebut menjadi gharar. Menurut Ibnu
Taimiyah sudah jelas bahwa Allah Swt dan Rasulullah Saw tidak melarang
setiap jenis risiko.Begitu juga tidak melarang semua jenis transaksi yang
kemungkinan mendapatkan keuntungan atau kerugian ataupun netral
(tidak untung dan tidak rugi). Yang dilarang dari kegiatan semacam itu
ialah memakan harta orang lain secara tidak benar, bahkan bila tidak
terdapat risiko, bukan risikonya yang dilarang. 72 Yang menjadikan gharar
dilarang adalah karena keterkaitannya dengan memakan harta orang lain
dengan cara tidak benar.
Masyarakat arab jahiliyah, biasa menyimpan tiga anak panah di dalam
ka'bah yang dibalut dengan kertas putih yang bertuliskan lakukan, jangan
lakukan, dan kosong. Sebelum mereka melakukan perjalanan jauh,
misalnya, mereka kan pergi menemui juru kunci ka'bah dan meminta
untuk diambilakn salah satu dari anak panah tersebut. 73

Dalam transaksi modem, banyak ditemukan model transaksi yang


termasuk dalam kategori gharar.Terutama transaksi yang dilakukan oleh
lembaga keuangan.Umum terjadi, lembaga keuangan modern merupakan
lembaga usaha yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Gharar
dalam lembaga keuangan modern terdapat pada cara mereka melakukan
usaha dan mendapatkan keuntungan.74

71
Ibid, Hlm 59.
72
Ibid.
73
Ibid, hlm 60.
74
Ibid.

40
Berikut adalah Lembaga Keuangan yang termasuk Gharar dalam Islam
1. Perbankan

Lembaga perbankan merupakan pilar dari ekonomi modern.Hingga


tingkat kemajuan dari perbankan mampu mempengaruhi kondisi ekonomi
suatu bangsa.Berkembang atau tidaknya suatu kondisi ekonomi dapat
dilihat dari perkembangan perbankan.Namun, ditilik dari syariat Islam,
lembaga perbankan umum yang telah berkembang sarat dengan unsur-
unsur gharar, maisir dan riba, yang jelas dilarang dalam aturan syariat
Islam. Gharar dalam perbankan dapat dilihat dari sistem bunga yang di-
bebankan pada setiap transaksi, baik dalam transaksi pinjaman maupun
simpanan. Beban bunga yang ditetapkan adalah merupakan jenis gharar
yang mempertukarkan kewajiban antara satu pihak dengan pihak yang
lain. 75
2. Asuransi

Asuransi merupakan bentuk pertanggungan yang dilakukan antara


satu pihak dengan pihak lain. Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun
1992 Tentang Usaha Perasuransian, Asuransi atau pertanggungan
merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung meng- ikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau untuk memberikan pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Gharar terjadi dalam asuransi apabila kedua belah pihak (misalnya:
peserta asuransi, pemegang polis, dan perusahaan) saling tidak
mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan menimpa.
Kontrak yang dilakukan pada kondisi tersebut adalah suatu kontrak yang

75
Ibid, Hlm 61.

41
dibuat berasaskan pada pengandaian (ihtimal) semata.Hal inilah yang
disebut gharar 'ketidakjelasan' yang dilarang dalam syariat Islam. Karena
bentuk dari kontrak tersebut akan mengakibatkan terjadinya saling
mendzalimi.
Meskipun kedua belah pihak saling meridhoi, kontrak tersebut
secara dzatnya tetap termasuk dalam kategori gharar yang diharamkan.
Walaupun nisbah/ persentase atau kadar bayarannya telah ditentukan
agar peserta asuransi/pemegang polis maklum, ia tetap tidak tahu kapan
musibah akan terjadi, disinilah gharar terjadi.
Secara konvensional, kontrak/ perjanjian dalam asuransi jiwa dapat
dikategorikan sebagai akad tabaduli atau akad pertukaran, yaitu
pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan.Secara
syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang dibayarkan dan
berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar)
karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang
petanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah
seluruh premi). Disinilah terjadinya gharar pada asuransi konvensional.
Gambaran dari bentuk gharar tersebut adalah jika seseorang
mengambil paket asuransi 10 tahun dengan besar uang pertanggungan
misalnya 10 juta. Apabila pada tahun keempat orang yang bersangkutan
meninggal dan baru bayar premi sebesar 4 juta, maka ahli warisnya
mendapatkan jumlah yang penuh 10 juta. Pertanyaan yang muncul, dari
mana sisa 6 juta diperoleh.Uang 6 juta yang di dapat ahli waris tersebut
merupakan bentuk gharar.76
3. Bursa Saham

Bursa saham adalah pasar yang di dalamnya berjalan usaha jual


beli saham.Target bursa adalah menciptakan pasar simultan dan kontinyu
dimana penawaran dan permintaan serta orang-orang yang hendak

76
Ibid, Hlm 62.

42
melakukan perjanjian jual beli dipertemukan. Tentunya dalam hal ini akan
mendapatkan berbagai keuntungan bagi pihak pelaku.77
Dalam bursa saham, bentuk gharar banyak ditemukan dalam setiap
transaksinya. Adapun gharar tersebut dapat terjadi disebabkan oleh:
a. Transaksi berjangka dalam pasar saham sebagian besar bukanlah
jual beli sesungguhnya. Karena tidak ada unsur serah terima dalam
pasar saham ini antara kedua belah pihak yang bertransaksi,
padahal syarat jual beli adalah adanya serah terima barang
dagangan dan pembayarannya atau salah satu dari keduanya.
b. Kebanyakan penjualan dalam pasar ini adalah penjualan sesuatu
yang tidak dimiliki, baik itu berupa mata uang, saham, giro piutang,
atau barang komoditi komersial dengan harapan akan dibeli di
pasar sesungguhnya dan diserahterimakan pada saatnya nanti,
tanpa mengambil uang pembayaran terlebih dahulu pada waktu
transaksi sebagaimana syaratnya jual beli.
c. Pembeli dalam pasar ini kebanyakan membeli menjual kembali
barang yang dibelinya sebelum ia terima. Orang kedua akan
menjual kembali sebelum dia terima. Hal semacam ini terjadi
secara berulang-ulang, terhadap obyek jualan yang belum diterima,
hingga transaksi itu berkhir pada pembeli sebenarnya, atau paling
tidak menetapkan harga sesuai pada hari pelaksanaan transaksi,
yaitu hari penutupan harga.
d. Yang dilakukan oleh pemodal besar dengan memonopoli saham
sejenisnya serta barang-barang komoditi komersial lain dipasaran
agar bisa menekan pihak penjual yang menjual barang-barang
yang tidak mereka miliki dengan harapan akan membelinya pada
saat transaksi dengan harga yang lebih murah, atau langsung
melakukan serah terima sehingga menyebabkan para penjual lain
merasa kesulitan.
e. Dalam pasar modal dijadikannya pasar ini sebagai pemberi
pengaruh pasar dengan skala lebih besar. Karena harga-harga

77
Ibid.

43
dalam pasar ini tidak sepenuhnya bersandar pada mekanisme
pasar semata secara prkatis dari pihak orang-orang yang butuh jual
beli. Namun justru terpengaruh oleh banyak hal, sebagian
diantaranya dilakukan oleh para pemerhati pasar, sebagian lagi
dari adanya monopoli barang dagangan dan kertas saham, atau
dengan menyeberkan berita bohong dan sejenisnya. Cara-cara
yang dilakukan dapat menyebabkan ketidakstabilan harga secara
tidak alami, sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap
perekonomian.78

3. Akuntabilitas Yang Halal Dalam Perspektif Islam

Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang men-


jembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam
kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.Prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan kepada
ajaran Al-Quran dan Sunnah.Dalam konteks Indonesia, Prinsip Syariah
adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.79
a. Prinsip Keuangan Syariah

Sistem keuangan syariah didasari oleh dua prinsip utama, yaitu prinsip
syar'i dan prinsip tabi'i.
Di antara prinsip-prinsip syar'i dalam sistem keuangan yaitu:
1) Kebebasan bertransaksi, namun harus didasari prinsip suka sama
suka dan tidak ada pihak yang dizalimi dengan didasari oleh akad
yang sah. Di samping itu, transaksi tidak boleh dilakukan pada

78
Ibid, Hlm 63.
79
Andri Soemitra, Bank dan lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana,2009), Hlm
28.

44
produk-produk yang haram seperti babi, organ tubuh manusia,
pornografi dan sebagainya.
2) Bebas dari maghrib (maysir, yaitu judi; gharar, yaitu
ketidakpastian/penipuan; dan riba, yaitu pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara Batil (tidak sah).
3) Bebas dari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi
harga.
4) Semua orang berhak mendapatkan informasi yang berimbang,
memadai, dan akurat agar bebas dari ketidaktahuan dalam
bertransaksi.
5) Pihak-pihak yang bertransaksi harus mempertimbangkan
kepentingan pihak ketiga yang mungkin dapat terganggu, oleh
karenanya pihak ketiga diberikan hak atau pilihan.
6) Transaksi didasarkan pada kerja sama yang saling menguntungkan
dan solidaritas (persaudaraan dan saling membantu).
7) Setiap transaksi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
kemaslahatan manusia.
8) Mengimplementasikan zakat.80

Sedangkan prinsip-prinsip tabi'i adalah prinsip-prinsip yang dihasilkan


melalui interpretasi akal dan ilmu pengetahuan dalam menjalankan bisnis
seperti manajemen permodalan, dasar dan analisis teknis, manajemen
cash flow, manajemen risiko dan lainnya.
Sistem keuangan syariah memiliki misi mewujudkan system keuangan
yang berlandaskan keadilan, kemanfaatan (maslahat) kebersamaan,
kejujuran, kebenaran, keseimbangan, transparansi, anti eksploitasi, anti-
penindasan, dan anti-kezaliman melalui lembaga keuangan perbankan
syariah dan lembaga keuangan non bank syariah. 81 Oleh karenanya,
transformasi sistem keuangan menuju sistem kenangan syariah di dunia
Islam membutuhkan beberapa langkah, yaitu:

80
Ibid.
81
Ibid, hlm 30.

45
a) Bunga harus diharamkan dari sistem keuangan secara bertahap
dan memperkuat organisasi bisnis berbasis sistem bagi hasil (profit
and loss sharing).
b) Rasio pinjaman ekuitas di negara-negara muslim harus ditingkatkan
untuk mengubah sifat basis pinjaman dalam ekonomi. Dalam
jangka panjang dipermudah akses kenangan melalui teknik leasing,
murabahah, dan sewa beli.
c) Reformasi sistem pajak harus dapat mempercepat proses
transformasi sistem keuangan yang mendorong ke tujuan-tujuan
produktif melalui ekuitas dan cadangan.
d) Gerakan perekonomian secara luas akan meningkatkan ekuitas
dan membantu memobilisasi dana menganggur (idle money)
kepada para investor yang menghindari riba dan menggunakannya
untuk tujuan-tujuan produktif. Hal ini juga akan membantu
mengurangi konsentrasi kekayaan dan menyebar kepemilikan
bisnis.
e) Semua proyek komersial pemerintah harus dikonversi kepada
prinsip bagi hasil untuk menghindari beban perbendaharaan publik.
Saham-saham yang diterbitkan sebaiknya ditukar dengan obligasi
syariah yang dijual oleh BUMN atau pemerintah kepada sektor
swasta termasuk lembaga finansial.
f) Bunga harus dihapuskan dari lembaga kredit khusus yang di
sponsori oleh pemerintah, sebagai gantinya dipromosikan sistem
bagi hasil.
g) Lembaga keuangan konvensional perlu dikonversi ke dalam sistem
syariah dengan menggunakan alternatif investasi yang lebih baik
yaitu mudharabah, musyarakah, dan saham,
h) Pendirian sejumlah lembaga keuangan nonbank yang
memudahkan penempatan dana sektor swasta dan mendukung
operasi bank komersial.82

82
Ibid.

46
b. Menjalankan Bisnis dan Aktivitas Perdagangan yang Berbasis pada
Perolehan Keuntungan yang Sah Menurut Syariah.
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh
syariah Akad merupakan perjanjian tertulis yang memat ijab (penawaran)
dan qabul (penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak
dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah Akad
dinyatakan sah apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun akad ada
tiga, yaitu adanya pernyataan untuk mengikatkan diri, pihak-pihak yang
berakad, dan objek akad. Akad menjadi tidak sah apabila ta'alluq dan
terjadi suatu perjanjian di mana pelaku, objek, dan periodenya sama. 83
Jenis akad ada dua, yaitu akad tabarru’ dan akad tijari Akad
tabarru’ merupakan perjanjian/kontrak yang tidak mencari keuntungan
materiil hanya bersifat kebajikan murni seperti gand al-hasan, infaq,
wakaf, dan faq Sedangkan akad tijari merupakan pers janjian/kontrak
yang bertujuan mencari keuntungan usaha seperti akad yang mengacu
pada konsep jual beli yaitu akad murabahah salam, istisna’ akad yang
mengacu pada konsep bagi hasil, yaitu mudharabah, musyarakah akad
yang mengacu pada konsep sewa, yaitu ijarah dan ijarah muntahiyah
bittamlik, dan akad yang mengacu pada konsep titipan yaitu wadi'ah yad
ad-dhamanah dan wadi’ahyad al-amanah Semua transaksi ekonomi yang
menghendaki keuntungan, wajib diikuti oleh adanya 'nadh berupa risiko,
kerja dan usaha serta tanggung jawab, Apabila tidak ada ‘iwadh maka
transaksi tersebut dikategorikan riba.84

c. Menyalurkan Zakat, Infak, dan Sedekah


Lembaga keuangan syariah mempunyai dua peran sekaligus
yaitu sebagai badan usaha dan badan sosial.Sebagai badan usaha lem-
baga keuangan syariah berfungsi sebagai manajer investasi, investor, dan
jasa pelayanan. Sebagai badan sosial lembaga keuangan syariah

83
Ibid, Hlm 36.
84
Ibid.

47
berfungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dant
penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah Dalam perspektif kolektif dan
ekonomi, zakat akan melipatgandakan harta masyarakat kare- na zakat
dapat meningkatkan permintaan dan penawaran di pasar yang kemudian
mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro dan pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dari sisi permintaan, distribusi
zakat pada golongan kurang mampu akan membuat mereka memiliki daya
beli. Sedangkan dari sisi penawaran, zakat memberikan disinsentif bagi
penumpukan harta diam (tidak diusahakan) dengan mengenakan
potongan sehingga mendorong harta untuk diusahakan dan dialirkan
untuk investasi di sektor riil.85

d. Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia


Sistem keuangan di Indonesia dijalankan oleh dua jenis lembaga
keuangan, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan
nonbank. Secara umum lembaga keuangan syariah di Indonesia dapat
diuraikan sebagai berikut:

1) Lembaga Keuangan Bank


Lembaga keuangan bank merupakan lembaga yang memberikan
jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha kenangan yang dilakukan di
samping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan/kredit juga
melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan
yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman
dengan kegiatan menghimpun dana. 86 Lembaga keuangan bank secara
operasional dibina dan diawasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral
di Indonesia, Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi
pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah
Nasional MUI Lembaga keuangan bank terdiri dari:

85
Ibid, Hlm 39-40.
86
Ibid, Hlm 45.

48
a) Bank Umum Syariah
Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh
jasa-jasa perbankan dan melayani segenap masyarakat, baik ma-
syarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank
umum juga dikenal dengan nama bank komersial dan dike-
lompokkan ke dalam 2 jenis, yaitu bank umum devisa dan bank
umum nondevisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki
produk yang lebih luas daripada bank yang berstatus nondevisa,
antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan dengan
seluruh mata uang asing atau jasa bank ke luar negeri. Bank
umum, berfungsi sebagai pencipta uang giral dan uang kuasi,
dengan fungsi mempertemukan antara penabung dan penanam
modal, dan menyelenggarakan lalu lintas pembayaran yang eli-
sien. Sejak dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 bank umum terdiri dari bank
konvensional dan bank syariah Belakangan, disahkan pula UU No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam rapat paripurna
DPR tanggal 17 Juni 2008 yang menjadi payung hukum perbankan
syariah nasional di mana Bank Syariah ter- diri dari Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah.87

b) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berfungsi sebagai pelaksana
sebagian fungsi bank umum, tetapi di tingkat regional dengan
berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah Pada sistem
konvensional dikenal dengan Bank Perkreditan Rakyat.Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan bank yang khusus
melayani masyarakat kecil di kecamatars dan pedesaan.Jenis
produk yang ditawarkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada
beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh

87
Ibid, Hlm 46.

49
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, seperti pembukaan rekening
giro dan ikut kliring.88

2) Lembaga Keuangan Non-bank


Lembaga keuangan nonbank merupakan lembaga keuangan
yang lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank.Masing-masing
lembaga keuangan nonbank mempunyai ciri-ciri usahanya
sendiri.Lembaga keuangan nonbank secara operasional dibina dan
diawasi oleh Departemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK.
Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan.prinsip-
prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. Lembaga
keuangan nonbank antara, lain terdiri dari:
a) Pasar Modal (Capital Market)
Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan
melakukan transaksi antara para pencari dana (emiten) dengan
para penanam modal (investor). Dalam pasar modal yang
diperjualbelikan adalah efek-etek seperti saham dan obligasi di
mana jika diukur dari waktunya modal yang diperjualbelikan
merupakan modal jangka panjang.Pasar modal mencakup
underwriter, broker dealer, guarantor, truster, custodian, jasa
penunjang. Pasar modal Indonesia juga diramaikan oleh pasar
modal syariah yang diresmikan 14 Maret 2003 dengan berbagai
aturan pelaksanaan yang secara operasional diawasi oleh
Bapepam-LK, sedangkan pemenuhan prinsip syariahnya diatur
oleh DSN MUI.
b) Perusahaan Asuransi
Asuransi syariah (taʼmin, takaful atau tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tobarra' yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai

88
Ibid.

50
dengan syariah Akad yang sesuai dengan syariah yang
dimaksud adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan),
maysir (perjudian), riba, zhum (penganiayaan), rasyuk (suap),
barang haram dant maksiat. Perusahaan asuransi syariah,
reasuransi syariah dan broker asuransi dan reasuransi syariah
juga telah ikut menyemarakkan usaha per-asuransian di
Indonesia.
c) Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiatannya me
ngelola dana pensiun suatu perusahaan pemberi kerja atau pe
rusahaan itu sendiri. Penghimpunan dana pensiun melalui iuran
yang dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana yang
terkumpul oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan
menginventasikannya ke berbagai sektor yang menguntungkan.
Perusahaan yang mengelola dana pensiun dapat dilakukan oleh
bank atau perusahaan lainnya. Dana pensiun syariah di Indo-
nesia, baru hadir dalam bentuk Dana Pensiun Lembaga
Keuangan yang diselenggarakan oleh beberapa DPLK bank
dan asuransi syariah.
d) Perusahaan Modal Ventura
Perusahaan modal ventura merupakan pembiayaan oleh
per- usahaan-perusahaan yang usahanya mengandung risiko
tinggi. Perusahaan jenis ini relatif masih baru di
Indonesia.Usahanya lebih banyak memberikan pembiayaan
tanpa jaminan yang umum nya tidak dilayani oleh lembaga
keuangan lainnya. Perusahaan modal ventura syariah
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
e) Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha

51
lembaga pembiayaan yang mencakup usaha sewa guna usaha,
anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit, dan pembiayaan
konsumen (KMK No 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan
Pembiayaan yang diubah dengan KMK No. No. 172/KM-
K.06/2002 dan PMK No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan).Dalam aturan ini pembiayaan selain
menggunakan sistem konvensional juga dapat dilakukan
berdasarkan prinsip syariah dengan akad-akad telah diatur yang
berdasarkan Putusan Ketua Bapepam LK No.PER-04/BL/ 2007.
Termasuk di dalam lembaga pembiayaan antara lain:
f) Perusahaan sewa guna usaha (leasing)
Sewa Guna Usaha (Leasing) Syariah adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
angsuran sesuai dengan prinsip syariah. Perusahaan anjak
piutang (facturing) Anjak Piutang Syariah adalah kegiatan
pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan
berikut penguru san atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip
syariah Anjak piutang (factoring) dilakukan berdasarkan akad
Wakalah bil Ujrah Wakalah bil Ujrah adalah pelimpahan kuasa
oleh satu pihak (al muzakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam
hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan
(ujrah).
g) Perusahaan kartu plastic
Salah satu kegiatan sistem pembayaran yang saat ini telah
berkembang pesat adalah alat pembayaran dengan
menggunakan kartu (APMK) atau disebut pula dengan kartu
plastik. Belakangan ini, alat pembayaran dengan meng gunakan
kartu baik menggunakan kartu kredit, ATM, kartu debet, kartu

52
prabayar sebagai produk bank atau lembaga kenangan
nonbank disebut juga dengan kartu plastik.
h) Pembiayaan Konsumen (consumer finance)
Pembiayaan Konsumen syariah adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuai
dengan prinsip syariah.
i) Perusahaan pegadaian
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang
menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan
tertentu.Jaminan nasabah tersebut digadaikan, kemudian
ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai besarnya nilai
jaminan. Besarnya nilai jaminan akan memengaruhi jumlah
pinjaman. Sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih
dilakukan pemerintah sedangkan pegadaian syariah dalam
menjalankan operasionalnya berpegang kepada prinsip syariah
Pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang
dilakukan dalam bentuk rahn. Pegadaian syariah hadir di
Indonesia dalam bentuk kerja sama bank syariah dengan perum
pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di beberapa
kota di Indonesia. Di samping itu, ada pula bank syariah yang
menjalankan kegiatan pegadaian syariah sendiri.
j) Lembaga Keuangan Syariah Mikro
a) Lembaga pengelola zakat (BAZ dan LAZ) Sesuai dengan
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat diamanahkan untuk memberdayakan lembaga zakat
melalui BAZ (Badan Amil Zakat) yang dibentuk oleh
Pemerintah dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dapat
dibentuk oleh masyarakat. Melalui BAZ dant LAZ. ini
diharapkan agar harta zakat umat Islam bisa terkonsentrasi
pada sebuah lembaga resmi dan dapat disalurkan secara
lebih optimal.

53
b) Lembaga Pengelola Wakaf
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
tentang Wakaf dibentuklah Badan Wakaf Indonesia sebagai
lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di
Indonesia. Peningkatan peran wakat sebagai pranata
keagamaan tidak hanya bertujuan menyediakan berbagai
sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi, antara lain, untuk memajukan ke
sejahteraan umum, sehingga perlu dikembangkan
pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
k) BMT
BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri
Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan
mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah Baitul mal wat tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri
terpadu yang isinya berintikan bayt almal sea al tamil dengan
kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas kegiatan) ekonomi pengusaha
kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
Selain itu, Baitul Mal wat Tamwil juga bisa menerima titipan
zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.89

89
Ibid, Hlm 46-50.

54
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan konsep keuangan syariah berawal pada 1970-


an yang memiliki tujuan untuk mengatur mengenai larangan riba. Filosofi
keuangan syariah tidak hanya dari segi faktor produksi dan perilaku
ekonomi, akan tetapi juga pada segi "bebas bunga" Larangan riba.
Terdapat prinsip sistem keuangan syariah yang di atur Al-qur'an dan As-
sunnah yaitu, pelarangan riba, pembagian resiko, tidak menganggap uang
sebagai modal potensial, larangan melakukan spekulatif, kesucian kontrak,
aktivitas usaha harus sesuai syariah.
Dalam prinsip-prinsip keuangan syariah yang diyakini
kebenaran dalam berpikir dan bertindak yaitu :
1. Dilaporkan secara benar
2. Cepat laporan nya
3. Dibuat oleh ahlinya (Akuntan)
4. Terang, jelas, tegas dan informatif
5. Membuat informasi yang menyeluruh
6. Informasi ditujukan kepada semua pihak yang terlibat secara
horizontal maupun vertikal
7. Terperinci dan teliti
8. Tidak terjadi manipulasi
9. Dilakukan secara kontinu atau tidak lalai.

Instrumental keuangan syari'ah terdiri dari beberapa


pengelompokan yaitu :
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk
uncertaintycontract. Kelompok akad ini adalah Mudharabah dan
Musyarokah. Sukuk (obligasi syari'ah), saham syari'ah.

55
2. Akad jual beli atau sewa-menyewa yang merupakan jenis akad
tijarah dengan bentuk certainty contract. Kelompok akad ini adalah
Murabahah, salam, istishna', ijarah.
3. Akad lainlainnya yang meliputi, sharf, wadiah, qardhul hasan, Al-
wakalah, kafalah, hiwalah, rahn.

Saat ini akuntabilitas dalam hal akuntansi oleh manajemen


untuk membantu dalam alokasi sumber daya yang efisien dengan
memberikan informasi, baik untuk pengendalian kinerja atau untuk
pengambilan keputusan oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
membuat keputusan investasi (Whittington, 1992). Akuntabilitas Islam
bukan hanya duniawi dan yang berorientasi uang, tapi berusaha untuk
mencari keberkahan Allah. Spiritualisme merupakan kecenderungan
paling besar abad 21 sehingga sering disebut sebagai Abad Baru (New
Age), yaitu Abad Spiritual (Spiritual Age). Pada abad ini, berbeda dengan
abad sebelumnya, timbul kecenderungan dan kegandrungan manusia
pada hal-hal yang bersifat rohani (spiritual) dan mistik (agamis).
Riba menjadikan faktor dari Akuntabilitas yang haram dalam
keuangan syari'ah. Dalam Al-qur'an banyak ayat-ayat yang menjelaskan
mengenai ketidak bolehan riba tersebut. Akan tetapi adanya riba mungkin
mengandung manfaat tertentu pada sekelompok orang tertentu, secara
universal madarat dan bahaya riba lebih besar dari pada manfaat yang
ditimbulkannya. Riba pada zaman modern ini telah menjelma dan
dilegitimasi oleh sistem dan institusi. Institusi perbankan seakan telah
menjadi jantung kehidupan Institusi perbankan seakan telah menjadi
jantung kehidupan masyarakat dan aktivitas pembangunan. Setiap negara
memiliki bank sentral yang menggunakan instrumen riba (bunga) sebagai
dasar kebijakan moneter dan dalam mempengaruhi sektor riil.

B. Saran

Menurut kami keuangan syariah di Indonesia harus benar-benar


mencakup ketentuan dan anjuran dalam agama Islam. Karena Para

56
ekonom yakin bahwa konsep ekonomi islam yang harus di dukung oleh
sistem yang dapat menghindari riba. Dan kepada Ahli ekonom muslim
harus bisa mengkaji mengenai prinsip-prinsip keuangan syariah yang
akan mengacu kepada keyakinan dalam suatu kebenaran pada sistem
keuangan syariah.

57
DAFTAR PUSTAKA

Siti Nurhayat dan Wasilah, 2011, Akuntansi syariah di Indonesia Jakarta:


Selemba Empat.

Ali Maulidi, 2013, Teknik memahami Akuntansi Perbankan Syariah,


Jakarta : Alim’s Publising.

Januar Eko Prasetio, Tazkiyatun Nafs: Kajian Teoritis Konsep


Akuntabilitas, Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol 1, No1,
Maret 2017.

Daiyinta Handoko dan Syamsul Huda, Menilik Akuntabilitas AkuntansiI


Dari Budaya Islam, Jurnal Tirtayasa EKONOMIKA Vol. 13, No 2,
Oktober 2018 ,

M. Fajar Hidayanto, Praktek Riba dan Kesenjangan Sosial, JURNAL


EKONOMI ISLAM La_Riba, Vol. 2, No. 2, Desember 2008.

Nadratuzzaman Hosen, Analisis Bentuk Gharar Dalam Transaksi Ekonomi,


Jurnal Al-Iqtihad, Vol.1, No.1, Januari 2009

Andri Soemitra, 2009, Bank dan lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:


Kencana.

Al-Qur’an.

58

Anda mungkin juga menyukai